Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul
Sumber Sejarah tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosul Allah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari kegelapan kepada cahaya Rabbi, semoga tercurahkan juga kepada
keluarga Beliau, sahabat dan semoga safaat dapat kita terima di akhirat kelak. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari tingkat kesempurnaan,
maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Mudah-mudahan bantuan dan dukungan yang diberikan Ibu atau semua pihak dapat
menjadi amal jariyah yang bermanfaat.
Dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang ada pada penulis semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Yogyakarta,7 Desember 2015


Penyusun

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan sejarah. Setiap kejadian yang dialami
manusia di masa lampau, baik ataupun buruk, diingat oleh manusia dan diceritakan kembali
secara lisan maupun tulisan menjadi cerita sejarah. Manusia adalah penutur sejarah, yang
membuat cerita sejarah. Sebelum manusia mampu membuat sejarah, manusia dibuat oleh

sejarah, dibimbing serta dibina oleh sejarah pula. Oleh sebab itu, manusia tidak dapat dipisahkan
dari sejarah.
Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras
mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka,
sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang
ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defence of History, Richard J. Evans, seorang profesor
bidang sejarah modern dari Universitas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian
sejarah untuk masyarakat (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah).
Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki metode ilmiah yang terstruktur dan
bertanggung jawab. Pengkajian sejarah dilakukan dengan metodologi ilmiah tertentu untuk
meneliti bukti-bukti yang ada sehingga teruji dengan seksama otentisitas dan kredibilitasnya.
Bukti-bukti yang telah teruji tersebut kemudian akan menjadi suatu rangkaian fakta ilmiah yang
dapat digunakan untuk mengungkap sejarah secara objektif dan benar atau paling tidak
mendekati kebenaran.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok kemukakan berdasarkan latar belakang diatas ialah:
1) Apa pengertian sejarah?
2) Mengapa sejarah disebut sebagai ilmu?
3) Apa fungsi sejarah dalam kehidupan?
3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan yang kelompok kemukakan berdasarkan masalah-masalah yang


akan dibahas adalah:
1) Untuk menjelaskan pengertian sejarah.
2) Untuk menjelaskan faktor-faktor sejarah disebut sebagai ilmu.
3) Untuk menjelaskan fungsi sejarah dalam kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah

Secara etimologis, kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajaratun yang berarti
pohon kayu. Pohon kayu menggambarkan adanya kejadian, pertumbuhan, dan perubahan dan
perkembangan karena inti sejarah itu sendiri adalah perubahan (H.Sjamsuddin & Ismaun, 1996:
21). Sedangkan dalam bahasa Inggris sejarah disebuthistory yang berarti masa lampau umat
manusia. Dalam bahasa Jerman, sejarah disebutgeschicht yang berarti telah terjadi (Louis
Gottschalk, 1983: 27). Pada hakikatnya, sejarah ialah suatu konsep tentang waktu yang
berkelanjutan dan perubahan yang mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi berbagai
peristiwa mengenai segala aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras
dengan rangkaian sebab-akibatnya (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 22).
B. Sejarah Sebagai Ilmu

Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu; pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dsb
(http://kbbi.web.id/ilmu). Yang menentukan suatu pengetahuan itu ilmu atau bukan ilmu adalah
adanya metode ilmiah yang digunakan sebagai dasar utama untuk mencari kebenaran atau cara
untuk mendekatinya sehingga sampai pada kebenaran (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 16).
Sejarah sebagai ilmu merupakan suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan manusia pada masa lampau yang diteliti, disusun serta disajikan secara
sistematis dan metodis berdasarkan asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah khusus yang
diakui oleh pakar sejarah untuk memperoleh suatu kebenaran (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996:
15). Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena memiliki metode ilmiah. Selain itu, sejarah juga
memiliki unsur-unsur yang merupakan ciri-ciri dan karekteristik keilmuannya. Berikut
penjelasan tentang ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai suatu ilmu.
C. Ciri-ciri Sejarah Sebagai Ilmu

Menurut A. Sobana Hardjasaputra dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian


Sejarah (2008: 4-6), Sejarah disebut sebagai ilmu karena memiliki ciri-ciri keilmuan sebagai
berikut:

D. Bersendi Pada Pengetahuan

Pengetahuan adalah ciri pertama yang menjadi landasan ilmu untuk mencari keterangan
atau penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu. Suatu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat
untuk menjadi suatu ilmu yaitu memiiliki subyek, obyek, dan hubungan antara subyek dan
obyek.
Subyek adalah orang-orang yang secara sengaja maupun tidak sengaja mengetahui suatu
peristiwa. Obyek merupakan sesuatu atau suatu peristiwa yang diketahui oleh obyek. Hubungan
antara subyek dan obyek itulah yang menjadikan suatu ilmu pengetahuan.
E. Memiliki Metode

Metode merupakan unsur penting dalam suatu ilmu. Untuk merekonstruksi sebuah
peristiwa dalam sejarah diperlukan suatu ilmu yang mempelajari metode-metode pengkajian
sejarah. Tanpa metode, penulisan sejarah hanya akan menjadi tulisan populer yang hanya bersifat
deskriptif-naratif tanpa mengandung unsur karya ilmiah.
F. Sistematis

Sejarah diteliti dan ditulis melalui serangkaian metode yang sistematis. Hubungan antar
peristiwa disusun secara kronologis sehingga tulisan sejarah memiliki sifat diakronis
(memanjang menurut alur waktu). Susunan sejarah juga berdasarkan kausalitas (hubungan
sebab-akibat).
G. Pendekatan Ilmiah

Sejarah memiliki teori, yaitu teori sejarah. Teori dan metode dibutuhkan dalam penulisan
sejarah. Selain itu, penulisan sejarah juga harus menggunakan pendekatan multidimensional,
yaitu melalui penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial lain seperti antropologi, sosiologi,
politik, dll yang memiliki hubungan relevan dengan masalah sejarah yang dibahas. Hal tersebut
untuk mempertajam daya analisis sehingga diperoleh penjelasan kongkrit mengenai peristiwa
yang diteliti.
H. Perspektif Filsafat

Filsafat merupakan landasan pemikiran yang menegaskan kebenaran suatu ilmu.


Pemikiran filsafat dapat meningkatkan kualitas pengetahuan manusia. Oleh karena itu, sejarah
juga memiliki suatu filsafat sejarah. Perspektif atau sudut pandang filsafat tersebut digunakan
untuk mencapai sebuah kebenaran dan obyektivitas suatu peristiwa sejarah.

I. Karakteristik Sejarah Sebagai Ilmu

Menurut Kuntowijoyo seperti yang dikutip Nana Supriatna (2008: 6), sejarah sebagai
ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut:
J. Empiris

Secara etimologis, empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang artinya pengalaman.
Sejarah bersifat empiris karena sejarah melakukan kajian terhadap peristiwa yang benar-benar
pernah terjadi di masa lampau. Sejarah tergantung pada aktivitas manusia di masa lampau yang
terekam dalam bukti-bukti yang diteliti para sejarawan untuk mencapai suatu kebenaran fakta
yang diinterpretasikan menjadi tulisan sejarah.
K. Memiliki Objek

Kata objek berasal dari bahasa Latin objectus yang artinya sasaran. Sejarah sebagai ilmu
harus memiliki sasaran yang jelas. Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah
manusia dan segala aktivitas dalam dimensi waktu masa lampau. Objek dapat bersifat artefak
jika objek yang ditemukan merupakan hasil daripada peristiwa misalnya potongan tembikar,
reruntuhan bangunan, dan mata uang. Sedangkan objek sejarah dikatakan bersifat dokumen jika
ditemukan dalam bentuk rekaman daripada peristiwa baik secara lisan maupun tertulis misalnya
keterangan dari saksi hidup dan dokumen resmi tertulis (Louis Gottschalk, 1983: 28-29).
L. Memiliki Teori

Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh
data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan
ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi (http://kbbi.web.id/teori). Dalam meneliti objeknya,
sejarah memiliki teori tersendiri. Teori dalam sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan
peradaban masing-masing. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang
berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas. Meskipun rekonstruksi
total masa lampau yang menjadi tujuan para sejarawan secara logis tidak dapat dicapai
sepenuhnya (Louis Gottschalk, 1983: 27), setidaknya akan terungkap sejarah yang mendekati
kebenaran untuk kemudian digunakan sebagai acuan kehidupan masa sekarang dan masa depan.
M. Mempunyai Generalisasi

Generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari suatu kejadian


(http://kbbi.web.id/generalisasi). Namun, karena sejarah merupakan peristiwa yang terjadi di
masa lampau dan seringkali dijumpai kesulitan dalam pengumpulan bukti yang valid, maka sifat
generalisasi sejarah harus selalu dinamis sesuai dengan perkembangan penemuan-penemuan
baru yang mendukung keabsahan suatu fakta sejarah.

N. Memiliki Metode

(1)
(2)
(3)
(4)

Metode merupakan suatu cara tertentu untuk meneliti dan mengkaji sesuatu
(H.Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 19). Metode dalam sejarah diperlukan untuk meneliti buktibukti yang ada untuk memperoleh fakta-fakta yang kemudian dikaji lebih lanjut dan disimpulkan
menjadi sejarah secara objektif dan benar.
Menurut Ernest Bernsheim dalam bukunya Lehrbuch der Historischen Methode und der
Geschicht-philosophie seperti yang dikutip oleh H. Sjamsuddin & Ismaun (1996: 19-20), metode
sejarah dapat dirinci dengan sistematika sebagai berikut:
Heuristiek, mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah;
Kritiek, menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah;
Auffassung, menanggapi fakta-fakta sejarah yang didapat dari sumber-sumber sejarah dan
berusaha membayangkan gambaran masa lampau;
Darstellung, menyampaikan hasil rekonstruksi imajinatif tentang masa lampau sehingga sesuai
dengan jejak-jejak sejarah yang telah ditemukan atau imajinasi ilmiah.

O. Fungsi Sejarah

Sejarah memiliki banyak fungsi pada prakteknya dalam kehidupan. Menurut A.


Sobana Hardjasaputra dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian Sejarah(2008: 9-12),
sejarah memiliki fungsi sebagai berikut:

P. Fungsi Umum

Secara umum, sejarah berfungsi sebagai sumber pengetahuan. Peristiwa-peristiwa yang


terekam dalam sejarah kemudian ditelusuri kembali untuk mencari keabsahannya. Peristiwaperistiwa sejarah tersebut kemudian diceritakan kembali dan dijadikan bahan pelajaran dalam
kehidupan manusia.
Q. Fungsi Khusus

Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah secara
lebih luas. Fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsik (fungsi hakiki, fungsi yang melekat
pada dirinya) dan fungsi ekstrinsik (fungsi ke luar dirinya).
R. Fungsi Intrinsik

Fungsi intrinsik sejarah yang paling utama adalah sebagai media untuk mengetahui
peristiwa di masa lampau dan juga sebagai ilmu pengetahuan.

S. Fungsi Ekstrinsik

Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif
sejarah mencakup :
T. Pendidikan Penalaran

Menulis sejarah secara ilmiah atau mempelajarinya secara kritis akan mendorong
meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, sejarah sebagai ilmu menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa.
Ternyata penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan beberapa faktor
yang saling berkaitan (kekuatan sejarah). Contoh, terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI 1965. Berarti
sejarah mendidik orang berpikir plurikausal(multidimensional), bukan berpikir monokausal.
Kedua, sejarah sangat memperhatikan waktu (kronologis-diakronis). Berarti sejarah
mendidik kita memiliki daya nalar untuk memperhatikan waktu dalam menjalani kehidupan.
Ketiga, sejarah harus ditulis berdasarkan fakta. Akan tetapi tidak setiap sumber memuat
fakta, dan tidak setiap fakta adalah fakta sejarah. Berarti sejarah mendidik kita untuk memiliki
daya nalar yang dilandasi oleh sikap kritis.
U. Pendidikan Moral

Sejarah syarat dengan pendidikan moral, karena sejarah mengungkap peristiwa yang
mengandung nilai moral yang, meskipun telah terjadi di masa lampau, dapat kita ambil
hikmahnya untuk kemudian dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan di masa sekarang
dan masa yang akan datang.
V. Pendidikan Kebijaksanaan

Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya
kebijaksanaan. Kebijaksanaan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan
dalam menghadapi kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Berarti sejarah memiliki
fungsi pragmatis.
W. Pendidikan Politik

Sejarah memuat peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat
politik di masa lampau. Hal tersebut dapat menjadi acuan untuk kehidupan politik di masa kini
agar tidak terjerumus dalam kemeluut politik yang pernah dialami di masa lampau. Dan dapat
diaplikasikann dalam kehidupan masa kini hal-hal yang dianggap baik dan dapat memajukan
kehidupan politik masa kini maupun masa yang akan datang.

X. Pendidikan Perubahan

Pada dasarnya, sejarah merupakan perubahan. Kehidupan manusia terus berubah,


walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Hal tersebut terekam dalam sejarah.
Perubahan-perubahan yang telah terjadi di masa lampau dan terekam dalam sejarah juga dapat
digunakan sebagai acuan untuk melakukan perubahan di masa sekarang.
Y. Pendidikan Mengenai Masa Depan

Mempelajari sejarah bukan berarti hidup di masa lalu. Sejarah mengandung peristiwaperistiwa yang memiliki makna dan pesan yang dapat kita interpretasikan sebagai acuan untuk
kehidupan di masa kini maupun masa depan. Dengan mempelajari sejarah secara kritis dan
terarah, kita dapat memprediksi apa yang kira kira akan terjadi di masa yang akan datang.
Z. Sejarah Sebagai Ilmu Bantu

Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang
dikaji oleh ilmu-ilmu lain (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, seni, bahasa, dan lain
sebagainya.). Sebagai contoh, mempelajari seni batik tulis tidak hanya cukup dengan belajar
menggambar batik di atas kain, namun perlu juga mempelajari tentang sejarah asal muasal seni
batik tulis itu sendiri agar pemahaman terhadap seni tersebut semakin mendalam dan kemudian
dapat meningkatkan kesadaran untuk melestarikan warisan budaya tersebut.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat penulis simpulakan berbagai hal sebagai berikut
yaitu:
1. Sejarah ialah suatu konsep tentang waktu yang berkelanjutan dan perubahan yang
mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi berbagai peristiwa mengenai segala
aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras dengan rangkaian sebabakibatnya.
2. Sejarah memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang membuatnya disebut sebagai ilmu. Sejarah
memiliki ciri-ciri bersendi pada pengetahuan, memiliki metode, sistematis, menggunakan
pendekatan ilmiah, dan memiliki perspektif filsafat. Sejarah sebagai ilmu juga memiliki
karakteristik antara lain bersifat empiris, memiliki objek, memiliki teori, memiliki metode
ilmiah dalam penelitiannya, dan mempunyai generalisasi.
3. Sejarah memiliki banyak fungsi dalam kehidupan baik secara umum, yaitu sebagai ilmu
pengetahuan, maupun secara khusus. Fungsi khusus sejarah yang paling penting terutama
pada fungsi edukatifnya yang meliputi pendidikan nalar, pendidikan moral, pendidikan
politik, pendidikan kebijakan atau kebijaksanaan (kearifan), pendidikan perubahan,
pendidikan untuk masa depan, dan sebagai ilmu bantu.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis paparkan, penulis
menyarankan kepada masyarakat pada umumnya dan kepada para mahasiswa pada khususnya,
untuk mulai mempelajari sejarah secara lebih mendalam. Karena sejarah sebagai ilmu memiliki
banyak fungsi dalam
kehidupan. Segala yang telah terjadi di masa lampau hendaknya dapat menjadi acuan untuk
membina kehidupan di masa sekarang dan masa depan. Salah satu kutipan yang paling terkenal
mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari
Spanyol, George Santayana. Katanya: Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk
mengulanginya

makalah

SEJARAH SEBAGAI
ILMU

Disusun oleh
Wahyu Junna Pratama

Anda mungkin juga menyukai