DOSEN:
Eka Indra Setyawan, S.Farm., M.Sc., Apt.
GOLONGAN I
KELOMPOK 4
Ni Kadek Ariani
A.A. Ngurah Wisnu Wardhana
Made Ririn Sutharini
Wayan Agus Wijaya
Puput Rhamadani Harfa
Made Primantara
Komang Dede Saputra
(1308505022)
(1308505023)
(1308505024)
(1308505026)
(1308505027)
(1308505029)
(1308505030)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
0
BAB I
PRAFORMULASI
1.1
Tujuan
1.2.1
Dosis Lazim
1 tahun ke bawah
Sekali
10 mg/bulan
1 3 tahun
50 mg 60 mg/tahun
3 6 tahun
40 mg 50 mg/tahun
6 12 tahun
30 mg 40 mg/tahun
Sehari
30-40 mg/bulan
150 mg 240
mg/tahun
120 mg
200
mg/tahun
90 mg
160
mg/tahun
(Depkes RI, 1979)
1
meningkatkan
toksisitas
salisilat
berbanding
dengan
berkurangnya pH darah.
- Dengan kortikosteroid, meningkatkan eliminasi dari salisilat; memungkinkan
efek toksik aditif pada mukosa gastric.
- Dengan heparin, meningkatkan gejala pendarahan dengan aspirin, namun tidak
dengan salisilat lain.
(Katzung, 2009)
1.2.7 Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali (Depkes RI,
1979).
1.3
:
:
:
:
Asam Salisilat
138,12 gram/mol
C7H6O3
Berbentuk jarum halus atau serbuk hablur putih
halus, rasa agak manis, tajam an stabil diudara dan
2
tidak berbias.
: Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah
Kelarutan
Titik lebur
Penyimpanan
Penetapan Kadar
1.3.2
a)
Bahan tambahan
Propilenglikol
Pemerian
Kelarutan
Titik didih
Titik leleh
: -59C
Stabilitas
Kegunaan
: Antimikroba,
disinfektan,
humektan,
stabilizier,
Wadah
Penyimpanan
Inkompatibilitas
sesuai
jika
dicampur
dengan
reagen
Kelarutan
Titik didih
Titik leleh
Fungsi
: 17,8oC
: Emollient < 30%, antimikroba < 20%
Stabilitas
dicampur
propilenglikol.
dengan
Gliserin
air,
dapat
etanol
95%,
dan
terkristalisasi
jika
Inkompatibilitas
kompleks,
asam
gliseroborak, yang
c) Xanthan Gum
Pemerian
Kelarutan
Titik didih
Fungsi
Stabilitas
Wadah
Inkompatibilitas
keratonia,
guan
gum,
dam
magnesium
aluminium silikat.
(Rowe, 2009)
Kelarutan
membakar.
Larut dalam 400 bagian air, larut dalam 2 bagian etanol,
3 bagian etanol (95%), larut dalam 10 bagian eter, 60
bagian gliserin, 200 bagian minyak kacang. Praktis
Titik leleh
Fungsi
BJ
: 1,352 gram/cm3.
5
Stabilitas
Wadah
Inkompatibilitas
propilenglikol
(10%)
menunjukkan
:
:
Titik didih
Fungsi
Stabilitas
Wadah
Inkompatibilitas
adanya
penambahan
surfaktan
propilenglikol
nonionik.
(10%)
Namun,
menunjukkan
Bentuk sediaan
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspense yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic
yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan
partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan dalam sistem dua fase (misalnya Gel
Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relative besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma.
Baik gel maupun magma dapat ebrupa tiksotropik, membentuk semipadat jika
dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada
etiket. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Depkes RI, 1995).
1.4.2
Dosis
Dalam 100 gram sediaan gel mengandung 5% (5 gram) asam salisilat.
Cara pemakaian
Pemberian gel asam salisilat dilakukan secara topical. Diambil gel
secukupnya dengan ujung jari lalu dioleskan pada bagian yang berjerawat atau
pada bagian kulit yang terinfeksi yang telah dibersihkan sebelumnya.
BAB II
FORMULASI
2.1. Permasalahan
Adapun masalah dari pembuatan sediaan suppositoria dengan zat aktif
paracetamol dan basis PEG yaitu :
a. Sediaan gel mengandung air yang merupakan media pertumbuhan yang
sangat baik bagi bakteri.
b. Asam salisilat sukar larut dalam air sehingga tidak secara langsung dapat
terdispersi dalam cairan pembawa.
c. Saat penimbangan dan pencampuran bahan dalam mortir kemungkinan
terdapat bahan yang tertinggal.
2.2. Pencegahan Permasalahan
a. Dalam formulasi sedian Gel ini harus ditambahkan pengawet untuk
menghindari/ mencegah adanya pertumbuhan bakteri seperti nipagin dan
nipasol.
b. Asam salisilat dilarutkan dengan etanol 70%.
c. Saat penimbangan ditambahkan 10% dari bahan yang ditimbang untuk
mencegah kehilangan.
2.3. Formula Standar dan Formula Kerja
R/
Asam Salisilat
5%
Etanol 70%
q.s
Propilen glikol
15 %
Gliserin
5%
Xanthan Gum
0,425%
Nipagin
0,18 %
Nipasol
0,02 %
Aquades ad
100 gram
III. PRODUKSI
3.1 Penimbangan
3.1.1
5
10 gram 0,5gram
100
3.1.2
3.1.3
0,55 gram
Untuk 1 batch dibuat 3 sediaan = 0,55 gram x 3 = 1,65 gram
Propilen glikol
15
Propilen glikol
10 gram 1,5gram
100
Penambahan bobot 10% = 10% x 1,5 gram = 0,15 gram
Jadi propilen glikol yang digunakan sebanyak = 1,5 + 0,15 gram = 1,65
gram
Untuk 1 batch dibuat 3 sediaan = 1,65 gram x 3 = 4,95 gram
Gliserin
5
10 gram 0,5gram
Gliserin 5% =
100
Penambahan bobot 10% = 10% x 0,5 gram = 0,05 gram
Jadi gliserin yang digunakan sebanyak = 0,5 gram + 0,05 gram = 0,55
gram
9
0,18
10 gram 0,018 gram 18 mg
100
3.1.6
3.1.7
gram
= 8,18125 gram
Aquades dalam bentuk cairan, maka diukur volumenya. Diketahui BJ nya
adalah 1
8,18125 gram
8,18125 ml
1gram
ml
Untuk 1 batch dibuat 3 sediaan = 8,18125 mL x 3 = 24,54 mL
V
10
3.2
Tabel Penimbangan
Gel yang akan dibuat sebanyak 3 tube dalam satu kali produksi
No
Bahan
Jumlah
Jumlah untuk 3
untuk 1 sediaan
0,55 g
sediaan
1,65 g
q.s
q.s
1.
Asam Salisilat
2.
Etanol 70%
3.
Propilen glikol
1,65 g
4,95 g
4.
Gliserin
0,55 g
1,65 g
5.
Xanthan Gum
46,75 mg
140,25 mg
Nipagin
19,8 mg
59,4 mg
7.
Nipasol
Aquades
2,2 mg
8,18125 mL
6,6 mg
8.
3.2
Skema Kerja
a.
24,54 mL
Dilarutkan asam salisilat dalam etanol 70% digerus hingga homogen dan
ditambahkan propilen glikol dicampurkan homogen magnetic stirer (Campuran C)
Campuran A yang telah berbentuk gel dituang sedikit demi sedikit ke dalam
campuran D
11
BAB IV
PENGEMASAN
4.1
Kemasan Primer
Kemasan primer berupa tube alluminium.
12
4.2
Kemasan Sekunder
4.3
Etiket
13
14
4.4
Brosur
MIONIGEL
Mekanisme kerja
Asam salisilat bekerja sebagai pelarut organik dan menghilangkan ikatan
kovalen lipid interselular yang berikatan dengan cornified envelope di sekitar
keratinosit.15 Mekanisme kerja zat ini adalah pemecahan struktur desmosom
yang menyebabkan disintegrasi ikatan antar sel korneosit. Terminologi
desmolitik lebih menggambarkan mekanisme kerja
asam salisilat topikal.
Komposisi
Tiap 100 gram mengandung 5% asam salisilat
KHASIAT
Asam salisilat (salicylic acid) adalah obat topical yang digunakan untuk
mengobati sejumlah masalah kulit seperti jerawat, kutil, ketombe, psoriasis
dan masalah kulit lainnya. Ketika digunakan untuk jerawat asam salisilat
akan mencegah sel sel kulit mati menutupi folikel rambut sehingga mencegah
penyumbatan pori pori yang dapat menyebabkan jerawat.
INDKASI
Asam salisilat memiliki sifat keratolitik dan digunakan secara topikal dalam
pengobatan hyperkeratosis dan kondisi kulit bersisik seperti ketombe dan
dermatitis seboroik, ichthyosis, psoriasis, dan jerawat
KONTRA INDIKASI
Gel tidak boleh digunakan pada pasien yang dketahui sensitive terhadap asam
salisilat dan bahan lainnya.
EFEK SAMPING
Sesnsasi rasa terbakar, memerah dan menelupas
Gatal gatal
Kulit mengalami iritasi, kering atau sakit , biasanya muncul setelah
pemakaian obat.
PENYIMPANAN
Simpan di tempat kering dan sejuk.
15
No Bacth : 501003
No Reg
: 1500311130A1
BAB V
EVALUASI
Diproduksi Oleh:
Cara Kerja:
Uji Organoleptis
Diamati warna dan tekstur pada sediaan gel serta dicium aroma yang dihasilkan dari
sediaan gel
Uji Homogenitas
Diproduksi Oleh:
Fourcarefarma Pharmaceutical
Company
Jimbaran, bali
Pengujian pH
Uji tingkat keasaman atau uji pH sediaan dilakukan pengujian dengan menggunakan pH
meter. Sebelum digunakan alat dikalibrasi dahulu dengan menggunakan larutan baku yang telah
disiapkan. Setelah dikalibrasi dilakukan pengujian pH sediaan dengan mencelupkan alat pada
larutan sediaan gel. pH sediaan gel harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 6,5 (Tranggono,
2007).
16
Cara Kerja:
Uji pH Sediaan
Diencerkan sediaan gel dengan aquadest dan dimasukkan dalam botol vial
Dibersihkan pH meter setelah menunjukan angka pH 4 dan dilakukan hal yang sama
pada larutahn pH 7
Selanjutnya kaca yang berisi sampel digantungkan pada statif dan ditambahkan
beban seberat 80 gram
Diukur waktu daya lekatnya sampai penutup kaca terjatuh, diulang sebanyak 2 kali
17
V.5
lainnya diletakkan di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar gel diukur.
Setelahnya ditambahkan beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter
yang konstan (Astuti et al., 2010). Daya sebar 5 - 7 cm menunjukkan konsistensi semisolid
yang sangat nyaman dalam penggunaan (Garg et al., 2002).
- Cara Kerja:
Uji Daya Sebar
Ditimbang sebanyak 0,5 gram sediaan gel
Disiapkan alat kaca yang telah dilapisi dengan millimeter block, kemudian dilapisi
dengan plastik transparan
Diletakkan sediaan yang telah ditimbang pada alat kaca, kemudian dilapisi dengan
plastik transparan. Diukur diameter penyebaran
Diberi beban 50 gram, 100 gram, 150 gram ditengah-tengah sampel ditahan selama 1
menit setiap penambahan beban dan diukur diameter setiap penambahan beban
Hasil
Tabel 6.1 Penimbangan bahan
No
1.
2.
3.
Bahan
Asam Salisilat
Etanol 70%
Propilenglikol
Penimbangan
1,6505 gr
5 mL
4,969 mL
18
4.
5.
6.
7.
8.
Gliserin
Xanthan Gum
Nipagin
Nipasol
Akuades
1,595 gram
0,1403 gram
59,4 mg
6,6 mg
24,54 mL
Parameter
Warna
Bau
Tekstur
Bentuk
Keadaan Sediaan
Putih susu
Asam
Lembut
Cair dan terdapat sedikit gumpalan
: 2,85
II
: 2,81
III : 2,82
6.1.4 Uji Daya Lekat
0,5 gram sediaan ditahan beban 1.000g selama 1 menit lalu diukur daya lekatnya
dengan beban 80g.
Tabel 6.3 Uji Daya Lekat
Gel
1
2
3
Pengamatan
0,035 detik
0,025 detik
0,062 detik
Tanpa beban
2,75
II
Mika
10
III
50
12
IV
100
12,75
150
12,75
6.2.
Pembahasan
Pada praktikum ini dibuat sediaan gel dengan zat aktif asam salisilat dan memiliki
bobot 10 gram pada masing-masing kemasan. Pada praktikum ini dilakukan analisis terhadap
pengaruh variasi konsentrasi xantham gum dalam sediaan gel asam salisilat. Dimana dibuat
empat formulasi dengan masing-masing konsentrasi xanthan gum berturut-turut yaitu 0,2 %,
0,275%, 0,425% dan 0,5 %.
Gel terkadang disebut jeli, merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh suatu cairan. Penampilan gel, transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang
terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang
mempunyai struktur tiga dimensi. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara
topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Depkes RI, 2014). Sediaan gel merupakan
suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu sistem dispersi yang tersusun baik dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik besar dan saling diresapi cairan (Ansel,
1989).
Sediaan gel asam salisilat yang dibuat pada praktikum kali ini mengandung zat aktif
asam salisilat. Asam salisilat memiliki bersifat keratolitik digunakan secara topikal dalam
pengobatan hyperkeratorisis, dan kondisi kulit bersisik seperti ketombe, dermatitis seboroik,
ichthyosis, psoriasis dan jerawat (kazung). Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam
sediaan gel ini adalah xanthan gum yang berfungsi sebagai gelling agent (basis),
propilenglikol dan gliserin sebagai zat pembasah; metil paraben dan profil paraben sebagai
pengawet, akuades sebagai pengembang xanthan gum, dan etanol 70% sebagai pelarut yang
mampu meningkatkan kelarutan zat aktif asam salisilat yang sukar larut dalam air. Pemilihan
bahan tambahan ini bertujuan untuk membentuk sifat padatan gel yang cukup baik selama
penyimpanan dan menentukan sifat karakteristik gel sehingga sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
20
Gelling agent yang digunakan adalah Xanthan Gum dengan pelarut air yang bersifat
hidrofilik sehingga pada nantinya akan terbentuk hidrogel. Hidrogel pada umumnya terbentuk
oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya
kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Keuntungan
pembuatan sediaan hidrogel adalah memiliki efek pendinginan pada kulit saat digunakan,
penampilan sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori
sehingga pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik
dan kemampuan penyebarannya pada kulit baik. Alasan pemilihan gelling agent Xanthan
Gum karena Xanthan gum merupakan bahan yang stabil. Stabil pada kisaran pH yang lebar
(pH 3-12), dengan stabilitas maksimum pada pH 4-10 dan suhu 10-60C (Rowe, et al., 2009).
Pada proses formulasi diawali dengan pengembangan xanthan gum (gelling agent)
dengan cara membuat mucilago dari Xanthan Gum dan air dengan perbandingan 1;1. Gel
dapat mengembang karena Xanthan Gum dapat mengabsorbsi pelarut air yang mengakibatkan
terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi
interaksi antar pelarut dengan Xanthan Gum untuk membentuk massa gel. Pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat
menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang. Cara pembuatan mucilago dengan cara
seperti diatas menghasilkan mucilago yang tidak memenuhi syarat sebagai gel. Selanjutnya,
dilakukan pengecilan ukuran partikel asam salisilat dengan cara digerus menggunakan mortar
dan stamper sehingga asam salisilat yang awalnya berbentuk hablur diharapkan memiliki
ukuran partikel yang homogen. Selanjutnya asam salisilat ditambahkan zat pembasah yaitu
gliserin dan propilenglikol di dalam mortir. Dalam hal ini penambahan humektan
dimaksudkan sebagai pembasah dan sekaligus untuk meningkatkan kelarutan zat aktif yaitu
asam salisilat karena zat aktif memiliki sifat yang sukar larut dalam air atau dengan kata lain
untuk meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut dalam cairan pendispersinya. Fungsi
gliserin selain sebagai humektan juga berfungsi sebagai peningkat viskositas sediaan sehingga
gel yang dihasilkan tidak terlalu encer, sehingga sediaan nantinya diharapkan sediaan dapat
melekat pada kulit. Selain itu juga ditambahkan etanol 70% yang bertujuan untuk
meningkatkan kelarutan asam salisilat sesuai dengan kelarutannya. Kemudian, ke dalam
campuran asam salisilat, gliserin dan propilenglikol ditambahkan metil paraben dan propil
paraben sebagai pengawet yang bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri karena dalam
sediaan gel yang dibuat mengandung air yang merupakan media pertumbuhan yang baik bagi
21
bakteri. Metil paraben merupakan zat yang bersifat polar sehingga sesuai dengan sifat air
yang juga polar sehingga metil paraben dapat larut dalam air. Campuran bahan-bahan di atas
diatas dituangkan ke dalam mucilago Xanthan Gum, lalu diaduk hingga mengental dan
menjadi gel. Gel yang telah jadi kemudian ditimbang untuk mengetahui kekurangan bobot 1
sediaan kemudian gel yang telah ditimbang ditambahkan dengan mucilago Xanthan Gum
hingga bobot mencapai 10 gram untuk 1 sediaan. Proses ini dilakukan untuk membuat 3 buah
sediaan gel dengan bobot masing-masing sediaan gel seberat 10 gram. Gel yang telah siap,
kemudian dimasukkan ke dalam tube yang terbuat dari aluminium, hal ini disesabkan karena
sifat inkompatibilitas metal paraben dan profil paraben terhadap bahan plastik. Gel harus
disimpan dalam wadah yang tertutup baik agar tetap stabil selama penyimpanan. Sediaan
dikemas dengan baik dan diberi etiket serta dimasukkan ke dalam kemasan. Dihasilkan gel
asam salisilat yang berwarna putih, agak cair dan tidak berbau. Sediaan gel yang masih agak
cair ini dikarenakan pengembangan mucilago Xanthan Gum yang belum sempurna dan
pengadukan yang hanya dilakukan secara manual sehingga pengadukan tidak konstan.
Setelah sediaan gel jadi dilanjutkan dengan melakukan evaluasi terhadap sediaan gel
asam salisilat yang dihasilkan, dimana evaluasi yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH, uji daya sebar dan uji daya lekat. Uji organoleptis dilakukan dengan
mengamati warna, bau, tekstur dan bentuk. Pada formulasi I dan III warna yang dihasilkan
putih, berbau asam, dengan tekstur lembut dan bentuk berupa cairan dengan sedikit gumpalan
sedangkan pada formulasi II dan IV mempunyai warna putih, tidak berbau, tekstur lembut
dan bentuk berupa cairan dengan sedikit gumpalan. Hal ini
pengembangan mucilago Xanthan Gum yang belum sempurna sehingga diperoleh sediaan
yang cair. Hal ini dapat juga disebabkan karena konsentrasi xanthan gum yang sangat kecil
yakni hanya 0,2 %, 0,275%, 0,425% dan 0,5% sedangkan berdasarkan pustaka untuk
membentuk gel dibutuhkan konsentrasi xanthan gum sebesar 2-3% (Tranggono, 2007).
Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan gel diatas gelas objek kemudian
diratakan, kemudian dilakukan pengamatan secara visual. Hasil yang diperoleh untuk semua
formulasi menunjukkan adanya butiran-butiran yang tidak merata pada sepanjang daerah yang
dioleskan hal ini menunjukkan sediaan gel asam salisilat yang dihasilkan belum homogen.
Butiran ini diduga merupakan asam salisilat yang kurang larut dalam sediaan yang disebabkan
karena pengecilan ukuran partikel yang kurang optimal.
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi
dengan akuades pada pH 7 dan larutan asam pada pH 4. Sebelum dilakukan pengujian pH,
22
sediaan diencerkan terlebih dahulu dengan menggunakan akuades. Berdasarkan uji pH yang
telah dilakukan terhadap gel asam salisilat formulasi I,II,III, dan IV dihasilkan memiliki pH di
bawah batasan pH kulit yaitu antara 4,5 6,5 (Tranggono, 2007) berturut-turut 2,96-2,99; 2,73,7; 2,81-2,85 dan 2,85-2,88. Dari data tersebut dapat dikatakan adanya variasi kadar xantham
gum mempengaruhi nilai pH sediaan gel asam salisilat yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh
menunjukkan pH cenderung bersifat asam, hal ini dapat diakibatkan karena zat aktif yang
digunakan berupa asam salisilat.
Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang 0,5 gram gel diletakkan diatas kaca
dengan kertas millimeter block dibawah kaca dan bagian atas dilapisi dengan mika, pengujian
ini dilakukan dengan memberikan beban secara bertingkat. Beban yang diberikan berturutturut yaitu tanpa beban, plastik mika, anak timbang 50 g, 100 g dan 150 g. Berdasarkan uji
daya sebar diperoleh daya sebar formulasi I yaitu 2;2;3;3,5;3,75, formulasi II yaitu
2,5;2,5;3,25; 4,083; 4,25, formulasi III yaitu 2,75;10;12;12,75;12,75 dan formulasi IV yaitu
2;3;4;4. Data yang diperoleh menunjukkan dengan meningkatnya beban maka daya sebar
yang dihasilkan semakin luas dan juga peningkatan konsentrasi xanthan gum menyebabkan
konsistensi menjadi lebih encer sehingga meningkatkan daya sebar gel. Berdasarkan hasil
pengujian ini dapat dikatakan gel yang dihasilkan menunjukkan konsistensi semisolid yang
nyaman daya sebar 5 - 7 cm (Garg et al., 2003) kecuali pada formulasi III menunjukkan
konsistensi semisolid yang tidak nyaman dalam penggunaan.
Uji daya lekat dilakuakn dengan menimbang sebanyak 0,5 gram sediaan kemudian
ditahan beban 1 gram selama 1 menit kemudian diukur daya lekatnya dengan beban 80 g.
Hasil uji daya lekat pada formulasi I,II,III, dan IV yang diperoleh berturut-turut 0,267 detik;
0,483 detik; 0,0406 detik dan 0,693 detik. Hasil ini menunjukkan dengan meningkatkan
konsentrasi xanthan gum terjadi peningkatan daya lekat yang tidak signifikan kecuali pada
formulasi III. Adapun syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak kurang dari 4 detik
(Selfie, dkk., 2013). Berdasarkan hasil uji yang dilakukan maka sediaan yang dihasilkan
belum memenuhi syarat daya lekat. Semakin lama gel melekat pada kulit maka efek yang
ditimbulkan juga semakin besar.
23
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya pengaruh
variasi konsentrasi xantham gum terhadap organoleptik, pH, daya lekat dan daya sebar dalam
formulasi sediaan gel asam salisilat 5%.
7.2. Saran
1. Perlu dilakukan standarisasi mutu bahan yang digunakan sehingga dapat
menghasilkan sediaan gel asam salisilat 5% yang lebih baik.
2. Perlu dilakukan persamaan persepsi dalam proses formulasi dan evaluasi antar
praktikan sehingga faktor perbedaan praktikan tidak berpengaruh signifikan terhadap
hasil yang diperoleh.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26