Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODULE 6
APA YANG DIMAKSUD
DENGAN PENGKODEAN MORBIDITAS
(WHAT IS MORBIDITY CODING)
Disusun oleh
2010
DESKRIPSI
Morbid berasal dari bahasa Latin yang berarti kondisi sakit atau menjadi sakit. Morbiditas adalah
sebutan bagi (1) kualitas penyakit atau yang sedang terserang sakit. (2) Kondisi yang menyebabkan
sakit. (3) Ratio jumlah yang sakit dalam total populasi di komunitasnya. Pengkodean Morbiditas
bergantung pada kelengkapan ringkasan pulang berikut rincian diagnoses pasien, serta prosedur
tindakan selama episode asuhan rawatnya di rumah sakit atau institusi asuhan kesehatan. Kemampuan
pengkode melaksanakan pengkodean diagnoses sakit pasien dengan teliti dan cermat (tidak
sembarang menafsirkan sendiri tulisan dokter), presisi (bekerja sesuai pedoman aturan cara
penggunaan buku klasifikasi yang ditentukan), akurat (sesuai kondisi yang disandang pasien), dan
tepat (waktu sesuai episode asuhan klinis, dan pelayanan perawatannya) sangat diperlukan di Untit
Kerja Rekam Medis-Informasi Kesehatan di suatu institusi pelayanan.
PENGKODEAN MORBIDITAS
Baru semenjak 1948, ICD yang mulanya disediakan untuk keperluan Pengkodean Mortalitas,
bersamaan dengan terbitnya ICD-revisi ke-6, ICD mulai diakui potensial kegunaannya untuk
pengkodean morbiditas. Isi ICD semenjak revisi ke-6 diperluas meliputi kode-kode kondisi non-fatal.
Ekspansi tersebut berkelanjutan sejalan dengan banyaknya tambahan jumlah kategori untuk
kepentingan kondisi non-fatal dan keadaan kejadian-kejadian lain yang berkaitan dengan kesehatan.
Bagi kepentingan ICD, istilah morbiditas meliputi penyakit, cedera dan alasan seseorang kontak
dengan pelayanan kesehatan, termasuk asuhan skrining, rehabilitasi dan pencegahan (preventif)
penyakit. Pengkodean umumnya berkaitan dengan episode asuhan kesehatan di dalam satu institusi
pelayanan namun tidak tertutup juga kemungkinan untuk memenuhi aplikasi survei data diagnostik
atau untuk keperluan lain.
Morbiditas umumnya berkaitan dengan satu episode asuhan kesehatan tunggal. Definisi episode
asuhan adalah: satu periode asuhan pasien atau kontak (seseri kontak dalam waktu khusus)
dengan praktisi asuhan kesehatan untuk kondisi yang sama atau konsekuensi yang timbul.
MORBIDITY RULES
Seorang pengkode harus mampu mempraktekan pemanfaatan 5 (lima) Rules Morbiditas ICD-10 yang
tersedia untuk menentukan mana diagnose seorang pasien pulang rawat (discharge diagnosis).
Seorang pasien mungkin saja dirawat untuk pengobatan berbagai diagnoses dalam satu episode
asuhan yang bersamaan. Mana diagnose dari sejumlah diagnoses yang disandang pasiennya yang
harus ditentukan sebagai diagnose utama, bagi kepentingan analisis statistik kesehatan dan manajemen
finansial/keuangan fasilitas pelayanan atau rumah sakitnya, harus mampu dihasilkan oleh pengkode
profesional yang handal.
Pemilihan kondisi/daignosis utama diatur melalui 5 (lima) Rules Morbiditas ICD-10. Penerapan Rules
Morbiditas akan memudahkan pengkode menyeleksi diagnosis utama pasien. Tenaga medis yang
menangani pasien hendaknya juga memahami isi Rules terkait, dan mendokumentasikan diagnoses
pasien dalam sekuens runtunan penulisan yang jelas dan legal dapat dipertanggung jawabkan.
Pengkode tidak berhak menyeleksi diagnosis utama pasien apabila tidak berkonsultasi dengan dokter
yang mengasuh pasiennya.
Episode Rawat
Episode rawat adalah A period of admitted pasient care between an admission and a discharge or
death or series of contacts with health practioner regarding the same problem or its immediate
consequences
... the diagnosis established at the end of the episode of care to be the condition primarily
responsible for the patient recieving treatment or being investigated ... that condition that is
determined to have been mainly responsible for the episode of health care ....
Komorbiditas (Comorbidity)
Komorbiditas adalah suatu kondisi kesehatan yang datang bersama dengan main diagnosis dan
memerlukan pengobatan dan asuhan tambahan bersama terapi yang diberikan kepada kondisi utama
yang menyebabkan pasien masuk rawat, dan diakui timbul pada 75% pasien dengan diagnosis
tekait dan memperpanjang sedikitnya 1 (satu) hari rawat.
Komplikasi (Complication)
Komplikasi adalah suatu penyakit/kondisi sakit yang muncul saat pasien dalam episode asuhan
berjalan, akibat dari suatu kondisi yang telah ada (pre-existing) yang timbul sebagai hasil asuhan yang
diterima pasien terkait. Komplikasi yang dimaksud diakui timbul pada 75% pasien dengan
diagnosis terkait dan memperpanjnag sedikitnya 1 (satu) hari rawat.
Apabila pasien hanya memiliki satu diagnosis, para dokter dan pengkode Rekam Medis tidak banyak
mengalami kesulitan. Namun dalam kenyataan kasus yang banyak ditemui tidak sesederhana
demikian. Mau tidak mau dokter dan pengkode harus memahami Rules yang tersedia. Untuk
memenuhi kebutuhan pengkodean, kondisi lain harus diinterpretasikan sebagai kondisi yang
berpengaruh kepada manajemen pasien terkait: pengobatan, prosedur diagnostik, peningkatan asuhan
perawatan dan monitoring.
Rule MB1
Manakala suatu kondisi minor, sudah lama atau secara mendadak muncul dan dilapor sebagai Kondisi
Utama, dan di samping itu ada kondisi yang lebih siknifikan relevansinya bagi terapi yang telah
diberikan ditulis sebagai Kondisi Sekunder, maka lakukan Reseleksi Kondisi yang lebih siknifikan
sebagai kondisi utama.
Contoh:
(1)
MC: Gastritis
OC: Carcinoma usus besar
Proc. Colectomy
LOS 5 minggu
MC: Carcinoma colon ICD-10 code: C18.9 M8010/3
Catatan: MC = main condition, OC = other conditions, Proc. =procedure,
Spec. = specialty
LOS = length of stay
(2)
MC:
OC:
LATIHAN MB Rule 1
(1)
Rule MB2
Apabila tidak bisa menggunakan kode kombinasi untuk mengkode kondisi-kondisi yang digabung
menjadi satu sebutan diagnosis, dan di Rekam Medis ada informasi yang lebih mengarah ke satu dari
kondisi-kondisi yang ditulis sebagai kondisi utama (main diagnosis) , pilih kondisi ini. Bila tidak ada,
pilih yang pertama disebut.
LATIHAN MB Rule 2
(1) MC:
Diagnoses sekunder:
Bilateral bunions
Lesi sekunder, lymph-node
Malignant neoplasm payu dara
Proc.: mastectomy
MC: ...
(2)
Kode ICD-10: ..
MC:
(2) MC:
OC:
Rule MB3
Manakala istilah simtom atau tanda-tanda direkam sebagai diagnosis utama, dan ada kondisi lain yang
jelas terdiagnosis, maka pilih kembali (reselect) : Kondisi lain yang terdiagnosis itu sebagai diagnosis
utama.
Simtoma atau tanda-tanda (gejala) akan berkode R (Bab XVIII)
LATIHAN MB Rule 3
(1) MC (diagnosis utama):
Abdominal pain
OC (diagnosis sekunder) Acute appendicitis
Proc.: Appendicectomy
MC: ...
Kode ICD: ...
(2) MC (diagnosis utama):
Faecal incontinence
OC: (diagnoses sekunder) Angina
Crohns Disease, large intestine
Proc.: Partial excision, colon
MC: ...
Kode ICD: ...
(3) MC: Coma
OC: Ischaemic heart disease
Otosclerosis
IDDM
Spec.: Endokrinologi
Asuhan: Pengaturan dosis tepat insuline
MC: ...
Rule MB4
Specificity (Kekhususan)
Manakala ada informasi yang lebih tepat terdokumentasi di Rekam Medis pasien, terkait diagnosis
utama yang telah dirinci dalam istilah umum, gunakan informasi yang paling spesifik untuk memilih
yang paling tepat.
Latihan MB Rule 4
(1) MC: Congenital heart disease
OC: Ventricular septal defect
MC: ...
Rule MB5
Manakala istilah simtom atau tanda-tanda yang direkam sebagai diagnosis utama dengan indikasi
bahwa ditimbulkan akibat satu atau lain kondisi yang disandang pasiennya, maka pilih simtom
sebagai kondisi utama.
Latihan MB Rule 5
(1) MC: Nausea dan muntah akibat keracunan makanan atau appendicitis
MC: ...
PETUNJUK PENGKODEAN
Kode berasterisk (*) tidak bisa dikode untuk diagnosis utama, pilih diagnosis yang
berdagger (
).
Beri kode penyakit yang akut sebagai diagnosis utama bila ditulis akut atau kronis (kecuali ada kode
kombinasi yang bisa diterapkan)
Bila ada > dari satu site yang terkena luka bakar (burn), maka beri kode pada yang terberat sebagai
diagnosis utama.
Bagi cedera ganda (multiple injuries), cedera yang paling mengancam jiwa pasiennya yang dikode
sebagai diagnosis utama.
Jangan sekali-kali memilih kode sebab luar atau morfologi tumor sebagai kondisi utama!
Proses pengkodean hendaknya adalah: upaya kerjasama antara klinikus dan pengkode,
oleh karenanya diperlukan komunikasi yang lancar dan baik.
Ringkasan Panduan Pengkodean Diagnoses Utama dan Sekunder
MC hendaknya dipilih para klinikus, yang mengobati pasiennya, pada akhir episode asuhan
atau, bila perlu, dipilih pengkode berdasarkan penerapan satu Rule Seleksi yang tersedia,
dengan tepat.
Segera MC terpilih, diagnoses lain-lain berikut prosedur bisa dikode semua sesuai praktek pengkodean
normal dan kebijakan yang berlaku.
Prosedur tindakan harus sesuai dengan kondisi diagnosis pasiennya.
ABSTRACTION
Abstraction adalah membaca, menyari, ringkasan rekam klinis dan tulis hal-hal yang akan dikode.
Pengkode harus menggunakan semua dokumen dalam Rekam Medis klinis, tidak hanya lembar
ringkasan pasien pulang atau lembar pertama rekam medis.
Pengkode perlu mengkode diagnosis utama, sekunder (bila ada) dan intervensi atau prosedur tindakan
(bila ada).
Proses dijalankan melalui analisis kualitatif dan kuantitatif yang cermat dalam manajemen sistem
Rekam Medisnya.
A source of constant discussion due to the difficulties arising from its definition and
application for example: what is being coded?
CODING ABSTRACTION
(PENGKODEAN PEMISAHAN)
1. Buat daftar semua kondisi dan prosedur yang harus dikode dari skrenario di bawah ini.
Baca dengan teliti dan kemudian:
2. Tentukan Diagnosis Utamanya.
3. Tentukan kode ICD-nya
8.
9. Beri kode pada: diagnose utama (ICD), diagnoses sekunder (ICD), sebab luar
(external causes) (ICD) dan tindakan (procedures) (ICPM, ICHI, ICD-9-CM Volume
3)
LATIHAN 1
Skrinario (1)
Pasien dengan osteoarthritis masuk rawat untuk menjalani knee replacement
(operasi plastik lutut).
Postoperasi mengalami sakit dada, hasil ECG ditemukan: anterior myocardial
infarction.
Pasien demam pada hari ke 8 dan hasil kultur urin ditemukan E-coli UTI, diberi
antibiotika.
Skrinario (2)
Pasien dewasa masuk admisi dengan keluhan batuk produktif,
napas pendek, dan demam, hasil X-ray thorax ditemukan:
pneumonia dan gagal jantung kongestif.
Riwayat sakit hipertensi, kanker payu dara (mastectomy,
4 tahun yang lalu) dan ada deep venous thrombosis.
Diberi i.v. antibiotika, O2, ventolin/salin nebulizer, hipertensi
tetap stabil medikasi telah dikaji.
Skrinario (3)
Pasien usia 72 tahun dengan phimosis, dirawat untuk circumcision
dengan anesthesia umum.