Anda di halaman 1dari 12

Pemeriksaan Penunjang

Iluminasi oblik dari COA


COA diiluminasi dengan sinar lampu tangensial menuju bidang iris.Pada
kedalaman COA yang normal, iris tampak seragam saat diiluminasi. Pada
mata dengan COA yang dangkal dan sudut yang tertutup baik sebagian
ataupun seluruhnya, iris menonjol ke anterior dan tidak seragam saat
diiluminasi.

Slit lamp
Untuk mengukur kedalaman sentra ldan perifer dari COA harus dievaluasi
dengan ketebalan kornea.COA dengan kedalaman kurang dari 3 kali
ketebalan kornea pada bagian sentral disertai kedalaman bagian perifer
kurang dari ketebalan kornea memberikan kesan sudut yang sempit. Pilih
pengaturan cahaya yang sempit pada pemeriksaan slit lamp biomicroscop
untuk mengevaluasi kedalaman COA. Cahaya harus mengenai mata pada
sudut penglihatan yang sempit dari garis cahaya pemeriksa.

Pemeriksaan Slit

Lamp

Pemeriksaantekanan bola mata :


o Tonopalpasi
Pengukuran tekanan intraokular dapat secara palpasi. Jikasaat pemeriksa
melakukan palpasi berfluktuasi maka tekanan kurang dari 20 mmHg. Bola
mata yang tidak berpegas tetapi keras seperti batu memiliki tekanansekitar
60-70 mmHg.

o Tonometri Schiotz

Tonometry ini mengukur derajat dari kornea yang dapat diidentasi pada
posisi pasien supine. Semakin rendah tekanan maka pin tonometri semakin
masuk dan semakin besar
jarak dari jarum bergerak.
Namun

pemeriksaan

ini

sering memberikan hasil


yang tidak tepat, contohnya
pada kasus berkurangnya
kekakuan dari sklera.
Tonometer Schiotz
o Tonometri applanasi Goldmann
Merupakan metode yang paling sering digunakan dan memungkinkan
melakukan pemeriksaan pada posisi pasien duduk dalam beberapa detik.
Metode ini dapat mengeliminasi kekakuan dari sklera yang merupakan
sumber kesalahan.

Pemeriksaan Tonometri Aplannasi Goldmann


o Tonometri pneumatik non kontak
Merupakan pemeriksaan dengan menembakan udara 3ms secara langsung
ke kornea. Tonometer akan merekam defleksi dari kornea dan menghitung
tekanan intraokuler. Keuntungannya tidak memerlukan penggunaan

anestesi topikal, mengurangi risiko infeksi dan dapat dilakukan pada


keadaan konjungtivitis. Namun pemeriksaan ini kalibrasinya sulit,
pengukuran yang tepat hanya dapat dilakukan diantara tekanan yang
rendah dan sedang, tidak dapat digunakan bila ada skar pada kornea, dan
tidak nyaman untuk pasien.

Pemeriksaan Non Contact Tonometry


Pengukuran tekanan 24 jam dilakukan untuk menganalisis fluktuasi dari
tekanan intraocular selama 24 jam pada pasien dengan suspek glaukoma. Tekanan
tertinggi seringnya timbul pada malam hari atau awal pagi hari. Pada pasien
normal, fluktuasi dari tekanan intraokuler jarang melebihi 4-6 mmHg. Tekanan
diukur pukul 06.00 pagi dan 18.00 sore hari, 21.00 malam hari dan tengah malam.
Tonometric self-examination memungkinkan pasien untuk mengukur
tekanan intraokular sendiri dirumah. Bagaimana pun juga penggunaan alat
memerlukan kemampuan khusus. Tonometer portable pneumatic non contact telah
tersedia dan sesuai untuk tonometri di rumah, namun kekurangan dari alat ini
adalah harganya yang.

Portable

Pneumatic Non Contact

Tonometery

Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan pilihan untuk mengidentifikasi
bentuk respektif dari glaukoma. Gonioskopi dapat menilai sudut dengan

diletakan secara langsung pada kornea. Dapat dibedakan beberapa kondisi


yaitu sudut terbuka, sudut tertutup, akses sudut menyempit, sudut teroklusi
dan sudut terbuka tetapi disertai deposit sel inflamasi, eritrosit atau pigmen
pada jalinan trabekular.

Pemeriksaan Gonioskop

Pemeriksaan Lapang Pandang


Dapat dilakukan dengan uji konfrontasi atau dengan menggunakan alat
kampimeter

dan

perimeter.

Uji

konfrontasi

dilakukan

untuk

membandingkan lapamg pandang pasien dengan pemeriksa. Syarat uji ini


adalah lapangan pandang pemeriksa normal.
Dengan pemeriksaan perimeter atau kampimeter pada keadaan normal
akan didapatkan 90 derajat temporal, 60 derajat superior, 50 derajat nasal,
dan 70 derajat inferior. Perimeter merupakan alat berbentuk setengah bola
dengan jari-jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini mata penderita
diletakkan untuk diperiksa. Mata berfiksasi pada bagan sentral parabola
perimeter. Ada dua macam perimetri, yaitu perimeter kinetik yang disebut
juga perimeter isoptik dan topografik dimana pemeriksaan dilakukan
dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh
pasien. Dan perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve
differential threshold, dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan
objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh
pasien.

Perimeter statik
Lapang pandang

Oftalmoskop
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya, yang
ukurannya bervariasi tergantung pada jumlah relative serat yang menyusun
saraf optikus terhadap ukuran lubang sclera yang harus dilewati oleh seratserat tersebut. Atrofi optikus pada glaucoma menyebabkan berkurangnya
substansi diskus yang terdeteksi sebagai pembesaran cekungan diskus
optikus, disertai pemucatan diskus di daerah cekungan pada keadaan
kronik. Perubahan progresif dari diskus pada glaukoma berhubungan dekat
dengan peningkatan defek dari lapang pandang.

Perbandingan Cup Disc ratio pada glaucoma (1,0)

Tes provokasi
Dilakukan pada keadaan yang meragukan. Tes yang dilakukan tes kamar
gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud (prone test). Untuk
glaukoma sudut tertutup yang umum dilakukan adalah tes kamar gelap
agar pupil midriasis dan pada sudut bilik mata yang sempit, ini akan
menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata. Caranya adalah ukur TIO
awal, kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-90 menit dan ukur
segera TIO nya, kenaikan 3- 8mmHg maka tes provokasi (+).

Penatalaksanaan
Tujuan umum adalah menjaga keadaan diskus supaya tidak terjadi
kerusakan progresif dengan menurunkan TIO supaya suplai darah pada diskus
optikus

baik.Penatalaksanaanglaukoma

terdiri

dari

mengurangi

tekanan

intraokular, menekan inflamasi dan memulihkansudut yang tertutup.


Terapi dengan obat anti glaukoma, bisa diberikan sebagai obat tunggal
atau kombinasi. Bila pada diagnosis pertama didapatkan TIO yang tidak
membahayakan penglihatan dapat diberikan mulai dengan satu macam obat
bahkan bisa dimulai pada satu mata untuk mengetahui efek obat. Obat anti
glaukoma yang dapt digunakan adalah sebagai berikut.

1. Agen Osmotik
Berfungsi untuk menurunkan volume corpus vitreus dan menjernihkan
kornea, pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami
emesis. Penurunan tekanan dapat memulihkan iskemik iris dan

memperbaiki kepekaan terhadap pilokarpin dan obat lainnya. Obat jenis


ini dapat menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik
keluar dari corpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma akut
sudut tertutup. Gliserin 1 1,5 ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin
adalah obat yang paling sering digunakan, akan tetapi pemakaian pada
pasien diabetes dan lansia dengan gagal ginjal dan penyakit kardiovaskular
harus berhati-hati karena menyebabkan mual muntah. Menurunkan
tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian.
Pilihan lain adalah manitol dengan dosis 1-2 gram/kgBB dalam 50%
cairan. Aman digunakan pada pasien diabetes karena tidak di metabolisme.
Puncak hipotensif 1-3 jam. Bila tidak diberikan oral dapat secara intravena
dalam 20 % cairan dengan dosis 2 gr/kgBB selama 30 menit. Maksimal
penurunan tekanan dijumpai dalam 1 jam setelah pemberian iv. Pada
penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, karena volume
darah yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung yang
telah gagal.
2. Beta Bloker
Bekerja dengan mengurangi produksi humor akuos. Levobunolol atau
Timolol 0,25% - 0,5% 2-4 kali sehari. Obat tipe ini seringkali efektif
namun hati-hati pada pasien asma, penyakit jantung, gagal jantung,
depresi, dan miastenia gravis. Betaksolol 0,25%-0,5% 2 kali sehari, lebih
jarang menimbulkan komplikasi pada paru-paru. Periksa nadi sebelum dan
sesudah terapi. Pasien diabetes harus diperingatkan akan menurunya
sensitifitas terhadap gejala hipoglikemia.
3. Agonis 2-reseptor selektif
Dapat ditambahkan untuk lebih mengurangi produksi akuos humor dan
mengurangi hambatan outflow akuos. Brimonidin 0,2% 3 kali sehari atau
2 kali sehari bila dikombinasi. Jangan diberikan pada pasien yang sedang
mendapatkan

pengobatan

dengan

MAO

inhibitor

karenan

dapat

menyebabkan krisis hipertensi. Efek samping yaitu alergi, mulut kering,


dry eye, letargi, midriasis dan hipotensi.

4. Inhibitor Karbonik Anhidrase


Dapat mengurangi produksi humor akuos dengan menghambat karbonik
anhidrase dalam badan siliar sehingga mengurangi TIO secara cepat.
Asetazolamide merupakan pilihan yang tepat untuk penggunaaan darurat
pada glaukoma akut. Sebaiknya diberikan untuk dosis awal 500mg IV
yang diikuti 500 mg per oral. Dorzolamid 2% dapat menembus ke dalam
mata dengan aplikasi topikal. Brizolamid 1% 4 kali sehari dan 2 kali sehari
bila dikombinasi dengan beta bloker, dignakan untuk mengobati tekanan
yang menigkat pada mata karena glaukoma sudut terbuka juga untuk
kondisi hipertensi pada mata.
5. Analog Prostaglandin
Latanopros 0,005% setiap 4 jam dapat ditambahkan untuk menurunkan
TIO dengan cara meningkatkan outflow akuos humor. Kontraindikasi bagi
pasien dengan peradangan misalnya uveitis, edema makula atau wanita
hamil. Efek sampingnya meningkatkan pigmentasi melanin di iris, injeksi
konjungtiva, rasa perih dan bulu mata memanjang.
6. Parasimpatomimetika, Miotika
Pilokarpin 0,5-1% sampai 4%. Biasanya tak dapat ditoleransi oleh pasien
diatas 40 tahun karena spasme akomodatif. Kontraindikasi pada pasien
dengan hole pada retina karena akan meningkatkan risiko terjadinya
ablasio retina.
7. Carbonic anhydrase inhibitor sistemik
Methazolamide 25 sampai 50 mg per oral, 2-3 kali sehari atau
acetazolamide 125 sampai 250 mg per oral 2 sampai 4 kali sehari atau
acertazolamide 500mg per oral 2 kali sehari. Efek samping seperti
kelemahan, muntah, pusing dan parestesia sering terjadi.
Observasi respon terapi penting untuk melihat apakah respon terapi yang
menyelamatkan visus penderita, sehingga keputusan harus segera dibuat (paling
kurang dalam 2 jam setelah mendapat terapi medikamentosa intensif), untuk
tindakan selanjutnya, observasi meliputi :

Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil

Ukur tekanan intraokuler setiap 15 menit (terbaik dengan tonometri


aplanasi)

Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama apabila tekanan


intraokulernya sudah turun dan kornea sudah mulai jernih

Pada masa obaservasi ini yang dilihat adalah respon terapi. Respon
terapi dapat baik, jelek maupun sedang. Bila baik maka akan tejadi
perbaikan visus, kornea menjadi jernih, pupil konstriksi, tekanan
intraokuler menurun dan sudutnya terbuka kembali. Pada keadaan
ini dapat dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.

Jika pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih dianggap


lambat dalam menurunkan tekanan intraokuler ke tingkat yang aman dan kadangkadang justru setelah pemberian 2 atau 4 jam masih tetap tinggi. Sekarang ini
diperkenalkan cara menurunkan tekanan intraokuler yang cepat dengan teknik
parasintesis. Pada prosedur mata ini, mata dilakukan anestesi lokal, lalu jarum
dimasukan ke dalam bilik mata depan untuk mengeluarkan cairan akuos. Cairan
disedot sebanyak 0,05 ml, sehingga secara cepat dapat mengurangi tekanan di
mata. Cara ini juga dapat menghilangkan rasa nyeri dengan segera pada pasien.

Parasintesis
Terapi
iridoplasti.

laser
Laser

iridektomi dan
iridektomi

digunakan untuk mengeluarkan bagian iris untuk membangun kembali outflow


aqueos humor. Diindikasikan untuk glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil,
juga untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang beresiko yang
ditetapkan oleh gonioskopi. Laser iridoplasti bila gagal dengan medikamentosa
dan TIO tetap sekitar 40mmHg, visus jelek, kornea edema, dan pupil tetap

dilatasi. Dilakukan pembakaran iris agar otot sfingter iris berkontraksi sehingga
iris bergeser kemudian sudut pun terbuka.
Terapi bedah insisi dilakukan pada pasien yang tidak berhasil dengan
tindakan laser iridektomi seperti:

Pada situasi iris tidak dapat dilihat dengan jelas karena edema
kornea, hal ini sering terjadi pada pasien glaukoma akut berat yang
berlangsung 4-8 minggu

Sudut bilik mata depan dangkal, dengan kontak iridokorneal yang


luas

Pasien yang tidak kooperatif

Tidak tersedianya peralatan besar

Iridektomi bedah insisi dilakukan pada kasus glaukoma sudut tertutup sebagai
tindakan pencegahan. Dilakukan untuk mengangkat sebagian iris untuk
memungkinkan

aliran

lancar

kembali.

Trabekulektomi

dilakukan

untuk

menciptkan saluran pengaliran baru melalui sklera, meningkatkan aliran keluar


humor aqueos dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah. Tindakan ini
dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat atau setelah kegagalan
tindakan iridektomi perifer.
Ekstraksi lensa dilakukan apabila blok pupik jelas terlihat berhubungan
dengan katarak, ekstraksi lensa dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama.
Walaupun iridektomi laser dapat menghentikan serangan akut akibat blok pupil,
namun operasi katarak baik dilakukan agar lebih aman untuk waktu yang akan
datang. Tindakan profilaksis terhadap mata kontralateral dilakukan laser
iridektomi profilaksis, ini lebih disukai daripada perifer iridektomi bedah, yang
dilakukan pada mata kontralateral yang tidak mempunyai simptom.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah mata tetap merah dan TIO yang tetap
tinggi. Visus tetap kabur karena edem kornea yang menetap dan pupil tetap lebar.
COA yang tetap dangkal akan mengakibatkan sinekhia anterior perifer yang
menetap, kemudian penutupan sudut permanen sebagian atau seluruhnya. Dapat
juga terjadi katarak, nyeri yang terus menerus, dan buram yang menetap.

Pada keadaan akut, jika tidak segera ditangani akan menimbulkan beberapa
jenis kebutaan, yaitu:
Adanya blind spot pada penglihatan bagian perifer
Tunnel vision
Kebutaan total
2.4.12 Pencegahan
Pencegahan glaukoma akut dapat dilakukan pada orang yang telah berusia
20 tahun. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala secara
teratur tiap 3 tahun.Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka
lakukan pemeriksaan setiap tahun.Perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandang
dan tekanan mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma secara
teratur. Bila mata menjadi merah disertai sakit kepala yang berat, serta riwayat
keluarga yang pernah mengidap glaukoma segera lakukan pemeriksaan tekanan
bola mata.
Nutrisi yang adekuat ( banyak vitamin A dan beta karoten), pada penderita
diabetes melitus dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula karena salah satu
komplikasi dari diabetes adalah glaukoma, kemudian pada penderita hipertensi
dianjurkan untuk diet rendah garam karena jika tekanan darah naik cepat akan
menaikan tekanan bola mata. Olahraga yang teratur dapat merendahkan tekanan
bola mata.
Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak
bertambah parah atau untuk mencegah tingginya tekanan intraokular yaitu dengan
mengurangi

stress,

menghindari

baca

dekat,

hindari

pemakaian

obat

simpatomimetik, diet rendah natrium, pembatasan kafein, mencegah konstipasi,


menghindari manuver valsava seperti batuk, bersin, menempatkan pasien pada
posisi supinasi dapat membantu pasien lebih nyaman, dan orang yang beresiko
tinggi bisa melakukan iridektomi profilaksis.
Prognosis
Glaukoma akut merupakan kegawatdaruratan mata, yang harus segera
ditangani dalam 24-48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi
akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi kerusakan
penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta
permanen.

Anda mungkin juga menyukai