TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu:
1. mengemukakan kreterium remaja atas dasar bacaan mengenai remaja dari
sejumlah ahli psikologi perkembangan;
2. memahami kebutuhan dasar manusia;
3. memahami implikasi kebutuhan dasar manusia dalam bidang pendidikan;
4. memahami tugas-tugas perkembangan remaja;
5. memahami implikasi tugas-tugas perkembangan remaja pada pendidikan
PEMBAHASAN
Pada pembahasan berikut akan dikemukakan pandangan sejumlah ahli
mengenai remaja, teori kebutuhan dasar manusia, dan tugas-tugas perkembangan
remaja.
A.
pembahasan
mengenai
kebutuhan
dan
tugas-tugas
193
memandang masa remaja mulai pada periode pubertas dan berakhir pada usia 18
atau 21 tahun. Orang lain menyatakan bahwa masa remaja akhir meluas ke dalam
apa yang kini dikenal sebagai periode kedewasaan muda.
Berikut ini dikemukakan mengenai kreterium remaja menurut sejumlah ahli.
1. Psikologi Biogenetik mengenai Remaja: G. Stanley Hall
G. Stanley Hall (1844-1924), merupakan ahli psikologi yang pertama-tama
mengemukakan remaja atas dasar penelitian-penelitian ilmiah. Ia mendefinisikan
periode remaja mulai pubertas (12 atau 13 tahun) dan berakhir antara 22 - 25 tahun.
Hall juga mendeskripsikan remaja sebagai periode Sturm und Drang atau storm
and stress. Ini merupakan suatu pergerakan yang penuh dengan idealisme,
kesanggupan untuk mencapai suatu tujuan, revolusi melawan terhadap kaum tua,
ungkapan dari perasaan pribadi, nafsu, dan penderitaan.
Menurut pandangan Hall mengenai teori psikologi rekapitulasi, masa remaja
merupakan waktu ketika manusia memasuki langkah transisi bergolak. Dalam
pergolakan tersebut, remaja menuntut kebebasan dari belenggu orang tua dan orang
dewasa lainnya. Keadaan ini merupakan hal yang wajar, menurut Hall senada
dengan masa transisi menuju menjadi manusia dewasa.
Hall mendeskripsikan perkembangan remaja sebagai suatu evoluasi
perasaan dan kejiwaan. Ia menggambarkan kehidupan emosi remaja sebagai
goyangan dari berbagai aspek yang saling bertentangan. Energi, kekuatan besar,
dan aktivitas supernatural diikuti oleh sikap acuh tak acuh, kelesuan, dan kebencian
menghadapi realita. Kegirangan, ketawa-tawa, dan perasaan senang dan bahagia
memberi tempat kepada dysphoria dan menekan perasaan muram, serta
kemurungan jiwa. Egoisme dan kesombongan merupakan karakteristik dari periode
ini. Hall percaya bahwa remaja memiliki karakteristik berupa sisa-sisa dari suatu
egoisme tak dihalangi di masa kanak-kanak dan sebaliknya remaja meningkat
perilakunya dengan lebih mengutamakan orang lain.
Pada masa remaja akhir, menurut Hall, individu mengikhtisarkan status dari
permulaan peradaban modern. Langkah ini sesuai dengan ujung proses
194
itu adalah suatu peristiwa yang universal dan mencakup kehidupan tingkah laku,
sosial, dan perubahan emosional; juga hubungan antar perubahan psikologis dan
fisiologis, dan berpengaruh terhadap self-image. Ia juga menyatakan bahwa
perubahan fisiologis berhubungan dengan perubahan emosional, terutama dalam
peningkatan emosi yang negatif, seperti kemurungan, ketertarikan, kebencian,
ketegangan, dan format lain dari perilaku anak remaja.
3. Teori Mekanisme Pertahanan Diri Remaja: Anna Freud
Anna Freud mengemukakan arti penting pubertas sebagai faktor kritis dalam
membentuk watak atau karakter. Dia juga menekankan hubungan antar id, ego, dan
superego. Dia percaya bahwa proses fisiologis berupa masaknya organ seksual dan
mulai berfungsinya kelenjar seksual memainkan peran kritis dalam mempengaruhi
dunia psikologis remaja. Interaksi ini menghasilkan nafsu instingtual, yang pada
gilirannya, dapat menyempurnakan ketakseimbangan psikologis. Keseimbangan
antara ego dan id sepanjang periode latency akan mengganggu pubertas, dan
195
menghasilkan konflik internal. Jadi salah satu aspek pubertas berupa konflik
pubertas, dan berusaha untuk memperoleh kembali keseimbangan.
Anna Freud menaruh perhatian besar terhadap penyimpangan perilaku dan
perkembangan perilaku patologis dan sebaliknya menaruh perhatian sangat kecil ke
penyesuaian seksual yang normal. Dia menguraikan hambatan ke arah
pengembangan perilaku normal: 1) Id menolak egodalam hal ini akan sulit dilacak
bagaimana orang masuk ke alam dewasa yang ditandai oleh suatu kekacauan
pemerolehan kepuasan yang tak dihalangi dari naluri/instink; dan, 2) ego mungkin
sebagai pemenang dari Id dan akan membentuk perilaku mekanisme pertahanan.
Di antara banyak mekanisme pertahanan ego yang dapat digunakan, Freud
mempertimbangkan dua bentuk mekanisme pertahanan khas dari pubertas yaitu
asceticism dan intellectualization. Asceticism adalah suatu ketidakpercayaan
melalui menyamaratakan
terjadi pada bidang seksualitas dan meliputi juga makan, tidur, dan kebiasaan
berpakaian. Intellectualization merupakan peningkatan di dalam minat intelektual
dan perubahan dari konkrit ke minat abstrak akan membentuk suatu mekanisme
pertahanan melawan libido. Ini secara alami menyempurnakan dan melemahkan
kecenderungan instingtual hidup orang dewasa, dan sementara itu situasi selamanya
berbahaya bagi individu.
Ada sejumlah keyakinan yang dipegang Anna Freud mengenai faktor-faktor
yang menimbulkan konflik remaja, antara lain:
Kekuatan
dorongan
dari
id,
ditentukan
oleh
proses
fisiologis
dan
Efektivitas dan sifat dari mekanisme pertahanan terdapat pada ego itu.
196
197
Pada masa remaja awal, individu mengalami suatu perubahan dasar dalam
hal sikap; ia mulai untuk menentang ketergantungan, mencakup peraturan dari
lingkungan eksternal (orang tua, para guru, hukum, dan seterusnya) dan peraturan
yang bersumber dari internal pribadi remaja. Penetapan kebebasan dari nilai-nilai
masyarakat merupakan hal yang penting, namun merupakan tugas perkembangan
yang sulit bagi remaja. Kebutuhan akan kemerdekaan atau kebebasan
dikembangkan dan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan menyebabkan banyak
hubungan pribadi anak remaja dibangun dan menimbulkan kesulitan-kesulitan dari
hubungan-hubungan tersebut. Rank tidak melihat apapun pentingnya membuat
larangan dan pembatasan seksual eksternal, karena perjuangan remaja merupakan
upaya di mana individu akan mengejar kemerdekaan melalui melawan terhadap
dominasi kebutuhan-kebutuhan biologis. Artinya, remaja
198
mereka akan menjadi apa. Identitas harus dicari fan ditemukan. Identitas tidaklah
diberikan begitu saja kepada individu oleh masyarakat, ataupun muncul begitu saja
sebagai peristiwa kematangan; ia harus diperoleh melalui usaha individu.
Keengganan untuk berbuat atau bekerja sesuai formasi identitasnya akan
mengalami kerancuan peran yang bisa mengakibatkan pengasingan dan
kebingungan. Yang baik untuk dikembangkan adalah kesetiaan/ketepatan pada
identitas diri. Mempertahankan nilai-nilai seseorang akan berperan membuat
identitas menjadi stabil.
Pencarian suatu identitas melibatkan produksi suatu self-concept yang penuh
arti di mana masa lampau, masa kini, dan masa depan terkait secara bersama-sama.
Sebagai konsekwensi, tugas remaja menjadi lebih sulit karena masa lalu telah
hilang lebur dalam keluarga dan tradisi masyarakat, keadaan saat ini ditandai oleh
perubahan sosial, dan masa depan kurang dapat diramalkan. Menurut Erikson,
dalam periode perubahan sosial yang cepat, generasi yang lebih tua tidak lagi
mampu menyediakan model peran yang memadai bagi generasi yang lebih muda.
Sekalipun generasi yang lebih tua dapat menyediakan model peran yang cukup
memadai, remaja dapat menolak sebab tidak sesuai dengan situasi mereka. Oleh
karena itu, Erikson percaya bahwa pentingnya kelompok panutan tidak bisa sangat
diharapkan. Teman sebaya bagi remaja akan memberikan bantuan untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan "Siapakah saya?" sebagaimana ketika mereka
tergantung pada umpan balik sosial seperti apa yang orang lain rasakan dan
bagaimana mereka bereaksi terhadap individu remaja itu.
kadang-kadang ceroboh, sering penuh curiga, asyik dengan apa yang mereka lihat,
perlu diberi peran dan ketrampilan dengan prototipe yang ideal dari hari ke hari.
Pubertas, menurut Erikson, ditandai oleh kecepatan pertumbuhan badan,
kedewasaan genital, dan kesadaran seksual. Oleh karena dua aspek terakhir
sungguh berbeda dari pengalaman di tahun-tahun yang lebih awal, maka
diskontinyuitas terjadi dalam perkembangan remaja awal. Masa muda dihadapkan
dengan "revolusi fisiologis" di dalam diri sendiri yang bisa jadi bertentangan
199
200
201
sedang
memecahkan atas dasar terminologi mereka sendiri, dan sebagai hasil resolusi
dari krisis telah dibuat suatu komitmen yang pribadi dalam pekerjaan, dalam
suatu kepercayaan religius, dalam suatu sistem nilai pribadi; dan telah
memecahkan sikap mereka ke arah seksualitas.
Kebanyakan remaja bergerak maju ke arah status identitas yang hendak
dicapai. Pencapaian identitas paling jarang terjadi pada awal remaja. Identitas
seringkali tercapai setelah anak masuk ke sekolah-sekolah tingkat atas, mahasiswa
di perguruan tinggi, dan sebagai orang dewasa awal. Pada saat anak masih setingkat
sekolah menengah pertama, umumnya berada pada peringkat pertama dan kedua,
202
yaitu identity diffusion dan identity foreclosure. Beberapa perbedaan juga ditemukan
pada anak laki-laki dan perempuan mengenai ukuran identitas mereka.
Moratorium remaja diartikan sebagai periode perkembangan dimana
komitmen belum dibuat sehingga dikenali bersifat eksploratory dan tentatif. Oleh
karena itu, kebanyakan mereka mengalami krisis dan ada sejumlah pertanyaan tak
terselesaikan.
Untuk
itu
ada
upaya
kuat
untuk
menemukan
jawaban,
ahli
sosial
percaya
bahwa
sekolah
dapat
menghambat
203
204
205
mereka seringkali berlawanan dengan sistem nilai orangtua. Oleh karena remaja
telah diajar untuk mengevaluasi perilakunya sendiri, maka ia mulai membuang
standar nilai orang tua dan menggantikannya dengan standar nilai teman sebaya.
Kecepatan perubahan sosial, memperluas berbagai sistem nilai religius dan hal-hal
duniawi, dan teknologi modern membuat dunia nampak bagi remaja sebagai suatu
yang terlalu kompleks, relativistik, terlalu tak dapat diramalkan, dan terlalu rancu
bagi remaja.
Pada waktu lampau, Erikson dan Mead menyebut sebagai periode
psychological moratorium, yakni suatu periode
remaja
menggunakan
simbol-simbol
kelompok
sebaya
untuk
206
207
Psikologi
208
individu
bergantung
pada
tubuhnya.
Selama
proses
perkembangan normal, perubahan tubuh akan terjadi dan akan membentuk selfimage yang stabil. Kesan tentang tubuh membuat penyesuaian terhadap perubahan
perkembangan sedemikian rupa, sehingga individu memahami badannya. Selama
perubahan-perubahan remaja terjadi dalam hal struktur tubuhnya, pengalaman
tubuhnya, dan sensasi-sensasi baru mengenai tubuhnya, serta harapan yang lebih
drastis sedemikian rupa, maka kesan mengenai tubuh mereka menjadi kurang
dikenal, tidak reliable, dan tak dapat diramalkan. Remaja yang asyik dengan
normalitas tubuhnya dan bagaimana tubuhnya diterima oleh orang lain, sebenarnya
ia telah diganggu oleh kesan tubuhnya. Ia akan menghabiskan banyak waktu untuk
memperhatikan tubuhnya di kaca atau berupaya mengembangkan karakteristik
seksual primer dan sekundernya dalam kaitannya dengan teman sebayanya. Hal ini
dapat dipahami, sebab tubuh memiliki kaitan yang erat dengan perasaan tentang
kemenarikan, stabilitas, keamanan, dan peran seksual remaja. Perasaan negatif
mengenai tubuh berkaitan dengan self-concept yang negatif dan banyak
ketidastabilan emosi yang dapat mengubah orientasi hidup manusia.
Teori medan mendefinisikan remaja sebagai periode transisi dari anak ke
dewasa. Transisi ini ditandai oleh perubahan yang mendalam, pertumbuhan yang
cepat, dan diferensiasi ruang hidup yang sejalan dengan yang telah terbentuk
sebelumnya waktu kanak-kanak akhir. Transisi juga ditandai oleh kenyataan bahwa
209
individu memasuki alam kognitif yang tak terstruktur yang menghasilkan perilaku
yang tidak menentu. Transisi dari anak menjadi dewasa merupakan kejadian yang
universal, dimana anak menjadi dewasa yang matang dalam semua masyarakat.
Namun demikian, pergeseran dari anak ke dewasa dapat terjadi dalam pola-pola
yang berbeda-beda. Hal ini dapat dalam bentuk pergeseran yang mendadak, seperti
dapat diamati di dalam masyarakat primitif di mana dilakukan upacara menyambut
kehadiran pubertas mengakhiri masa kanak-kanak dan menandakan permulaan dari
kedewasaan.
Sejalan dengan Lewin, ada perbedaan budaya dalam perilaku remaja. Ia
mengemukakan perbedaan ini untuk beberapa factor, antara lain ideologi, sikap,
nilai-nilai yang diakui dan ditekankan; cara yang di dalamnya berbagai aktivitas
dipandang sebagai berkaitan dan atau tidak berkaitan. Misalnya, antara aspek
keagamaan dan kerja bagi masyarakat tertentu sangat berkaitan sedang bagi
masyarakat lainnya tidak; dan jarak periode remaja berbeda-beda dari satu budaya
dengan budaya lain, dari satu kelas sosial dengan kelas sosial lainnya di dalam satu
budaya.
B.
kebutuhan dasar yang melekat pada setiap orang. Abraham Maslow adalah tokoh
yang
terkenal
dalam
menguraikan
kebutuhan
dasar
tersebut.
Maslow
210
lainnya.
Kebutuhan
ini
juga
mencakup
kebutuhan
untuk
211
yang sedang hamil, kebutuhan akan fisiologis ini menjadi semakin meningkat
sejalan dengan kenyataan bahwa orok yang ada dalam kandungan juga
membutuhkan makanan.
Pada saat kebutuhan fisiologis menjadi bagian utama dari kehidupan
manusia, maka kebutuhan-kebutuhan
perhatian. Sebagai contoh, ketika kebutuhan akan makan dan minum menjadi
utama, maka orang tidak pernah banyak memikirkan resiko akan keamanan
dirinya. Dia akan berani melakukan sesuatu demi memenuhi kebutuhan
sisiologis tersebut tanpa mempedulikan apakah untuk mendapatkan makan dan
minum tersebut mengandung bahaya bagi keselamatan diri atau tidak.
2.
kebutuhan untuk hidup lebih teratur dengan aturan-aturan yang lebih mengikat.
Dalam pandangan dari sisi negatif, orang cenderung menjadi lebih
tergugah bukan saja dengan kebutuhan
perasaan takut dan cemas. Pada masayarakat kita, kebutuhan ini dinyatakan
dalam bentuk keinginan untuk memiliki rumah, hidup bertetangga secara
harmonis, memiliki pekerjaan, memiliki rencana masa depan yang lebih baik.
pada masyarakat yang sudah lebih maju, maka kebutuhan akan keamanan
dinyatakan dengan keikutsertaan mereka pada program asuransi dengan segala
macam bentuknya, termasuk asuransi hidup, asuransi pendidikan, asuransi
kebakaran, dan sebagainya.
212
3.
dengan
orang
lain.
Orang
akan
mulai
mengembangkan
213
Dalam sisi negatif dari kebutuhan ini dinyatakan dalam bentuk harga diri
rendah atau mengalami inferioritas. Sejalan dengan pandangan Alfred Adler,
kenyataan ini banyak bersumber dari persoalan-persoalan psikologis. Pada
masyarakat modern, kebanyakan tidak lagi mempersoalkan kebutuhan akan
aspek fisiologis dan rasa aman. Mereka cenderung mengalami hambatan dalam
hal pemenuhan kebutuhan cinta kasih dan menjadi terlibat dalam banyak bidang
kehidupan. Oleh karena itu, dalam aspek terakhir ini harus menjadi pusat
perhatian dari kehidupan kita sehari-hari, saat ini.
Empat tingkat hirarki kebutuhan di atas di sebut sebagai kekurangan
kebutuhan (deficite needs atau D-needs). Ketika kita tidak cukup memiliki atau
terpenuhi kebutuhan di atas artinya kita kekurangan dan kita menjadi merasa butuh
untuk itu. Sebaliknya, ketika kita telah memenuhi semuanya, maka kita tidak lagi
akan memerlukannya.
214
215
216
Santai, bukan suram atau cemberut, hati tak senang, kerja yang
menjemukan.
217
sulit untuk berkembang. Dalam kenyataannya, Maslow yakin bahwa keadaan dunia
dimana kita hidup menjadi kunci dari terpenuhinya kebutuhan manusia.
6.
Hanya
orang-orang
yang
berilmu
yang
mampu
kalau
menguasai ilmu olah fisik secara memadai. Bila kita tidak memiliki
pengetahuan yang cukup di bidang olah fisik, maka kita tak akan bisa tampil
memadai.
7.
218
manusia
dalam
sebuah
hirarki.
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut
instinctoid, yang sejajar dengan instincts pada binatang. Dalam kaitan ini, ada
keyakinan bahwa jika lingkungan baik, maka orang akan tumbuh menjadi kuat dan
berpribadi cantik, mampu mengaktualisasikan diri secara memadai. Sebaliknya,
jika lingkungan tidak baik, maka manusia akan tumbuh dalam pertumbuhan yang
lemah dan tidak menyenangkan.
Maslow yakni bahwa satu-satunya alasan orang tidak bergerak menuju ke
arah kebutuhan self-actualization disebabkan oleh hambatan-hambatan dari
masyarakat. Peristiwa pendidikan merupakan cara memadai untuk menghantarkan
manusia mencapai kebutuhan aktualisasi diri secara memadai. Maslow menyatakan
bahwa pendidik harus merespon terhadap potensi-potensi individu untuk tumbuh ke
arah
219
220
dihadapi remaja.
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, secara biologis dan psikologis.
Pada bagian ini akan dikemukakan delapan tugas perkembangan utama yang harus
dialami oleh remaja. Dengan memahami tugas-tugas perkembangan berikut ini
diharapkan orangtua dan guru-guru dapat memberikan dukungan dan kesempatan
yang tepat agar remaja mampu melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan baik.
Apakah tugas-tugas perkembangan yang dihadapi remaja?
Tugas perkembangan utama yang dihadapi remaja adalah dimilikinya
identitas secara stabil dan menjadi orang dewasa yang lengkap dan produktif.
Sebagian besar waktu remaja akan dipergunakan untuk mengembangkan diri dalam
menghadapi perubahan-perubahan pengalaman dan peran-peran hidup mereka dari
masa kanak-kanak. Remaja mencari peran hidup mereka dalam masyarakat melalui
aktif belajar dari kehidupan nyata yang mengarahkan mereka untuk menemukan jati
dirinya sendiri.
Perubahan-perubahan yang dialami anak pada masa pubertas membawa
kesadaran baru terhadap diri sendiri dan reaksi-reaksi orang lain terhadap dirinya.
Sebagai contoh, kadang-kadang orangtua menerima remaja sebagai orang dewasa,
sebab mereka secara fisik tampak seperti fisik orang dewasa. Sebaliknya,
221
Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan orang lain, baik
dengan remaja laki-laki maupun perempuan, pada kelompok seusia
Remaja belajar melalui usaha-usaha untuk beriteraksi dengan orang lain
222
yang tingkat kematangannya lebih rendah dari ukuran usia sebayanya akan
mengalami penolakan dari kelompok sebayanya. Keadaan ini akan diikuti dengan
perilaku
remaja
tersebut
untuk
mencari
kelompok
lain
yang
tingkat
perkembangannya serupa dengan dirinya. Remaja putri yang lebih cepat matang
akan masuk ke dalam kelompok sebaya yang memiliki kematangan fisik serupa
dengan perkembangan dirinya, sehingga memungkinkan remaja putri ini lebih cepat
aktivitas seksualnya.
Pemantauan oleh orang tua akan sangat berguna dalam menunjang arah
perkembangan remaja. Namun, perlu disadari bahwa orang tua memiliki
keterbatasan dalam pemantauan ini, sebab banyak waktu remaja dihabiskan dalam
aktivitas di luar jangkauan orang tua.
2.
Duapuluh tahun terakhir ini, peran-peran ini sudah menjadi lebih mencair. Artinya,
tidak selalu peran-peran tegas harus diambil laki-laki, sedangkan peran-peran lemah
harus diambil perempuan. Sebagai orang dewasa, kita harus menyediakan
kesempatan bagi anak remaja untuk menguji dan mengembangkan peranan sosial
yang feminin atau maskulin mereka. Sebagai contoh, kita harus mendorong remaja
pria untuk menyatakan perasaan mereka dan mendorong wanita untuk menyatakan
diri mereka lebih dari terbuka dan tegas yang mereka tak memilikinya di masa lalu.
3.
223
Permulaan dari pubertas dan tingkat perubahan fisik untuk anak remaja amat
bervariasi. Remaja-remaja tertentu yang dengan mudah menghadapi perubahan itu
sebagian mencerminkan bagaimana pertumbuhan fisik mereka memenuhi
pertumbuhan fisik yang sempurna sebagaimana yang diidam-idamkan para remaja
laki-laki atau wanita-wanita. Sebaliknya, remaja yang tidak memenuhi standar
pertumbuhan fisik yang ideal akan banyak memerlukan dukungan ekstra dari orang
dewasa untuk meningkatkan perasaan nyaman dan self-worth mengenai bentuk
badan mereka.
4.
memperoleh
kekuatan
dari
cara-cara
mereka
224
remaja
melaju ke jenjang perkawinan. Hal yang lebih pokok adalah bagaimana remaja
memiliki sikap yang tepat menghadapi kebingungan mereka atas perasaan-perasaan
seksual dan hubungan-hubungan interpersonal yang akrab dengan lawan jenisnya.
Problema perilaku seksual akhir-akhir ini menjadi salah satu bagian keprihatinan
sebagian besar orang tua dan pendidik pada umumnya.
6.
orang dewasa ketika ia bisa mendukung dirinya sendiri dalam hal keuangan. Tugas
ini telah menjadi lebih sulit dibanding di masa lalu sebab permintaan pasar
pekerjaan menuntut pendidikan dan ketrampilan yang tinggi. Saat ini, tugas
pengembangan mempersiapkan diri di bidang karier secara umum tidak dicapai
sampai masa remaja akhir atau awal kedewasaan, setelah individu menyelesaikan
pendidikannya, dan memperoleh beberapa tingkat awal pengalaman bekerja.
7.
bakal terjadi. Dengan perubahan di dalam berpikir ini, anak remaja bisa
mengembangkan seperangkat keyakinan dan nilai-nilainya sendiri.
8.
Berkeinginan
dan
berusaha
mencapai
perilaku
yang
dapat
mendefinisikan atau menggambarkan diri mereka dan dunia mereka dari peranan
sosial yang baru mereka jalani. Status remaja di dalam masyarakat, di luar dari
225
keluarga merupakan suatu keberhasilan yang penting bagi masa remaja akhir dan
orang dewasa awal. Remaja dan orang dewasa awal sebagai anggota masyarakat
yang lebih luas melalui keterlibatan mereka dalam ketenagakerjaan (dimana mereka
memiliki kemerdekaan dalam bidang keuangan) dan kemerdekaan emosional dari
orang tua.
RANGKUMAN
Sebagian besar remaja menghadapi tugas perkembangan sebagai suatu yang
menantang, namun sebagian besar tidaklah tak dapat ditanggulangi. Galibnya,
remaja sedang menguji kemerdekaan dirinya dari belenggu orangtuanya; namun
mereka bukanlah, dan tidak ingin, secara total mandiri. Orangtua dan orang dewasa
harus menyediakan suatu lingkungan yang mendukung untuk anak remaja yang
sedang mencari dan menyelidiki identitas diri mereka. Orang tua dan orang dewasa
kebanyakan berpegang teguh dalam prinsip. Remaja memerlukan orang tua untuk
memainkan peran aktif di antara orang tua-orang tua yang masih hidup dan
memiliki kemauan juga yang mungkin berbeda dari remaja. Bagaimanapun, orang
dewasa harus menyediakan anak remaja beberapa ruang untuk bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan mereka sendiri serta bertanggung jawab atas
konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Ketika remaja membuat kesalahan
atas keputusan yang diambil, mereka memerlukan dukungan dan bimbingan dari
orang tua dan orang dewasa untuk membantu mereka untuk mengetahui dari
pengalaman menghadapi sesuatu terkait dengan keputusan tersebut. Dengan
mengetahui tugas perkembangan anak remaja, orang tua dan orang dewasa dapat
membantu kekeliruan yang diperbuat oleh anak remaja menjadi peluang yang
mampu meningkatkan penguasaan anak remaja atas ketrampilan hidup. KadangKadang interaksi antar orangtua dan orang dewasa lain dengan anak remaja akan
menjadi tantangan dan pertentangan yang tidak pasti, tetapi adalah penting bahwa
orang tua dan orang dewasa tetap tabah dan memberi kepercayaan kepada anak
remajanya serta yakin bahwa anaknya akan sanggup menyelesaikan segala urusan.
226
Orang tua dan orang dewasa mempunyai sebuah peran yang penting untuk
dilakukan dan diperkirakan mempunyai dampak positif bila secara tidak kentara
mereka hidup di antara anak remajanya.
Kompleksitas perubahan yang dihadapi individu mulai terasa pada dekade
kedua ketika manusia hidup. Tentu saja, masa remaja ditandai oleh banyak
perubahan-- biologi, phisik, emosional dan intelektual. Informasi dari rangkaian
perubahan-perubahah dalam berbagai bidang tersebut akan menjadi "petunjuk jalan
(road map)" untuk mengantisipasi dari anak remaja. Penggunaan petunjuk jalan ini,
orang tua dan orang dewasa lain dapat mendukung anak remaja atas perjalanan
mereka ke arah mencapai tujuan mereka, yakni menjadi orang dewasa yang
produktif dan berkompeten.
PENDALAMAN
Untuk memperoleh penguasaan yang mendalam mengenai kebutuhan dan
tugas-tugas perkembangan remaja, kerjakanlah tugas-tugas berikut ini dengan
saksama.
1.
2.
3.
227
lebih
rendah?
Bagaimana
kita
menghantarkan
remaja
agar
mampu
beraktualisasi diri?
DAFTAR RUJUKAN
Carnegie Council on Adolescent Development (1995). Great transitions: Preparing
adolescents for a new century. New York: Carnegie Corporation.
Cobb, N. J. (1994). Adolescence: Continuity, change, and diversity. Mountain View,
CA: Mayfield Publishing.
Dryfoos, J. G. (1990). Adolescents at risk: Prevalence and prevention. New York:
Oxford University Press.
Eccles, J. S., Midgley, C., Wigfield, A., Buchanan, C. M., Reuman, D., Flanagan, C.
& Mac Iver, D. (1993). Development during adolescence: The impact of
stage-environment fit on young adolescents' experiences in schools and in
families. Journal of the American Psychologist Association, 48, 90-101.
Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and crisis. New York: W. W. Norton.
Hamburg, B. (1974). Early adolescence: A specific and stressful stage of the life
cycle. In G. Coehol, D. A. Hamburg, & J. E. Adams (Eds.), Coping and
adaptation (pp. 101-125). New York: Basic Books.
Lerner, R. M. (1995). America's youth in crisis: Challenges and options for
programs and policies. Thousand Oak, CA: Sage.
Lerner, R. M., & Galambos, N. L. (Eds.) (1984). Experiencing adolescents: A
sourcebook for parents teachers, and teens. New York: Teachers College.
Nightingale, E. O., & Wolverton, L. (1993). Adolescent rolelessness in modern
society. Teachers College, 94, 472-486.
Perkins, F. Daniel.2005. Adolescence: Developmental Tasks.
Petersen, A. C. (1987). The nature of biological-psychological interaction: The
sample case of early adolescence. In R. M. Lerner & T. T. Foch (Eds.),
Biological- psychosocial interactions in early adolescence: A life-span
perspective (pp. 35-62). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Simmons, R. G., & Blyth, D. A. (1987). Moving into adolescence: The impact of
pubertal change and school context. New York: Aldine DeGruyter.
Vernon, A. & Al-Mabuk, R. H. (1995). What growing up is all about: A parent's
guide to child and adolescent development. Champaign, IL: Research Press.
228
229