Abstrak
Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun angsana (Pterocarpus indicus Willd)
pada bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Escherichia coli, dan Pseudomonas
aeruginosa dan uji sediaan salap bentuk hidrofil dan hidrofob pada luka buatan kulit marmut yang
diinfeksikan dengan Staphylococcus aureus.
Ekstrak daun angsana dibuat secara perkolasi dengan etanol, lalu difraksinasi dengan kloroform dan
n-heksana. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun angsana secara in vitro diukur berdasarkan luas daerah
hambatan pertumbuhan bakteri dengan metode Kirby Bauer menggunakan media Mueller-Hinlton agar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak Etanol Daun Angsana (EEDA) mempunyai aktivitas
penghambatan pertumbuhan yang baik pada Staphylococcus aureus dan kurang baik pada Streptococcus
pyogenes dan Escherichia coli sedangkan Ekstrak Kloroform Daun Angsana (EKDA) dan Ekstrak
Heksana Daun Angsana (EHDA) tidak menunjukkan penghambatan pertumbuhan seluruh bakteri yang
diuji.
Kata kunci: Daun Angsana, Pterocarpus indicus Willd, Antibakteri, EEDA, EKDA, EHDA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angsana = sono kembang (Pterocarpus indicus
Willd) merupakan salah satu tumbuhan berkayu
berupa pohon dari famili Leguminosae, dengan sub
famili Papilionoideae. Tumbuhan ini telah dikenal
sejak lama di berbagai negara terutama di kawasan
Asia Tenggara seperti Filipina, Malaysia, Singapura,
dan Indonesia baik sebagai tumbuhan pelindung di
sepanjang pinggir jalan raya maupun sebagai hiasan
(http://www.mns.org.my/article.php?sid=318; Duaresma
dkk, 1977; info@wcmc. org.uk.).
Di samping itu tumbuhan ini juga banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya
daun muda untuk dimakan sebagai lalap, bunga
sebagai sumber madu, rebusan daun untuk sampo,
kayu sebagai bahan pembuatan perabot, dekorasi, dan
hiasan, sedangkan getahnya yang berwarna merah
sebagai pewarna hasil kerajinan tangan. Selain
sebagai ramuan obat tradisional (pengobatan kuno),
jus akar dipakai untuk pengobatan sifilis, getah
batang untuk mengobati kanker terutama kanker
mulut. Kulit kayunya digunakan sebagai antidiare,
antimalaria, meringankan penyakit kandung kemih,
udema, gangguan hati, dan meredakan sakit kepala.
Daun tumbuhan ini juga dapat menghambat
pertumbuhan sel tumor rongga perut, memecah batu
ginjal, gatal-gatal di kulit (eksim), sariawan,
2.1 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah daun muda angsana (Pterocarpus indicus
Willd) yaitu daun ke 25 dari pucuk, yang diambil
secara purposif dari pohon di tepi jalan
Sisingamangaraja Medan, etanol 96%, kloroform, nheksana, media Mueller-Hinton Agar (MHA), dan
gentamisin sulfat (dari CV. Varka Bayak Medan),
bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli
(diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Daerah
Medan yang langsung diisolasi dan dimurnikan dari
spesimen pasien).
2.2 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah timbangan, botol timbang, seperangkat alat
perkolasi (perkolator), seperangkat alat penguap
vakum putar (rotavapour), pengering dingin (feeze
dryer), cawan petri, beker gelas, gelas ukur, pencetak
lubang (punch hole) dengan diameter 6 mm, pipet
m, lemari pendingin, inkubator, lampu bunsen,
oven, autoklaf, penangas air, lumping dan alu, dan
pinset.
2.3 Susunan Rancangan Penelitian
Uji in vitro aktivitas EEDA, EKDA, dan EHDA
terhadap bakteri dilakukan dengan 2 perlakuan
(treatment) yaitu berdasarkan perbedaan jenis bakteri
(A) dan perbedaan konsentrasi larutan EEDA,
EKDA, dan EHDA (B).
Kode: A1
A2
A3
B1
B2
B3
A4
B4
B5
B6
= Staphylococcus aureus
= Streptococcus pyogenes
= Pseudomonas aeruginosa
= konsentrasi 600 mg/ml
= konsentrasi 500 mg/ml
= konsentrasi 400 mg/ml
= Escherichia coli
= konsentrasi 300 mg/ml
= konsentrasi 200 mg/ml
= konsentrasi 100 mg/ml
600
mg/ml
A1B1 1
A1B1 2
A1B1 3
A2B1 1
A2B1 2
A3B1 3
A3B1 1
A3B1 2
A3B1 3
A4B1 1
A4B1 2
A4B1 3
500
mg/ml
A1B2 1
A1B2 2
A1B2 3
A2B2 1
A2B2 2
A3B2 3
A3B2 1
A3B2 2
A3B2 3
A4B2 1
A4B2 2
A4B2 3
400
mg/ml
A1B3 1
A1B3 2
A1B3 3
A2B3 1
A2B3 2
A3B3 3
A3B3 1
A3B3 2
A3B3 3
A4B3 1
A4B3 2
A4B3 3
300
mg/ml
A1B4 1
A1B4 2
A1B4 3
A2B4 1
A2B4 2
A3B4 3
A3B4 1
A3B4 2
A3B4 3
A4B4 1
A4B4 2
A4B4 3
200
mg/ml
A1B5 1
A1B5 2
A1B5 3
A2B5 1
A2B5 2
A3B5 3
A3B5 1
A3B5 2
A3B5 3
A4B5 1
A4B5 2
A4B5 3
100
mg/ml
A1B6 1
A1B6 2
A1B6 3
A2B6 1
A2B6 2
A3B6 3
A3B6 1
A3B6 2
A3B6 3
A4B6 1
A4B6 2
A4B6 3
-2-
F
E
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
B
C
C
D
E
Escherichia coli
D
E
Pseudomonas aeruginosa
-3-
Gambar 3.1: Hambaran pertumbuhan beberapa bakteri oleh EEDA dan Gentamisin. A = Gentamisin Sulfat 40g/ml, B
= EEDA 500 mg/ml, C = EEDA 400 mg/ml; D = EEDA 300 mg/ml, E = EEDA 200 mg/ml, F = EEDA
100 mg/ml
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran diameter hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli oleh EEDA
Gentamisin
(40 g/ml)
Esktrak
(mg/ml)
600
500
400
300
200
100
S.aureus
17 0,29
16 0,29
16 0,29
14 0,29
12 0,29
11 0,29
9 0,29
-4-
13 0,29
11 0,29
8 0,29
7 0,29
-
11 0,29
8 0,29
-
B
C
B
C
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
B
C
C
B
E
D
E
Escherichia coli
Pseudomonas aeruginosa
Gambar 3.2. Hambatan pertumbuhan beberapa bakteri oleh EKDA dan Gentamisin. A = Gentamisin Sulfat
40g/ml, B = EKDA 500 mg/ml, C = EKDA 400 mg/ml; D = EKDA 300 mg/ml, E = EKDA 200
mg/ml, F = EEDA 100 mg/ml
Tabel 3.2. Hasil Pengukuran diameter hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli oleh EKDA
Gentamisin
(40 g/ml)
Esktrak
(mg/ml)
S.aureus
17 0,29
600
500
400
300
200
100
8 0,29
7 0,29
-
A
C
B
D
A
E
B
F
Streptococcus pyogenes
A
B
C
E
Staphylococcus aureus
A
E
F
Escherichia coli
C
E
B
F
Pseudomonas aeruginosa
Gambar 3.3. Gambaran pertumbuhan beberapa bakteri oleh EHDA dan Gentamisin. A= Gentamisin Sulfat
40g/ml, B= EHDA 500 mg/ml, C= EHDA 400 mg/ml; D= EHDA 300 mg/ml, E= EHDA 200
mg/ml,
F= EHDA 100 mg/ml
Secara keseluruhan EEDA mempunyai aktivitas
antibakteri yang lebih baik untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus karena
pada konsentrasi 100 mg/ml sudah menunjukkan
hambatan dengan diameter 9 0,29 mm, dan telah
menunjukkan hambatan yang baik pada konsentrasi
500 mg/ml dengan diameter 16 0,29 mm,
sedangkan EKDA dan EHDA tidak menunjukkan
aktivitas hambatan pertumbuhan yang berarti
terhadap seluruh bakteri yang diuji. Hal ini
kemungkinan karena senyawa yang tersari di dalam
EEDA bersifat polar seperti glikosida, flavon,
isoflavon, dan tannin mampu melewati dinding sel
bakteri Staphylococcus aureus secara difusi aktif dan
mempunyai aktivitas antibakteri, sedangkan senyawa
kimia yang tersari di dalam EKDA dan EHDA
bersifat non polar dan tidak ada yang mempunyai
aktivitas antibakteri.
-6-
2.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas
disarankan:
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Akpanyung, B.O., Udoh A.P., dan Akpan E.J.,
(1990), Chemical Composition of The Leaves
of Pterocarpus midbradedii, Plant Food Hum
Nuts, 48(3): 209-15.
Anief, M., (1986), Farmasetika, Edisi Pertama,
Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 125142.
Anonim, (1974), Ekstra Farmakope Indonesia,
Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
Anonim, (1980), Materia Medika Indonesia, Jilid I,
Jakarta, Departemen Kesehatan RI, Halaman 7
9.
Brooks, G.F., Buttel, J.S., dan Morse, S.A., (2001)
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, Judul Asli
Medical Microbiology Alih Bahasa Edi
Nugroho, Salemba Medika, Jakarta, hal. 233
238.
Cut, F., dkk, ( 2005) Uji coba aktivitasantibakteri
dari Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus
indicus Willd), Medan.
Grover, J.K., Vats, V., dan Yadav, S., (2002), Effect
of Feeding, Aqueous of Pterocarpus
marsupium on Glycogen Content of Tissue
and The Key an Enzymes of Carbohydrate
Metabolism, Mol Cell Biochem, 241 (12):
539.
Hanafiah, A.K., (2001), Rancangan Percobaan, Edisi
2, Raja Grafindo Persada, Jakarta, halaman
2568.
Hand, D.J., dan Taylor, C.C., (1993) Multivariate
Analysis of Variance and Repeated Measures:
A Practical Approach for Behavioral Scientist.
London: Chapman & Hall.
Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Terbitan 2,
Judul asli Phytochecimal Methode, Alih
Bahasa Kosasih Padmawinata, Iwang Soediro,
ITM, Bandung, halaman 18.
Jahromi,
M.A.,
dan
Ray
A.B.,
(1973),
Antyhiperlipidemic Effect of Flavonoids From
Pterocarpus marsupium, J. Nat Prod., 56(7):
98994.
Jawetz, E., Melnik, J., dan Adelberg E., (2001),
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, Judul Asli
Medical Microbiology Alih bahasa Edi
Nugroho, Maulany R.F., Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, hal. 1134 dan 317371.
Krishanaveni, K.S., dan Rao, J.V., (2000), An
Isoflavone from Pterocarpus santalinus,
Phytochemistry, 53(5): 6056.
Krishanaveni, K.S., Srinivase, J.V., dan Rao, (2000),
A New Triterpene from callus of Pterocarpus
santalinus, Fitoterapia, 71(1): 103.
Krishanaveni, K.S., Srinivase, J.V., dan Rao, (2000),
A New Isoflavone from Pterocarpus
santalinus, J. Asian Nat Prod, 2(3): 21923.
Kumari, S., dan Ichhpujani, R.L., (2000), Guildelines
on Standard Operating Procedures for
Microbiology, WHO, halaman 4351.
Mardisiswojo S., dan Rajamangunsudarso H., (1987),
Cabe Puyung Warisan Nenek Moyang, Edisi I,
Balai Pustaka, Jakarta, Jilid 1, halaman 192,
jilid 2 halaman 400.
Markham, K.R., (1988), Cara Mengidentifikasi
Falvonoid, Judul asli Technicques of
Falvonoid Identification, Alih Bahasa Kosasih
Padmawinata, Sofia Nikosolihin, ITB,
Bandung, halaman 111.
Masfria, (2000), Skrining Fitokimia dan Uji Efek
Antibakteri dari Beberapa Sediaan Tanaman
Semanggi (Oxalis corniculata L.) terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,
Media Farmasi, 8(2), 2000, halaman 128134.
Rivera-Ocasio, E., Aide T.M., dan Mc Millan W.O.
(2000), Patterns of Genetic Diversity and
Biogeorgrapical History of The Tropical
Wetland Tree, Pterocarpus officinale Jacq, in
the Caribbean basin, Mol Ecol, 11(4): 67583.
Sheehan, E.W., Zemaitis M.A., Slatkin D.J., dan
Schiff P.L., (1983), A Constituent of
Pterocarpus marsupium, (-)- Epicatechin, as
Potential Antidiabetic Agent, J Nat Prod,
46(2): 2324.
Sen Gupta P.C., dan Mkherjee, P.C., (1981), Newer
Applications of the Histological Stain
Prepared from Pterocarpus santalinus, Stain
Technol, 56(2): 7982.
Vats, V., Grover, J.K., dan Rathi, S.S., (2000),
Evaluation of Antihyperglycemic
and
Hypoglicemic Effect of Trigonella Foenum
Linn, Ocimum sanctum Linn and Pterocarpus
marsupium Linn in Normal and Aloxanized
Dibetic Rats, J. Ethnopharmacol, 79(1): 95
100.
____ , NFT Highlights, (1992) Pterocarpus Indicus,
The Majestic N-Fixing Tree,
Info@wcmc.org.uk.
____ , Narra: from Building Homes To Building
Health News
(http://www.citem.com.ph/biosearch/news4.htm)
.
-7-
-8-
http://laguna.net/~erdb/conopy/v26n3/_3.html.
____ , Tree Conservation Information Service
Pterocarpus indicus,
http://www.wcmc.org.uk/trees/Speciesintrade/
Pterocarpus indicus.htm.