Anda di halaman 1dari 2

PLURALITAS

Pluralistis berasal dari bahasa latin, yaitu plus, pluris, yang berarti “lebih”.
Dengan demikian, pluralistis dapat diartikan status yang memperlihatkan
bahwa kenyataan lebih dari satu. Pluraistis adalah suatu masyarakat di
mana warga masyarakat beragam, baik berdasarkan ras, agama, gender,
golongan, budaya dan suku serta status sosial, yaitu masing-masing
mengembangkan tradisi dan interes mereka.
Dalam masyarakat yang pluralis, tidak semestinya terdapat kelompok
yang memaksakan kehendaknya pada kelompok lain, hanya atas dasar
keinginan belaka atau karena tidak setuju dengan apa yang dilakukan
kelompok lain itu. Jika gejala pluralisme makin bertambah di masyarakat,
maka bahaya pertentangan-pertentangan antar kelompok juga
bertambah. Untuk mencegahnya maka hukum mesti di tegakkan dan
prinsip demokrasi yang sehat mesti dijalankan.

Indonesia negara yang pluralistis, tegak dan terbentuknya NKRI ini


mempunyai pilarnya atas dasar pluralistis. Perasaan dan perilaku
kebansaan (nasionalisme) kita justru didasarkan atas kesadaran bahwa
kita adalah plural. Kita harus menyadari bahwa masyarakat kita bersifat
plural dari segi suku, agama, ras, etnis dan golongan. Akan tetapi,
memang akan menjadi buruk apabila pluraalitas itu dibenturkan satu
sama lain. Dalam keadaan seperti itu, satu kelompok merasa diri paling
benar atau paling unggul berhadapan dengan kelompok lainnya. Hal
yang lebih berbahaya lagi adalah apabila suatu kelompok memutlakkan
interprestasinya terhadap kebenaran dan meminta kelompoklain
menaatinya. Keadaan seperti ini tidak mungkin bermanfaat bagi
kehidupan bersama di dalam masyarakat.

Pluralitas adalah suatu realitas atau kenyataan yang tidak dapat dialihkan
menjadi kebenaran tunggal. Oleh karena itu, sejarah penderitaan manusia
adalah sejarah perang kebenaran untuk menduduki tempat tunggal di
dunia tidak pernah tercapai. Walaupun tampaknya sudah tercapai, tetapi
umurnya tidak panjang karena realitas pluralis tersebut adalah
kebinnekaan. Akan tetapi, manusia terkadang tidak pernah belajar dari
sejarah dirinya sendiri. Faktanya, konflik kebenaran tetap dilanjutkan
dengan perang kebenaran.

Pluralitas adalah sebagai suatu kenyataan yang memang ada, disukai


atau tidak disukai, mau atau tidak mau. Pluralisme tidak membutuhkan
persetujuan, tetapi pengakuan dan kemampuan untuk menyikapinya
sehingga kita tidak terjebak di dalam konflik-konflik sosial. Begitu juga
pluralitas di dalam agama. Walaupun pluralitas tersebut tidak dapat
disamakan dan diidentikan dengan sinkretisme atau relativisme.
Sinkretisme adalah sikap yang mencampuradukkan agama-agama
sehingga muncul satu agama baru. Relativisme adalah sikap yang
merelatifkan segala sesuatu sehingga orang kehilangan pegangan.

Anda mungkin juga menyukai