Pendahuluan
Salah satu garam kompleks adalah tetraamintembaga(II) sulfat. Namun, masih
banyak yang belum mengetahui cara pembuatan garam kompleks tersebut. Oleh karena itu,
atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu.
Pembentukkan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering terlihat dan dipakai
untuk pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila
ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Suatu fenomena lain yang
penting yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikkan kelarutan, banyak
endapan bisa melarut karena pembentukkan kompleks (Vogel, 1979).
Pelarutan tembaga, hidroksida, karbonat dan sebagainya, dalam asam menghasilkan
ion akua hijau kebiruan yang dapat ditulis [Cu(H 2O)6]2+, dua dari molekul-molekul H2O
yang berada lebih jauh daripada tempat yang lainnya. Diantara berbagai kristal hidrat
lainnya, sulfat biru CuSO4.5H2O yang paling dikenal, Ia dapat terhidrasi menjadi zat
anhidrat yang benar-benar putih. Penambahan ligan kepada larutan akua menyebabkan
pembentukan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan dengan NH 3.
Misalnya spesies [Cu(NH3) (H2O)5]2+ [Cu(NH3)4 (H2O)2]2+ dibentuk dengan cara normal,
namun penambahan molekul NH3 yang kelima dan keenam sulit. Molekul keenam hanya
dapat ditambahkan dalam cairan amonia (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu 2+, larutan biru berubah
menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia (Sugiharto,2003).
Ligan di dalam ion kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan CN- atau berupa
molekul-molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion pusat seperti H 2O
atau NH3. Ligan ini akan menimbulkan medan listrik yang akan menolak elektron terutama
elektron dari ion pusat, karena elektron d ini terdapat di orbital paling luar dari ion pusat
bertambah. Amoniak mempunyai pasangan elektron bebas atau lone pair elektron
(Sukardjo,1985).
Metode
Alat
yang
digunakan
dalam
praktikum
pembuatan
untuk
tetraamintembaga(II)
mempelajari
sulfat
dilakukan
sifat-sifat
dengan
garam
kompleks
pengenceran
dan
Garam sebelum
dipanaskan
Garam setelah
dipanaskan
Gas yang
dihasilkan dicek
dengan lakmus
merah
B. Pembahasan
Pembuatan garam kompleks merupakan suatu garam yang terbentuk karena ion
atom pusat dan ligan saling mengkompleks sehingga membentuk senyawa kompleks yang
merupakan senyawa berwarna. Pada umumnya, atom pusat pada senyawa kompleks berasal
dari logam-logam transisi yang dalam percobaan ini adalah tembaga yang bersifat
elektropositif. Logam-logam transisi dapat membentuk kompleks karena memiliki orbitalorbital yang masih kosong. Ion logam yang bertindak sebagai atom pusat akan menyediakan
orbital-orbital kosong yang dimilikinya. Sedangkan molekul netral atau anion yang
bertindak sebagai ligan akan menyediakan pasangan elektronnya untuk mengisi orbitalorbital kosong yang tersedia.
Untuk logam tembaga (ion Cu2+) jika membentuk senyawa kompleks, maka
kompleks tembaga (II) mempunyai bilangan koordinasi enam, dimana empat ligan
bertetangga dalam bidang segi empat membentuk struktur oktahedral. Pada pembuatan
garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat, CuSO 4.5H2O direaksikan
dengan ammoniak dimana yang bertindak sebagai atom pusat yaitu tembaga (ion Cu 2+)
sedangkan yang menjadi ligannya adalah tetra amin. Tembaga tersebut akan menerima
pasangan elektron bebas dari ligan yaitu tetra amin sehingga akan membentuk senyawa
kompleks melalui ikatan koordinasi dengan bilangan koordinasi enam sehingga akan
membentuk struktur oktahedral. Garam kompleks yang diperoleh yaitu berwarna biru tua.
Pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat dilakukan seperti yang
telah dicantumkan dalam metode. Proses pereaksian dilakukan di dalam lemari asam
dikarenakan NH3 yang digunakan adalah amonia pekat yang menyengat baunya.
Larutan CuSO4.5H2O yang berwarna biru muda berubah warna menjadi biru tua
setelah ditambahkan dengan NH3 dikarenakan terbentuknya ligan NH3 yang mendesak
ligan H2O. Perubahan warna tersebut menandakan terbentuknya senyawa kompleks, hal ini
sesuai dengan teori bahwa salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion
kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan (Vogel, 1979).
Perubahan warna larutan cupri sulfat yang berwarna biru muda menjadi biru tua
setelah penambahan NH3 juga sesuai dengan teori yang menyatakan Jika larutan amonia
ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru berubah menjadi biru tua karena
terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia (Sugiharto,2003).
Penambahan alkohol, dalam hal ini adalah etil alkohol secara perlahan melalui
dinding gelas beker dan tidak diaduk ataupun digoyang bertujuan agar alkohol melapisi
permukaan larutan dan mencegah terjadinya penguapan NH3.
Penutupan larutan yang diperoleh menggunakan gelas arloji bertujuan agar tidak
menguapnya ion-ion yang diinginkan, ditunjukan pada gambar 1. Larutan disimpan di
dalam lemari es selama 3 hari 2 malam agar Kristal garam kompleks dapat terbentuk
sehingga didapat garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat.
Pengeringan Kristal di dalam oven bertujuan agar kadar air dalam Kristal dapat
hilang, dan penimbangan Kristal yang telah dikeringkan bertujuan untuk menghitung
rendemen Kristal yang diperoleh. Hasil pengeringan Kristal tersaji pada gambar 4.
108 227,5
[ C u ( H 2 O )4 ] SO4
Massa padatan
Cu SO4 .5 H 2 O
= 2,5063 gram
Mr [ Cu ( NH 3 ) ] SO 4 = 227,5
Mr [ Cu ( H 2 O )4 ] SO 4 = 231,5
mol [ C u ( H 2 O )4 ] SO4 =
[C u ( H 2 O)4 ] SO 4
0,0108 mol
(aq)
2,5021
=0,0108
231,5
+4
NH 3
(aq)
NH
Cu
(aq)
+4
0,0108 mol
H2
O(aq)
2,457 gram
Perhitungan secara praktis
Massa garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat = 1,8134 gram
Perhitungan kemurnian garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat
C
rendemen=
rendemen=
1,8134
x 100
2,457
rendemen=73,8054
Dari hasil praktikum yang telah diperoleh, dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan dalam pembuatan tetraamintembaga(II) sulfat. Pembuatan garam kompleks
tetraamintembaga(II) sulfat dibuat dari serbuk CuSO4.5H2O , aquades , ammoniak dan etil
alkohol berdasarkan rekasi substitusi, yaitu pendesakan ligan antara ligan NH3 dengan
H2O. Garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat memiliki sifat apabila diencerkan secara
berlebih, terjadi pendesakan ligan oleh H2O sehingga larutan berwarna biru muda. Apabila
garam dipanaskan, gas NH3 akan dibebaskan dan garam berubah warna menjadi hijau
kebiruan. Hasil rendemen yang diperoleh sebanyak 73,8054%.
Praktikum ini dapat diinterpretasikan bahwa hasil praktis massa garam yang
diperoleh mendekati dari massa garam teoritis. Hal ini benar adanya karena tidak melebihi
massa garam teoritis, namun menunjukan bahwa di dalam garam masih terdapat pengotor.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa
pembuatan
tetraamintembaga(II)
sulfat.
Pembuatan
garam
kompleks
tetraamintembaga(II) sulfat dibuat dari serbuk CuSO4.5H2O, aquades, ammoniak dan etil
alkohol berdasarkan rekasi substitusi, yaitu pendesakan ligan antara ligan NH3 dengan
H2O. Garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat memiliki sifat apabila diencerkan secara
berlebih, terjadi pendesakan ligan oleh H2O sehingga larutan berwarna biru muda. Apabila
garam dipanaskan, gas NH3 akan dibebaskan dan garam berubah warna menjadi hijau
kebiruan. Hasil rendemen yang diperoleh sebanyak 73,8054%.
Daftar Pustaka
Cotton and Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.
Maulana. 2007. Senyawa atau Ion Kompleks. Yogyakarta : UGM-Press.
Sugiyarto. 2003. Dasar-dasar Kimia Anoraganik Logam. Jakarta: UI-Press
Sukardjo. 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta: PT. Bina Aksara
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif makro dan Semi Mikro Jilid 1. Jakarta:
PT. Kalman Media Pustaka.