BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Imunisasi
2.1.1
Definisi
Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif.
Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan
pasif yang didapatkan secara alami adalah kekebalan yang didapatkan
transplasenta, yaitu antibodi diberikan ibu kandung secara pasif melalu
plasenta kepada janin yang dikandungnya. Sedangkan, kekebalan pasif
(buatan) adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan dan
dimasukkan ke dalam tubuh anak.
Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun
buatan. Secara alami, kekebalan tubuh didapatkan apabila anak
terjangkit suatu penyakit, yang berarti masuknya antigen yang akan
merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri secara aktif dan
menjadi kebal karenanya. Sedangkan, kekebalan aktif (buatan) adalah
pemberian vaksin yang merangsang tubuh manusia secara aktif
membentuk antibodi dan kebal secara spesifik terhadap antigen yang
diberikan.
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama.
Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara
pasif. Vaksinasi adalah imunisasi aktif dengan pemberian vaksin
(antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi)
oleh sistem imun di dalam tubuh.
2.1.2
Manfaat Imunisasi
Adapun keuntungan yang didapat dari vaksinasi, yaitu :
pertahanan tubuh yang terbentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa
seumur hidup, cost-effective karena murah dan efektif, dan tidak
berbahaya (reaksi serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang
Jenis Vaksin
Secara garis besar vaksin dapat dibagi menjadi dua kelompok
jenis vaksin, yaitu vaksin dari mikroba hidup dilemahkan (vaksin
hidup) dan vaksin mikroba yang diinaktivasi (vaksin inaktivasi).
Vaksin hidup dibuat dengan memodifikasi virus atau bakteri patogen di
laboratorium. Vaksin inaktivasi dapat berupa virus atau bakteri utuh
(whole cell) atau fraksi patogen, atau gabungan keduanya.
Vaksin fraksional dapat berbasis protein atau polisakarida.
Vaksin berbasis protein dapat berupa toksoid (toksin bakteri inaktif),
dan produk subunit atau subvirion. Vaksin berbasis polisakarida
umumnya terbuat dari polisakarida murni dinding sel bakteri, atau
Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi terbaru yang direkomendasikan oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun
Rekomendasi imunisasi ini berlaku mulai 1 Januari 2014.
Angka dalam kolom umur tabel mencerminkan umur dalam bulan
(atau tahun) mulai 0 hari sampai 29 hari ( atau 11 bulan 29 hari untuk
tahun). Adapun hal-hal yang diperbaharui pada jadwal imunisasi 2014
adalah sebagai berikut.
1. Vaksin Hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir dan didahului pemberian injeksi vitamin K1. Hal
tersebut penting untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat
defisiensi vitamin K. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, diberikan
vaksin hepatitis B dan HBIg pada ekstremitas yang berbeda, untuk
mencegah infeksi perinatal yang beresiko tinggi untuk terjadinya
hepatitis B kronik. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat
menggunakan
vaksin
hepatitis
monovalen
atau
vaksin
kombinasi.
2. Vaksin Polio. Pada saat bayi lahir atau saat dipulangkan harus
diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1,
polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin polio oral
(OPV) atau inaktivasi (IPV), namun sebaiknya paling sedikit
mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan,
optimal diberikan pada umur 2 bulan. Apabila diberikan sesudah
umur 3 bulan, perlu dilakukan uji antibodi.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur
6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi
dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang
diberikan harus vaksin Td, di booster setiap 10 tahun.
5. Vaksin Campak. Imunisasi campak menurut Permenkes No.42
tahun 2013, diberikan 3 kali pada umur 9 bulan, 2 tahun, dan pada
SD kelas 1 (program BIAS). Untuk anak yang telah mendapat
imunisasi MMR umur 15 bulan, imunisasi campak umur 2 tahun
tidak diperlukan.
6. Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12
bulan, PCV diberikan 3 kali dengan interval 2 bulan; pada umur
lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu dosis booster 1
kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah
dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan
cukup satu kali.
7. Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali,
vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus
monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin
rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu
dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus
Komposisi
Indikasi
Posologi
Penyimpanan
Dosis
: 0.05 mL
Pemberian
untuk
keperluan
diperlukan.
Imunisasi ulang : tidak dianjurkan
diagnosis
apabila
10
suntikan,
yang
kemudian
berubah
umumnya
pada
anak-anak
akan
getah
bening
tersebut
menjadi
indikasi
pada
defisiensi
sistem
11
Hepatitis
mengandung
HBsAg,
antigen
yang
dihasilkan
B
virus
tidak
dari
rekombinan
biakan
Hepatitis
menginfeksi
sel
B,
yang
ragi
dengan
berbentuk
berwarna keputihan
suspensi
steril
yang
ditambahkan
sebagai
pengawet.
Indikasi
: Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasikan untuk imunisasi aktif pada semua usia,
untuk
disebabkan
oleh
12
yang
dapat
menginfeksi
hati. Vaksinasi
dengan
kecenderungan
pendarahan
secara subkutan.
Dosis
kombinasi
DTP/HepB,
vaksin
rasa
sakit,
kemerahan
dan
terhadap
komponen
vaksin.
13
Tabel 1. Jadwal alternatif 1,2,3 untuk vaksinasi hepatitis B pada anak dan dewasa
14
*untuk
jadwal
alternatif
dan
direkomendasikan
untuk
Vaksin
merupakan
suspensi
Polio
Oral
drops
ini
untuk
15
Indikasi
Penyimpanan
Dosis
: OPV
tetes
per-oral,
IPV
0,5
mL
intramuskular
Kemasan
Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20C, Dan hanya
dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu
antara +2C dan +8C.
Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
Efek samping
terjadi
kelumpuhan
(paralytic
kontak
dengan
anak
yang
telah
16
yang
teradsorbsi
kedalam
17
Zat tambahan:
Aluminium fosfat 1,5 mg
Thimerosal 0,05 mg
Indikasi
Dosis
Penyimpanan
Kemasan
atau
vaksin
pentavalen
disertai
demam
merupakan
yang
kasus
bersifat
terbanyak.
hypotonichyporesponsive.
Kejang
18
penyakit
gangguan
kekebalan.
5. Campak
Deskripsi
Komposisi
19
Zat aktif:
Virus Campak strain CAM 70 tidak kurang
dari 1.000 CCID50 (Cell Culture Infective
Dose 50)
Zat tambahan:
Kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg
Eritromisin tidak lebih dari 30 mcg
Pelarut mengandung :
Air untuk injeksi
Indikasi
Penyimpanan
masih
bersisa
maka
harus
dimusnahkan.
Dosis
Kemasan
: vial
berisi
10
dibekukeringkan,
dosis
beserta
vaksin
pelarut
yang
5
ml
20
beberapa
kontraindikasi
pada
anak
dengan
defisiensi
sistem
bersifat
imunosupresif,
anak
yang
21
Jadwal
bentuk
komninasi
(DTwP/Hib,
DTap/Hib, DTap/Hib,IPV)
Imunisasi ulang : diulang pada usia 18 bulan
Dosis
: 0,5mL, intramuskular.
Kemasan
Definisi
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin), merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC
yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang
ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC
yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC miller pada
seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vakssin BCG merupakan
vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Vaksin
BCG diberikan melalui intradermal. (Aziz Alimul, 2009)
Imunisasi BCG diberikan pada bayi ketika bayi berumur
kurang dari 2 bulan. Sebaiknya sebelum dilakukan imunisasi BCG
pada bayi, perlu dilakukan tes martoux. Tes ini berfungsi untuk
mengetahui apakah bayi sudah membawa penyakit TBC sejak lahir
atau tidak, tetapi langkah ini jarang sekali dilakukan oleh para ibu
karena untuk melakukan satu kali tes martoux memerlukan biaya yang
22
23
2.2.2
Indikasi
Pisiologi
24
Penyimpanan
Dosis
: 0.05 mL
Pemberian
untuk
keperluan
diagnosis
apabila
diperlukan.
Indikasi kontra : tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan
adanya penyakit kulit berat/menahun. Juga
kontra
indikasi
pada
defisiensi
sistem
25
Penularan
Penularan penyakit TBC terjadi melalui udara karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini paling
sering menyerang paru-paru dan dapat menyerang berbagai organ
tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati,
atau selaput otak. Imunisasi BCG cukup diberikan satu kali saja.
Daerah tempat suntikan akan menjadi bengkak dan luka bernanah,
yang akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu dan
timbul jaringan parut pada tempat bekas suntikan. Pemberian vaksin
BCG tidak memberi kekebalan 100% terhadap penyakit ini, tetapi bila
sampai anak terinfeksi kuman ini, penyakitnya akan lebih ringan
(Mardi Elfian & Effa Yuliastry, 2009).
2.2.4
Efek samping
Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus
pada daerah suntikan, limfadenitis regionl, dan reaksi panas. Imunisasi
BCG penting bagi anak balita dalam pencegahan TBC millier, otak,
dan tulang karena masih tingginya kejadian TBC pada anak.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah pasien
tuberkolusis paru Basil Tahan Asam (+) rawat jalan selama tahun
2000-2002, pada tahun 2001 ditemukan sebanyak 520 anak dibawah 1
tahun menderita tuberkolusis Basil Tahan Asam (+) dan tahun 2002
turun menjadi 117 anak. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan
karena pasien balita akan mengalami hambatan pertumbuhan yang
tentu akan mempengaruhi perkembangannya. Balita biasanya belum
jauh sehingga dapat diprediksi ada kasus tuberkolusis di sekitarnya
(Mardi Elfian & Effa Yuliastry, 2009).