BAB I
: Tn. A
Umur
: 59 tahun
Jenis kelamin
: Laki- laki
Agama
: Islam
Tanggal lahir
: 22 Maret 1956
Suku/Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Cimanggu Pandeglang
berair dan mengeluarkan kotoran mata berwarna kuning hijau yang banyak.
Pasien mengeluh mata kanan menjadi buram sejak 4 hari SMRS. Pasien juga
mengeluh silau yang dirasakan sejak 4 hari SMRS.
Pasien mengatakan 2 hari sebelum berobat ke rumah sakit, pasien telah
berobat ke dokter mata dan pasien disarankan untuk dirawat di rumah sakit namun
pasien menolak dan pasien diberikan obat tetes mata dibekacin, 2 jenis obat yang
diminum namun pasien lupa nama obat yang diminum. Pasien mengatakan telah
mengkonsumsi obat namun tidak ada perubahan sehingga pasien berobat kembali
ke rumah sakit. Riwayat penggunaan kacamata dan lensa kontak disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi (+) sejak 2 tahun yang lalu dan kadang mengkonsumsi obat
captopril.
Alergi (-)
Hipertensi (+)
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Suhu
: 36,9C
Frekuensi nafas
: 22x/menit
Kepala
: Normocephale
Mata
Ekstremitas
OS
Posisi
Hirscbergh
Gerakan bola Baik ke segala arah
mata
Lapang
pandang
60
60
90
<5
0
90
50
70
70
Visus
TIO
Silia
dan
Supracilia
Palpebra
superior
Palpebra
inferior
Konjungtiva
tarsal
superior
Konjungtiva
tarsal inferior
Konjungtiva
bulbi
Kornea
COA
Pupil
Iris
Lensa
Sulit dinilai
Reflek fundus Sulit dinilai
1.4 Diagnosa Kerja
Ulkus kornea OD ec suspek bakterial
1.5 Diagnosa Banding
Ulkus kornea ec fungi OD
jernih
(+)
Endoftalmitis eksogen OD
Tes fluoresein
Oftalmoskopi direk
1.8 Penatalaksanaan
Metronidazole 3x500 mg iv
Tropin ed 3 dd gtt 1 OD
Dibekacin ed 6 dd gtt 1 OD
1.9 Saran
1.10 Prognosis
OD
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia
OS
ad bonam
dubia
bonam
Ad sanationam
: ad bonam
ad bonam
ad
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ulkus Kornea
2.1.1 Definisi
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.1
2.1.2 Etiologi
Infeksi
a. Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru
menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter junii sebagai salah
satu penyebab ulkus kornea. Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan
oleh bakteri.2
d. Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna
lensa kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai
lensa kontak yang terpapar air yang tercemar.2
Noninfeksi 2,3
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH;
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan
terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak
tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih
yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan
terjadi penghancuran kolagen kornea.2
b. Radiasi atau suhu;
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari
yang akan merusak epitel kornea.2
c. Sindrom Sjorgen;
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis
sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan
palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik
kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.2,3
d. Defisiensi vitamin A;
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna.2
e.
Obat-obatan
(kortikosteroid,
idoxiuridine,
anestesi
topikal,
immunosupresif);
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma;
g. Pajanan (exposur);
h. Neurotropik.
2.1.3 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
10
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik.4
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:
1. Gejala subjektif1
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva;
b. Sekret mukopurulen;
c. Merasa ada benda asing di mata;
d. Pandangan kabur;
e. Mata berair;
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus;
g. Silau;
h. Nyeri
2. Gejala objektif1
a. Injeksi silier;
b. Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat;
c. Hipopion.
2.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:6
1. Ulkus kornea sentral.
A. Ulkus kornea bakterialis
a. Ulkus Streptokokus
12
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabuabuan berbentuk cakram
dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh
streptokok pneumonia.6
b. Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. . Apabila tidak
diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema
stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus
seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.6
c. Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang dapat
menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran berupa ulkus yang
berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan
dapat terlihat hipopion yang banyak. Secara histopatologi, khas pada
ulkus ini ditemukan sel neutrofil yang dominan.6
d. Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan
gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan
infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran
ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di
daerah initerdapat banyak kuman.6
e. Ulkus Neisseria gonorrhoeae
Ulkus kornea yang terjadi karena Neisseria gonorrhoeae dan
merupakan salah satu dari penyakit menular seksual. Gonore bisa
menyebabkan perforasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti pada
struktur mata yang lebih dalam.6
14
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai
terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan
bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. Bentuk dendrit herpes simplex kecil,
ulseratif, jelas diwarnai dengan fluoresein.6
D. Ulkus kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,
cincin stroma, dan infiltrat perineural.6
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau
segiempat, dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat
dengan limbus.6
b. Ulkus mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea
berjalan progresif ke arah sentral tanpa adanya kecenderungan untuk perforasi
ditandai tepi tukak bergaung dengan bagian sentral tanpa adanya kelainan
dalam waktu yang agak lama.6
c.
Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
16
dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril, kertas
saring atau Kalsium alginate swab. Pemakaian media penyubur BHI (Brain Heart
Infusion Broth) akan memberikan hasil positif yang lebih baik daripada
penanaman langsung pada medium isolasi. Medium yang digunakan adalah
medium pelat agar darah, media coklat, medium Sabaraud untuk jamur dan
Thioglycolat. Selain itu dibuat preparat untuk pengecatan gram. Hasil pewarnaan
gram dapat memberikan informasi morfologik tentang kuman penyebab yaitu
termasuk kuman gram (+) atau Gram (-) dan dapat digunakan sebagai dasar
pemilihan antibiotika awal sebagai pengobatan empirik.6
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non-medikamentosa:7
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya;
b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang;
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang
proses penyembuhan luka.
2. Penatalaksanaan medikamentosa:
Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi
yang tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas
mikroorganisme penyebab. Adapun obat-obatan antimikrobial yang dapat
diberikan berupa:
A. Antibiotik
18
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
Kauterisasi
a)
murni trikloralasetat
b)
kalau pengobatan
menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan
yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh.
Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari
sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi
perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau
sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.9
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan
sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan
melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya
baru saja, maka dapat dilakukan :9
Iris reposisi
obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya
sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.1,9
3. Keratoplasti
20
kekeruhan
kornea
yang
menyebabkan
kemunduran
tajam
2.
3.
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.3
-
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
-
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
3. Sikatrik kornea;
4. Katarak;
5. Glaukoma sekunder.
2.1.10 Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.5,7
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan
pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil
dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang
besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk
jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.5
22
BAB III
DISKUSI KASUS
Pada anamnesis, pasien, 59 tahun, mengeluh dengan mata kanan merah yang
timbul sejak 4 hari SMRS. Pasien mengatakan 5 hari SMRS mata kanan
kemasukan pasir ketika sedang berkebun. Pasien mengatakan setelah kemasukan
pasir, pasien sering mengucek mata kanannya karena terasa ada yang mengganjal
di dalam mata kanan. Pasien mengatakan setelah dikucek mata menjadi merah,
terasa gatal di tepi mata kanan, mata kanan berair dan mengeluarkan kotoran mata
berwarna kuning hijau yang banyak. Pasien mengeluh mata kanan menjadi buram
sejak 4 hari SMRS. Pasien juga mengeluh silau yang dirasakan sejak 4 hari
SMRS.
Pasien mengatakan 2 hari sebelum berobat ke rumah sakit, pasien telah
berobat ke dokter mata dan pasien disarankan untuk dirawat di rumah sakit namun
pasien menolak dan pasien diberikan obat tetes mata dibekacin, 2 jenis obat yang
diminum namun pasien lupa nama obat yang diminum. Pasien mengatakan telah
mengkonsumsi obat namun tidak ada perubahan sehingga pasien berobat kembali
ke rumah sakit. Riwayat penggunaan kacamata dan lensa kontak disangkal.
Pada teori, Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh
adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Gejalanya
meliputi eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa
ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea,
sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri.
Pada kasus pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologi didapatkan:
Visus
: 1/300 PH tetap OD
Konjungtiva bulbi
Kornea
COA
: hipopion (+)
Konjungtiva bulbi
Kornea
adanya infiltrat
24
COA
: Hipopion
konjungtiva
Pada kasus, tatalaksana nya meliputi dirawat di RS diberikan terapi
injeksi: ceftriaxon 2x2 gram iv, ketorolac 2x1 amp, ranitidine 2x1 amp,
metronidazole 3x500 mg iv, tropin ed 3 dd gtt 1 OD, dibekacin ed 6 dd gtt 1 OD
Pada teori, untuk tatalaksana dengan pemberian terapi yang tepat dan cepat sesuai
dengan kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme penyebab. Jika
penyebabnya kuman, maka dapat diberikan antibiotik yang sesuai dengan kuman
penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau
injeksi subkonjungtiva. Obat-obatan lainnya yang dapat diberikan yaitu sulfas
atropin sebagai salap atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena
bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropine yaitu sedatif untuk
menghilangkan rasa sakit, dekongestif untuk menurunkan tanda-tanda radang, dan
menyebabkan paralisis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Amatya, R., Shrestha, S., Khanal, B., Gurung, R., Poudyal, N., Badu., BP.,
et al. 2012. Etiological Agents of Corneal Ulcer: Five Years Prospective
Study in Eastern Nepal. Nepal Med Coll J. Sep;14(3):219-22.
3. Werli, A.A., Ercole, F.F., Herdman, T.H., Chianca, T.C.M. 2013. Nursing
Interventions for Adult Intensive Care Patients with Risk for Corneal
Injury: a systematic review. Int J Nurs Knowl. Feb;24(1):25-9.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2012. Ulkus Kornea
dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.
5. Srinivasan, M., Gonzales, C., George, C., Cevallos, V., Mascarenhas, J.,
Asokan, B,. Et al. 2007. Epidemiologi and Aetiological Diagnosis of
Corneal Ulcer. Br J Ophtalmol. Nov;81(11):965-971.
6. Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan, P. 2009. Oftalmologi Umum. Edisi
17. Jakarta: EGC.
7. Jetton, J.A., Ding, K., Stone, DU. 2014. Effects of Tobacco Smoking on
Human Corneal Wound Healing. Cornea. May;33(5):453-6.
8. Matsumoto, Y., Dogru, M., Goto, E., Fujishima, H., Tsubota, K. 2005.
Successful topical application of a new antifungal agent, micafungin, in
the treatment of refractory fungal corneal ulcers: report of three cases and
literature review. Cornea. Aug;24(6):748-53.
26
9. Khater, M.M., Selima, A.A., El-Shorbagy, M.S. 2014. Role of Argon Laser
as an Adjunctive Therapy for Treatment of Resistant Infected Corneal
Ulcers. Clin Ophthalmol. 23(8):1025-30.