Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bab
3
Rencana Kegiatan
Pelaksanaan Pekerjaan
3.1
Berdasarkan
ketentuan-ketentuan
dalam
Kerangka
Acuan
Kerja
(TOR)
survey, proses
kajian/analisa,
pelaporan
serta
monitoring
evaluasi.
JADUAL pelaksanaan pekerjaan merupakan unsur penting dalam pengendalian
pekerjaan karena dengan adanya jadual pelaksanaan, pekerjaan dapat
dilakukan terencana dan berjalan secara efisien.
Jadual pelaksanaan pekerjaan menguraikan antara lain :
-
Adapun Jadual Penugasan Personil dan Alat yang merupakan personil dan
instrumen dari semua kegiatan, disajikan dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 yang
menguraikan antara lain :
-
III-1
LAPORAN PENDAHULUAN
3.2
3.3.1
Persiapan
Pekerjaan
persiapan
merupakan
pekerjaan
tahap
awal
yang
sangat
Penyusunan
jadual
kegiatan
yang
lebih
rinci,
terutama
kegiatan
dalam
pekerjaan
ini.
Jenis-jenis
data
sekunder
yang
akan
dikumpulkan sesuai dengan yang terdapat dalam TOR ditambah dengan data
lain yang menurut Konsultan diperlukan.
Berikut antara lain data-data sekunder yang perlu didapatkan:
-
Peta geologi regional dan data dasar lain berkaitan dengan pekerjaan ini
III-2
LAPORAN PENDAHULUAN
III-3
Gambar 3.1
LAPORAN PENDAHULUAN
Data iklim untuk analisa hidrologi dari Badan Meteorologi dan Geofisika.
III-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Dokumen-dokumen
lain
yang
dapat
menggambarkan
kondisi
lokasi
jurnal INKINDO.
3.4
3.4.1
optimal.
Begitu
kompleksnya
permasalahan
dalam
pengelolaan
Komitmen
bersama
Kabupaten/Kota,
dari
pihak
para
swasta,
pihak
(Pemerintah
perguruan
Pusat,
tinggi,
LSM,
Propinsi
serta
masyarakat).
-
Pengelolaan sumberdaya air bukanlah upaya yang mudah. Perubahan nilai air
dan komoditi yang berfungsi sosial menjadi komoditas yang benilai sosial dan
komersial harus diikuti pula dengan perubahan pemahaman pada sisi
PT. PURNATAMA KINDOTEKNIK
III-5
LAPORAN PENDAHULUAN
menjadi perdebatan
di
antara
stakeholders,
akibat keberadaan
kelompok free rider yang sangat dominan yaitu Kelompok Pertanian sebagai
pengguna terbesar (80% - 86%). Sedangkan sisanya digunakan oleh
Kelompok Domestik, Perkotaan, dan Industri (10% - 15%), serta Kelompok
Lingkungan
(50/6)
yang
membutuhkan
kelestariannya
(Soeparmono,
Permasalahan
ini
1999;
menggambarkan
air
untuk
Partowijoto,
adanya
mempertahankan
2000;
Usman,
kesenjangan
2000).
antara
sisi
Clark
(1995)
pembangunan
baru
dapat
dikatakan
sebagai
agar
hasil
yang
diperoleh
juga
merupakan
butir-butir
III-6
LAPORAN PENDAHULUAN
3.4.2
Survei
Survey Lingkungan
lingkungan
dilakukan
dengan
melakukan
questioner
kepada
Survey Topografi
Survey topografi ditujukan untuk membuat peta situasi yang sesuai dengan
kondisi lapangan sebenarnya (eksisting), berikut trase, penampang dan
objek-objek yang diperlukan yang berada di lokasi perkerjaan.
Data lapangan yang telah diproses disajikan dalam bentuk peta situasi detail
dengan skala 1:5.000 dan peta ikhtisar 1:20.000 atau 1:10.000 (disesuaikan
dengan luasan). Interval kontur yang dipakai adalah 0,25 untuk daerah datar
dan 0,5 untuk daerah berbukit.
Peta situasi yang akan dihasilkan merupakan gambar lapangan sebenarnya
yang dilengkapi dengan koordinat horisontal X dan Y dan koordinat vertikal
(elevasi) Z dimana garis kontur yang ada akan digunakan dalam perencanaan
teknis tata saluran.
A.
Orientasi Lapangan
B.
III-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Putar balik teropong menjadi kedudukan luar biasa. Dengan cara yang
sama ulangi langkah No. 1 5 untuk kedudukan II dan IV (Gambar
3.2).
Dengan
melihat
metode
pengamatan
azimuth
astronomis
(T)
adalah :
T = M + atau
T = M + ( T - M )
dimana:
T
Azimuth ke target.
(T) =
(M) =
III-8
LAPORAN PENDAHULUAN
Kedudukan I
n 1
Kedudukan II
Gambar 3.2
C.
V 2
Kedudukan III
Kedudukan IV
sebagai
titik
acuan
serta
kebutuhan
pada
saat
konstruksi,
diantaranya:
Titik Bench Mark dibuat pada tempat yang aman dan terlindung dari
kemungkinan kerusakan ataupun bergeser. Rencana penempatan titik
tetap Bench Mark yang dipasang berjumlah 2 buah yang diberi nama
kode.
III-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Tanah tempat Bench Mark berada merupakan tanah keras dan harus
terhindar dari sawah.
Dipasang paling sedikit 10m dari pinggir jalan dan daerah yang akan
terkena perubahan.
Bench
Mark
dipasang
sebelum
dilaksanakan
pengukuran
dan
Control Point atau Bench Mark ukuran kecil untuk tanda azimut
dipasang dekat Bench Mark dengan jarak 150m dan bebas pandang.
III-10
LAPORAN PENDAHULUAN
III-11
LAPORAN PENDAHULUAN
D.
Tujuan pengukuran horisontal untuk mengetahui posisi setiap titik Bench Mark
yang terpasang, dan memperoleh data kerangka horisontal sepanjang jalur
yang dilalui.
Jika poligon utama terlalu besar, harus dibagi dalam beberapa kring
tertutup.
Semua Bench Mark baik yang ada maupun baru harus dilalui poligon.
III-12
LAPORAN PENDAHULUAN
Jarak diukur dengan pita ukur baja dan dikontrol dengan jarak optis
dilakukan pulang pergi masing-masing 2 kali bacaan.
Pembacaan sudut horizontal dilakukan dengan cara biasa dan luar biasa
dalam 2 seri.
Jumlah titik poligon antar dua titik azimuth maksimum 50 titik. Koreksi
sudut antara dua kontrol azimuth=15", koreksi setiap titik poligon
maksimum 8".
Hitungan
poligon
utama
untuk
menentukan
koodinat
(x,y)
dari
f = - (n + 2) 180
III-13
LAPORAN PENDAHULUAN
fy
d = jumlah jarak
Dalam poligon terikat sempurna :
fx = d.sin - ( xakhir - xawal )
fy = d.cos - ( yakhir - yawal )
AB
AC
III-14
LAPORAN PENDAHULUAN
Semua Bench Mark yang ada maupun yang baru dilalui poligon.
Jumlah X (X)
Jumlah Y (Y)
KI
fx fy
1 : 5.000
III-15
LAPORAN PENDAHULUAN
E.
= H1
(H1 H 2)
2
Jarak pergi, didapat dari jumlah jarak belakang ditambah jarak muka,
demikian pula jarak pulang. Salah penutup yang diizinkan : 10D (jarak rata2
dalam km)
Spesifikasi Teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut :
Alat yang digunakan adalah alat ukur sifat datar Autometic Level Ni.2.
Bidikan rambu berada diantara 0,5 m dan 2,75 m untuk rambu dengan
panjang 3m.
Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.
III-16
LAPORAN PENDAHULUAN
2BT = BA + BB
Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2
mm.
Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut:
10D, dimana D adalah jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam
satuan kilometer
spreadsheet
sebagaimana
kerangka
horisontalnya.
Hasil
F.
III-17
LAPORAN PENDAHULUAN
Ketelitian tinggi poligon ray 10D, dimana D adalah panjang poligon ray
dalam km.
Kerapatan
titik
detial
di
lapangan
sedemikian
rupa
sehingga
Azimuth magnetis.
III-18
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk menentukan tinggi titik B dari titik A yang telah diketahui koordinat
(X,Y,Z), digunakan rumus sebagai berikut :
TB TA H
H 100 BA BB Sin 2 BT
2
Dd
= DO.Cos2
Dd
= 100(Ba-Bb)Cos2
dimana:
TA = Titik tinggi A yang telah diketahui
TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan
H = Beda tinggi antara titik A dan B
BA = Bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah
BT = Bacaan benang tengah
TA = Tinggi alat
Do = Jarak optis
= sudut vertikal
Mengingat
banyaknya
titik-titik
detail
yang
diukur,
serta
terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka diperlukan
titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna.
Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan
arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga
sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole
supaya menjadi azimuth geografis.
Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah :
C = g - m
dimana: g = Azimuth Geografis
m = Azimuth Magnetis
Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail sangat tergantung pada skala peta
yang dibuat, selain itu untuk keadaan tanah yang mempunyai perbedaan
tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Hasil dari pengukuran
berupa
data
ray
dari
masing-masing
ruas
dalam
jalur
poligon
yang
III-19
LAPORAN PENDAHULUAN
menyajikan ketinggian titik-titik tanah yang dipilih dan posisi bangunan yang
dianggap penting.
Hasil perhitungan koordinat titik dalam tiap ray lalu diikatkan pada masingmasing patoknya sehingga didapatkan posisinya terhadap bidang referensi.
Secara jelas titik-titik ini dapat dilihat pada gambar topografi yang memiliki
skala rinci.
G.
Perhitungan
data
ukur
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan
Data luas daerah tangkapan yang tercakup dalam peta topografi dengan
skala yang memadai.
III-20
LAPORAN PENDAHULUAN
Luas daerah tangkapan air hujan (catchment area) diukur dari peta topografi
skala 1:25.000 atau yang lebih besar. Data curah hujan diambil dari stasiun
pengukuran yang termasuk di dalam catchment area atau minimal stasiun
terdekat dengan lokasi jika data yang pertama tidak tersedia.
Data karakteristik aliran di lapangan dapat diketahui dengan mengadakan
survey hidrometri yang mencakup pengukuran kecepatan aliran, penampang
aliran, fluktuasi muka air dan penelitian laboratorium terhadap sifat-sifat
kandungan fisik dan kimia. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui
potensi-potensi yang berpengaruh dalam upaya pembuatan jaringan irigasi
dan drainase, mengoptimalkan jaringan irigasi dan drainase, dan menghindari
terjadinya genangan terus menerus dalam jangka waktu lama.
Rencana kerja yang akan dilaksanakan dalam survey hidrometri ini dibagi
dalam beberapa tinjauan sesuai dengan lingkup kegiatan dan lokasi kerja:
A.
III-21
LAPORAN PENDAHULUAN
Rambu
Palem /
Peilschaal
Elevasi
Utama
Muka Air
Sungai
h3
h2
h1
Benchmark
.
Gambar 3.6 Sketsa survey pengukuran penampang sungai dangkal.
III-22
LAPORAN PENDAHULUAN
Rambu
Palem /
Peilschaal
x3
x2
x1
BT
Elevasi
Utama
Perahu
Muka Air
Sungai
Bencmark
h
d3
d2
d1
0000
Bandul
Gambar 3.8
B.
III-23
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.9
Pada
lokasi
melintang
pengukuran
sungai.
arus
Pengukuran
dilakukan
pula
penampang
pengukuran
melintang
penampang
sungai
dilakukan
C.
Gambar 3.10
III-24
LAPORAN PENDAHULUAN
D.
Survey ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah yang akan
dipakai pada rencana tanggul saluran, bangunan-bangunan air, pondasi
jembatan, serta bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan.
Dari hasil survey ini diharapkan akan didapat parameter-parameter:
Penurunan
tanah
(settlement),
dalam
perhitungan
tanggul
dan
bangunan.
BT. 2
BT. 1
T.P
Nol Peilscaal
Gambar 3.11
III-25
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.12
Gambar 3.13
III-26
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.14
Gambar 3.15
III-27
LAPORAN PENDAHULUAN
Test Pit
Gambar 3.16
3.5
3.5.1
Data
pengukuran
survei
topografi
direalisasikan
dalam
bentuk
A.
Perhitungan
Pekerjaan
perhitungan
sementara
diselesaikan
di
lapangan
sehingga
kesalahan dapat segera diulang untuk diperbaiki, selain itu setiap perhitungan
III-28
LAPORAN PENDAHULUAN
Jumlah jarak.
Perhitungan dilakukan dalam proyeksi yang sudah ada sesuai dengan data
referensi pada awal pengukuran.
B.
Ketelitian Penggambaran
Spesifikasi
teknis
yang
harus
dipenuhi
dalam
memenuhi
ketelitian
penggambaran adalah:
Tanda silang untuk grid koordinat memiliki kesalahan < 0,3 mm diukur
dari titik kontrol horisontal terdekat.
Titik kontrol posisi horisontal memiliki kesalahan < 0,6 mm diukur dari
garis grid.
95 % dari bangunan memiliki kesalahan < 0,6 mm diukur dari garis grid
atau titik kontrol horisontal. Sisanya 5 % memiliki kesalahan < 1,2 mm
Pada sambungan lembar peta satu dengan yang lain, garis kontur,
bangunan, saluran, sungai harus tepat tersambung. Batas pergeseran
yang diperbolehkan < 0,3 mm.
C.
Penggambaran
Gambar konsep (draft) dibuat di atas kertas milimeter (grafik) yang telah
disetujui Direksi.
III-29
LAPORAN PENDAHULUAN
Peta situasi dan trase saluran dibuat pada skala 1:5.000 dengan interval
kontur 2,50 untuk daerah datar dan 5 m untuk daerah berbukit.
Titik-titik poligon utama, poligon cabang dan poligon ray digambar dengan
sistem koordinat.
yang
telah
ditentukan
dan
dilengkap
dengan
elevasi
dan
koordinat.
Rencana tapak bangunan digambar dengan skala 1:200 atau 1:100 atau
1:50 (disesuaikan dengan kondisi bangunan).
Gambar situasi dibuat di atas kodak trace double face dan gambar lainnya
dibuat di atas kalkir 90-95 gram dan cetak biru.
3.5.2
A.
Analisa data lapangan adalah analisa mengenai hasil pemboran di tanah yang
dilangsungkan di lapangan pada saat pengukuran dilaksanakan. Analisa ini
dilakukan
untuk
mengetahui
lapisan-lapisan
tanah
sampai
kedalaman
dari
hasil
penyelidikan
tanah
dengan
menggunakan
cone
III-30
LAPORAN PENDAHULUAN
B.
Penyelidikan di Laboratorium
Angka pori
Porositas
Permeabilitas
Konsolidasi
III-31
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengujian
Pengujian Alat Sondir
Pengeboran
Sampling Dinding Tipis
Berat Jenis
Kadar Air
Berat Isi
Kuat Tekan Bebas
Kuat Geser Langsung
Konsolidasi
Grain Sieve Analysis
Atterberg Limit - Plastic Limit
(PL)
Atterberg Limit - Liquid Limit
(LL)
Klasifikasi Tanah
Metode
AASHTO T 225-83
ASTM D-1587
AASHTO T 100-90
AASHTO T 265-84
AASHTO T 236-84
AASHTO T 208-90
AASHTO T 236-84
AASHTO T 216-83
AASHTO T 26-74
AASHTO T 89-90
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
03-2827-1992
03-3969-1996
03-4148-1996
03-1964-1990
03-1965-1990
03-3420-1994
03-3638-1994
03-3420-1994
03-2812-1992
03-1968-1990
03-1966-1990
AASHTO T 89-90
SNI 03-1967-1990
USCS/ASTM
(D2487)
A.
Data-data curah hujan yang diperoleh pada suatu lokasi studi kadang kala
tidak lengkap, berasal lebih dari satu stasiun pengamat hujan dan bahkan
tidak ada sama sekali. Untuk itu perlu dilakukan analisa agar data yang
digunakan mewakili karakteristik daerah proyek yang bersangkutan.
Uji Konsistensi Data Hujan
Pada dasarnya metode pengujian tersebut merupakan pembandingan
data stasiun yang bersangkutan dengan data stasiun lain di sekitarnya.
Hal ini dilakukan dengan asumsi perubahan meteorologi tidak akan
III-32
LAPORAN PENDAHULUAN
terlebih
dahulu
dan
yang
data-data
yang
hilang
atau
tidak
tercatat,
agar
terjamin
Rx
. ri
Ri
n1
dimana :
Px
: curah hujan harian pada stasiun ke-i pada tahun yang hilang,
Ri
Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan
air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan.
Stasiun-stasiun pengamat hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran
dapat dianggap sebagai titik (point). Tujuan mencari hujan rata-rata
adalah mengubah hujan titik (point rainfall) menjadi hujan wilayah
(regional rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat mewakili pada
suatu daerah aliran, yaitu:
III-33
LAPORAN PENDAHULUAN
R1 R 2 R 3 ....................... R N
N
dimana:
Ri
A2
R
Gambar 3.17
Cara Isohyet
Peta Isohyet (tempat kedudukan yang mempunyai tinggi hujan sama)
digambar pada peta tofografi dengan perbedaan 10 mm sampai 20
mm berdasarkan data curah hujan pada titik-titik pengamatan yang
dimaksud. Luas bagian daerah antara 2 garis isohyet yang berdekatan
III-34
LAPORAN PENDAHULUAN
dimana:
R
Ri
Ai
Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis isohyet
dapat digambar secara teliti.
Maksimum Rencana
Beban curah hujan maksimum rencana yang digunakan adalah curah hujan
maksimum 1-harian, 2-harian, 3-harian, 4-harian, 5-harian dan 6-harian
berturut-turut dengan periode ulang 1, 2, 5, 10, 20, 50, 100, 200 dan 1000
tahun [R(n)t], dihitung dengan metode Gumbel berdasarkan data curah hujan
maksimum tahunan.
Persamaan dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:
RT R KTr S X
SX
KTr
(R R i )
n 1
YTr Yn
Sn
dimana:
RT
KTr
= faktor frekuensi,
SX
= standar deviasi,
= periode ulang,
Ri
= jumlah data,
Yn
= reduced mean,
Sn
III-35
LAPORAN PENDAHULUAN
YTr
= reduced variated
S1
A1
110 mm
100 mm
110 mm
S2
95 mm
100 mm90 mm
A2
S3
S4
A4
A3
95 mm
90 mm
B.
(R R )
i
n 1
III-36
LAPORAN PENDAHULUAN
KT =
6
T
(0,5772 ln(ln(
)) atau KT = (YT - Yn) / Sn
T 1
Dimana :
RT
KT
= faktor frekuensi,
Sx
= standar deviasi,
= periode ulang,
Ri
= jumlah data,
Yn
= reduced mean,
Sn
YT
= reduced variated.
= koefisien hasper,
= standar variabel,
Sx
= standar deviasi,
= periode ulang,
Ri
= banyaknya data,
III-37
LAPORAN PENDAHULUAN
Periode
Ulang (T)
1.05
2
5
10
15
25
50
100
Koefisien
Hasper ()
-1.15
-0.28
0.64
1.26
1.63
2.10
2.75
3.43
C.
Untuk memperkirakan debit banjir yang akan terjadi dapat dilakukan analisa
hidrologi dengan menggunakan metoda rasional dan metode hidrograf. Debit
banjir ini digunakan dalam simulasi perilaku hidrolik untuk mengetahui tinggi
muka air maksimum sungai atau saluran.
1. Metode Rasional
Perhitungan debit banjir dengan metode rasional yang akan dilakukan adalah
metoda Haspers, metoda Melchior, dan Weduwen. Untuk memperoleh debit
banjir dengan menggunakan pendekatan ini, perlu diketahui terlebih dahulu
hujan maksimum yang terjadi pada daerah yang ditinjau yang diperoleh dari
perhitungan curah hujan maksimum.
Dari masing-masing metoda perhitungan debit banjir tersebut terdapat
batasan-batasan, yaitu:
Metoda
Hasper
dapat
digunakan
untuk
luas
daerah
pengaliran
sungainya sembarang,
Metoda Melchior dapat digunakan untuk luas daerah pengaliran
sungainya lebih besar dari 100 km2, dan
Metoda Weduwen dapat digunakan untuk luas daerah pengaliran
sungainya lebih kecil dari 100 km2.
Dalam analisa debit banjir ini digunakan metoda Hasper dan Metoda Melchior.
a. Metoda Hasper
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan debit banjir dengan
menggunakan metoda Hasper adalah sebagai berikut:
PT. PURNATAMA KINDOTEKNIK
III-38
LAPORAN PENDAHULUAN
Koefisien Runoff ()
Koefisien Runoff () dihitung dengan persamaan:
0.7
= 1 0,012 x f
1 0,075 x f 0.7
Koefisien Reduksi ()
Koefisien Reduksi () dihitung dengan persamaan:
1
T 3,7 + 10 -0.4xT f 3 / 4
1
x
12
T 2 15
T x R 24
T 1 0,0008 x (260 R 24 )(2 T) 2
T x R 24
T 1
mm.
Hujan maksimum dihitung dengan rumus:
q=
rT
dimana T dalam jam dan q dalam m3/km2/dtk.
3,6 x T
b. Metoda Melchior
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan debit banjir dengan
menggunakan metoda Melchior adalah sebagai berikut:
Q = x q x f x RT
200
III-39
LAPORAN PENDAHULUAN
Luas Ellips = nF =
1
4
ab
dimana:
RT
Tabel 3.6 Hubungan Antara Luas Ellips (nF) dan q (hujan harian)
nF
(km2)
0,14
0,72
1,40
7,20
14,00
29,00
72,00
108,00
q
(m3/dt/km2)
29,60
22,45
19,90
14,15
11,85
9,00
6,25
5.25
nF
(km2)
144,00
216,00
288,00
360,00
432,00
504,00
576,00
648,00
q
(m3/dt/km2)
4,75
4,00
3,60
3,30
3,05
2,85
2,65
2,45
nF
(km2)
720,00
1080,00
1440,00
2160,00
2880,00
4320,00
5760,00
7200,00
q
(m3/dt/km2)
2,30
1,85
1,55
1,20
1,00
0,70
0,54
0,48
2. Metode Hidrograf
Metode hidrograf yang digunakan adalah hidrograf SCS (Soil Conservation
Service). Salah satu metode hidrograf yang digunakan dalam memperkirakan
debit banjir adalah Hidrograf Satuan Sintetik. Untuk membuat hidrograf banjir
pada sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit sekali dilakukan observasi
hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau parameter daerah
pengaliran
tersebut
terlebih
dulu,
misalnya
waktu
konsentrasi
(t c),
sintentik
dimana
parameter-parameternya
harus
III-40
LAPORAN PENDAHULUAN
konsentrasi
(tc)
adalah
lamanya
waktu
perjalanan
yang
dibutuhkan sebuah partikel air untuk mencapai sebuah titik debit dalam
DPS. Dalam perhitungan waktu konsentrasi (tc) digunakan tiga buah
metode yaitu Metode FAA (Federal Aviation Agency, 1970), Metode SCS
(Soil Conservation Service, 1975), dan Metode Bransby Williams
(1922). Rumus yang digunakan untuk ketiga metode tersebut adalah
sebagai berikut:
Federal Aviation Agency Equation:
tc
1.8(1.1 C )L0.5
S 0.33
dimana:
C
= koefisien rasional,
t c 1.67L0.8
(S '1) 0.7
1900w s
0 .5
dimana :
L
III-41
LAPORAN PENDAHULUAN
1
A S 0 .2
0 .1
dimana :
L
KAR
D 2 0.6t c
dimana:
3.5.4
Qp
= debit puncak,
tc
III-42
LAPORAN PENDAHULUAN
Alternatif
lain
adalah
melakukan
prediksi
kuantitas
berdasarkan
data
sekunder yang ada, dengan durasi yang lama. Data sekunder yang dimaksud
adalah data klimatologi. Salah satu metode untuk memperkirakan limpasan
(aliran permukaan / runoff) adalah dengan menggunakan metode Mock. Agar
hasil kajian dengan metode ini dapat diandalkan, data hasil survei lapangan
sangat perlu untuk digunakan sebagai acuan dalam menentukan orde
besaran debit yang diperkirakan.
Pada bagian berikut ini disajikan metode perhitungan ketersediaan air di
sungai dengan menggunakan metode Mock. Selain data klimatologi, informasi
lain yang diperlukan untuk analisis ini adalah data kondisi fisik lokasi kajian
(Daerah Aliran Sungai), seperti jenis tanah, tumbuhan penutup permukaan,
kondisi topografi, luas DAS, dan lain-lain.
Pengambilan air baku yang paling mudah dilakukan adalah di sungai karena
langsung mendapatkan debit. Debit sungai berasal dari aliran limpasan hujan
(direct run off) dan aliran air tanah (mata air).
Air permukaan adalah air yang mengalir secara berkesinambungan atau
dengan terputus-putus dalam alur sungai atau saluran dari sumbernya yang
tertentu, dimana semua ini merupakan bagian dari sistem sungai yang
menyeluruh. Ilustrasi dari proses terbentuknya aliran permukaan disajikan
pada gambar sebagai berikut :
III-43
LAPORAN PENDAHULUAN
HUJ AN
TANAH
INFILTRASI
BATU
PERKOLASI
AIR TANAH
penaksiran
atau
perkiraan
debit
limpasan
(run
off)
tidak
bisa
III-44
LAPORAN PENDAHULUAN
Ada banyak metode untuk menaksir debit limpasan. Akurasi dari masingmasing metode tersebut bergantung pada keseragaman dan keandalan data
yang tersedia. Salah satu metode tersebut adalah Metode Mock.
Metode Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air
berdasarkan konsep water balance. Keberadaan air yang dimaksud di sini
adalah besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Data yang digunakan untuk
memperkirakan debit ini berupa data klimatologi dan karakteristik daerah
aliran sungai.
Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas daur
hidrologi. Metode Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metode
yang menjelaskan hubungan rainfall-runoff.
Metode Mock dikembangkan untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Datadata yang dibutuhkan
adalah data klimatologi, luas, dan penggunaan lahan dari catchment area.
Pada prinsipnya, Metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk,
keluar, dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk
adalah hujan. Air yang keluar adalah infiltrasi, perkolasi, dan yang dominan
adalah akibat evapotranspirasi. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan
Metode Aritmatik. Sementara soil storage adalah volume air yang disimpan
dalam
pori-pori
tanah,
hingga
kondisi
tanah
menjadi
jenuh.
Secara
keseluruhan perhitungan debit dengan Metode Mock ini mengacu pada water
balance, dimana volume air total yang ada di bumi adalah tetap, hanya
sirkulasi, dan distribusinya yang bervariasi.
Proses perhitungan yang dilakukan dalam Metode Mock dijelaskan dalam
Perhitungan
Gambar 3.20
Evapotranspirasi Potensial
(Metode Penman)
Perhitungan
Evapotranspirasi Aktual
Perhitungan
Water Surplus
Perhitungan
Base Flow, Direct Run Off, dan Storm
Run Off
III-45
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.20
disebut
neraca
air
atau
keseimbangan
air
(water
balance).
= presipitasi.
Ea
= evapotranspirasi.
GS
TRO
Water balance merupakan siklus tertutup yang terjadi untuk suatu kurun
waktu
pengamatan
tahunan
tertentu,
dimana tidak
terjadi perubahan
III-46
LAPORAN PENDAHULUAN
Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan Metode Mock
sehubungan dengan water balance untuk kurun waktu tertentu adalah :
Dalam satu tahun, perubahan groundwater storage (GS) harus sama dengan
nol. Jumlah total evapotranspirasi dan total run off selama satu tahun harus
sama dengan total presipitasi yang terjadi dalam tahun itu. Dengan tetap
memperhatikan kondisi-kondisi batas water balance di atas, maka prediksi
debit dengan Metode Mock akan akurat.
Presipitasi
Evaporasi
Air Permukaan
Presipitasi
Curah Hujan
Perkolasi
Pe
rk
ol
asi
Uap Air
Air keluar
Limpasan
Kelembaban Tanah
dan Air Tanah
Evaporasi
Presipitasi
Gambar 3.21 Sirkulasi air.
3.5.4.2 Data Iklim
Data iklim yang digunakan dalam Metode Mock adalah presipitasi, temperatur,
penyinaran matahari, kelembaban relatif dan data kecepatan angin. Secara
umum data-data ini digunakan untuk menghitung evapotransprasi. Dalam
Metode Mock, data-data iklim yang dipakai adalah data bulanan rata-rata,
kecuali untuk presipitasi yang digunakan adalah jumlah data dalam satu
bulan. Notasi dan satuan yang dipakai untuk data iklim ditabelkan pada Tabel
3.7
Tabel 3.7 Notasi dan Satuan Parameter Iklim
III-47
LAPORAN PENDAHULUAN
Data Meteorologi
Notasi
Satuan
Presipitasi
Temperatur
Penyinaran
Matahari
Kelembaban Relatif
Kecepatan Angin
P
T
Milimeter (mm)
Derajat Celcius (0C)
Persen (%)
H
W
Persen (%)
Mile per hari (mile/hr)
3.5.4.3 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi debit dari
data curah hujan dan klimatologi dengan Metode Mock. Alasannya adalah
karena evapotranspirasi ini memberikan nilai yang besar untuk terjadinya
debit dari suatu daerah pengaliran sungai. Evapotranspirasi diartikan sebagai
kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu daerah pengaliran
sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi. Evapotranspirasi
potensial dan evapotranspirasi aktual diuraikan di bawah ini.
A.
Evapotranspirasi Potensial
rumus
empiris
dari
Penman.
Rumus
empiris
Penman
III-48
LAPORAN PENDAHULUAN
AH 0,27D
A 0,27
dengan :
H = energy budget,
= R (1-r) (0,18 + 0,55 S) - B (0,56 0,092 ed ) (0,10 + 0,9 S)
D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi, dan
= 0,35 (ea ed) (k + 0,01w)
A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam
mmHg/oF.
B =
radiasi
benda
hitam
pada
temperatur
rata-rata,
dalam
mmH2O/hari.
ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada
temperatur rata-
rata (mmHg).
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
(0C)
A
(mmHg/0F)
B
(mmH2O/hari)
ea
(mmHg)
0.43
0.484 0.541 0.603 0.671 0.746 0.828 0.917 1.013
2
12.60 12.90 13.30 13.70 14.80 14.50 14.90 15.40 15.80 16.20 16.70 17.10
8.05
9.21 10.50 12.00 13.60 15.50 17.50 19.80 22.40 25.20 28.30 31.80
III-49
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel 3.9 Nilai Radiasi Matahari Pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir
(mm/hari)
Bulan
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nop
Des
5 LU
13.7
14.5
15.0
15.0
14.5
14.1
14.2
14.6
14.9
14.6
13.9
13.4
14.39
00
14.5
15.0
15.2
14.7
13.9
13.4
13.5
14.2
14.9
15.0
14.6
14.3
14.45
50 LS
15.2
15.4
15.2
14.3
13.2
12.5
12.7
13.6
14.7
15.2
15.2
15.1
14.33
15.8
15.7
15.1
13.8
12.4
11.6
11.9
13.0
14.4
15.3
15.7
15.8
14.21
10 LS
koefisien
refleksi,
elektromagnetik
yaitu
(dalam
perbandingan
sembarang
rentang
antara
nilai
radiasi
panjang
radiasi elektromag
netikyangdipantulka
n
x 100%
jumlahradiasiyangterjadi
Koefisien Refleksi, r
No.
Permukaan
Koefisien Refleksi
[r]
40 85 %
berbulu
Rumput, tinggi dan kering
31 33 %
2
3
4
5
40 %
30 40 %
24 28 %
10 15 %
10
12 16 %
11
10 12 %
12
13
14
15
6
7
24 27 %
15 24 %
15 20 %
8 10 %
9 18 %
0
5%
14 %
III-50
LAPORAN PENDAHULUAN
persen (%).
ed
dalam mmHg.
=
ea x h.
surface).
Untuk permukaan air nilai k = 0,50 dan permukaan vegetasi
nilai
k
= 1,0.
AB 0,56 0,092 ed
A 0,18 0,55S
R 1 r
A 0,27
A 0,27
0,1 0,9S
0,27 x 0,35 ea e
A 0,27
jika:
F1 f(T, S)
A 0,18 0,55S
A 0,27
F2 f(T, h)
AB 0,56 0,092 ed
A 0,27
F3 f(T, h)
0,27x 0,35 ea ed
A 0,27
maka :
E = F1 x R(1 - r) - F2 x (0,1 + 0,9S) + F3 x (k + 0,01w)
dan jika:
E1
F1 x R(1 - r)
E2
F2 x (0,1 + 0,9S)
E3
F3 x (k + 0,01w)
maka
bentuk
yang
sederhana
dari
persamaan
evapotranspirasi
III-51
LAPORAN PENDAHULUAN
E = E1 - E2 + E3
Formulasi inilah yang dipakai dalam Metode Mock untuk menghitung
besarnya evapotranspirasi potensial dari data-data klimatologi yang
lengkap (temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif,
dan
kecepatan
angin).
Besarnya
evapotrans-pirasi
potensial
ini
dinyatakan dalam mm/hari. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dalam 1 bulan maka kalikan dengan jumlah hari dalam
bulan itu.
B.
Evapotranspirasi Aktual
Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan
oleh
tanaman
selama
proses
transpirasi
berlebihan,
maka
dalam
evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi
evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air
yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi
permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada
musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbedabeda. F.J. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga daerah dengan masingmasing nilai exposed surface ditampilkan pada Tabel 3.11
Tabel 3.11 Exposed Surface, m
No.
Daerah
0%
10 40 %
Daerah tererosi
30 50 %
Mock
rasio
antara
selisih
evapotranspirasi
potensial
dan
Sehingga:
III-52
LAPORAN PENDAHULUAN
m
E EP
18 n
20
yang
sebenarnya
terjadi
atau
actual
III-53
LAPORAN PENDAHULUAN
dengan,
ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah awal),
merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya.
PEa =
Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC
terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan perkolasi
yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off). Ada dua keadaan
untuk menentukan SMC, yaitu:
SMC = 200 mm/bulan, jika P Ea < 0.
Artinya soil moisture storage (tampungan tanah lembab) sudah mencapai
kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam
tanah lembab. Ini berarti soil storage (SS) sama dengan nol dan besarnya
water surplus sama dengan P - Ea.
SMC = SMC bulan sebelumnya + (P Ea), jika P Ea < 0.
Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab (soil moisture storage) belum
mencapai kapasitas maksimum, sehingga ada air yang disimpan dalam tanah
lembab. Besarnya air yang disimpan ini adalah P Ea. Karena air berusaha
untuk mengisi kapasitas maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada
water surplus (WS = 0).
Selanjutnya WS ini akan mengalami infiltrasi dan melimpas di permukaan
(run off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien infiltrasi.
EVAPOTRANSPIRASI
TANAH
TAMPUNGAN KELEMBABAN
PRESIPITASI
LIMPASAN PERMUKAAN
ZONA INFILTRASI
KAPASITAS KELEMBABAN
TANAH
III-54
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.22
Tabel 3.12 Nilai Soil Moisture Capacity Untuk Berbagai Tipe Tanaman dan
Tipe Tanah
Tipe Tanaman
Tanaman Berakar
Pendek
Tanaman Berakar
Sedang
Tanaman Berakar
Dalam
Tanaman Palm
Mendekati Hutan
Alam
Zone Akar
(dalam m)
Soil Moisture
Capacity
(dalam mm)
Pasir Halus
0.50
50
0.50
75
0.62
125
0.40
100
Lempung
0.25
75
Pasir Halus
0.75
75
1.00
150
1.00
200
0.80
200
Lempung
0.50
150
Pasir Halus
1.00
100
1.00
150
1.25
250
1.00
250
Lempung
0.67
200
Pasir Halus
1.50
150
1.67
250
1.50
300
1.00
250
Lempung
0.67
200
Pasir Halus
2.50
250
2.00
300
2.00
400
1.60
400
Lempung
1.17
350
Tipe Tanah
III-55
LAPORAN PENDAHULUAN
WS x if
terus
terjadi
sampai
mencapai
zona
tampungan
air
tanah
GS 0
i bulan ke 1
III-56
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.23
III-57
LAPORAN PENDAHULUAN
Setelah base flow dan direct run off komponen pembentuk debit yang lain
adalah storm run off, yaitu limpasan langsung ke sungai yang terjadi selama
hujan deras. Storm run off ini hanya beberapa persen saja dari hujan. Storm
run off hanya dimasukkan ke dalam total run off, bila presipitasi kurang dari
nilai maksimum soil moisture capacity. Menurut Mock
komponen pembentuk debit sungai (stream flow) adalah jumlah antara base
flow, direct run off dan storm run off, atau:
TRO
BF + DRO + SRO
ini dinyatakan dalam mm/bulan. Maka jika TRO ini dikalikan
dengan catchment area (luas daerah tangkapan air) dalam km2 dengan suatu
angka konversi tertentu akan didapatkan besaran debit dalam m3/det.
3.5.4.6 Parameter Mock
Secara umum, parameter-parameter yang akan dijelaskan ini mempengaruhi
besarnya evapotranspirasi, Infiltrasi, groundwater storage dan storm run off.
Koefisien refleksi (r), yaitu perbandingan antara jumlah radiasi matahari
yang dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah radiasi yang terjadi,
yang dinyatakan dalam persen. Koefisien refleksi ini berbeda-beda untuk tiap
permukaan bumi. Menurut Mock, rata-rata permukaan bumi mempunyai
harga koefisien refleksi sebesar 40%.
III-58
LAPORAN PENDAHULUAN
harga
ini,
mengklasifikasikan menjadi
tergantung
daerah
yang
diamati.
Mock
Tabel 3.13
No
Permukaan
Koefisien Refleksi
40 85 %
24 28 %
24 27 %
15 24 %
Tumbuhan muda
tanah
Hutan musiman
10 15 %
10
12 16 %
11
10 12 %
12
8 10 %
13
9 18 %
14
15
yang
40 %
membayangi
sebagian
30 40 %
31 33 %
15 20 %
5%
14 %
III-59
LAPORAN PENDAHULUAN
Kalibrasi terhadap parameter Mock yang digunakan perlu dilakukan agar hasil
perhitungan debit dengan metoda ini dapat mewakili kondisi aktual seperti di
lapangan (dibandingkan dengan debit hasil survei hidrometri).
Dalam perhitungan debit limpasan dengan menggunakan metode Mock
tersebut, akan digunakan data debit hasil survei hidrometri untuk kalibrasi
yang dilakukan pada beberapa sungai di wilayah kajian.
3.5.4.8 Kuantifikasi Potensi Air Permukaan
A.
Jumlah Sungai
Langkah kuantifikasi air permukaan adalah melacak DAS dan menghitung luas
catchment area pada peta hasil survei topografi. Penelusuran didasarkan pada
muara aliran di sepanjang garis pantai. Dari sekitar sungai dan alur yang
terdapat di wilayah kajian, tidak semua akan dihitung besar debit sintetiknya.
Dilakukan pemilihan dan pemilahan terhadap sungai-sungai yang dianggap
mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai sumber air baku, ditinjau dari
aspek kuantitasnya.
B.
Titik Perhitungan
Besar ketersediaan air baku di sungai dihitung berdasarkan curah hujan
di DAS (hujan bulanan), luas DAS dan koefisien pengaliran. Dengan
demikian ketersediaan air baku adalah besar debit di suatu titik
pengeluaran (outlet) pada suatu waktu tertentu. Debit yang dihitung
adalah debit pada tiap outlet yang dipilih:
Di titik yang merupakan lokasi pencatatan debit, yang berfungsi
sebagai kalibrasi perhitungan debit dengan model mock.
Di titik muara sungai, dimana dapat diketahui besarnya potensi debit
untuk keseluruhan luas DAS.
Outlet-1
Outlet-2
III-60
LAPORAN PENDAHULUAN
C.
dihubungkan
terlampaui
(Q90)
dengan
untuk
jenis
pengambilan,
pengambilan
DMI
misal
(Domestik,
debit
90%
Municipal,
Gambar 3.25
III-61
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.26 Contoh Perkiraan fluktuasi debit bulanan dari DAS Hulu
3.5.5
Analisis Hidrolika
sedang
Momentum.
DUFLOW
Kehilangan
berdasarkan
energi
dievaluasi
persamaan
dengan
Kontinuitas
gesekan
dan
(persamaan
III-62
LAPORAN PENDAHULUAN
T
MA
W
1m
1
b
B
Gambar 3.27 Penampang Hidrolis Sungai
A=
P=
R=
A/P
V=
A*V
Dimana :
A=
Q=
V=
P=
R=
n=
I=
b=
III-63
LAPORAN PENDAHULUAN
h=
mi =
ma =
Endapan / sedimentasi.
III-64
LAPORAN PENDAHULUAN
Gorong-gorong
Pipa kuningan
0,009 - 0,013
0,011 -0,015
0,013 - 0,017
0,010 - 0,013
Pipa beton
0,012 - 0,016
Saluran Buatan
Kayu halus
0,010 - 0,014
Betonan
0,012 - 0,018
0,013 - 0,017
0,017 - 0,030
0,025 - 0,035
0,017 - 0,025
0,023 - 0,030
0,025 - 0,035
0,035 - 0,045
Sungai Alam
Trase dari proiil teratur, air dalam
0,025 - 0,033
0,030 - 0,040
0,033 - 0,045
0,040 - 0,055
0,050 - 0,080
Sumber: Dr. Ir. Suyano Sosrodarsono " Perbaikan dari Pengaturan Sungai " 1984
harus
sungai,kecepatan
lebih
kecil
atau
maksimum
sama
yang
dengan
kecepatan
diperbolehkan
ijin.
dapat
Untuk
didekati
III-65
LAPORAN PENDAHULUAN
Lanau aluvial
Abu vulkanik
Kenkil halus
9
10
11
12
13
14
koloidal)
Ge1uh bergradasi
(koloidal)
sampai
kerikil
Air
Bersih
Air
Membawa
lumpur
koloidal
Air membawa
lumpur non
koloidal,
pasir,kerikil /
fragmen
batuan
0.45
0.75
0.45
0.53
0.75
0.60
0.60
0.90
0.60
0.60
1.05
0.60
0.75
1.05
0.60
0.75
1.05
0.60
0.75
1.05
0.60
1.13
1.05
0.90
1.13
1.05
0.90
1.13
1.05
1.50
1.20
1.65
1.50
110
1.80
1.95
1.50
1.65
1.65
1.80
1.80
1.50
C.w.R.1
dimana :
C = koefisien, (untuk dasar sungai diambil = 1, sedangkan untuk bagian
sisi-sisi sungai diambil = 0,76)
w = berat jenis air, (1000 kg/m)
R =
A =
III-66
LAPORAN PENDAHULUAN
Tractive force yang diijinkan tergantung pada bahan dasar sungai dan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.16 : Tractive Force Yang Diijinkan.
Tractive Force, (Kg/m2)
dengan jenis air berupa
No.
Bahan
Air Bersih
Air membawa
lumpur
koloidal
0.37
0.13
0.37
0.37
0.18
0.37
0.54
0.23
0.54
0.73
0.23
0.73
0.37
0.37
0.73
0.37
0.73
0.37
1.56
1.27
2.25
1.27
2.25
1.86
3.23
6
7
8
9
Abu vulkanik
0.73
Kenkil halus
1.56
10
11
2.25
2.00
3.91
12
1.47
3.23
4.45
5.39
3.28
3.28
13
14
3.23
Berangkal
5.39
3.28
III-67
LAPORAN PENDAHULUAN
Y2 Z 2
2V 2 2
V2
Y1 Z 1 1 1 he
2g
2g
(1-1)
dimana:
Y1, Y2
Z1, Z2
V1, V2
1, 2
percepatan gravitasi
he
kehilangan energi
2V2 2 1V1 2
2g
2g
he L S f C
dimana :
L
gesekan
(friction
slope)
antara
dua
potongan
melintang
C
dimana :
Llob, Lch, Lrob
, Q
lob
ch
, Q
rob
III-68
LAPORAN PENDAHULUAN
Dari hasil Output program HEC-RAS akan dapat diperoleh hasil perhitungan
profil aliran untuk beberapa harga debit, dan skema dan prespektive 3dimensi aliran dan bangunan dan juga profil memanjang muka air sepanjang
bangunan yang direncanakan seperti terlihat pada contoh output program
750.1937 598.8083
899.4556
pada Gambar-6.19, 6.20, 6.21
dan penerapan
program dalam simulasi model
999.4517
499.759
bangunan air pada Gambar- 6.22a sampai
Gambar -6.23.
ng
1098.549
449.7646
Ba
399.7755
1199.287
299.8501
1299.264
199.9976
49.99953
Sungai opat
48
Lege nd
WS 200 th
WS 100 th
46
WS 50 th
WS 25 th
WS 10 th
44
WS 5 th
WS 2 th
Ground
42
Elevation (m)
LOB
ROB
40
38
36
34
32
30
200
400
600
800
1000
III-69
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 3.29 Contoh Output program frofil memanjang muka air pada
Sungai untuk beberapa periode Tr.
Sungai opat
Gambar 3.30 Contoh Hasil Pemodelan alur sungai dengan Tampilan Tiga Dimensi
250.79 235.014*
0.79
dam
III-70
LAPORAN PENDAHULUAN
Dam
Plan: Lebar 30 m
Legend
WS 100 m3/s
Ground
Bank Sta
Ground
Gambar 3.32 Contoh Perpektif 3 dimensi untuk Saluran Peluncur dan Kolam Olak hasil output program.
Dam
Plan: Lebar 30 m
dam
50
Legend
WS 500 m3/s
WS 400 m3/s
40
WS 300 m3/s
Elevation (m)
WS 200 m3/s
WS 100 m3/s
30
Ground
LOB
20
ROB
10
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
Gambar 3.33 Contoh Profil Memanjang Muka air Sepanjang Pelimpah, Saluran hasil
output program HECRAS.
III-71
LAPORAN PENDAHULUAN
0
t
x
dan,
Q
H Qv gQ q
gA
2 bw2 cos
t
t
x
C AR
Dari hasil penyelesaian kedua persamaan tersebut dapat dihitung dihitung :
Q=V.A
Di mana :
t
= waktu
H(x,t)
= ketinggian air
V(x,t)
= kecepatan rata-rata
Q(x,t)
= angka gravitasi
= arah angin
(x)
(x)
III-72
LAPORAN PENDAHULUAN
dapat ditentukan apakan suatu saluran memiliki dimensi hidrolis yang cukup.
Sebelum simulasi dilakukan pada beberapa titik tertentu dalam model sistem
saluran diatas ditentukan titik yang merupakan lokasi penempatan syarat
batas.
3.5.6
Batasan minimum
III-73
LAPORAN PENDAHULUAN
notch
tidak
pengeluaran
udara
di
bisa
dasar
dihilangkan
bendung
dengan
karet
atau
menambah
lubang
menambah
lubang
pemasukaan udara.
BK didisi udara yang paling berbahaya adalah bisa menimbulkan temperatur
tinggi dikala penyinaran matahari paling panas (dilapangan > 50 C atau
mendekati 2 x temperatur udara luar). Dampak dari temperatur lebih tinggi
dikala siang hari dan rendah dikala malam hari maka akan menimbulkan
kenaikan tekanan didalam kantung BK, bahanyanya kantung BK bisa
meledak. Salah satu bendung karet yang ada di Madiun telah meledak akibat
kenaikan temperatur disiang hari.
Gambar bendung karet berdasarkan pengisiannya biasa dilihat pada gambar 1
berikut ini.
H3
Air
H2
udara
H3
Udara
Air
Dengan kondisi panjang karet (arah melintang) dan jarak antara angker yang
sama maka tinggi bendung dibandingkan untuk masing-masing type bendung
ialah H2 > H3 > H1
Hal yang paling penting dari type isian bendung karet ialah sifat-sifat yang
paling menonjol dari masing-masing type bendung karet tersebut dan sifatsifat tersebut akan menjadi ciri khas dari pada masing-masing type bendung
karet.
PT. PURNATAMA KINDOTEKNIK
III-74
LAPORAN PENDAHULUAN
Sifat-sifat tersebut yang menonjol ialah, kondisi mercu bendung karet apabila
di kempeskan, terjadi fibrasi pada saat kbendung karet 100% atau pada saat
dikempeskan, kecepatan dalam pengisian dan pengempesan bendung karet.
3.5.6.2
Pada bendung karet diisi air memerlukan rumah pompa dan rumah syphon
untuk pembuangan automatic tampa pompa, biasanya ruangan ini akan lebih
besar dibandingkan dengan rumah pompa udara. Pengambilan air untuk
pengisian harus ada saringan supaya sampah yang mengapung tidak akan
masuk ke pompa. Layout lengkap dengan skema detail potongan melintang
dan memanjang bendung karet lengkap dengan pipa pembuangan air,
pembuangan udara, pelepasan air dan pemasukan air bisa dilihat pada
gambar dibawah ini.
8
2
6
1
P
5
III-75
LAPORAN PENDAHULUAN
.
1. Pipa limpasan
2.
Pipa
udara
4 5
pembuangan
dan
Gambar 3.36
Potongan memanjang bendung karet
7. Garis
dinding
angker
pada
8. Bangunan pengontrol
9. Meja bendung karet
III-76
8
7
10
11
10
Gambar 3.37
Skema Pompa dan Syphon
Kolam Air
3
10
1
7
6
4
Gambar 3.38
Gambar sketsa Syphon.
III-77
LAPORAN PENDAHULUAN
1.
3. Saringan sampah
pompa
5.
7.
Syphon
9.
pembuang udara
ada banjir sehingga meneka air yang didalam kantong bendung karet dan
tentunya melebihi tekanan rencana maka secara automatic air didalam
kantong bendung karet akan keluar dan bendung karet akan kempes,
banjir dapat diantisipasi dengan pengempesan secara automatic.
3. Membuang air dari dalam kantong sendiri (pengempesan) tampa pompa:
tutup klep 6, 7, 10 dan buka klep 8, 9.
4. Pengempesan dengan menggunakan pompa: buka klep 1, 7, 8 dan buka
klep 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10
III-78
LAPORAN PENDAHULUAN
K
1
1
Keterangan
1 Badan bendung karet
K
1
Air
Udara
Air
dan
udara
6 Bangunan pengontrol.
2
K = Kompresor Udara
M
=
Motor
Kompresor udara
penggerak
Gambar 3.40
Automatisasi dengan sistem pelampung.
III-79
LAPORAN PENDAHULUAN
M
2
Muka Air
Maksimum
1
5
Muka Air
Maksimum
1
3
3
Keterangan.
5
III-80
LAPORAN PENDAHULUAN
No
Keterangan
Bendung Karet
Di Isi Udara
Type
Diisi air
Diisi udara
Pengempesan
otomatis
35 tahun
Bentang
diizinkan
60 m.
Perbandingan tekanan
didalam dan diluar
bendung karet
1.25-1.6
maka
memerlukan
kekuatan karet lebih tinggi dari
pada diisi udara.
Kolam Golakan
10
Pengaturan
limpas
yang
Mudah
diatur
sesuai
dengan
kebutuhan elevasi muka air di
sebelah udik, debit bisa dikontrol
dengan melihat tinggi muka air
diatas bendung karet karena
puncak bendung selalu horozontal
11
Waktu Pengempesan
dan pengisian
12
Periode pengempesan
13
Biaya operasi
Lebih
murah
dikempeskan
lebih
mahal
karena
sering
dikempeskan terutama dimusim hujan.
yang
air
1 buah
karena
jarang
III-81
LAPORAN PENDAHULUAN
Perbedaan Proses Pengempesan bendung karet diisi udara dan diisi air :
Terjadi V Notch
Terjadi V Notch
Gambar 3.42
III-82
LAPORAN PENDAHULUAN
3.5.6.3
horizontal, maka debit yang lewat (melimpas) bisa dikontrol. Tetapi pada saat
tinggi bendung tinggal 15 % lagi akan terjadi fibrasi sehingga akan merusak
bendung karet, untuk itu harus diturunkan sampai kempes sekali.
Keuntungan dari horizontalnya mercu bendung karet diisi air pada waktu
dikempeskan ialah sebagai berikut:
Tidak
Tidak
Air yang lewat diatas mercu bisa dihitung debitnya sehingga bisa
digunakan
sebagai
alat
pengontrol
debit,
bisa
digunakan
untuk
Apabila terjadi banjir yang lebih kecil dari banjir yang ditrencanakan
maka cukup dengan menurunkan mercu bendung sampai batas muka
air di udik yang diizinkan.
banjir yang lewat, tetapi harus sampai kempes sekali, karena akan terjadi V
Notch dan terjadi konsentrasi aliran.
Supaya menghindari dampak negatif dari V Notch, maka untuk Bendung
karet diisi udara pada waktu pengempesan perlu dalam waktu cepat, tetapi
akan menimbulkan dampak dihilir bendung akan terjadi gelombang air yang
besar.
III-83
LAPORAN PENDAHULUAN
Akan terjadi konsentrasi aliran diatas mercu maka aliran dihilir akan
menggerus dan merusak konstruksi.
Akan terjadi konsentrasi gerusan oleh sedimen yang dibawa air sehingga
bendung karet akan tidak aman dari gerusan.
Air yang lewat diatas mercu tidak bisa dihitung debitnya sehingga bisa
digunakan sebagai alat pengontrol debit, tidak bisa digunakan untuk
memberikan debit minimum ke bagian hilir bendung karet, kecuali
dengan menggunakan bentangan yang lebih kecil yang cukup untuk
debit minimum tersebut atau lewat pintu.
Maka untuk mengatur debit minimum harus ada bentang kecil atau
pintu pengatur.
Apabila terjadi banjir yang lebih kecil dari banjir yang direncanakan maka
harus dengan menurunkan mercu bendung sampai kempes sekali, kalau tidak
harus dengan menggunakan bentang yang bervariasi, misalnya bentang 5 m,
10 m, 15 m dan lain-lain.
III-84
LAPORAN PENDAHULUAN
1.0
Type Bendung Diisi air
Tekanan dalam/ tinggi
bendung = 1.5
Y/H
2.0
1.0
X/H
Gambar 3.43
melintang
A = Luas BK
(m 2)
Gambar 3.44 Hubungan antara luas melintang bendung karet dan tinggi bisa
Luas Melintang Bendung Karet
45
40
A = 14,2H - 0,0333
(Air)
35
30
25
20
A = 9,4H - 1,8333
(Udara)
15
10
5
0
1
1,5
2
H = Tinggi BK
2,5
(m )
3,5
A = luas BK (m2)
H = tinggi BK (m2)
III-85
LAPORAN PENDAHULUAN
Bagian atas dari isian bendung karet ini ialah udara, maka sifatnya akan sama
dengan bendung karet yang diisi udara selama udara tersebut cukup banyak.
Mercu bendung karet diisi udara dan air tidak bisa diturunkan sampai batas
tertentu yang diinginkan kecuali sampai seluruh udara tersebut keluar dan
yang tinggal hanya air.
Apabila dikempeskan dan udara masih tetap ada maka akan terjadi V Notch
dan terjadi konsentrasi aliran. Bentuk dan besarnya V Notch tergantung sisa
udara didalamnya. Apabila sudah tinggal air maka sifatnya akan sama dengan
bendung karet diisi air.
3.5.6.4 Perhitungan Hidrolis
Perhitungan
aliran
air
diatas
tubuh
bendung
karet
bertujuan
untuk
maksimum sesuai dengan syarat (1.1-1.2 H) dan level air maksimum tersebut
juga bisa dijadikan syarat untuk level air diudik BK pada saat banjir rencana.
Penentuan lebar bendung dengan debit banjir 100 tahun (atau lebih) dan
dalam keadaan BK kempes, dianggap aliran melewati ambang lebar, kalau
aliran dipengaruhi oleh pasang surut maka bisa menggunakan DUFLOW.
Apabila lebar bendung sudah memenuhi syarat mampu mengalirkan debit
banjir rencana maka dihitung kemampuan maksimum mengalirkan air diatas
mercu bendung karet dengan lebar bendung yang sudah ditentukan tadi.
Untuk aliran air diatas mercu BK sangat dipengaruhi oleh tekanan udara atau
air yang ada didalam kantong BK.
Atau harga h/H dipengaruhi oleh P/H, hasil percobaan di laboratorium uji fisik
hidrolika ITB memberikan ikatan yang dilukiskan dalam bentuk Polynomial
seperti pada halaman berikut ini.
III-86
LAPORAN PENDAHULUAN
h/H
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
0,00
0,25
0,50
0,75
1,00
1,25
1,50
P/H
tenggelam
tdk tenggelam
Poly. (tenggelam)
Gambar 3.45 Hubungan antara P/H dan h/H pada Bk anti V Notch
Rumus empiris koefisien aliran diatas mercu bendung karet, adalah sebagai
berikut :
a. Peluap sempurna
Q = C.B.h3/2
- Jenis diisi udara : C = 1,77 h/H + 1,05 ;
dengan 0 < h/H < 0,6
- Jenis diisi air : C = 1,37 h/H + 0,96 ;
dengan 0 < h/H < 1,0
= Debit ( m3/detik )
= Lebar peluapan ( m )
= Tinggi bendung ( m )
C, C, C = Koefisien debit
h = Tinggi air datas mercu ( m )
hd = Kedalaman air di hilir
(m)
P
III-87
LAPORAN PENDAHULUAN
0,11
0,6627
h/H
0,1
0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50 2,75 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 4,25 4,50 4,75 5,00
q/(gz3)0.5*100
Gambar 3.46 Grafik untuk menghitung debit yang lewat diatas mercu BK
III-88
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.I.1.2.
aliran air diatas bendung karet, mencari debit maksimum yang mampu
dialirkan diatas bendung karet.
Untuk bendung karet pada kondisi aliran bebas (pelimpah sempurna) hasil
penelitian hidraulik di Lab Mekanika Fluida dan Hydraulika menghasilkan
persamaan koefisien aliran adalah:
C = 0.079 ( h/H) + 1.1477
Q = C.B.h3/2
Dimana h = tinggi muka air di hilir bendung karet (m)
H = Tinggi badan bendung karet dalam kondisi dikbendung karetkan 100%
dan setelah dialirkan air. (m)
B = lebar bendung karet (m)
Q = debit air yang mengalir diatas bendungkaret (m3/detik).
Bendung karet mempunyai sifat flexible apabila dialirkan air dan akan
bergerak ke arah hilir, tentunya tinggi bendung karet juga akan berubah.
Perubahan tinggi air dihilir bendung karet walaupun dengan debit yang sama
akan merubah posisi puncak bendung karet sehingga bisa turun dan naik.
Perubahan aliran serta perubahan air di hilir bendung karet juga akan
merubah
tekanan
dalam
kantong
bendung
karet,
faktor
yang
saling
Y3
III-89
LAPORAN PENDAHULUAN
1.0
Penurunan mercu
Y/H
1.0
2.0
X/H
VS
Y3/H:
VS
Y3/H
VS
Y3/H:
VS
Y3/H :
III-90
LAPORAN PENDAHULUAN
tergantung dari kapasitas pompa). Volume air yang ada didalam kantong bisa
dcari dari bentuk BK diisi air dikalikan dengan panjang bendung karet.
Waktu pengempesan ialah V
/Q
air
pompa.
pompa
waaktu pengempesan yang paling baik dan berhubungan erat dengan waktu
banjir yang dicapai sampai puncak.
B. Bendung karet diisi Udara
Waktu pengempesan bendung karet cukup cepat sekali bisa hanya mencapai
10 menit saja, dengan diameter pipa 15 cm, sedangkan pengbendung
karetannya kembali hanya memerlukan waktu 30 menit saja.
Formula
yang
digunakan
untuk
perhitungan
bendung
karetan
dan
Waktu pengempisan
t2 = V0/(60.S.V)
dimana :
III-91
LAPORAN PENDAHULUAN
1 menit = 60 detik
2.g.Ho
V
{1+(.L)/d)}.
dimana :
g
= gravitasi
= diameter pipa
A.
Dua angker
Gambar 3.48
Satu angker
Bendung karet dengan angker satu baris efektif dipasang pada sungai yang
hanya satu aliran saja.
angker
ini
memerlukan
sheet
bendung
karet
lebih
banyak
dibandingkan dengan dua baris angker, tetapi ada kalanya sheet bendung
III-92
LAPORAN PENDAHULUAN
Layout angker
dengan dua baris efektif dipasang pada sungai yang kena pengaruh pasang
surut, dimana arus air pada saat pasang akan berbalik arah ke udik.
Bendung karet dengan dua baris angker dipasang di bagian hilir dan bangian
udik bendung karet.
dan
Daerah angker yang rawan bocor dan susah pemasangannya sehingga bentuk akan lain.
Gambar 3.49
B.
Pada saat sekarang ada 4 bentuk/type angker untuk bendung karet yaitu :
The Bolt clip plate type: dilubangi atau tidak dilubangi sheet karetnya.
III-93
LAPORAN PENDAHULUAN
Embeded dan
clamping dibuat dari bahan cor buatan Jerman GGG 50, atau dari baja anti
karat yang dipress dengan tebal baja 1 cm.
Clemping Plate
Clamping Plate
GGG 50
GGG 50
Embedded
Embedded
GGG 50
GGG 50
Plat baja hitam tebal 15 mm,
berbentuk segi 6
Anchor Bolt
C 50 Galvanis
Anchor Bolt
C 50 Galvanis
karat terhadap terhadap air asin, dan asam. Pada umumnya yang paling
berbahaya adalah terhadap asam, air asam datangnya dari daerah rawa.
Pemasangan angker harus dimulai pada waktu sebelum beton meja BK dicor,
embeded dan anchor bolt dilas pada tulangan beton dengan dudukan
tersendiri, sehingga pada waktu dicor tidak berubah lagi. Pemasangan
embeded dan angker harus lurus dan tegak lurus dengan dinding atau arus
aliran air di sungai.
III-94
LAPORAN PENDAHULUAN
1.0
P/H
h/H
A
B
Gambar 3.51 Hubungan Penenpatan
2.5
L = AB + AB
Karakteristik Bendung
3
D = AB
Karet
4
P = Tekanan di dalam kantung
7
bendung karet
H = Tinggi Bendung Karet
dalam keadaan kbendung karet
C. Pemasangan
Embedded dan
L/D
100 %
h = Tinggi air diatas mercu bendung
Pemasangan Jaringan Pipa
5
III-95
LAPORAN PENDAHULUAN
Jaringan pipa
10
embeded
20
20
20
20
10
Anchor
Las listrik
Lantai kerja
Baja siku
Lantai kerja
Baja
siku
Baja beton 15 mm
Memanjang Embeded
Melintang
Embeded
Ruang
panel
pengontrol BK
Pengukur tekanan
kantong Bk
pengatur
dan
dlm
Pipa pembuang
III-96
LAPORAN PENDAHULUAN
satu
dengan
lainnya,
maka
perhitungan
dilakukan
di
daerah
untuk
mencari
tegangan
tekan
tanah
adalah
dengan
maks
VT
BL
dimana:
VT = gaya vertikal total yang menekan tanah di bawah pondasi.
L
= panjang pondasi.
= lebar bendungan.
= lebar bendungan.
Nc, Nq, N
SFDayaDukung
Qultimate
maks
dimana :
Qultimate = daya dukung ultimate tanah pondasi bendungan.
maks
III-97
LAPORAN PENDAHULUAN
Dalam analisis daya dukung tanah ini, akan dilakukan perhitungan tegangan
tekan tanah yang terjadi di pondasi, dimana tegangan tekan tanah ini harus
lebih dari daya dukung yang diijinkan. Karena pondasi bendungan sangat luas
maka tegangan tekan tanahnya juga tidak akan seragam di daerah satu
dengan lainnya, maka perhitungan dilakukan di daerah bendungan yang
paling tinggi.
Perhitungan
untuk
mencari
tegangan
tekan
tanah
adalah
dengan
maks
VT
BL
dimana:
VT = gaya vertikal total yang menekan tanah di bawah pondasi.
L
= panjang pondasi.
= lebar bendungan.
= lebar bendungan.
Nc, Nq, N = faktor yang tergantung besaran sudut geser tanah pondasi
(bisa dilihat dari tabel atau grafik).
Sedangkan untuk mencari faktor keamanan terhadap penurunan bendungan
digunakan rumus:
SFDayaDukung
Qultimate
maks
dimana:
Qultimate = daya dukung ultimate tanah pondasi bendungan.
maks
3.5.7
Penggambaran
III-98
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar konsep (draft) dibuat di atas kertas milimeter (grafik) yang telah
disetujui Direksi.
Peta situasi dan trase saluran dibuat pada skala 1:5.000 dengan interval
kontur 2,50 untuk daerah datar dan 5 m untuk daerah berbukit.
Titik-titik poligon utama, poligon cabang dan poligon ray digambar dengan
sistem koordinat.
telah
ditentukan
koordinat.
Rencana tapak bangunan digambar dengan skala 1:200 atau 1:100 atau
1:50 (disesuaikan dengan kondisi bangunan).
Gambar situasi dibuat di atas kodak trace double face dan gambar lainnya
dibuat di atas kalkir 90-95 gram dan cetak biru.
3.6
3.6.1
Jenis Pelaporan
III-99
LAPORAN PENDAHULUAN
III-100
LAPORAN PENDAHULUAN
III-101
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan ini berupa ringkasan dari Laporan Akhir. Jumlah ringkasan yang
harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan adalah 10 (sepuluh) buku, 1
(satu) set asli dan 9 (sembilan) set foto copy.
15. Gambar Perencanaan
Semua hasil pengukuran topografi dan perencanaan teknis disajikan
dalam bentuk Gambar Perencanaan yang terdiri dari :
Gambar Asli ukuran A1 sebanyak 1 (satu) rangkap, dimasukkan dalam
tabung tertutup.
Gambar Reekalkir ukuran A1 sebanyak 1 (satu) set.
Gambar Blue Print ukuran A1 sebanyak 5 (lima) set.
Gambar ukuran A3 sebanyak 5 (lima) set.
Selain buku laporan, consultan wajib menyerahkan copy back up pekerjaan
laboran dan data pendukung lainnya dalam file electronic (CD) kepada
pemberi pekerjaan dan foto-foto lapangan yang dimasukkan di dalam album
diserahkan lepada Direksi sebanyak 3 (tiga) set dan 1 (satu) set lengkap
dengan negatif film serta menyerahkan program sarana penunjang presentasi
berupa transparan atau berupa file komputer yang tersusun sebanyak 1
(satu) set. Seluruh laporan mulai dari Rencana Mutu Kontrak sampai foto-foto
(album) yang merupakan satu kesatuan (satu set) yang tidak terpisah.
3.6.2 Diskusi
Diskusi akan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dan diikuti oleh ketua tim dan
tenaga ahlinya. Diskusi tersebut adalah sebagai berikut :
Presentase dan diskusi laporan pendahuluan
Presentase dan diskusi laporan interim
Presentase konsep laporan akhir
III-102