Anda di halaman 1dari 13

PEMBUATAN TETRAAMIN TEMBAGA(II) SULFAT

Nurlita Fajar Fitriana , Devia One Saputri, M Lutfi Hakim


Lab. Kimia Anorganik Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 1 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia Kode Pos 50229.
fnurlitaf@yahoo.com, 081390451169
Abstrak
Percobaan pembuatan tetraamintembaga(II) sulfat yang merupakan garam kompleks ini
bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat sebagai
hasil reaksi antara kupri sulfat dengan amoniak dan sifat-sifatnya. Metode yang digunakan
dalam percobaan pembuatan tetraamintembaga(II) sulfat adalah melalui reaksi substitusi yang
melibatkan reaksi antara garam dari suatu logam dalam larutan air dengan agen koordinasi
(ligan) dimana dalam metode ini terjadi pertukaran atau penggantian ligan. Sedangkan metode
yang digunakan dalam mempelajari sifat-sifat garam kompleks tetraamin tembaga(II) sulfat
adalah dengan pengenceran dan pemanasan. Hasil dari percobaan pembuatan garam kompleks
tetraamintembaga(II) sulfat didapatkan Kristal garam kompleks dengan massa 1,548 gram.
Sedangkan setelah garam diencerkan warna larutan berubah menjadi biru tua dan pada saat
pengenceran berlebih warna larutan berubah menjadi biru muda. Sedangkan setelah garam
dipanaskan garam berubah warna menjadi biru kehijauan dan dihasilkan gas yang bersifat
basa. Kesimpulan dari percobaan pembuatan tetraamintembaga(II) sulfat adalah garam
kompleks yang dihasilkan berwarna biru tua, hal ini dikarenakan adanya kompleks Cu. Proses
pembuatan garam melibatkan reaksi substitusi antara H2O dengan NH3 yang membentuk
ligan yang selanjutnya akan tersubstitusi kembali pada pengenceran berlebih. Proses
pemanasan garam menghasilkan gas NH3 dan rendemen yang dihasilkan sebanyak 73,8054
%.
Kata kunci : garam kompleks; ligan; substitusi; tetraamintembaga(II) sulfat
Abstract
Trial manufacture tetraamincopper (II) sulfate complex salt which is aimed to study the
manufacture of complex salt tetraamincopper (II) sulfate as a result of the reaction between
ammonia and cupric sulfate with its properties. The method used in the experiment of making
tetraamincopper (II) sulfate is through substitution reaction involving the reaction of a metal
salt in aqueous solution with the ligand in which this method an exchange or ligand
replacement. The results of the trial manufacture of complex salt tetraamincopper (II) sulfate
complex salt crystals obtained with mass 1.548 grams. Meanwhile, after the diluted salt
solution color changes to dark blue and the color excess dilution when the solution becomes
blue. Meanwhile, after a heated salt salt changes color to blue-green and the gas produced is
alkaline. The conclusion of the trial manufacture of tetraamincopper (II) sulfate complex salt
produced is dark blue, this is due to the complex Cu. Salt-making process involves a
substitution reaction between H2O with NH3 ligands that form which would then be
substituted back on excessive dilution. The resulting yield as much as 73,8054 %.
Keywords: ligand; salt complex; substitution; tetraamincopper (II) sulfate

Pendahuluan
Salah satu garam kompleks adalah tetraamintembaga(II) sulfat. Namun, masih
banyak yang belum mengetahui cara pembuatan garam kompleks tersebut. Oleh karena itu,

dalam percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam kompleks


tetraamintembaga(II) sulfat serta mempelajari sifat-sifatnya.
Permasalahan yang berusaha dipecahkan dalam praktikum ini antara lain bagaimana
cara pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat, bagaimana sifat-sifat garam
kompleks tersebut apabila diberi perlakuan khusus, dan bagaimana hasil rendemen yang
diperoleh.
Logam-logam transisi dapat membentuk ion-ion kompleks yang beragam.
Contohnya adalah logam tembaga. Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa, dan liat. Ia melebur pada 10380C. Karena potensial elektroda standarnya positif
(+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga.
Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari Tembaga (I) Oksida Cu2O yang merah, dan
mengandung ion Tembaga (I), Cu2+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan
garam Tembaga tak larut dala air, perilakunya mirip senyawa perak (I). Mereka mudah
dioksidasi menjadi senyawa Tembaga (II) Oksida, CuO hitam. Garam-garam Tembaga (II)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat,padat,maupun dalam larutan air. Garamgaram temabaga (II) anhidrat, seperti Tembaga(II) Sulfat Anhidrat CuSO4, berwarna putih
(atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo
(Svehla,1990).
Karena atom dengan elektron tidak berpasangan mempunyai momen magnet tetap,
maka senyawa-senyawa dari logam transisi ini bersifat paramagnetik, artinya dapat ditarik
oleh medan magnet (Sukardjo,1985).
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekulmolekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat.
Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi
antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi.Ion pusat merupakan ion unsur
transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari
ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.
Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas
kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian
nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih
maka diurutkan menurut abjad (Maulana, 2007).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak diguakan reaksi-reaksi yang
menghasilkan pembentukkan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu

atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu.
Pembentukkan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering terlihat dan dipakai
untuk pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila
ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan. Suatu fenomena lain yang
penting yang sering terlihat bila kompleks terbentuk adalah kenaikkan kelarutan, banyak
endapan bisa melarut karena pembentukkan kompleks (Vogel, 1979).
Pelarutan tembaga, hidroksida, karbonat dan sebagainya, dalam asam menghasilkan
ion akua hijau kebiruan yang dapat ditulis [Cu(H 2O)6]2+, dua dari molekul-molekul H2O
yang berada lebih jauh daripada tempat yang lainnya. Diantara berbagai kristal hidrat
lainnya, sulfat biru CuSO4.5H2O yang paling dikenal, Ia dapat terhidrasi menjadi zat
anhidrat yang benar-benar putih. Penambahan ligan kepada larutan akua menyebabkan
pembentukan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan dengan NH 3.
Misalnya spesies [Cu(NH3) (H2O)5]2+ [Cu(NH3)4 (H2O)2]2+ dibentuk dengan cara normal,
namun penambahan molekul NH3 yang kelima dan keenam sulit. Molekul keenam hanya
dapat ditambahkan dalam cairan amonia (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu 2+, larutan biru berubah
menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia (Sugiharto,2003).
Ligan di dalam ion kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan CN- atau berupa
molekul-molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion pusat seperti H 2O
atau NH3. Ligan ini akan menimbulkan medan listrik yang akan menolak elektron terutama
elektron dari ion pusat, karena elektron d ini terdapat di orbital paling luar dari ion pusat
bertambah. Amoniak mempunyai pasangan elektron bebas atau lone pair elektron
(Sukardjo,1985).
Metode
Alat

yang

digunakan

dalam

praktikum

pembuatan

tetraamintembaga(II) sulfat antara lain neraca analitik, gelas beker 100 ml


dari Delas, gelas ukur 10 ml dari Herma, tabung reaksi merk pyrex, pembakar spiritus, pipet
tetes merk pyrex, kertas saring, pengaduk kaca merk pyrex, spatula merk pyrex, oven, lemari
es dan kaca arloji merk pyrex.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain kristal CuSO4.5H2O for syn dari Merck
, NH3 10 % for syn dari Merck , aquades dan etil alkohol 96 % for syn dari Merck.

Pada pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat,


mula-mula CuSO4.5H2O ditimbang dengan neraca analitik sebanyak
2,5021 gram. Padatan tersebut kemudian dilarutkan dengan 10 mL
aquadest dalam gelas beker. Kemudian ditambahkan 12,5 mL NH3 10%
dan diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan 4 mL etil alcohol
96% secara perlahan melalui dinding beker. Campuran yang diperoleh
jangan diaduk maupun digoyang. Setelah itu gelas beker ditutup dengan
gelas arloji dan dibiarkan selama 1 jam. Setelah 1 jam berlalu , larutan
ditutup dengan plastic dan disimpan dalam lemari es selama kurang
lebih 3 hari hingga terbentuk Kristal.
Setelah 3 hari, hasil diambil dari kulkas dan Kristal yang diperoleh
dipisahkan dengan penyaringan. Kristal kemudian dicuci dengan 2 mL
campuran amonia pekat dengan etil alcohol (1:1). Kristal kemudian
dikeringkan dalam oven hingga kadar airnya hilang (sekitar 15 menit).
Kristal yang sudah kering kemudian ditimbang, amonia yang digunakan
ditentukan berapa molnya dan rendemen hasil yang didapat dihitung.
Percobaan

untuk

tetraamintembaga(II)

mempelajari

sulfat

dilakukan

sifat-sifat
dengan

garam

kompleks

pengenceran

dan

pemanasan. Mula-mula, garam hasil percobaan dilarutkan sedikit dalam


2,5 mL aquades dan diamati warnanya. Kemudian diencerkan kembali
secara berlebih dengan 10 mL aquades dan perubahan warnanya
dicatat. Percobaan selanjutnya, sedikit garam kering yang diperoleh
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan pelan-pelan.
Perubahan warna garamnya dicatat dan gas yang dibebaskan dicek
dengan kertas lakmus.
Percobaan ini menggunakan satu variabel yaitu pembuatan garam yang
menggunakan larutan CuSO4 dan NH3 dan analisis data yang digunakan adalah dengan
massa garam teoritisnya dihitung terlebih dahulu kemudian dibandingkan dengan massa
garam kompleks yang diperoleh agar rendemennya dapat diketahui.
Hasil Dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan

Dari percobaan pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat yang telah


dilakukan, dapat diamati hasilnya yang disajikan pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Data dan hasil percobaan pembuatan garam kompleks
tetraamintembaga(II) sulfat
Percobaan
Hasil
Serbuk cupri
Warna biru muda
sulfat 2,5 gram
Serbuk cupri
Serbuk larut, larutan berwarna biru
sulfat + aquades
muda
Larutan cupri
Larutan berwarna biru tua
sulfat + NH3
Larutan + etil
Larutan biru tua, alcohol melapisi
alcohol
larutan
Larutan
Tetap
didiamkan
selama 1 jam
Larutan
Larutan biru tua, Terbentuk Kristal jarum
dimasukkan
kedalam kulkas
dan didiamkan
selama 3 hari
Kristal disaring
Kristal jarum berwarna biru gelap
dan dicuci
dengan
campuran amonia
dan etil alcohol
Kristal
Kristal kering, tidak menempel pada
dikeringkan
pengaduk
dalam oven
Kristal ditimbang Dihasilkan Kristal sebanyak 1,548 gram

Hasil dari percobaan untuk mempelajari sifat garam kompleks tetraamintembaga(II)


sulfat disajikan dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Data dan hasil percobaan mempelajari sifat-sifat garam
kompleks tetraamintembaga(II) sulfat
Percobaan
Hasil
Sedikit garam
Garam larut, larutan berwarna biru tua
kompleks + 2,5
mL aquades
Penambahan 10
Larutan berwarna biru muda
mL aquades

Garam sebelum
dipanaskan

Warna biru gelap

Garam setelah
dipanaskan

Warna hijau kebiruan

Gas yang
dihasilkan dicek
dengan lakmus
merah

Lakmus merah berubah warna menjadi


biru

B. Pembahasan
Pembuatan garam kompleks merupakan suatu garam yang terbentuk karena ion
atom pusat dan ligan saling mengkompleks sehingga membentuk senyawa kompleks yang
merupakan senyawa berwarna. Pada umumnya, atom pusat pada senyawa kompleks berasal
dari logam-logam transisi yang dalam percobaan ini adalah tembaga yang bersifat
elektropositif. Logam-logam transisi dapat membentuk kompleks karena memiliki orbitalorbital yang masih kosong. Ion logam yang bertindak sebagai atom pusat akan menyediakan
orbital-orbital kosong yang dimilikinya. Sedangkan molekul netral atau anion yang
bertindak sebagai ligan akan menyediakan pasangan elektronnya untuk mengisi orbitalorbital kosong yang tersedia.
Untuk logam tembaga (ion Cu2+) jika membentuk senyawa kompleks, maka
kompleks tembaga (II) mempunyai bilangan koordinasi enam, dimana empat ligan
bertetangga dalam bidang segi empat membentuk struktur oktahedral. Pada pembuatan
garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat, CuSO 4.5H2O direaksikan
dengan ammoniak dimana yang bertindak sebagai atom pusat yaitu tembaga (ion Cu 2+)
sedangkan yang menjadi ligannya adalah tetra amin. Tembaga tersebut akan menerima
pasangan elektron bebas dari ligan yaitu tetra amin sehingga akan membentuk senyawa
kompleks melalui ikatan koordinasi dengan bilangan koordinasi enam sehingga akan
membentuk struktur oktahedral. Garam kompleks yang diperoleh yaitu berwarna biru tua.
Pembuatan garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat dilakukan seperti yang
telah dicantumkan dalam metode. Proses pereaksian dilakukan di dalam lemari asam
dikarenakan NH3 yang digunakan adalah amonia pekat yang menyengat baunya.
Larutan CuSO4.5H2O yang berwarna biru muda berubah warna menjadi biru tua
setelah ditambahkan dengan NH3 dikarenakan terbentuknya ligan NH3 yang mendesak
ligan H2O. Perubahan warna tersebut menandakan terbentuknya senyawa kompleks, hal ini

sesuai dengan teori bahwa salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion
kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan (Vogel, 1979).
Perubahan warna larutan cupri sulfat yang berwarna biru muda menjadi biru tua
setelah penambahan NH3 juga sesuai dengan teori yang menyatakan Jika larutan amonia
ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru berubah menjadi biru tua karena
terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan amonia (Sugiharto,2003).
Penambahan alkohol, dalam hal ini adalah etil alkohol secara perlahan melalui
dinding gelas beker dan tidak diaduk ataupun digoyang bertujuan agar alkohol melapisi
permukaan larutan dan mencegah terjadinya penguapan NH3.
Penutupan larutan yang diperoleh menggunakan gelas arloji bertujuan agar tidak
menguapnya ion-ion yang diinginkan, ditunjukan pada gambar 1. Larutan disimpan di
dalam lemari es selama 3 hari 2 malam agar Kristal garam kompleks dapat terbentuk
sehingga didapat garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat.

Gambar 1. Larutan ditutup dengan gelas arloji


Kristal garam yang diperoleh setelah 3 hari disimpan didapatkan berwarna biru tua,
sama dengan larutannya, disajikan pada gambar 2. Hal ini menandakan di dalam Kristal
terdapat ligan NH3. Dapat dibuktikan dengan reaksi:
CuSO4.5H2O (s)+ 4NH3 (l) Cu(NH3)4SO4.5H2O (s)

Gambar 2. Hasil penyimpanan selama 3 hari dalam lemari es


Penyaringan kristal dari larutannya dan pencucian Kristal menggunakan campuran amonia
dan etil alkohol bertujuan untuk memurnikan Kristal yang terbentuk dari pengotor-pengotor
yang tidak diinginkan pada garam. Penyaringan Kristal disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Penyaringan Kristal dari larutannya

Pengeringan Kristal di dalam oven bertujuan agar kadar air dalam Kristal dapat
hilang, dan penimbangan Kristal yang telah dikeringkan bertujuan untuk menghitung
rendemen Kristal yang diperoleh. Hasil pengeringan Kristal tersaji pada gambar 4.

Gambar 4. Hasil Kristal setelah dikeringkan di dalam oven


Sesuai dengan tabel 2, pada penambahan sedikit H2O dalam sedikit garam kompleks
yang diperoleh, dihasilkan garam larut dan larutan berwarna biru tua namun lebih muda
sedikit dari warna garam keringnya. Hal ini menandakan mulai adanya pendesakan ligan
NH3 oleh H2O walaupun belum sempurna. Namun, pada penambahan H2O berlebih, warna
larutan berubah warna mennjadi biru muda (gambar 5.) yang menandakan adanya
pergantian ligan NH3 oleh H2O yang sesuai dengan teori (Sugiharto, 2003). Reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.5H2O + H2O [Cu(H2O)6]2 + + SO42- + 4NH3

Gambar 5. Pengenceran berlebih garam kompleks


Pemanasan garam kompleks yang berwarna biru tua menghasilkan gas yang bersifat
basa dikarenakan mengubah lakmus merah menjadi lakmus biru. Selain itu, garam juga
berubah warna menjadi hijau kebiruan. Hal ini menandakan gas yang dibebaskan adalah
NH3 dan didalam pemanasan, garam kompleks membebaskan NH3 dengan ditandainya
perubahan warna menjadi hijau kebiruan. Proses pemanasan garam disajikan pada gambar
6. Reaksinya:
Cu(NH3)4SO4.5H2O (s) CuSO4.5H2O (l) + 4NH3 (g)

Gambar 6. Proses pemanasan pada garam kompleks

108 227,5

Gambar 7. Hasil dari proses pemanasan pada garam kompleks


Analisis data:
Massa

[ C u ( H 2 O )4 ] SO4

Massa padatan

yang digunakan = 231,5

Cu SO4 .5 H 2 O

= 2,5063 gram

Mr [ Cu ( NH 3 ) ] SO 4 = 227,5
Mr [ Cu ( H 2 O )4 ] SO 4 = 231,5
mol [ C u ( H 2 O )4 ] SO4 =

[C u ( H 2 O)4 ] SO 4

0,0108 mol

(aq)

2,5021
=0,0108
231,5

+4

NH 3

(aq)

NH

Cu

(aq)

+4

0,0108 mol

H2

O(aq)

2,457 gram
Perhitungan secara praktis
Massa garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat = 1,8134 gram
Perhitungan kemurnian garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat
C

massa [ u ( NH 3 ) 4 ]SO 4teoretis

massa[u ( NH 3 ) 4 ]SO 4 praktis

rendemen=
rendemen=

1,8134
x 100
2,457

rendemen=73,8054

Dari hasil praktikum yang telah diperoleh, dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan dalam pembuatan tetraamintembaga(II) sulfat. Pembuatan garam kompleks
tetraamintembaga(II) sulfat dibuat dari serbuk CuSO4.5H2O , aquades , ammoniak dan etil
alkohol berdasarkan rekasi substitusi, yaitu pendesakan ligan antara ligan NH3 dengan
H2O. Garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat memiliki sifat apabila diencerkan secara
berlebih, terjadi pendesakan ligan oleh H2O sehingga larutan berwarna biru muda. Apabila
garam dipanaskan, gas NH3 akan dibebaskan dan garam berubah warna menjadi hijau
kebiruan. Hasil rendemen yang diperoleh sebanyak 73,8054%.
Praktikum ini dapat diinterpretasikan bahwa hasil praktis massa garam yang
diperoleh mendekati dari massa garam teoritis. Hal ini benar adanya karena tidak melebihi
massa garam teoritis, namun menunjukan bahwa di dalam garam masih terdapat pengotor.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa

pembuatan

tetraamintembaga(II)

sulfat.

Pembuatan

garam

kompleks

tetraamintembaga(II) sulfat dibuat dari serbuk CuSO4.5H2O, aquades, ammoniak dan etil
alkohol berdasarkan rekasi substitusi, yaitu pendesakan ligan antara ligan NH3 dengan
H2O. Garam kompleks tetraamintembaga(II) sulfat memiliki sifat apabila diencerkan secara

berlebih, terjadi pendesakan ligan oleh H2O sehingga larutan berwarna biru muda. Apabila
garam dipanaskan, gas NH3 akan dibebaskan dan garam berubah warna menjadi hijau
kebiruan. Hasil rendemen yang diperoleh sebanyak 73,8054%.

Daftar Pustaka
Cotton and Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.
Maulana. 2007. Senyawa atau Ion Kompleks. Yogyakarta : UGM-Press.
Sugiyarto. 2003. Dasar-dasar Kimia Anoraganik Logam. Jakarta: UI-Press
Sukardjo. 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta: PT. Bina Aksara

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif makro dan Semi Mikro Jilid 1. Jakarta:
PT. Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai