Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu citra tatanan pemerintahan yang buruk dapat ditandai
dengan adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang telah
melahirkan sebuah fase sejarah politik bangsa Indonesia dengan
semangat reformasi. Dari sekian isu hanya satu yang diwacanakan
yaitu mengenai isu tata kelola yang baik (Good Governance). Istilah
Good Governance beranjak menjadi populer baik di dalam kalangan
pemerintahan, swasta maupun masyarakat umum.
Good Governance bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
memiliki arti pemerintahan yang baik. Meskipun beberapa kalangan
lebih menerapkan istilah aslinya, karena dipandang lebih luas
dimensi Governance yang tidak bisa direduksi hanya menjadi
pemerintah semata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Good Governance?
2. Apa sajakah konsep dasar yang ada di dalam Good Governance?
Jelaskan!
3. Apa saja aspek prioritas untuk mewujudkan cita Good
Governance selain dari asas-asas fudamental? Jelaskan!
4. Bagaimanakah peran Good Governance dalam kerangka otonomi
daerah?
C. Tujuan
1. Mengenal secara lebih rinci mengenai istilah Good Governance
2. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dan konsep dasar
penciptaan Good Governance
3. Mengkaji aspek prioritas yang telah tumbuh dan berkembang
dalam penciptaan Good Governance di Indonesia
4. Mengetahui hubungan Good Governance dalam kerangka
otonomi daerah di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance secara langsung menjadi populer baik di
kalangan pemerintah, swasta maupun masyarakat secara umum. Di
Indonesia, istilah ini diterjemahkan dengan pemerintah yang baik. Ada
juga yang tetap memakai istilah aslinya karena memandang luasnya
dimensi Governance yang tidak bisa direduksi hanya menjadi pemerintah
semata. Meskipun istilah Good Governance sering disebut dalam berbagai
kesempatan, istilah tersebut dimaknai secara berlainan. Satu sisi ada
yang memaknai Good Governance sebagai kinerja suatu lembaga,
misalnya kinerja suatu pemerintah, perusahaan atau organisasi
kemasyarakatan. Menurut MM. Billah, istilah ini merujuk pada arti asli kata
Governing yang berarti mengarahkan atau mengendalikan atau
mempengaruhi masalah publik dalam satu negeri. Karena itu Good
Governance dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang
didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu
dalam tindakan dan kehidupan keseharian.
Ranah Good Governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi
pemerintahan, tetapi
juga pada ranah masyarakat sipil yang
direpresentasikan oleh organisasi
non-pemerintah (ornop) seperti
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan juga sektor swasta. Tuntutan
terhadap Good Governance tidak selayaknya ditujukan hanya kepada
penyelenggara
negara atau pemerintah, melainkan juga pada
masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan.
Menurut Taylor, Good Governance adalah pemerintahan demokratis
seperti yang dipraktikan dalam negara-negara demokrasi maju di Eropa
Barat dan Amerika misalnya (Saiful Mujani, 2001). Demokrasi
pemerintahan yang dianggap sebagai sistem pemerintahan yang baik
karena paling merefleksikan sifat-sifat Good Governance yang secara
normatif dituntut kehadirannya bagi suksesnya suatu bantuan badanbadan dunia.
Konsep Good Governance direkomendasikan pada sistem pemerintah
yang menekankan kesetaraan antara swasta dan masyarakat madani
(civil society). Pandangan Good Governance ini berarti suatu kesepakatan
menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh
pemerintah, masyarakat madani (civil society) dan sektor swasta.
1. Partisipasi (Participation)
Semua warga masyarakat berhak terlibat dalam pengembalian
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang
sah untuk mewakili kepentingan mereka. Partisipasi dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat
serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Maka
regulasi birokrasi harus diminimalisir.
Birokrasi sebagai center for public service harus diikuti dengan
deregulais berbagai aturan, sehingga proses sebuah usaha dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien. Dengan memberikan
pelayanan yang baik, memiliki perhatian yang humanis terhadap
client-nya, memberikan pelayanan yang efisien, tepat waktu serta
dengan biaya murah, sehingga mereka memiliki legitimasi dari
masyarakat. Cita Good Governance dalam konteks memperbesar
partisipasi
2. Penegakan Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusanperumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan
hukum. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan hukum dan
penegakannya secra konsekuen, partisipasi publik dapat berubah
menjadi tindakan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa
proses mewujudkan cita-cita Good Governance, harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakterkaarkter sebagai berikut:
a. Supremasi Hukum
b. Kepastian Hukum
c. Hukum yang responsif
d. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif
e. Independensi peradilan
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang
menopang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya
prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia telah
terjebak dalam kubangan korupsi yang berkepanjangan dan parah.
Untuk itu, pemerintah harus menerapkan transparansi dalam proses
kebijakan publik. Menurut Gaffar, terdapat 8 (delapan) aspek
mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu:
a. Penetapan posisi, jabatan, dan kedudukan
b. Kekayaan pejabat publik
c. Pemberian penghargaan
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
e. Kesehatan
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
g. Kemanan dan ketertiban
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Dede Rosyada, et al, Demokrasi, Hak Asasi manusia, dan, Masyarakat
Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kerjasama The Asia
Fondation & Pernada Media, 2003
Billah, MM., Good Governance dan Kontrol Sosial, Jurnal Primsa, Jakarta:
LP3ES,2001.
Bureau fro Policy and ProgrammeSupport, Jakarta , 1977.
Gaffan, Afan, Etika Birokrasi dan Good Governance, Makalah, Jakarta,
2001.
Mujani, Saiful, Draf Proposal Penelitian Tentang Budaya Good Governance,
tidak dipublikasikan, 2001.
Santoso, Mas Ahmad, Good Governance dan Hukum Lingkungan, Jakarta:
ICEL, 2001.
UNDP, Reconceptualising Governance, Paper of Management
Development and Governance
3 Ibid, hlm. 191