Anda di halaman 1dari 8

Metode Pembelajaran dengan Problem Based Learning

di Fakultas Kedokteran UNISBA


I. Pendahuluan
Problem-based learning (PBL) adalah sebuah strategi pembelajaran baru yang menitik
beratkan pembelajaran pada mahasiswa atau dengan kata lain pembelajaran berpusat
pada mahasiswa (student centered learning). Sejak diperkenalkan oleh Barrows pada
1969 di Fakultas Kedokteran McMaster, Kanada, PBL telah diadopsi oleh banyak
fakultas kedokteran di seluruh dunia.
Banyak keunggulan dalam metode pembelajaran PBL seperti mendorong pembelajaran
mahasiswa lebih aktif dan mendalam, pengembangan integrasi pengetahuan dasar,
persiapan kemampuan lifelong learning, paparan klinis yang lebih banyak, peningkatan
hubungan antar mahasiswa dan staf pengajar, dan peningkatan motivasi mahasiswa.1,2
Menurut Dolmans et al., PBL dibangun atas empat prinsip yang mendasarinya yaitu
pembelajaran secara konstruktif, mandiri, kolaboratif dan kontekstual.1 Pembelajaran
konstruktif merupakan proses mahasiswa membangun pengetahuan yang dimilikinya
secara aktif.1,3 Pembelajaran yang disebut self-directed learning adalah mahasiswa
berperan aktif dalam merencanakan (planning), memantau (monitoring), dan
mengevaluasi (evaluating) proses belajar.1 Pembelajaran yang kolaboratif merupakan
pembelajaran dari interaksi antar individu yang dapat menimbulkan dampak
positif.1,4Pembelajaran yang kontekstual dimaksudkan bahwa suatu proses
pembelajaran diharuskan dapat menggambarkan situasi dan kondisi lingkungan tempat
dan waktu pengetahuan tersebut digunakan atau dengan kata lain sesuai dengan
konteksnya.1,3,5
Pelaksanaan keempat prinsip pembelajaran tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing prinsip pembelajaran secara
otomatis akan mempengaruhi pelaksanaan PBL. Sebagai contoh, Kaufman menyebutkan
bahwa sebagian besar kontrol proses belajar berada pada mahasiswa sendiri, sehingga
faktor mahasiswa menjadi sangat berpengaruh pada proses belajar dalam PBL.6 Caplow
et a.l juga menjelaskan bahwa peran tutor sebagai fasilitator dan penggunaan waktu
pribadi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
PBL.7 Dalam pembelajaran kolaboratif, interaksi sosial dan lingkungan sangat berperan
penting dalam pembentukan serta perkembangan pengetahuan seseorang.4
Dolmans et al. merekomendasikan lebih banyak kontribusi untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai keempat teori dasar pembelajaran dalam PBL
tersebut.1 Untuk itu perlu adanya penelitian yang memperdalam mengenai keempat
teori dasar pembelajaran tersebut, salah satunya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi mahasiswa untuk melaksanakan pembelajaran secara konstruktif,
mandiri, kolaboratif, dan kontekstual dalam PBL.

II. Pengertian Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era
globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan pertama kali oleh
Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di
McMaster University Canada.8
Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal
pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :
1. Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini
digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud.9
2. Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu
pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata)
sehingga
diharapkan
mereka
dapat
menyusun
pengetahuannya
sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa,
dan meningkatkan kepercayaan dirinya.10
3. Menurut Glazer (2001), mengemukakan Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks
dalam situasi yang nyata.11
Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Learning (PBL) dapat
disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif
kepada siswa. Problem Based Learning (PBL) adalah pengembangan kurikulum dan
proses pembelajaran.
Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah
atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 8
Model Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata
sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL diharapkan siswa

mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari
kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam
kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan
pengolahan informasi.8 Savery, Duffy, dan Thomas (1995) mengemukakan dua hal yang
harus dijadikan pedoman dalam menyajikan permasalahan.12 Pertama, permasalahan
harus sesuai dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari. Kedua, permasalahan
yang disajikan adalah permasalahan riil, artinya masalah itu nyata ada dalam kehidupan
sehari-hari siswa.
Dalam PBL pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, di mana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan
diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan
dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain itu,
guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan
intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan
kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
III. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Ciri yang paling utama dari model pembelajaran PBL yaitu dimunculkannnya masalah
pada awal pembelajarannya.. Menurut Arends, berbagai pengembangan pengajaran
berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik
sebagai berikut :10
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada
berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah
baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup
seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber
yang tersedia.
5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah
dan guru sebagai pembuat masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.

c. Penyelidikan autentik (nyata)


Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan
dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil
karyanya.
e. Kolaboratif
Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersamasama antar siswa.
Adapun beberapa karakteristik prosel PBL menurut Tan (Amir, 2009) diantaranya :8
a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan
secara mengambang.
c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa
menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah
diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
d. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru.
e. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).
f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
g. Pembelajarannya kolaboraif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam
kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses PBL dapat disimpulkan bahwa
tiga unsur yang esensial dalam proses PBL yaitu adanya suatu permasalahan,
pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.
IV. Beberapa teori yang Melandasi Problem Based Learning (PBL)
Dalam perkembangannya, pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dilandasi oleh
teori belajar konstruktivisme, teori perkembangan kognitif, dan teori belajar penemuan
Jerome Burner.

a. Teori Belajar Konstruktivisme


Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran
konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai.10 Bagi
siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesutunya sendiri, dan berusaha
dengan susah payah dengan ide-idenya sendiri.10 Menurut teori konstruktivisme ini,
satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini
dengan memberi kesempatan siswa menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar.
b. Teori Perkembangan Kognitif
Teori belajar kognitif pertama kali dikenalkan oleh Piaget. Menurutnya, perkembangan
kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu, Nur
(Trianto, 2007) berpendapat bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya
beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya
memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.10 Menuru teori Piaget, setiap individu pada
saat mulai dari bayi yang baru lahir sampai menginjak usia dewasa mengalami empat
tingkat perkembangan kognitif.
Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut diantaranya (Dahar, 1989) :13
1) Sensori-motor (mulai lahir-2 tahun)
2) Pra-operasional (2-7 tahun)
3) Operasional konkret (7-11 tahun)
4) Operasional formal (11 tahun- dewasa)
Teori Perkembangan Piaget, memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di
mana anak secara aktif membangun sistem makna dan memahami realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
c. Teori Penemuan Jerome Bruner

Teori belajar yang paling melandasi pembelajaran PBL adalah teori belajar penemuan
(discovery learning) yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner
menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara
aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha
sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.13
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melaui partisipasi secara aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh
pengalaman, dan melakukan eksperimeneksperimen yang mengizinkan mereka untuk
menemukan prisip-prinsip itu sendiri.
V. Tahap-tahap dalam Problem Based Learning (PBL)
Pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL) terdiri dari 5 tahap proses, yaitu :
Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi
peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan
masalah.
Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik
kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini
guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu
peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model,
dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.
Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.
Kelima tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan model PBL ini selengkapnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini

Tahapan Pembelajaran

Kegiatan Guru

Tahap 1
Orientasi peserta didik pada
masalah
Tahap 2
Mengorganisasi peserta didik
Tahap 3
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok
Tahap 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses dan hasil pemecahan
masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan


logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah.
Guru membagi siswa ke dalam kelompok, membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen
dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan
membantu mereka berbagi tugas dengan sesama
temannya.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang
mereka lakukan.

VI. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)


a. Kelebihan
Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya :14
1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah
dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong
siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.

7. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata.
b. Kelemahan
Disamping kebihan di atas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:14
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.

Anda mungkin juga menyukai