Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum ke 12

M.K. Pengemasan Pangan

Tanggal Mulai
Tanggal Selesai

: 15 Mei 2012
: 15 Mei 2012

SIFAT KIMIA DAN EKSTRAKSI BAHAN PENGEMAS


Oleh :
Kelompok 3/A-P2
Suci Ramadhani

J3E111003

Rico Fernando Theo

J3E111044

Pratiwi Indah Ekasastri

J3E111055

Eka Nina

J3E111107

Wulan Dewi S

J3E111135
Asisten Praktikum :
Sofiatul Andariah

Penanggung Jawab :
Dwi Yuni Hastati, STP,DEA

PROGRAM KEAHLIAN SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, pangan merupakan salah satu. kebutuhan primer
manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, produk pangan pun mengalami
perkembangan, antara lain dari segi teknik pengolahan, pengawetan, pengemasan dan
distribusinya. Hal tersebut memungkinkan suatu produk pangan yang dihasilkan di
suatu tempat dapat diperoleh di tempat lain.
Kebanyakan produk pangan yang ada di pasaran telah dikemas sedemikian
rupa sehingga mempermudah konsumen untuk mengenali serta membawanya. Secara
umum, kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau
membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan
pangan.
Selain untuk mewadahi/membungkus pangan, kemasan pangan juga
mempunyai berbagai fungsi lain, diantaranya untuk menjaga pangan tetap bersih serta
mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme, menjaga produk dari kerusakan
fisik, menjaga produk dari kerusakan kimiawi (misalnya permeasi gas, kelembaban
atau uap air), mempermudah pengangkutan dan distrisbusi, mempermudah
penyimpanan;memberikan informasi mengenai produk pangan dan instruksi lain pada
label, menyeragamkan volume atau berat produk dan membuat tampilan produk lebih
menarik sekaligus menjadi media promosi.
Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan terutama karena keunggulannya
dalam hal bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang
dikemas, berbobot ringan, tidak mudah pecah, bersifat transparan atau tembus
pandang, mudah diberi label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara
massal, harga relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.
Walaupun plastik memiliki banyak keunggulan, terdapat pula kelemahan
plastik bila digunakan sebagai kemasan pangan, yaitu jenis tertentu (misalnya PE, PP,
PVC) tidaktahan panas, berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari

sisa monomer dari polimer dan plastik merupakan bahan yang sulit terbiodegradasi
sehingga dapat mencemari lingkungan.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengenal sifat-sifat kelarutan
masing-masing bahan pengemas terhadap bahan kimia.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan bahan.
Pada praktikum ini, alat yang digunakan adalah gunting, label, karet, gelas
jar, penggaris, dan neraca digital. Bahan yang digunakan adalah plastik PP, HDPE,
LDPE, selopan, alkohol, larutan NaOH 10%, larutan minyak, larutan sabun,
larutan asam sitrat 10%, larutan H2O2, dan larutan aquades .
2.2 Metode
Disipakan plastik LDPE, PP, Celopan, HDPE

Siapkan larutan H2O2, NaOH, asam sitrat, aquades, sabun dan minyak didalam
gelas jar

Gunting masing-masing plastik tersebut dengan ukuran 5 X 15 cm

Timbang setiap potongan plastik tersebut sebagai berat awal

Dimasukkan masing-masing plastik sebanyak satu bauh kedalam gelas jar yang
sudah diisi

Beri label pada setiap gelas jar sesuai larutan yang ada didalamnya

Tutup gelas jar dengan plastik

Simpan sesuai waktu yang ditentukan

Timbang plastik pada hari ke-3, ke-5 ke-10

Bersihkan dahulu sebelum ditimbang dengan air dan alkohol


Lap hingga kering

ditimbang

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Perubahan Berat Plastik HDPE, LDPE, PP, Celophan
Sampel
HDPE

Ulanga
n
1
2
3

H2O2
0
3
5
0,3 0,3
0,1 0,2
0,2 0,2 0,2

Rata-rata

0,2
0,2
0,2 0,2

Rata-rata

0,2
0,2
0,2 0,2

Rata-rata
1
2
3

CELOPHA
N

0,2

0,2
0,3
0,2

0,3
0,2
0,2

0,2

0,2 0,23 0,23


1
2
3

PP

0,2 0,23 0,23


1
2
3

LDPE

10
0,2
0,3
0,2

10 0
0,2
0,2
0,2 0,2

Minyak
3
5
0,2 0,2
0,2 0,2
0,2 0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2 0,23

0,2
0,2
0,2

0,3
0,2
0,2

0,2
0,2
0,2 0,2

0,3
0,2
0,1

0,2
0,2
0,2

0,2

0,23 0,2

0,2

0,2 0,23

0,2
0,2
0,2

0,1
0,2
0,3

0,2
0,2
0,3 0,2

0,2
0,2
0,3

0,2
0,2
0,2

0,2
0,2
0,2

10
0,3
0,2
0,2

0,2
0,2
0,3

0,2
0,3
0,2

0,2
0,2
0,2

0,2 0,23

0,2

0,2

0,2

0,2

0,23 0,2

0,2

0,2
0,1
0,2

0,1
0,2
0,2
0,1
7

0,2
0,2
0,1

0,2
0,2
0,1 0,2

0,2
0,2
0,1

0,1
0,2
0,2

0,1
0,1
0,2 0,1

Rata-rata

Aquades
3
5
0,1 0,2
0,3 0,2
0,2 0,2

0,1
0,1
0,2

0,2

0,2

0,1 0,13 0,17

0,17 0,2

0,1
0,1
0,1

0,17 0,1 0,17

Tabel 2. Perubahan Berat Plastik HDPE, LDPE, PP, Celophan


Sampel

Ulanga
n

1
HDPE

2
3

0,
2

Rata-rata
LDPE

0,
2

Sabun
3
5

10

0,3

0,2

0,2

0,3

0,2

0,2

0,2

0,1

0,3

0,2
7
0,3

0,1
7
0,2

0,2
3
0,3

0,
2

0,
2

NaOH
3
5
0,2

0,2

0,3

0,2

0,1

0,2

0,2

0,2

0,2

0,3

10
0,
2
0,
3
0,
2
0,
2
0,
2

0,
2

0,
2

As. Sitrat
3
5

10

0,2

0,2

0,2

0,1

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,1
7
0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,3

0,2

0,2
3

0,2

0,2
3

0,2
3

0,2
3

0,2

0,2

0,2

0,1

0,3

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,1
7

0,2
3

0,2

0,2

0,1

0,2

0,1

0,2

0,1

0,1

0,1

0,2

0,2

0,1

0,2

0,1

0,2

0,2

0,1
3

0,1
3

0,1
3

0,1
7

Rata-rata
1
PP

2
3

0,
2

Rata-rata
1
CELOPHA
N

2
3

Rata-rata

0,
2

0,
2

0,
2

0,
1
0,
2
0,
2
0,
2
0,
2
0,
3
0,
2
0,
2
0,
1
0,
1
0,
1

0,
2

0,
2

0,1

0,2

0,2

0,2

0,3

0,2

0,1
7

0,2
3

0,2

0,3

0,2

0,2

0,2

0,2

0,2

0,3

0,2

0,2

0,2
7

0,2

0,2

0,1

0,2

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,2

0,2

0,1

0,1
7

0,1
3

Grafik 1. Perubahan Berat Plastik Pada Larutan H2O2

H2O2
0.25
0.2
0.15
Perubahan Berat 0.1
0.05
0
0

HDPE
LDPE
PP
CELLOPHAN
3

10

Hari

Grafik 2. Perubahan Berat Plastik Pada LarutanAquades

AQUADES
0.25

Perubahan Berat

0.2

HDPE

0.15

LDPE
PP

0.1

CELLOPHAN

0.05
0
0

10

Hari

Grafik 3. Perubahan Berat Plastik Pada Larutan Minyak

MINYAK
0.25

Perubahan Berat

0.2

HDPE

0.15

LDPE

0.1

PP

0.05

CELLOPHAN

0
0

10

Hari

Grafik 4. Perubahan Berat Plastik Pada Larutan Sabun

Sabun
0.3
0.25
0.2
0.15
Berat (gr)
0.1
0.05
0

LDPE
HDPE
PP
Cellophan
0

3
Hari

10

Grafik 5. Perubahan Berat Plastik Pada Larutan Asam Sitrat

Asam Sitrat
0.3
0.25
0.2
0.15
Berat (gr)
0.1
0.05
0

LDPE
HDPE
PP
Cellophan
0

10

Hari

Grafik 6. Perubahan Berat Plastik Pada Larutan NaOH

NaOH
0.25
0.2
0.15
Berat (gr) 0.1
0.05
0

LDPE
HDPE
PP
Cellophan
0

3
Hari

10

3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan uji sifat kimia dan ekstraksi bahan kemasan.
Pengujian dilakukan dengan bahan kemasan plastik yang dicelupkan ke dalam
larutan kimia. Bahan kemasan plastik yang digunakan adalah PP, HDPE, LDPE,
dan Selofan. Larutan yang digunakan adalah minyak, aquades, H2O2, asam sitrat,
NaOH, dan larutan sabun. Setiap sampel plastik ditimbang sebanyak tiga kali
ulangan, kemudian dicelupkan ke dalam masing-masing larutan. Setelah itu,
dilakukan pengamatan dengan pada hari ke 3, 5, dan 10. Amati perubahan berat
setiap sampel plastik.
Pengujian sampel dengan menggunakan keenam larutan ini karena
mewakili beberapa jenis senyawa kimia pada bahan pangan yang sering
berhubungan dengan kemasan plastik pada saat pengemasan, yaitu sabun yang
merupakan pelarut organik, asam sitrat yang bersifat asam, NaOH yang bersifat
basa, H2O2 yang bersifat atau berperan sebagai oksidator, minyak yang bersifat
berlemak, dan aquades yang bersifat netral.
Adannya perubahan pada berat seperti penurunan atau kenaikkan berat
yang terjadi dapat menunjukkan tingkat kelarutan kemasan plastik terhadap
berbagai senyawa kimia atau dapat meresapnnya suatu larutan ke dalam suatu
kemasan plastik.
3.2.1 PP
Polypropylene adalah suatu material hemat yang menawarkansuatu
kombinasi antara, bahan kimia, mekanik, kekayaan elektrik danyang berkenaan
dengan panas yang tidak ditemukan pada termo-plastik lain. Polyethylene mempunyai
kelebihan dimana tahan terhadaptemperatur tinggi dan memiliki elastisitas.
Polypropylene memiliki sifat mampu larut dalam organik, degreasing agen dan
electrolytic menyerang
Dari hasil pengamatan, plastik PP yang direndam dalam larutan minyak
mengalami perubahan berat dari hari ke 0, yaitu 0,2 gr menjadi 0, 23 gr pada hari
ke 3, pada hari ke 5 menjadi 0,20 gr, dan pada hari ke10 menjadi 0,20 gr. Plastik
PP yang direndam dalam larutan aquades mengalami perubahan berat dari hari ke
0, yaitu 0,2 gr menjadi 0,2 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5 menjadi 0,2 gr, dan
pada hari ke10 menjadi 0,2 gr.

Plastik PP yang direndam dalam larutan NaOH mengalami perubahan


berat dari hari ke 0, yaitu 0,2 gr menjadi 0, 17 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5
menjadi 0,23 gr, dan pada hari ke10 menjadi 0,2 gr. Plastik PP yang direndam
dalam larutan sabun mengalami perubahan berat dari hari ke 0, yaitu 0,2 gr
menjadi 0, 2 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5 menjadi 0,2 gr, dan pada hari ke10
menjadi 0,2 gr.
Plastik PP yang direndam dalam larutan Asam Sitrat mengalami perubahan
berat dari hari ke 0, yaitu 0,2 gr menjadi 0,27 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5
menjadi 0,2 gr, dan pada hari ke10 menjadi 0,2 gr. Plastik PP yang direndam
dalam larutan H2O2 mengalami perubahan berat dari hari ke 0, yaitu 0,2 gr
menjadi 0,2 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5 menjadi 0,23 gr, dan pada hari ke10
menjadi 0,2 gr.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat terlihat bahwa PP tidak mengalami
perubahan berat dalam larutan aquades, dan sabun. Hal ini menunjukkan senyawa
aquades dan sabun tidak meresap masuk ke dalam kemasan plastik sehingga dapat
dikatakan PP tahan terhadap produk yang bersifat netral dan pelarut
organik.Namun, menurut literatur seharusnya PP mengalami pengurangan berat
karena sifatnya yang larut dalam organik. Namun, PP mengalami penurunan dan
kenaikan berat dalam larutan minyak, H2O2, asam sitrat, NaOH. Hal ini
menunjukkan plastik PP mengalami kelarutan dan penambahan berat pada
senyawa minyak, H2O2, asam sitrat, NaOH, dan minyak sehingga dapat dikatakan
stabil dan memiliki ketahanan yang cukup baik. Hasil ini tidak sesuai dengan
literatur yang mengatakan bahwa PP memiliki ketahanan oksidasi yang rendah.
Secara umum sifat-sifat polipropilen hambir sama dengan polietilene.
Masa jenisnya rendah (0,90-0,92). Termasuk kelompok yang paling ringan
diantara bahan polimer. Dapat terbakar kalau dinyalakan. Dibandingkan dengan
polietilen masa jenis tinggi titik lunaknya tinggi sekali (170 C), kekuatan tarik,
kekuatan lentur dankekakuannya lebih tinggi, tetapi ketahanan impaknya rendah
terutama pada temperatur rendah. Sifat tembus cahayanya pada pencetakan lebih
baik dari pada polietilen dengan permukaan yang mengkilap, penyusutannya pada
pencetakan kecil, penampilan dan ketelitian dimensinya lebih baik. Ketahanan
kimianya kira-kira sama bahkan lebih baik dari pada polietilen masa jenis

tinggi.Molekul polipropilen mengandung atom karbon tertier dengan gugus metil


rantai utama. Atom hidrogen terikat pada atomkarbon tertier yang mudah bereaksi
dengan oksigen dan ozon yang menyebabkan ketahanan oksidasinya lebih kecil
dari pada polietilen. Dilain pihak karena temperatur pengolahan lebih tinggi dari
pada polietilen, oksidasi harus dicegah. Fenol alkil dipakai sebagai antioksidasi
yang dikombinasikan dengan senyawa belerang organik atau senyawa amin.
3.2.2 HDPE
HDPE merupakan salah satu jenis poliethylen. Polyetilen merupakan film
yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta
kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair
pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat
mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi,
yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang
thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang
baik (Sacharow dan Griffin, 1970). Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi
adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan
batubara. Proses polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama
dengan polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000
atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran
dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan
rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun
paralel.
Beradasarkan densitasnya polietilen dibedakan menjadi dua jenis yaitu
high density polyetilen ( HDPE) dan low density Polietilen ( LDPE). Pada plastik
LDPE ini densitasnya lebih rendah dibandingkan dengan plastik LDPE hal ini
karena pada plastik HDPE karena pada plastik LDPE ini memiliki sedikit cabang
pada rantai antara molekulnya dan menyebabkan plastik ini memiliki densitas
yang rendah. Sedangkan pada plastik HDPE ini memiliki rantai cabang jumlah
rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian,
high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan
terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam
menentukan titik leleh plastik.

Pada praktikum ini sampel ( plastik HDPE, LDPE, CELLOPHAN, dan


PP) di potong menjadi ukuran 15 x 15 cm2 hal ini bertujuan agar plastik lebih
mudah diamati dan dimasukkan kedalam gelas jar, setelah dipotong plastik di
masukkan kedalam gelas jar yang berisi larutan NaOh, asam sitrat, larutan sabun,
H2O2, aquades dan minyak. Penggunaan NaOH dan larutan sabun ini bertujuan
untuk mengetahui ketahannan plastik terhadap larutan basa, penggunaan larutan
asam sitrat bertujuan untuk mengetahui ketahan plastik terhadap asam, larutan
H2O2 digunakan untuk mengetahui ketahanan terhadap produk yang bersifat atau
berperan sebagai oksidator, minyak digunakan untuk mengetahui ketahanan
plastik terhadap lemak, dan penggunaan larutan aquades sendiri untuk mengetahui
ketahan plastik terhadap air. Setelah dimasukkan kedalam larutan tersebut plastik
diamati dengan cara ditimbang pada hari ke 3, ke 5 dan hari ke 10. Sebelum
dilakukan penimbangan plastik dicuci menggunakan air tetapi untuk plastik yang
dimasukkan kedalam minyak dicuci dengan alkohol karen alkohol dapat
mengemulsi minyak karena alkohol sama dengan minyak bersifat non polar
pada hari ke 0 ( pada hari praktikum) berat plastik HDPE yang sebesar
0,2 gram kecuali cellopan sebesar 0,1 gram. Pada hari ketiga berat dari plastik
HDPE yang disimpan dalam larutan sabun sebesar 0,27 gram dan selisih beratnya
menjadi 0,07 gram, pada hari lima berat plastik berubah menjadi 0,17 gram dan
selisih beratnya menjadi 0,1 gram hal ini menunjukkan bahwa berat dari
kemasan mengalami penurunan tetapi. pada hari kesepuluh berat plastik menjadi
0,23 dan selisihnya sebesar 0,06 gram
Sedangkan untuk plastik yang disimpan didalam larutan NaOH berat
plastik pada hari ke nol menjadi 0,2 gram, pada hari ketiga beratnya menjadi 0,2
gram selisih beratnya sebesar 0 gram , pada hari kelima berat dari plastik tetap
yaitu sebesar 0,2 gram dan selisihnyapun sama yaitu sebesar 0 gram tetapi pada
hari kesepuluh berat dari plastik meningkat menjadi 0,23 gram dan selisihnya
sebesar 0,03 gram.
Kedua larutan ini digunakan untuk mengetahui pengaruh plastik HDPE
terhadap basa yaitu larutan sabun dan larutan NaOH. Menurut teori plastik HDPE
merupakan plastik yang tahan terhadap basa sehingga akan didapatkan selisih
berat plastik akan cenderung kecil atau pun tetap karena basa yang akan lebih sulit

menyerap kedalam bahan. Hal ini sesuai dengan praktikum terhadap plastik yang
disimpan didalam larutan NaOH berat plastiknya tetap dari hari ke 0 sampai hari
kelima yaitu sebesar 0,2 gram tetapi setelah sepuluh hari berat dari plastik
meningkat menjadi 0,3 gram. Peningkatan berat tersebut karena semakin lama
direndam maka kemampuan plastik untuk menahan NaOH masuk akan semakin
menurun. Sedangkan pada larutan sabun berat dari plastik tidak teratur hal ini
ditunjukan pada berat plastik pada hari kelima terdapat penurunan berat plastik
sebesar 0, 1 gram penurunan ini bisa disebabkan karena pada saat pencucian ada
larutan sabun yang ikut larut oleh air.
Pada larutan asam sitrat berat plastik awal sebesar 0,2 gram pada, pada
hari ketiga berat plastik menjadi 0,17 gram dan selisihnya sebesar 0,03 hal ini
menunjukkan bahwa berat pada plastik tidak mengalami peningkatan melainnkan
mengalami penurunana. Pada hari kelima berat plastik menjadi 0,2 gram dan
selisihnya sebesar 0,03 gram. Pada hari kesepuluh berat plastik tidak mengalami
perubahan berat yaitu tetap sebesar 0,2 gram.
Menurut teori plastik HDPE ini selain tahan terhadap basa plastik HDPE
ini juga tahan terhadap asam sehingga semakin lama waktu perendaman maka
berat dari plastik akan cenderung tetap karena plastik akan menahan masuknya
asam kedalam kemasan. pada praktikum terlihat bahwa pada hari ke tiga terdapat
penurunan berat. Hal ini menunjukan bahwa terdapat asam yang keluar dari
kemasan padahal seharusnya asam tidak dapat keluar dari kemasan. hal tersebut
bisa disebabkan pada saat pencucian karena asam sitrat merupakan bahan yang
mudah larut dalam air sehingga ketika dicuci kemungkinan terdapat bahan HDPE
yang ikut terlarut juga. Dan pada hari kesepuluh berat kembali bertambah hal ini
menunjukan bahwa terdapat asam yang terserap kedalam kemasan.
Pada plastik HDPE yang disimpan pada aquades berat plastik pada hari ke
nol sampai pada hari kesepuluh berat dari plastik tetap yaitu 0,2 gram hal ini
menunjukan bahwa plastik HDPE ini sangat tahan terhadap air, artinya air benar
benar tidak dapat menyerap air kedalam plastik. Sehingga plastik ini cocok
digunakan sebagai penutup wadah karena memepunyai kerapatan yang tinggi dan
memberikan perlindungan yang baik terhadap air.

Plastik yang disimpan didalam larutan minyak berat awal plastik sebesar
0,2 gram,. Setelah disimpan didalam larutan selama 3 hri dan lima hari berat
masih tetap sama yaitu sebanyak 0,2 gram. Sedangkan setelah sepuluh hari berat
meningkat menjadi 0,23 gram. Penambahan berat ini menunjukan bahwa pada
waktu sepuluh hari kemasan plastik ini mulai dapat menyerap minyak yang ada.
Pada larutan H2O2 berat plastik sebesar 0,2 gram, pada hari ketiga berat
plastik tetap yaitu sebesar 0,2 gram, pada hari kelima dan pada hari kesepuluh
berat dari plastik bertambah menjadi 0,23 gram. hal ini menunjukan bahwa pada
hari ketiga plastik sudah mulai menyerap oksigen yang ada karena H2O2 ini
berfungsi sebagai pengoksidasi.
Bila dibandingkan antar larutan berdasarkan waktu dimulainya penyerapan
larutan oleh plastik terlihat bahwa penyerapan paling cepat terjadi pada plastik
HDPE yang disimpan pada larutan H2O2. Pada larutan ini oksigen dari H2O2 cepat
diserap oleh plastik hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa plastik
HDPE tahan terhadap, asam, basa, airdan minyak tetapi tidak tahan terhadap
oksigen sehingga biasanya kemasan ini digunakan untuk produk yang hanya
menuntut agar produk tetap kering saja .
3.2.3 LDPE
Pada pengujian plastik LDPE, perubahan berat setelah perendaman dapat
terlihat dengan cara menimbang nya setiap waktu yang ditentukan. Dilihat berat
awal plastik LDPE yaitu 0,2 gram. Baik ulangan pertama, kedua ataupun ketiga.
Palstik yang digunakan memiliki ukuran yang sama.setelah pembagian plastik dan
ditimbang, disiapkan juga larutan sabun, minyak, NaOH, asam sitrat, aquades dan
H2O2. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam gelas jar. Dan disetiap larutan
dimasukkan 3 macam plastik.
Dalam larutan sabun setelah lama penyimpanan selama 3 hari dapat dilihat
perubahannya dengan menimbang kembali plastik dalam setiap larutan tersebut
dan hasil penimbangan itu terjadi penambahan berat pada plastik LDPE ulangan
pertama yaitu berat plastik menjadi 0,3 gram. Tetapi berat plastik LDPE ulangan
dua dan tiga tidak mengalami perubahan berat. Hal ini terjadi karena tidak adanya
reaksi antara plastik dengan larutan sabun. Setelah melakukan penimbangan pada
hari ke-3, dapat diperoleh rata-rata berat plastik sebesar 0,23 gram. Setelah

penyimpanan 5 hari kembali ada perubahan pada ulangan pertama, tetapi


perubahan ini berat plastik menjadi berkurang dan kembali ke berat awal. Hal ini
kemungkinan adanya kesalahan penimbangan pada hari ke-3 atau hari ke-5.
Faktor lain yang mempengaruhinya juga kemungkinan pada saat pembersihan
sebelum penimbangan tidak benar-benar bersih. Sedangkan plastik LDPE lain
tidak mengalami perubahan. Dan rata-rata berat plastik pada hari ke-5 adalah 0,2
gram. Dan pada hari terakhir yaitu haru ke-10 dapat dilihat perubahan kembali
pada plastik LDPE ulangan pertama yaitu berat plastik menjadi 0,3 gram kembali
pada berat hari ke-3. Perubahan ini kemungkinan terjadi karena plastik tersebut
dapat bereaksi dengan larutan sabun dan setelah dirata-ratakan berat plastik LDPE
pada hari ke-10 adalah 0,2 gram.
Pada larutan NaOH plastik LDPE yang digunakan memiliki berat awal 0,2
gram, sama hal nya dengan berat plastik LDPE pada larutan sabun. Setelah
penyimpanan 3 hari perubahan terjadi pada plastik LDPE ulangan ketiga, yaitu
berat plastik menjadi 0,3 gram. Dan setelah hari ke-5 perubahan berat terjadi pada
plastik ulangan pertama, tetapi plastik ulangan ketiga beratnya berkurang kembali
menjadi 0,2 gram. Perubahan yang terjadi disini, kemungkinan karena kebersihan
sebelum penimbangan tidak benar, sehingga mungkin larutan yang digunakan
untuk membilas platik tersebut belum hilang. Dan setelah penyimpanan hari ke-10
dapat dilihat perubahan pada ulangan plastik ke dua yaitu berat plastik menjadi
0,1 gram. Perubahan yang terjadi disini, karena adanya reaksi antara plastik LDPE
dengan larutan NaOH. Sehingga terjadi perubahan berat pada plastik tersebut.
Untuk larutan asam sitrat, pada hari ketiga terlihat perubahan pada plastik
ulangan kedua, yaitu berat plastik menjadi 0,1 gram, palstik ini menjadi berkurang
karena terjadinya penyusutan pada plastik tersebut. Tetapi pada hari ke-5 berat
plastik menjadi 0,2 gram kembali dan pada plastik ulangan ketiga berat bertambah
menjadi 0,3 gram. Dan pada hari ke-10 berat plasrik pada setiap ulangan kembali
menjadi 0,2 gram. Perubahan ini karena adanya reaksi plastik dengan larutan
tersebut.
Pada larutan H2O2 plastik LDPE pada hari ke-0 beratnya sama dengan
plastik pada larutan lain yaitu 0,2 gram dan pada hari ke-3 terjadi perubahan pada
plastik pada ulangan pertama yaitu beratnya bertambah menjadi 0,3 gram.

Sedangkan pada hri ke-5 berat kembali stabil menjadi 0,2 gram kembali. Dan
pada hari ke-10 terjadi perubahan kembali pada ulangan pertama, yaitu plastik
mengalami pertambahan berat menjadi 0,3 gram. Dengan rata-rata berat plastik
tersebut sebesar 0,23 gram.
Untuk larutan aquades dapat dilihat perubahan terjadi pada plastik ulangan
pertama pada hari ke-5, yaitu berat plastik LDPE menjadi 0,3 gram. Hal ini
terjadinya reaksi antara plastik dengan larutan tersebut, tetapi seharusnya tidak
ada reaksi pada perendaman plastik dengan larutan aquade, karena aquades tidak
memiliki sifat kimia yang dapat bereaksi. Sehingga perubahan berat ini
kemungkinan karena pada saat penimbangan terjadi kesalahan atau
pembersihannya belum benar.
Pada larutan terakhir yaitu larutan minyak, terjadi perubahan pada hari ke3 yaitu pada plastik ulangan pertama dan ketiga. Berat plastik ulangan pertama
berubah berat menjadi 0,1 gram dan untuk ulangan ketiga plastik berubah menjadi
0,3 gram. Sedangkan pada hari ke-5, plastik yang tadinya mengalami penambahan
atau pengurangan berat menjadi kembali stabil menjadi 0,2 gram kembali. Tetapi
pada hari ke-10 terjadi perubahan lagi pada plastik ulangan ketiga yaitu beratnya
bertambah menjadi 0,3 gram.
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten
terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan
tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen (Nurminah 2002).
Pada sampel plastik LDPE pada semua larutan umunya terjadi kenaikan
berat, hal ini mungkin berarti plastik jenis LDPE baik untuk menahan reaksi kimia
yang terajadi karena plastik dapat menahan semua senyawa tersebut. Sifat LDPE
secara umum adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel, dan permukaan agak
berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya
proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas
yang lain seperti oksigen. Oleh sebab itu LDPE banyak digunakan untuk
mengemas bahan pangan yang suhunya tidak tinggi.

3.2.4 Selofan
Pada praktikum ini, , dilakukan uji sifat kimia dan ekstraksi bahan
kemasan. Pengujian dilakukan dengan bahan kemasan plastik yang dicelupkan ke
dalam larutan kimia. Salah satu plastik yang digunakan adalah selofan. Selofan
adalah cellulose film yang dibuat dari pulp. Alkali cellulose direaksikan dengan
carbon disulfide dan dilarutkan dalam caustic soda untuk mendapatkan viscose,
dan kemudian melalui beberapa proses didapatkan selofan film. Film bisa
digunakan dalam bentuk plastik ataupun dicoated dengan berbagai macam bahan
untuk mendapatkan beberapa sifat yang diperoleh untuk aplikasi tertentu. Selofan
bisa melangsungkan sinar UV, oleh sebab itu untuk UV sensitif produk,
menggunakan selofan yang berwarna. Selofan mempunyai sealing range yang
lebar.
Dari hasil pengamatan, plastik selofan yang direndam dalam larutan
minyak mengalami perubahan berat dari hari ke 0, yaitu 0,1 gr menjadi 0, 17 gr
pada hari ke 3, pada hari ke 5 menjadi 0,10 gr, dan pada hari ke10 menjadi 0,17
gr. Plastik selofan yang direndam dalam larutan aquades mengalami perubahan
berat dari hari ke 0, yaitu 0,1 gr menjadi 0, 17 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5
menjadi 0,17 gr, dan pada hari ke10 menjadi 0,17 gr.
Plastik selofan yang direndam dalam larutan NaOH mengalami perubahan
berat dari hari ke 0, yaitu 0,1 gr menjadi 0, 13 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5
menjadi 0,17 gr, dan pada hari ke10 menjadi 0,13 gr. Plastik selofan yang
direndam dalam larutan sabun mengalami perubahan berat dari hari ke 0, yaitu 0,1
gr menjadi 0, 2 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5 menjadi 0,13 gr, dan pada hari
ke10 menjadi 0,13 gr.
Plastik selofan yang direndam dalam larutan Asam Sitrat mengalami
perubahan berat dari hari ke 0, yaitu 0,1 gr menjadi 0,1 gr pada hari ke 3, pada
hari ke 5 menjadi 0,17 gr, dan pada hari ke10 menjadi 0,13 gr. Plastik selofan
yang direndam dalam larutan H2O2 mengalami perubahan berat dari hari ke 0,
yaitu 0,1 gr menjadi 0, 1 gr pada hari ke 3, pada hari ke 5 menjadi 0,13 gr, dan
pada hari ke10 menjadi 0,17 gr.

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat terlihat bahwa selofan tidak


mengalami perubahan berat dalam larutan aquades. Hal ini menunjukkan senyawa
aquades tidak meresap masuk ke dalam kemasan plastik. Namun, selofan
mengalami penurunan berat dalam larutan minyak, H2O2, asam sitrat, NaOH, dan
larutan sabun. Hal ini menunjukkan plastik selofan mengalami kelarutan pada
senyawa minyak, H2O2, asam sitrat, NaOH, dan sabun sehingga tidak cocok untuk
membungkus produk yang bersifat asam, basa, pelarut organik, oksidator, dan
berlemak.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Perubahan berat pada plastik, seperti penurunan atau kenaikkan berat yang
terjadi dapat menunjukkan tingkat kelarutan kemasan plastik terhadap berbagai
senyawa kimia atau dapat meresapnnya suatu larutan ke dalam suatu
kemasan plastik. Setiap kemasan plastik memiliki tingkat kelarutan yang berbedabeda, hal ini disebabkan oleh perbedaan monomer dan susunan polimer molekul.
Plastik HDPE, LDPE, PP memiliki kemampuan yang baik untuk membungkus
dan cukup stabil untuk produk yang bersifat asam, basa, pelarut organik,
oksidator, netral, dan berminyak. Plastik selofan tidak cocok untuk membungkus
produk yang bersifat asam, basa, pelarut organik, oksidator, dan berlemak.
4.2 Saran
Sebelum membungkus produk pangan, terlebih dahulu harus mengetahui
sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengemas yang akan digunakan. Pemilihan
jenis kemasan yang digunakan harus dapat mencegah perpindahan komponen agar
produk yang dikemas lebih tahan lama dan mutunya tetap terjaga serta aman dan
tidak berbahaya untuk dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pengemasan Sifat Kimia dan Ekstraksi Bahan Pangan. http://seearound-theworld.blogspot.com [28 Mei 2012]
Arfi. 2008. Polypropylene. http://www.scribd.com [28 Mei 2012].
Herudiyanto, M. 2003. Pengemasan. Bandung: Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Padjajaran.
Naritul. 2010. Pengemasan. http://www.scribd.com [28 Mei 2012].
Sony. 2009. Pelatihan kemasan. http://www.scribd.com [28 Mei 2012].
Suyitno. 1990. Bahan-Bahan Pengemas. Yogyakarta: PAU, UGM..
Syarief R, dkk. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Bogor: Laboratorium
Rekayasa Proses Pangan Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai