Anda di halaman 1dari 9

NAMA

: DEDE WIRANATA

NIM : 1031311013

KEMANTAPAN LERENG

1.FALSAFAH KEMANTAPAN LERENG


1.1. Pendahuluan
Analisis kemantapan lereng merupakan suatu bagian yang penting
untuk mencegah terjadinya ganghuan-gangguan terhadap kelancaran
produksi maupun terjadinya kecelakaan fatal. Dilihat dari jenis material,
ada 2 macam, yaitu lereng tanah dan lereng batuan.
Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu telah
bekerja tegangan-tegangan vertikal, horisontal, dan tekanan air pori.
Ketiga hal tersebut mempunyai peranan penting dalam membentuk
kestabilan lereng. Sedangkan tanah atau batuan itu sendiri mempunyai
sifat-sifat fisik tertentu, seperti sudut geser, gaya kohesi dan bobot isi
yang juga sangat berperan dalam menentukan kemantapan lereng.
Dalam menentukan kestabilan lereng atau kemantapan lereng
dikenal istilah, faktor keamanan yang merupakan perbandingan antara
gaya-gaya yang menggerakan tanah tersebut. Bila faktor keamanan lebih
tinggi dari satu umumnya lereng tersebut dianggap stabil
1.2. Gerakan massa tanah atau batuan
1.2.1. Klasifikasi gerakan massa tanah atau batuan
Gerakan tanah atau batuan dapat didefinisikan sebagai
berpindahnya massa tanah atau batuan pada arah tegak, mendatar atau
miring dari kedudukannya semula ( M.M. PURBO HADIWJOYO, 1992).
Adapun jenis gerakan tanah atau batuan dapat diklasifikasikan seabagi
berikut :
1) Longsoran atau luncuran
Dihasilkan pada umumnya pada suatu material yang kurang rapuh.
Gerakan ini terjadi disepanjang satu atau beberapa bidang luncuran.
Gerakan ini bisa berupa rotasi atau translasi yang tergantung pada
keadaan material.
2) Runtuhan

Runtuhan dapat terjadi dalam bidang-bidang diskontinu pada suatu lereng


yang tegak, pada rayapan dari lapisan lunak atau gulingan blok.
3) Rayapan
Gerakan yang kontinu dan relatif lambat, kita tidak dapat melihat dengan
jelas bidang rayapan
4) Aliran
Gerakan ini berasosiasi dengan transportasi material oleh air atau udara
dipicu oleh gerakan longsiran sebelumnya. Kecepatan gerakan ini bisa
sangat tinggi
1.2.2. Pemicu dan pemacu gerakan massa tanah atau batuan
Pemicu gerakan massa tanah atau batuan itu misalnya adalah
gempa bumi. Sedangkan pemacu gerakan massa tanah dan batuan dapat
berupa misalnya suatu lereng yang semula tahan terhadap gerakan,
karena kakinya (toe) dipotong untuk jalan atau untuk perumahan,
akhirnya memiliki kecenderungan lebih besar untuk bergerak.
Selanjutnya
TERZAGHI
(1950)
dan
BRUNSDEN
(1979)
mengklasifikasikan penyebab gerakan massa tanah atau batuan sebagai
berikut :
Penyebab eksternal
1. Perubahan geometri lereng : pemotongan kaki lereng, erosi, perubuhan
sudut kemiringan, panjang, dll.
2. Pembebasan beban : erosi, penggalian.
3. Pembebanan : penambahan material, penambahan tinggi.
4 Shock and vibrasi : batuan, gempa bumi, dll.
5. Penurunan muka air.
6. Perubahan kelakuan air : hujan, tekanan pori, dll.
Penyebab internal
1. Longsoran, progresif : mengikuti ekspensi lateral, fissuring, dan erosi
2. Pelapukan
3. Erosi seepage : solution, pemipaan (piping)
Secara umum didaerah tropis seperti indonesia, penyebab utama
longsoran lereng adalah air, baik tekanan air dalam rekahan, alterasi
mineral, maupun erosi dan lapisan lunak (HANTZ, 1988). Selanjutnya
penyebab utama lainnya diperkirakan oleh adanya kekar yang mengalami
pelapukan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan penyebab dari longsoran dapat
dikategorikan dalam 3 faktor yaitu geometrik, hidraulik, dan mekanik.
1.2.3. Macam-macam longsoran umum

Secara umum longsoran lereng mempunyai bentuk dan kinematika


yang
berbeda
tergantung
dari
karakteristik
massa
material
pembentuknya. Suatu material diklasifikasikan sebagai tanah atau batu
biasanya didasarkan atas sifat kuat tekanannya. Yaitu untuk yang lebih
kecil dari 1 Mpa disebut tanah dan lebih besar daripadanya disebut
batuan.
Suatu massa pembentuk yang tidak dipisahkan oleh bidang lemah
dikategorikan sebagai material bersifat homogen dan kontinu, dan
karakteristik ini biasanya dimiliki oleh tanah. Oleh karena itu longsoran
tanah akan bergerak mengikuti lintasan gerak, menyerupai busur
lingkaran. Sedangkan massa batuan, lereng batuan menjadi tidak mantap
bila didalamnya terdapat bidang-bidang lemah yang memiliki orientasi
positif terhadap muka lereng.
Jenis longsoran pada lerang dapat dikategoriken menjadi 4 macam,
yaitu sebagai berikut :
1) Lonsoran busur pada massa tanah, urugan, atau batuan dengan sistem
kekar yang rapat, mempunyai jumlah keluarga kekar dengan orientasi
acak.
2) Longsoran bidang massa batuan dengan satu keluarga kekar dengan
orientaso positif terhadap kemiringan muka lereng.
3) Longsoran membaji pada massa batuan dengan dua keluarga kekar
yang masing-masing orientasinya
terpotong dengan garis potong
bidang-bidangnya mempunyai orientasi positif terhadap kemiringan
muka lereng.
4) Longsoran guling pada batuan kuat dengan satu keluarga kekar yang
orientasinya relatif tegak dan jarak antara kekarnya relatif pendek.
1.2.4. Rancangan teknik secara umum
Dengan kemampuan teknik geologi dan geoteknik dapat dibuat
model tambang terutama perubahan perancangan. Sebelum
perancangan
lereng
dibuat,
ada
baiknya
terlebih
dahulu
mempertimbangkan proses proses alam yang terjadi.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANTAPAN LERENG


Kemantapan lereng dipengaruhi beberapa faktor, yang dapat
dinyatakan secara sederhana sebagai gaya-gaya penahan dan gaya-gaya
penggerak yang bertanggung jawab terhadap kemiringan lereng.
Kemantapan suatu lereng dinyatakan dengan faktor keamanan (safety
factor), yang merupakan suatu perbandingan antara besarnya gaya

penahan dengan gaya penyangga longsoran, dan dinyatakan sebagai


berikut :
FK=

Gaya penahan
Gaya penggerak

Apabila nilai FK untuk suatu lereng > 1,0 ; yang artinya gaya
penahan > gaya penggerak, maka lereng tersebut dikategorikan mantap.
Tetapi apabila nilai FK < 1,0 dimana gaya penahan < gaya penggerak,
maka lereng tersebut pada kondisi tidak mantap dan mungkin terjadi
longsoran pada lereng yang bersangkutan. Bila FK = 1,0 atau besarnya
gaya penahan sama dengan besarnya gaya penggerak, maka lereng
tersebut dalam keadaan seimbang dengan kata lain berada dalam
keadaan kritis.
2.1. Faktor-faktor pembentuk gaya-gaya penahan
1) Jenis batuan
Batuan beku umumnya terdiri dari mineral-mineral kristalin yang tersusun
sedemikian rupa sehingga batuan tersebut kuat dan kompak karena
kristal-kristalnya terikat satu sama lainnya sangat baik. Kuat tekan
maupun kuat tarik batuan ini umumnya sangat tinggi. Batuan sedimen
yang homogen juga mempunyai kekuatan yang tinggi (kuarsit, marmer).
Sedangkan batuan metamorf kekuatannya dipengaruhi oleh orientasi
kristal.
2) Kekuatan batuan
Kekuatan batuan dinyatakan oleh sifat-sifat mekaniknya yang berupa
parameter kuat tekan (K), kohesi (C) dan sudut geser dalam (). Dalam
analisis
kemantapan
parameter-parameter
yanglangsung
dalam
perhitungan FK adalah harga-harga C dan .

2.2. Faktor-faktor pembentuk gaya penggerak


1) Sudut lereng dan tinggi lereng (geometri lereng)
Sudut dan tinggi lereng yang besar akan memberikan volume material
besar yang akan membuat beban yang lebih besar.
2) Bobot isi
Batuan dengan bobot isi yang besar akan memberikan gaya yang lebih
besar pada lereng. Hal ini juga berkaitan dengan gravitasi.
3) Kandungan air tanah (U)
Keberadaan air di dalam tanah atau batuan pembentuk lereng akan
memberikan beban pada lereng.

2.3. Faktor-faktor yang mengurangi gaya penahan


1) Proses pelapukan
Pelapukan yang terjadi pada batuan mengubah komposisi mineralogi
batuan tersebut berikut struktur dalamnya. Akibatnya, baik sifat fisik
maupun sifat mekanik batuan akan berubah dan umumnya
mengakibatkan pengurangan kekuatan batuan.
2) Bidang lemah
Bidang lemah berupa kekar, sesar atau retakan lainnya yang muncul pada
batuan. Dengan adanya bidang lemah tersebut maka batuan yang tadinya
utuh akan berubah menjadi massa batuan dengan kekuatan yang jauh
lebih kecil dari sebelumnya.
3) Air
Air cenderung untuk melarutkan perekat antar butir. Namun bila batuan
sedimen yang kondisi alamiahnya sudah jenuh juga dapat melemah bila
airnya dikeluarkan. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa cairan bersifat
perekat akan hilang bersama airnya saat dikeluarkan.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya penggerak


1) Aktivitas tektonik
Terjadinya pengangkatan dan penurunan muka bumi akan mengakibatkan
terjadi perubahan arah dan besar gaya-gaya bekerja pada suatu titik
tertentu di kulit bumi.
2) Gempa atau sumber getaran yang lain
Getaran atau gelombang kejut dapat menghasilkan energi besar, yang
apabila mempunyai arah yang sama dengan permukaan suatu lereng
dapat menambah beban, mengakibatkan kelongsoran, merubah struktur
batuan dan tanah, dan kekuatannya.
3) Penambahan beban akibat penimbunan
Timbunan material maupun bangunan diatas lereng akan memperbesar
gaya penggerak dan dapat mengakibatkan longsor.
4) Penambahan air tanah
Penambahan air tanah pada pori-pori batuan akan memperbesar gaya
penggerak yang dapat mengakibatkan kelongsoran.
5) Pengeringan waduk
Lereng tanah disekitar waduk yang menjadi jenuh sebagai akibat
pengisian waduk, akan tidak stabil apabila waduk dikeringkan

3. METODE KESETIMBANGAN LIMIT

Metode ini dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan


kesetimbangan dari satu atau beberapa blok yang diasumsikan tidak
tedeformasi dan mengurangi gaya-gaya yang tidak diketahui, khususnya
gaya geser yang bekerja pada permukaan longsoran yang dipilih
sebelumnya

Ci+ tan
1
Ti=
F
Ket.
Ti
= gaya geser
Ni
= gaya normal
Ci
= gaya kohesi ((Ci=C.Si) C adalah kohesi dan Si adalah luas
permukaan yang dhitung)

= Sudut geser dalam


F
= Faktor keamanan
i
= indeks yang menyatakan bagian yang dihitung
Untuk bidang longsoran ada 3 pendekatan yang dilakukan dalam
melakukan analisanya, yaitu sebagai berikut :
1) Metode irisan dimana massa monolitik dibagi menjadi blok-blok
2) Global yang memerlukan pembuatan hipotesa distribusi gaya-gaya
reaksi
3) Metode elemen hingga/diskret untuk mengetahui gaya-gaya reaksi
3.1. Bidang longsoran
1) Lereng kering
Jika blok hanya dibebani dengan beratnya sendiri faktor keamanan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
W cos tan
C
tan
F=
=
+
W sin
W sin tan
Ket.
C
W

=
=
=
=

gaya kohesi (C=c.L ; c = kohesi ; L = panjang bidang longsoran)


berat blok
sudut kemiringan bidang longsoran
sudut geser dalam bidang longsoran

2) Lereng tanah homogen


Bila tanah yang tidak mempunyai permukaan longsoran sebelumnya,
sudut kemiringan keseimbangan adalah sama dengan sudut geser dalam
dan faktor keamanan F = tan /tan
3) Lereng tidak kering
Gaya yang diakibatkan oleh tekanan hidrostatik dapat dihitung secara
mudah dan faktor keamanan dapat dinyatakan sebagai berikut :

V
W cos U sin tan

c . L
F=
4) Lereng dengan perkuatan
Kita menterjemahkan secara umum kontribusi dari suatu perkuatan
kepada kuat geser dari suatu kekar dengan suatu penambahan gaya
kohesi yang diberikan dengan persamaan :
Cb = R cos (

+ ) [ tan + R ( + )]

Ket.
R

= resultan aksi yang bekerja pada penampang bidang lemah

= kemiringan dai R terhadap batang

= Kemiringan batang terhadap normal dari bidang lemah

3.2. Macam-macam metode kesetimbangan limit


1) Metode biasa
Metode biasa adalah metode yang paling sederhana dari metode irisan
karena mempunyai prosedur dimana hasilnya dalam suatu persamaan
faktor keamanan linear. Gaya normal didapatkan :
P=W cos kW sin
Dengan memasukan kriteria longsoran dan gaya normal, didapatkan :

'
c 1 R+ ( P 1 ) R tan

F=

2) Metode bioshop sederhana


Metode ini mengabaikan gaya geser antar irisan dan kemudian
mengasumsikan bahwa suatu gaya normal atau horisontal cukup untuk
mendefinisikan gaya-gaya antar irisan. Dengan mensubsitusikan kriteria
longsoran didapatkan gaya normal sebagai berikut :
'
'
c 1 sin 1 tan sin
P= W
+
/M a
F
F

Dimana :


sin tan /F

+
M a =cos
3) Metode spencer
Metode ini juga mengasumsikan bahwa hubungan yang konstan antara
besaran dari gaya geser dan gaya normal antara irisan :
X X
tan = 1 = r
X 1 Er
Gaya normal dapat ditentukan dari persamaan:
'
C 1 sin u 1 tan
W ( ER E L ) tan
+
/ ma
F
F
P=
Gaya antar irisan

(E1E r )

harus dikeluarkan dari persamaan faktor

keamanan yang memenuhi keseimbangan gaya adalah :

'
c 1 cos + ( P 1 ) tan ' cos

F f =
4) Metode janbu sederhana
Gaya normal ditentukan oleh penjumlahan
mengabaikan gaya geser antar irisan :
'
'
c 1 sin 1 tan sin
P=(W
+
)/ma
F
F

gaya

vertikal,

Faktor keamanan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


( p+t ) tan
A
( ) X +Q= B+Q

[ ( C +( p+t u ) ta n ) X ] /n
FK=
'

Dimana :
FK
= Faktor keamanan
C
= kohesi

= sudut geser dalam

= lebar irisan

= sudut kemiringan bidang luncur

= tekanan air pori


X
= gaya geser vertikal

dengan

Q
= tekanan air dalam celah
Dan didapat dari :
tan tan tan
1+
F
()
=cos
Dimana :
t
= X/X
p
= w/X
A
= 1/n [ C + (p + t - u) tan ] X
B
= ( p + t ) tan X
5) Metode janbu perbaikan
Metode ini mengasumsikan bahwa titik dimana gaya antar irisan dapat
didefinisikan oleh suatu garis arah. Gaya normal ditentukan dari :
'
'
C 1 sin u1 tan sin
P= W =( X R X L )
+
/ ma
F
F

6) Metode morgenstern price


Metode ini mengasumsikan suatu fungsi matematik arbitrary untuk
mendeskripsikan gaya antar irisan
f ( X )=X /E
Dimana = a konstan untuk dievaluasi didalam penyelesaian faktor
keamanan, dan F (X) adalah variasi fungsional terhadap X
7) Metode bishop
Ditambahkan rasio tekanan air pori, persamaannya

'
C b+W ( 1r u ) tan m a
1
F=

W sin
Dimana :
ma
= sec / (1 + tan tan / F)
ru
= u / H = w / h
3.3. Ketentuan menyangkut faktor keamanan lereng
Beberapa hal yang menyangkut tentang ketentuan megenai nilai faktor
kemanan adalah sebagai berikut :
Faktor keamanan
Lereng tunggal
1,2-1,3
Heave/lereng keseluruhan
1,5
Analisis basik
Longsoran besar
1,1

Anda mungkin juga menyukai