2.
Klasifikasi ikan ekor kuning menurut Bloch (1791) adalah sebagai berikut
(www.zipcodezoo.com ):
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Actinopterygii
Order: Perciformes
Family: Caesionidae
Genus: Caesio
Scientific name: Caesio cuning
Ikan ekor kuning memiliki bentuk badan memanjang, melebar dan gepeng. Warna
umumnya biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak. Dua gigi taring pada rahang
bawah dan yang halus pada langit-langit. Jari-jari keras 10 dan 15 jari-jari lemah pada sirip
punggung. Tiga jari-jari keras dan 11 jari-jari lemah pada sirip dubur. Ikan ini memiliki sisik
tipis dan terdapat 52-58 pada garis rusuknya. Sisik-sisik kasar di bagian atas dan bawah garis
rusuk serta tersusun horizontal, sisik pada kepala mulai dari mata.
Menurut Allen et al. (2007), ikan ekor kuning dapat mencapai panjang hingga 50 cm.
Ikan ekor kuning biasanya membentuk scooling yang besar dan dapat ditemui di kedalaman 1
- 60 meter. Makanan utama ikan ekor kuning merupakan zooplankton. Dari seluruh family
caesionidae, spesies ini merupakan jenis yang paling toleran terhadap perairan yang keruh.
Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) adalah Ikan laut yang hidup di perairan Indo-Pasifik.
Ikan ini disebut fusilier, suli, sulih, suliri, sunin. Jenis ini dikenal sebagai perenang cepat dan
termasuk ikan diurnal. Ikan ini sering ditemukan di luar karang (tubir karang). Makanannya
adalah zooplankton.
Daerah Penyebaran Ikan Ekor Kuning
Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) lebih memilih tinggal perairan hangat di wilayah IndoPasifik tropis. Tidak ada anggota keluarga telah dicatat untuk memperpanjang ke perairan
subtropis, tidak pula spesies hadir di Atlantik atau Karibia. Dua spesies Caesio suevica dan C.
striata merupakan endemik Laut Merah sementara distribusi lokal di Samudra Hindia juga
ditampilkan oleh C. xanthonota , C. varilineata , dan Pterocaesio Capricornis (pantai timur
Afrika). Caesio teres dapat dianggap ikan ekor kkuning yang memiliki distribusi geografis
terbesar, spesies ini telah dicatat dari pantai timur Afrika terutama di Pulau Palmyra . Spesies
ikan kuning di Indonesia dan Filipina adalah suatu elemen penting dari perikanan komersial.
Di Indonesia sendiri ikan ini banyak ditemui di Kepulauan Maluku.
B.
1.
2.
a.
b.
c.
3.
1)
2)
3)
disesuaikan dengan jumlah nelayan yang nantinya bertugas sebagai penggiring kerah jaring
atau memaksa ikan meninggalkan tempat persembunyiannya. ubani 1989 dan gunarso (1985).
4) Umpan
Jenis alat tangkap ini tidak menggunakan umpan karena pengoprasiannya
dengan cara menggirng ikan hingga masuk ke dalam jaring kantong.
4. Metode Pengoperasian Alat
Menurut Subani dan Barus 1989 proses pengoprasian muroami adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui dan dapat memperkirakan adanya kawanan ikan yang dilakukan oleh beberapa
nelayan dengan cara menyelam dengan menggunakan kacamata air.
b. Menngetahui keadaan arus air antara lain kemungkinan adanya arus atas dan bawah serta
mengenai kekuatan arus. Kekuatan arus skala sedang adalah yang paling baik untuk
pemasangan atau penanaman jaring.
c. Pemasangan jaring delakukan demikian rupa sehingga membentuk huruf Vdan letak ujung
depan kaki yang pendek harus berada di tempat dangkal dimana karang berada, sedangkan
ujung kaki panjang diletakkan ditempat dalam.
d. Penggiringan segera dilakukan setelah pemasangan kantong yaitu dengan mengambil tempat
anatara -1/3 dari bagian ujung kaki yang belakang.
Muroami umumnya dioprasikan satu hari atau one day fishing. Satu unit penangkapan
muroami rata-rata melakukan 2-3 kali setting dalam satu hari penangkapan. Muroami
biasanya berangkat sekitar pukul 6-7 pagi, satu jam setelah pemberangkatan penyelam
mengamati daerah penangkapan dimana muroami akan dioprasikan. Setelah mendaptkan
lokasi, kapal yang memuat jaring dan palkah mulai menempatkan jangkar, kemudian para
penyelam memasang jaring pelari dan jaring kantong pada kedalaman sekitar 5 hingga 35 m.
Proses ini memakan waktu sekitar 40 menit. Faktor yang cukup penting dalam pengoprasian
muroami adalah arus yang membantu jaring kantong dapat terbuka secara sempurna.
Penyelam naik kekapal yang memuat kompresor hookah setelah pemasangan jaring selesai
dan bersiap melakukan penyelaman tahap kedua. Tahap ini termasuk di dalamnya adalah
proses penggiringan. Lama waktu penggiringan sangat bervariasi antara 10-40 menit, pada
selang kedalamanya 5-35 m. Interval waktu antara penyelaman cukup pendek, sekitar 10
menit. Penyelam mengangkat jaring kantong ke permukaan secepat mungkin, setelah ikan
digiring kedalam jaring kantong. Kemudian penyelam kembali masuk kedalam perairan
untuk jaring pelari. Proses pelepasan jaring pelari ini biasanya memakan waktu sekitar 20
menit. (Ribka ruji raspati 2008).
C.
DAERAH PENANGKAPAN
Daerah penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkap muroami adalah di
perairan karang pada kedalaman anatara 10-25 m yang letak dasar lautnya tidak terlalau
miring. Berdasarkan penelitian Marnaneeal (2004), jaring muroami dipasang di sekitar
terumbu karang dengan kedalaman sekitar 10 hingga 20 m dan penyelam memulai
penggiringan pada kisaran 5 hingga 35 m. Menurut Subani Dan Barus (1989) muroami
dioprasikan di daerah jakarta (Kep. Seribu), Sulawesi Selatan (Kep. Spermende), Kep.
Sapeken, dan lombok.
DAFTAR ISI
Raspati, ribka puji, M.P.B.R.2008 Pengkajian Hasil Tangkapan Muroami di Kepulauan Seribu
[Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal
Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai
Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Anononim. 2012. Mengenal daerah penangkapan ikan.http://penyuluhp.blogspot.com/ (diakses pada
tanggal 5 Desember pukul 10.51) .
Anonim. 2011. Muroami. http://purseseine.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 5 Desember pukul
10.56)
Anonim.2011.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57101/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=4(diakses pada tanggal 5 Desember pukul
11.10)
Anonim. 2011. Klasifikasi morfologi dan peimijahan http://stp-jurluhkan.blogspot.com/ (diakses
pada tanggal 5 Desember pukul 11.00).
Anonim. http://www.pipp.kkp.go.id/species.html?idkat=2&idsp=96 (diakses
pada
tanggal
5
Desember pukul 11.26)