Anda di halaman 1dari 22

PROSES PERSALINAN DAN KELAHIRAN

A. PENGERTIAN
Persalinan / partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin (Sarwono.2006).
1. Partus Normal / Partus Biasa
Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa
memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi
(kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
2. Partus Abnormal
Bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi /
ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per
abdominam dengan sectio cesarea.

B. Etiologi Persalinan
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang
ada hanya merupakan teori teori kompleks antara lain :
a. Teori penurunan hormone
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu
sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila kadar progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua

Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron


yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankerhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus (Induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1. Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis srvikalis
dengan tujuan merangsang fleksus Frankerhauser
2. Amniotomi : pemecahan ketuban
3. Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus

C. Sebab Terjadinya Proses Persalinan


1.

Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun


mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang. (pada diagram, dari Lancet,
kok estrogen meningkat ?)

2.

Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi


stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

3.

Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban,


semakin merangsang terjadinya kontraksi.

4.

Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan


peningkatan

estrogen

mengakibatkan

peningkatan

aktifitas

kortison,

prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses


persalinan.

D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan


Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai
berikut :
a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus, kadang-kadang disebut false labor pains.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercamput darah (bloody show).

E. Tanda tanda Inpartu


Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Tandatanda inpartu adalah:
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

F. Faktor-faktor Persalinan

a. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar):


1. His (kontraksi uterus): gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim
yang terjadi untuk sementara waktu.
2. Retraksi: pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadi
kontraksi
3. Tenaga sekunder (mengejan): kontraksi otot-otot dinding perut dan
diafragma serta ligmentous action terutama ligament rotundum
b. Passages (jalan lahir): tulang panggul, serviks, vagina dan dasar panggul
c. Passenger (janin): kepala janin, plasenta, selaput dan cairan ketuban.

G. Proses Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
A. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2
fase yaitu :
1. Fase laten : Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.
2. Fase aktif : Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks
membuka dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dapat dibedakan
menjadi tiga fase :
Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan
waktu 2 jam.
Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2
jam.
Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam
waktu 2 jam.

Partograf.
Alat Bantu yang digunakan untuk observasi dan menilai kemajuan
persalian dengan menilai pembukaan melalui pemeriksaan dalam, serta
mendeteksi apakah proses persalianan berjalan secara normal.
Pencatatan dalam partograf yaitu :
1.

Fase aktif ; pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm

2.

Kontraksi uterus dan Denyut jantung janin setiap 30 menit

3.

Pembukaan serviks setiep 4 jam

4.

Nadi setiap 30 menit

5.

Tekanan darah dan temperatur setiap 4 jam

6.

Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam


Informasi yang didapat melalui partograf yaitu :

1.

Informasi kondisi tentang ibu; Nama, umur, gravida, para, abortus tanggal
mulai persalinan, waktu ketuban pecah

2.

Kondisi janin : DJJ,warna dan adanya air ketuban, molase

3.

Kemajuan persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah


janin atau presentasi, garis waspada dan garis bertindak.

4.

Jam dan waktu : mulainya fase aktif dan waktu actual saat pemeriksaan

5.

Kondisi ibu : Nadi, tekanan darah, temperatur, dan urin obat obatan dan
cairan yang diberikan

B. Kala II

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala
pengeluaran.

Kala II persalinan dimulai saat pembukaan serviks mencapai maksimum


diakhiri dengan lahirnya janin. Pembukaan cerviks yang lengkap, ibu ingin
mengejan dan turunya presentasi kepala menandai kala II persalinan dengan
kontraksi uterus berlangsung selama 1 menit dan fase istirahat miometrium
tidak lebih dari satu menit.
Pada kala II persalinan bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman
baginya, Riset menunjukan bahwa posisi duduk atau jongkok memberikan
banyak keuntungan. Pada kala II anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa
ingin meneran atau saat kepala bayi sudah kelihatan di introitus vagina
"crowning" dan pada penelitian tidak direkomendasikan untuk meneran sambil
menahan nafas karena terbukti berbahaya. Hindari juga peregangan pada vagina
secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya ke arah luar.

Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :


1. Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
3. Perineum terlihat menonjol
4. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
5. Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Tanda Dan Gejala Kala Dua Persalinan
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dgn terjadinya kontraksi
2. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pd rektum dan/atau
vaginanya
3.

Perineum terlihat menonjol

4. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka


Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil
pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
Pembukaan serviks telah lengkap
Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina
Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua Persalinan
1. Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua Persalinan Peristiwa Normal Yg
Akan Diakhiri Dgn Kelahiran Normal Tanpa Adanya Intervensi
2. Saat Pembukaan Sudah Lengkap, Anjurkan Ibu Utk Meneran Sesuai Dgn
Dorongan Alamiahnya, Dan Beristirahat Di Antara Kontraksi.
3. Kontraksi Uterus Yg Mendorong Bayi Keluar Dari Jalan Lahir Dan
Meneran Upaya Bantuan Terhadap Kontraksi Uterus Utk Melahirkan
Bayi
Memulai Meneran

1. Bila Sudah Mendapatkan Tanda Pasti Kala Dua Persalinan, Tunggu


Sampai Ibu Merasakan Adanya Dorongan Spontan Utk Meneran
2. Teruskan Pemantauan Kondisi Ibu Dan Bayi
Posisi Ibu Saat Meneran
1. Bantu Ibu Utk Memperoleh Posisi Yg Paling Nyaman Baginya
2. Ibu Dapat Berganti Posisi Secara Teratur Selama Kala Dua Persalinan
Karena Hal Ini Sering Mempercepat Kemajuan Persalinan
3. Posisi Duduk (Gambar 3-1) Atau Setengah Duduk Sering Nyaman Bagi
Ibu Dan Ia Bisa Beristirahat Dgn Mudah Di Anatra Kontraksi Jika
Merasa Lelah, Keuntungannya Memudahkan Melahirkan Kepala Bayi.

Jongkok atau berdiri (Gambar 3-2) dapat membantu mempercepat


kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasanyeri yg hebat

Merangkak atau berbaring miring ke kiri (Gbr 3-3) bisa lebih nyaman dan
lebih efektif baginya untuk meneran

Cara Meneran
1. Anjurkan ibu utk meneran sesuai dgn dorongan alamiahnya selama
kontraksi
2. Jangan anjurkan utk menahan nafas pd saat meneran
3. Anjurkan ibu utk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi

4. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa
lebih mudah utk meneran jika ia menarik lutut ke arah dada dan
menempelkan dagu ke dada
5. Anjurkan ibu utk tdk mengangkat bokong saat meneran
6. Jangan melakukan dorongan pd fundus utk membantu kelahiran bayi
MEMANTAU SELAMA PENATALAKSANAAN KALA II PERSALINAN
1. Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan
selama kala dua persalinan secara berkala
2. Periksa dan catat :
Nadi bu setiap 30 mnt
Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 mnt
DJJ setiap selesai meneran
3. Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen setiap 30 mnt
dan pemeriksaan dlm setiap 60 mnt atau kalau ada indikasi
4. Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau
bercampur mekonium atau darah)
5. Apakah ada presentasi mejemuk (misalnya tangan) atau tali pusat
berada di samping atau di atas kepala
6. Putaran paksi luas segera setelah kepala bayi lahir
7. Adanya kehamilan kembar yg tdk diketahui sebelumnya
8. Semua pemeriksaan dan intervensi yg dilakukan pd catatan persalinan
KELAHIRAN BAYI
Posisi Ibu Saat Melahirkan
1. Perbolehkan ibu utk mencari posisi apapun yg nyaman baginya, tapi
itu tdk boleh melahirkan bayi pd posisi berbaring telentang

10

Pencegahan Laserasi
1. Laserasi spontan pd vagina atau perineum dpt terjadi saat bayi
dilahirkan saat kelahiran kepala dan bahu
2. Kejadian laserasi meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tdk
terkendali
3. Jalin kerjasama dgn ibu selama persalinan dan gunakan manuver
tangan yg tepat utk mengendalikan kelahiran bayi serta membantu
mencegah terjadinya laserasi
AMNIOTOMI

Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan telah lengkap lakukan
amniotomi

Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi

Jika ada pewarna mekonium pd air ketuban, perlu dilakukan persiapan dan

upaya antisipatif utk melahirkan bayi dgn cairan ketuban yg mengandung mekonium
Episiotomi rutin tidak dianjurkan karena dapat menyebab:
1. Meningkatkan jumlah darah yng hilang resiko hepatoma
2. Kejadian laserasi derajat 3 atau 4 lebih bnyak pada episiotoma rutin di
bandingkan dngn tanpa episotomi
3. Meningkatkan nyeri pasca persalinan di daerah perineum
4. Meningkatkan resiko insfeksi
Indikasih melakukan epsiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila di
dapatkan:
1. Gawat janin dan bayi akan segera di lahirkan dngn tindakan

11

GERAKAN PENGELUARAN JANIN


a. Engagement
Mekanisme yang dipakai diameter biparietal, diameter melintang
terbesar kepala janin dalam presentasi occiput melewati pintu atas panggul
disebut sebagai engagement. Kepala janin biasanya memasuki pintu atas
panggul dalam posisi diameter lintang atau salah satu dari diameter oblik
Pada multipara atau beberapa nullipara fenomena ini dapat terjadi pada
minggu-minggu terakhir kehamilan.
b. Penurunan
Pada nulipara hal ini dapat terjadi sebelum onset persalinan dan
penurunan selanjutnya tidak terjadi sampai mulanya kala II persalinan.
Penurunan terjadi disebabkan satu atau lebih dari empat kekuatan, yaitu ;
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung fundus pada bokong dengan kontraksi
3. Tekanan langsung otot-otot abdomen
4. Ekstensi dan pelurusan badan janin.
c. Fleksi
Segera setelah penurunan kepala menemukan tahanan pada dasar panggul,
dinding panggul dan cerviks, fleksi kepala terjadi. Dimana diameter
subocciput bregmatika menggantikan diameter occipitofrontalis yang lebih
besar.
d. Rotasi interna

12

Pemutaran kepala yang menggerakan oksiput dari posisi asalnya ke


anterior menuju simfisis pubis, atau kurang sering ke posterior menuju
sacrum, selalu dihubunkan dengan turunnya bagian presentasi dan biasanya
tidak terjadi sampai kepla mencapai spina (engaged). Calkin (1979)
e. Ekstensi
Setelah rotasi interna, kepala yang fleksi penuh mencapai vulva, kepala
menekan lorong panggul,ada dua kekuatan yang bekerja, berasal dari uterus
bekerja lebih posterior dan tahanan lantai panggul yang bekerja anterior. Gaya
resultantenya mengarah ke muara vulva. terjadi ekstensi, yang membawa
dasar oksiput menempel pada margo inferior simpfisis. Karena pintu keluar
vulva mengarah keatas dan kedepan, ekstensi harus terjadi sebelum kepala
dapat melewatinya.
f. Rotasi Eksterna
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi, bila oksiput
awalnya mengarah ke kiri maka berotasi kearah tuberusitas ischium kiri.
Begitu pula sebaliknya. Diikuti dengan lengkapnya rotasi luar keposisi
lintang. Suatu gerakan yang sesuai dengan rotasi badan janin, yang bekerja
membawa diameter biakromial berhimpit dengan anteroposterior pintu bawah
panggul.
g. Ekspulsi
Segera setelah rotasi eksterna bahu depan terlihat di bawah simfisis dan
perineum menjadi teregang olah bahu belakang, setelah lahirnya kedua bahu
tersebut sisa badan lainya didorong keluar

C. Kala III
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta :

13

1. Fisiologi kala tiga


Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga
uterus secara tiba tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga
uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta.
Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian
dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau bagian atas vagina.

2. Tanda tanda lepasnya plasenta


Perubahan ukuran dan bentuk uterus
Tali pusat memanjang
Semburan darah tiba tiba
3. Kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
a.

Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling


sering terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi
retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula pada bagian
tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini
biasanya tidak ada sebelum uri lahir.

14

b.

Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir
duluan. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau
serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

2) Fase pengeluaran uri


a.

Kustner : dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas


simfisis. Tali pusat diteganggangkan maka bila tali pusat masuk

b.

artinya belum lepas, bila diam atau maju artinya sudah lepas.
Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali

c.

artinya belum lepas. Diam atau turun artinya lepas.


Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali
pusat bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah
lepas.

D.Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama
2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan, antara lain :

15

Observasi pada satu jam pertama setelah persalinan tiap 15 menit dan
30 menit pada jam kedua. Perhatikan tekanan darah ,nadi kontraksi uterus
serta perdarahan. Harus diperhatikan bila ada nyeri perineum yang berat
berkaitan dengan terbentuknya hematoma. Serta distensi kandung kemih
dapat mengakibatkan terganggunya kontraksi uterus.

Observasi yang dilakukan, antara lain :

16

1) Tingkat kesadaran ibu


2) Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
500 cc.
PERSIAPAN FISIOLOGIS MENJELANG PERSALINAN
Sebelum onset true labor terjadi beberapa perubahan fisiologis. Pada
nulipara, biasanya kepala janin masuk panggul 2 minggu sebelum persalinan
[lightening].
Kontraksi Braxton Hicks menjadi semakin sering (setiap 10 20 menit).
Beberapa hari sebelum persalinan, servik menjadi lunak-mendatar dan sedikit
membuka serta terdapat show (berupa lendir bercampur darah) . Disebut inpartu,
biasanya bila dilatasi servik sudah mencapai 2 cm.
True labor :
1. Kontraksi uterus berlangsung secara teratur dan semakin sering serta
intensitas yang semakin kuat.
2. Rasa tak nyaman pada punggung dan abdomen .
3. Terjadi dilatasi servik.
4. Kontraksi uterus tak dapat dihentikan dengan pemberian sedasi.
False labor
1. Kontraksi uterus tidak teratus dan interval semakin panjang dan intensitas
tidak berubah.
2. Rasa nyaman terutama pada bagian bawah abdomen.
3. Tidak terdapat dilatasi servik.
4. Rasa sakit umumnya hilang dengan pemberian sedasi.

17

Gambaran bunyi jantung janin yang normal bila di dapat; frekuensi dasar 120
160 dpm,akselerasi tanpa ada deselerasi dan variabilitas antara 5 - 25 dpm.
Kontraksi uterus
Kontraksi uterus harus dievaluasi harus dimonitor intensitas, frekuensi, dan
durasinya.Kontraksi yang adekuat bila kontraksi tersebut secara teratur menghasilkan
penipisan dan pembukaan serviks bersamaan dengan penurunan kepala.

Satuan

pengukuran kontraksi uterus yaitu Montevideo unit, rata-rata kekuatan (amplitudo)


kontraksi dalam millimeter merkuri dikalikan dengan frekuensi kontraksi dalam 10
menit.200 250 montevideo unit ditentukan sebagai persalinan yang adekuat.
Pengukuran tanda vital
Pengukuran suhu, nadi dan tekanan darah dinilai sekurangnya tiap 2 - 4 jam,
lebih sering bila ada indikasi, bergantung pada kondisi pasien. Pada pasien dengan
ketuban pecah jika temperatur meningkat maka suhu diukur tiap 1 jam.
Pemeriksaan dalam
Pada kala satu persalinan keperluan pemeriksaan dalam selanjutnya untuk
mengetahui status serviks dan dilatasi serta posisi bagian presentasi. Bila selaput
ketuban sudah pecah, pemeriksaan hendaknya diulang segera kalau kepala tidak pasti
engaged pada pemeriksaan vagina sebelumnya. Di Parkland Hospital Pemeriksaan
vagina sering dilakukan dengan interval 2-3 jam untuk mengevaluasi persalinan.9,14
Pemeriksaan vagina yang berulang dan sering dapat menginduksi terjadinya infeksi
terutama pada kala I persalinan.19 Depkes merekomendasikan periksa dalam pada
keadaan normal cukup dilakukan empat jam dan selalu dilakukan secara asepsis.30
Frekuensi periksa dalam harus dibatasi sesedikit mungkin (WHO,1996) Periska
dalam yang dilakukan lebih sering dari 4 jam sekali tidak bermanfaat, kecuali bila
ada indikasi :

18

1. Ketuban pecah dini dengan letak bagian bawah janin masih tinggi
untuk menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat.
2. Untuk memantau kemajuan persalinan dan mencatat pembukaan
serviks pada partograf
Alasan untuk melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam didasari pada
penggunaan partograf dan garis waspada. Biasanya terdapat waktu sekitar 4 jam
antara garis waspada dan garis tindakan. Bila pemeriksaan dalam dilakukan kurang
dari 4 jam, mungkin masih diperlukan pemeriksaan lagi sebelum mencapai garis
tindakan.
Penggunaan oksitosin
Penggunaan oksitosin sebagai modalitas dalam managemen aktif persalian
tanpa amniotomi dapat mengurangi lama persalinan hanya didapat pada satu
penelitian dari empat penelitian yang ada. Didapat tidak adanya perbedaan insidensi
seksio sesarea dan persalianan pervaginam dengan alat dan tidak mempengaruhi
kondisi janin.
Asupan oral dan cairan intravena.
Pada dasarnya pada semua keadaan, makanan dan cairan tidak diberikan oral
pada saat memasuki persalinan aktif. Waktu pengosongnan lambung memanjang saat
proses persalinan berlangsung dan pada pemberian analgesia. Sebagai akibat
makanan dan kebanyakan obat yang dimakan tetap ada dilambung dan tidak
diabsopsi, tetapi dapat dimuntahkan dan terjadi aspirasi. Namun penelitian Guyton
dan Gibbs (1994) Insidensi aspirasi tidak didapat pada pemberian cairan oral 150 ml
dua jam sebelum pembedahan.

Dukungan psikis

19

Berdasarkan meta-analisis dari 11 RCT didapat; Dukungan psikis dapat


mengurangi lamanya persalianan menghindari depresi pasca persalinan, mengurangi
penggunaan analgesia, persalinan yang lebih singkat, mengurangi persalianan secara
operatif dan persalianan dengan menggunakan alat.13, 17, 29 Banyak penelitian
yang mendukung kehadiran orang ke kedua saat persalinan berlangsung. Penelitian
itu menunjukan bahwa ibu merasakan kehadiran orang kedua tersebut sebagai
pendamping pertolongan persalinan / bidan, akan memberi kenyamanan pada saat
bersalin.
Pencukuran daerah pubis
Menurut Nelson 1998, dalam evidence-based intrapartum care dinyatakan
bahwa pencukuran daerah pubis tidak mengurangi infeksi, bahkan mungkin
meningkatkan risiko penularan HIV dan Hepatitis pada bayi.
Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan, karena dapat menimbulkan
persalinan macet dan selanjutnya hipotonia dan infeksi kandung kemih.Selalu
dilakukan pemeriksaan abdomen daerah suprasimfisis untuk mendeteksi pengisian
kandung kemih. Bila kandung kemih mengembang dan tidak dapat berkemih
kateterisasi diindikasikan.9 Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya
setiap 2 jam. Catat pada partograf jumlah pengeluaran urine setiap kali ibu b.a.k dan
catat protein atau aseton yang ada dalam urine.
Posisi dan gerakan ibu dalam persalinan
Diketahui bahwa posisi terlentang saat persalinan dapat mengakibatkan
berkurangnya aliran darah dari ibu ke janin. Pada saat persalinan sebenarnya telah
terjadi pengurangan aliran darah plasenta akibat aktifitas otot rahimpada saat
kontraksi. Bila janin telah mengalami kurangnya aliran darah plasenta, seperti pada
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, maka dengan adanya gangguan aliran

20

darah plasenta yang diakibatkan posisi ibu (terlentang), maka hal ini dapat
membahayakan janin.
Posisi bersalin dalam persalinan dapat mempengaruhi lamanya proses
berlangsung, ibu yang lebih banyak bergerak dan dibiarkan memilih posisi yang
mereka pilih sendiri mengalami nproses persalian yang lebih singkat, dan rasa nyeri
yang berkurang. Oleh karena itu ibu bersalin hendaknya diberi kebabasan memilih
posisi yang dirasakan paling nyaman kecuali ada kontraindikasi lain. (WHO 1996).
Dalam suatu review sistematis dari 17 Randomised control Trial untuk
mengevaluasi efek posisi ibu dalam persalinan, menyimpulkan bahwa " Ibu bersalin
yang mengambil posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tidak nyaman
dan nyeri, mengalami kala II yang lebih singkat (tanpa bantuan oksitosin), lebih
mudah meneran dan memiliki peluang lebih besar untuk persalinan spontan dengan
robekan perineal dan vaginal yang leboh sedikit. Komite ahli yang mengkaji
persalinan normal untuk WHO menyimpukan hal yang sama.
Amniotomi
Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi dini
pewarnaan mekonium pada cairam amnion.bila amniotomi dilakukan hendaknya
dilakukan teknik asepsis dan kepala harus tetap di panggul untuk menghindari prolaps
tali pusat.
Pada dua multisenter di Canada dan The United Kingdom pada lebih dari
2000 partisipan didapat bahwa amniotomi dapat mengurangi lamanya persalinan,
namun tidak menunjukan perbedaan efek terhadap ibu dan janin.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. "Asuhan

Persalinan

Normal".Jaringan

Pelayanan

Klinik

Reproduksi.JHPIEGO (MNH). Departeman Kesehatan. Jakarta 2002.


2. Saifuddin A.B. Buku acuan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal ; Persalinan normal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
1st Jakarta.2002;
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Buku satu : Standar Pelayanan
Kebidanan, Jakarta, 2001
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Buku satu : Catatan Tentang
Perkembangan dalam Praktek Kebidanan, Jakarta, 2001

22

Anda mungkin juga menyukai