MAKALAH
Disusun Dalam Rangka Seleksi Calon Kepala Sekolah
Tahun 2007
Disusun Oleh :
SUMARSO, S.Pd.
NIP : 132166128
DINAS PENDIDIKAN
HALAMAN PENGESAHAN
Di
Disahkan :
: Saketi
Pengawas Pembina :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan
nikmat, sehingga Makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai salah satu
persyaratan seleksi Calon Kepala Sekolah.
Makalah yang penulis ajukan adalah berjudul : MANAJEMEN SEKOLAH
YANG EFEKTIF DENGAN PENDEKATAN POLA SUMARSO, yang merupakan
gagasan dari penulis dalam mengelola sekolah yang efektif, karena calon Kepala Sekolah
dituntut untuk dapat menggerakan dan mengelola sekolah sehingga fungsi sekolah
sebagai agen pembelajaran untuk menyiapkan peserta didik dalam kehidupan masyarakat
dapat tercapai secara baik sesuai dengan tujuan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang
2. Bapak Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang
3. Bapak Kepala SMP Negeri 2 Saketi, Kabupaten Pandeglang
4. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 2 Saketi
Karena berkat segala dorongan, bimbingan serta saran, makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan dari Bapak dan Ibu, Amin.
Saketi,
Oktober 2007
Penulis
SUMARSO, S.Pd.
NIP : 132166128
DAFTAR ISI
Halaman :
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
..............................................................................................
.......................................................................................................
ii
.............................................................................................................
iii
PENDAHULUAN
..................................................................................
A. Latar Belakang
...............................................................................
B. Ruang Lingkup
...............................................................................
..............................................................................................
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
..........................................................
1. SIMPLE
........................................................................................
2. UNIFIED
........................................................................................
3. MEANINGFUL
...............................................................................
4. ACCEPTABLE
...............................................................................
5. REASONABLE
...............................................................................
6. SENSIBLE
.....................................................................................
7. OPTIMAL
.....................................................................................
...........................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
adalah urusan pusat, kepala sekolah dan guru harus melaksanakannya sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.
MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isyu
kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan
serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang diambil.
Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar pengertian MBS,
manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang terpenting adalah
pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.
Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : kebijakan dan
penyelenggaraan
production
pendidikan
function
atau
nasional
input-input
menggunakan
analisis
pendekatan
yang
tidak
educational
consisten;
2)
3
Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap
bekerja membangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatan itu setiap siswa
diharapkan akan mendapatkan pembekalan life skills yang berisi pemahaman yang
luas dan mendalam tentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dan saling
memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapat memperoleh masukan baru dari insan
yang mencintainya, dan lingkungannya dapat memberikan topangan hidup yang
mengantarkan manusia yang mencintainya menikmati kesejahteraan dunia akhirat
Untuk merealisasikan kebijakan diatas maka sekolah perlu melakukan
manajemen peningkatan mutu. Manajemen Peningkatan Mutu (MPM) ini merupakan
suatu model yang dikembangkan di dunia pendidikan, seperti yang telah berjalan di
Sidney, Australia yang mencakup : a) School Review, b) Quality Assurance, dan c)
Quality Control, dipadukan dengan model yang dikembangkan di Pittsburg, Amerika
Serikat oleh Donald Adams, dkk. Dan model peningkatan mutu sekolah dasar yang
dikembangkan oleh Sukamto, dkk. Dari IKIP Yogyakarta (Hand Out, Pelatihan calon
Kepala Sekolah).
Manajemen peningkatan mutu sekolah adalah suatu metode peningkatan mutu
yang bertumpu pada sekolah itu sendiri, mengaplikasikan sekumpulan teknik,
mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan
semua komponen sekolah untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas
dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan
masyarakat. Dalam Peningkatan Mutu yang selanjutnya disingtkat MPM, terkandung
upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun
administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak
lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf
administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
4
Dari uraian diatas penulis mencoba menuangkan gagasan pengelolaan sekolah
yang efektif sesuai dengan semangat otonomi sekolah dan manajemen berbasis
sekolah dengan satu pendekatan yang penulis sebut dengan pola SUMARSO
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin memberikan gagasan tentang
pengelolaan sekolah yang efektif dengan pendekatan pola SUMARSO yang
merupakan salah satu persyaratan dalam seleksi Calon Kepala Sekolah tahun 2007.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
6
Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berupaya mewujudkan kondisi sosial yang
mendukung kegiatan sekolah. Demi suksesnya dalam mengemban berbagai beban dan
tugas, maka ia harus memiliki beberapa sifat berkaitan dengan kepribadiannya dan
profesinya.
Dari uraian diatas penulis mencoba mengajukan gagasan bagaimana mengelola
sekolah yang efektif dengan pola yang penulis sebut dengan SUMARSO.
Pola SUMARSO merupakan akronim atau singkatan dari Simple, Unified,
Meaningful, Acceptable, Reasonable, Sensible, dan Optimal.
Unsur tersebut penulis anggap merupakan sifat atau pola yang efektif diterapkan dalam
mengelola sebuah sekolah.
Untuk lebih jelasnya penulis ingin menguraiakan unsur-unsur pola SUMARSO
satu persatu, seperti dibawah ini :
1. SIMPLE
7
secara berlebihan, maka kemungkinan terjadi situasi yang tidak sehat dapat muncul.
Sehingga timbul suasana yang tidak kondusif yang pada akhirnya tidak dapat
mewujudkan teamwork yang solid untuk melaksanakan semua rencana sekolah yang
telah ditetapkan.
2. UNIFIED
3. MEANINGFUL
Meaningful artinya adalah berarti atau penuh arti. Berarti atau penuh arti
penulis maksudkan bahwa kepala sekolah dalam menentukan visi, misi dan strategi
sekolah selain sederhana juga harus berarti atau penuh arti, sehingga jelas kemana
arah serta tujuan sekolah yang dipimpinnya.
Penuh arti juga diterapkan dalam kehidupan sekolah sehari-hari, artinya
kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang menimbulkan kesan positif
kepada warga sekolah, sehingga timbul rasa memiliki dan motivasi untuk berprestasi
dari semua warga sekolah.
8
Tindakan konkrit dari kepala sekolah contohnya adalah memberikan
penghargaan kepada setiap warga sekolah yang berprestasi serta pujian dengan katakata yang berkesan pada warga sekolah, serta memberikan hukuman kepada warga
sekolah yang membuat pelanggaran atau kesalahan, tentunya dengan hukuman atau
teguran yang bijaksana dan tidak menimbulkan rasa sakit hati.
4. ACCEPTABLE
5. REASONABLE
9
6. SENSIBLE
7. OPTIMAL
10
semua yang mereka lakukan. Sudah barang tentu dengan didasarkan pada komitmen
untuk mengembangkan budaya mutu bagi sekolah. Pada gilirannya, pemberdayaan
guru mengacu pada pemberian kewenangan penuh dalam melakukan perbaikan mutu
sejalan dengan budaya mutu yang dikembangkan, sehingga inisiatif, kreatifitas dan
sikap proaktifnya tumbuh dengan penuh tanggung jawab bagi sekolah.
Menurut Sue Law dan Derek Glover (2002) dalam Syafaruddin (2002:69)
berpendapat bahwa beberapa elemen motivator positif bagi guru dalam proses
manajemen pendidikan, yaitu : (1) pengembangan pelajar dan pembelajaran. (2) sikap
antusias terhadap mata pelajaran mereka. (3) pengakuan, minat, harga diri, dan
dukungan. (4) kesempatan memberikan kontribusi dan pencerahan. (5) kesempatan
memberikan tanggung jawab. (6) tantangan terhadap ketrampilan profesional mereka.
(7) memberikan inspirasi terhadap yang lain. (8) membuka peluang prospek karier
para guru.
Mengoptimalkan semua potensi sekolah termasuk mengoptimalkan potensi
guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran menjadi sangat berarti dalam
peningkatan mutu pembelajaran yang akhirnya dapat membawa kedalam peningkatan
mutu sekolah.
Demikian uraian dan gagasan dari penulis sebagai masukan dalam upaya
pengelolaan sekolah yang efektif, dengan menggunakan pola SUMARSO. Penulis
berharap betapapun sederhana gagasan ini, semoga dapat memberikan inspirasi bagi
kepala sekolah maupun calon kepala sekolah dalam mengelola sekolah sehingga tujuan
sekolah yang bermutu dapat terwujud.
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Sukamto, dkk. (2000). Hand Out Pelatihan Calon Kepala Sekolah. IKIP Jogjakarta
12