Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH
NUR KHALIMAH
P.17420713012
BAB I
A.
Latar belakang
Menurut
ILCOR
(Internasional
Liaison
Resuscitation) tenggelam
didefinisikan
sebagai
Committee
proses
on
yang
keadaan
dimana
seluruh
tubuh,
risiko
meninggal
akibat
tenggelam
dalam
air. Ini
dikelilingi air, baik lautan, danau, maupun sungai, tidak mustahil jika
banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti hanyut dan terbenam yang
belum diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.
Kejadian hampir tenggelam, 40% terjadi pada sebagian besar
anak-anak laki-laki untuk semua kelompok usia dan umumnya terjadi
karena kurang atau tidak adanya pengawasan orangtua. Beberapa faktor
lainnya yang menyebabkan kejadian hampir tenggelam pada anak
adalah tidak ada pengalaman/ketidakmampuan berenang, bernapas terlalu
dalam sebelum tenggelam, penderita epilepsi, pengguna obat-obatan dan
alkohol, serta kecelakaan perahu mesin dan perahu dayung.
Dalam
hal
pasien tenggelam
ini, maka
harus
pertolongan
dilakukan
secara
kegawatdaruratan
cepat
dan
tepat
dengan
untuk
menghindari terjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit paru
yang
lebih
besar. Penatalaksanaan
tindakan
kegawatdaruratan
ini
korban
lebih
buruk, mempertahankan
peningkatan pemulihan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tenggelam ?
hidup
serta
untuk
2. Bagaimana
fisiologi
tenggelam
&
teknik
menolong
pasien
tenggelam ?
3. Siapa saja karekteristik korban tenggelam ?
4. Kapan dilakukan pertolongan yang tepat untuk korban tenggelam ?
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
ISI
A. DEFINISI TENGGELAM
Tenggelam dapat diartikan sebagai kematian akibat pembenaman di
dalam air. Konsep asli mekanisme kematian akibat tenggelam adalah
asfiksia, ditandai dengan masuknya air ke dalam saluran pernapasan.
Penelitian
pada
menyebutkan
akhir
bahwa
tahun
kematian
1940-an
akibat
dan
awal tahun
1950-an
tenggelam disebabkan
oleh
pernapasan, akibat
spasme
laring. Paru-paru
tidak
otak yang fatal akibat spasme laring. Dry drowning terjadi 10-15%
dari semua kasus tenggelam. Teori mengatakan bahwa sejumlah
kecil air yang masuk ke laring atau trakea akan mengakibatkan
spasme laring yang tiba-tiba yang dimediasi oleh reflex vagal.1,2
3.
4.
B. FISIOLOGI TENGGELAM
Ketika manusia masuk ke dalam air, reaksi dasar mereka adalah
mempertahankan jalan napas mereka. Ini berlanjut sampai titik balik
dicapai, yaitu pada saat seseorang akan menarik napas kembali.Titik
balik ini terjadi karena tingginya kadar CO2 dalam darah dibandingkan
dengan kadar O2. Ketika mencapai titik balik, korban tenggelam akan
kemasukan sejumlah air, dan sebagian akan tertelan dan akan ditemukan
di dalam lambung. Selama interval ini, korban mungkin muntah dan
mengaspirasi sejumlah isi lambung. Setelah proses respirasi tidak mampu
mengompensasi, terjadilah hipoksia otak yang bersifat ireversibel dan
merupakan penyebab kematian.
C.
pertolongan
dilakukan? Karena
biasanya
korban
tenggelam
hal
akan
itu
harus
mengalami
segera
a. Korban Sadar
1. Penolong tidak boleh langsung terjun ke air untuk melakukan
pertolongan. Ingat bahwa korban dalam keadaan panik dan sangat
4. Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban,
maka penolong bisa segera terjun ke air untuk menghampiri
korban. Tapi harus diingat, penolong memiliki kemampuan berenang
yang baik dan menghampiri korban dari posisi belakang korban.
5. Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan,
maka segera tarik (evakuasi) korban dengan cara melingkarkan
salah satu tangan penolong pada tubuh korban melewati kedua
ketiak korban atau bisa juga dengan menarik krah baju korban
(tapi ingat, hal ini harus dilakukan hati-hati karena bisa membuat
korban tercekik atau mengalami gangguan pernafasan) dan segera
berenang mencapai tepian. Barulah lakukan pertolongan pertama
seperti pada no. 3 di atas.
6. Jika korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha
menggapai atau memegang penolong, maka segera lumpuhkan
korban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah evakuasi, kemudian
lakukan tindakan seperti no 5 dan kemudian no. 3 di atas.
b. Korban tidak sadar
Seperti
halnya
dalam
memberikan
pertolongan
pertama
penolong. Lakukan
evakuasi
dengan
melingkarkan
tangan
penolong. Jika
penolong
telah
terlatih
dan
bisa
segera
evakuasi
korban
ke
darat
dengan tetap
4. Ketika respon ada dan korban mulai sadar, maka segera lakukan
pemeriksaan fisik lainnya untuk mengetahui apakah ada cedera
lain yang dapat membahayakan nyawa korban. Jika tidak ada
cedera dan korban kemudian sadar, berikan pertolongan sesuai
dengan
yang
diperlukan
korban, atau
bisa juga
dengan
LEMPAR
Jika tidak dapat menemukan tongkat yang cukup panjang untuk
mencapai korban, maka carilah bahan yang bisa mengapung (ringbuoy,
jerigen dll), bisa juga menggunakan tali. Lemparkan bahan tadi ke arah
korban.
Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini
berfungsi supaya
korban melihat
RENANG
Berenang mendekati korban adalah pilihan terakhir jika cara lain tidak
memungkinkan untuk dilakukan.
Teknik : dibahas lebih lanjut
Kelemahan : sangat berbahaya bagi penolong
Perhatian : Pastikan kemampuan renang anda baik, Jangan renang jika
kondisi air berarus (sungai arus deras, banjir bandang).
4.
DAYUNG
Jika anda sedang di perahu (terutama jenis kano/kayak) berhati-hatilah
saat mendekati korban. Kekuatan korban saat panik sangat berbahaya dan
dapat membalikkan perahu yang anda tumpangi.
Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan tempat kita
duduk. Hal ini dimaksudkan apabila perahu terbalik, posisi kita agak jauh dari
korban sehingga mengurangi resiko tertangkap korban.
Perhatian : Jika anda menggunakan perahu kecil, anda tidak bisa berenang
dan tidak menggunakan jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha
untuk mendekati korban.
Karakteristik korban
Secara umum, korban yang sedang tenggelam di bagi menjadi 4 tipe :
1. Bukan seorang perenang (non swimmer)
Saat ditolong
Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung panik jika ditolong dalam
keadaan horisontal
Posisi badan mungkin terlihat agak aneh tergantung dari bagian tubuh yang
cidera
Saat ditolong
Mungkin tidak merespon perintah karena lebih fokus terhadap rasa sakitnya
Kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak aneh (sesuai
cideranya)
Saat ditolong
Saat ditolong
Tidak kooperatif
Mungkin akan cukup sulit untuk melakukan manuver terhadap tubuh korban
Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif aktif, yaitu keadaan dimana korban
terlihat pasif (tidak bergerak) namun saat di sentuh berubah menjadi aktif. Ini
sangat membahayakan penolong. Oleh karena itu lakukan teknik mendekati
korban dengan benar.
Selain karakteristik korban tadi, juga diperlukan kemampuan untuk
memperkirakan buoyancy dari korban dengan melihat postur tubuh terutama saat
melakukan contact tow. Korban yang gemuk cenderung akan mudah mengapung,
namun akan lebih berat saat menariknya ke tepi. Sebaliknya korban yang kurus
cenderung akan mudah tenggelam, namun akan lebih ringan saat menariknya ke
tepi.
pada
korban
tenggelam,
namun
imobilisasi
servikal
perlu
BAB III
KESIMPULAN
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah
pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong
kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari
luar melalui resusitasi dan mencegah insufisiensi.
Air tawar bersifat hipotonik sehingga dengan cepat diserap ke dalam
sirkulasi dan segera didistribusikan. Air tawar juga bisa mengubah tekanan
menit
terjadi
apnoe
dan
hipoksia.
Kerusakan
otak
yang irreversible mulai terjadi setelah 4 sampai 10 menit anoksia. Ini memberikan
gambaran bahwa hipoksia mulai terjadi dalam beberapa detik setelah orang
tenggelam, diikuti oleh berhentinya perfusi dalam 2 sampai 6 menit. Otak dalam
suhu normal tidak akan kembali berfungsi setelah 8 sampai 10 menit anoksia
walaupun telah dilakukan tindakan resusitasi2. Anoksia dan iskemia serebri yang
berat akan mengurangi aktivitas metabolik akibat peninggian tekanan intrakranial
serta perfusi serebri yang memburuk. Ini dipercayai menjadi trauma susunan saraf
pusat sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Dix J. Asphyxia (suffocation) and drowning. Dix J, editor. In: Color atlas of
forensic pathology. USA: CRC Press LLC; 2000.