Anda di halaman 1dari 160

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Pendahuluan
I.1.1 Metode Penyarian Secara Dingin
Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota
laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan
beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa
yang mudah larut dalam pelarut organik. Pelarut organik yang paling
umum digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel
tanaman adalah methanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton,
benzene dan etil asetat.
Metode ekstraksi/penyarian dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu secara panas dan dingin. Penyarian secara dingin dapat digunakan
dengan beberapa teknik yaitu : maserasi, perkolasi. Penyarian secara
panas digunakan dengan beberapa teknik yaitu : infudasi, dekokta,
soxhletasi, dan refluks.
I.1.2 Metode Penyarian Secara Panas
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman
adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat
yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggunakan
pelarut cair. Infusa adalah metode penyarian panas dengan cara menyari
simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit, sedangkan
dekokta adalah metode penyarian panas yang proses penyariannya
hampir sama dengan infusa, perbedaannya pada dekokta digunakan
pemanasan selama 30 menit.

I.1.3Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik


Pada umumnya produk jamu di pasaran ada beberapa macam baik
yang terdiri dari rajangan yang kasar hingga dalam bentuk yang halus,
bahakan telah ada dalam bentuk sediaan fitofarmaka. Jamu sebagai
produk obat tradisional mengandung banyak bahan, sebagai seorang
farmasi diharapakan mampu untuk mengetahui bahan-bahan yang
terdapat pada obat tradisional tersebut.
Khusus pada jamu yang mengandung bahan rajangan tentu dapat
dengan mudah untuk mengidentifikasinya, hal ini disebabkan oleh
bahan jamu yang masih dapat dibedakan secara kasat mata. Pada
percobaan ini akan dilakukan pengamatan pada jamu godok.
I.1.4Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
Sediaan obat tradisional atau

herbal dibuat dari simplisia

tanaman atau bagian dari hewan, atau mineral dalam keadaan segar atau
telah dikeringkan dan diawetkan. Agar sediaan obat tradisional atau
herbal tersebut dapat dipakai dengan aman, terjaga keseragaman mutu
dan kadar kandungan senyawa aktifnya, maka diperlukan standardisasi.
Uji kandungan kimia pada sediaan jamu dengan metode reaksi
kimia dengan cara mengidentifikasi senyawa fitokimia yang secara
garis terbesar terdiri dari terpenoid, steroid, flavonoid, alkaloid,
saponin, kuinon, dan tanin. Senyawa fitokimia tidak termasuk ke dalam
zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemaka, vitamin,
mineral, maupun air.

I.1.5Uji Kadar Air dan Abu Pada Ekstrak


Penetapan fisis dari sediaan jamu (simplisia) dilakukan berupa
penetapan kadar abu sisa pemijaran (kadar abu total) dan kadar abu

yang tidak larut dalam asam.Abu adalah zat organik sisa hasil
pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya
tergantung pada macan bahan dan cara pengabuannya.Kadar abu ada
hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam
suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam
garam yaitu garam organik dan garam anorganik.Kadar air merupakan
banayaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
persen (%). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan
yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau
berdasarkan berat kering (dry basis).
I.1.6Uji Kadar Sari Pada Ekstrak
Uji kadar sari dari suatu ekstrak bahan obat alam dimaksudkan
agar dapat memberikan gambaran awal sejumlah kandungan, dengan
cara melarutkan ekstrak sediaan dalam pelarut organik tertentu (etanol
dan air).Berbagai senyawa penyarian dari bahan obat alam seperti
penyarian dengan pelarut air atau alkohol digunakan untuk menetukan
persentase tersarinya dengan pelarut tersebut. Penetapan kadar sari yang
larut dalam etanol lebih sering digunakan untuk mengetahui apakah
bahan baku obat tradisional tersebut dapat larut dalam pelarut organik.
Penetapan kadar sari larut dalam air digunakan untuk menentukan
kemampuan dari bahan obat tersebut apakah tersari dalam pelarut air.
I.1.7Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskopik yang derajat
perbesarannya disesuaikan dengan keperluan. Uji mikroskopik serbuk
jamu tidak hanya dapat dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang
khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia

dengan

penambahan pereaksi tertentu pada serbuk sediaan jamu uji dan zat
kandungan simplisis uji akan memberikan warna spesifik, sehingga
mudah dideteksi.

Pada

percobaan

ini

akan

dilakukan

pengamatan

secara

mikroskopik guna mengidentifikasi bahan-bahan yang terkandung


dalam produk jamu tersebut. Pemeriksaan mikroskopik juga digunakan
untuk menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu
dengan mengamati bentuk fragmen spesifik penyusun sediaan jamu.
I.1.8Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan
adsorpsi secara selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap
adsorben dan kelarutan komponnen kimia terhadap cairan pengelusi
(partisi).
Khusus pada jamu yang mengandung bahan ekstrak tentu tidak
mudah lagi untuk mengidentifikasinya, hal ini disebabkan oleh bahan
jamu tidak lagi berupa rajangan ataupun serbuk. Pada percobaan ini
akan dilakukan pengamatan jamu yang mengandung ekstrak dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT).

I.2. Rumusan Masalah


I.2.1 Metode Penyarian Secara Dingin
1. Bagaimana prinsip kerja cara penyarian secara dingin ?
2. Apa yang membedakan cara penyarian maserasi dan perkolasi ?

I.2.2 Metode Penyarian Secara Panas


1. Bagaimana prinsip kerja penyarian secara panas ?
2. Apa yang membedakan cara penyarian secara infudasi dan
soxhletasi?
I.2.3 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
1. Bagaimana cara pemeriksaan makroskopik pada sesiaan jamu ?
2. Bagaimanacara pengidentifikasi simplisia penyusun sediaan jamu
secara organoleptik ?
3. Bagaimanamengelompokkan simplisia penyusun sediaan jamu
berdasarkan khasiat dan kandungannya ?
I.2.4 Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
1. Bagaimana kandungan kimia pada sediaan jamu ?
2. Bagaimana mengidentifikasi kandungan kimia pada sediaan jamu
melalui reaksi kimia ?
I.2.5 Uji Kadar Air Dan Kadar Abu Pada Ekstrak
1. Bagaimana cara pengujian kadar air dan kadar abu pada ekstrak ?
2. Bagaimana mengetahui kadar air pada ekstrak ?
3. Bagaimana prinsip atau metode kadar abu ?
4. Bagaimana mengetahui kadar abu pada ekstrak ?
I.2.6 Uji Kadar Sari Pada Ekstrak
1. Bagaimana cara penetapan kadar sari larut air dari ekstrak ?
2. Bagaimana cara penetapan kadar sari larut etanol dari ekstrak ?
I.2.7 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
1. Bagaimanacara pemeriksaan mikroskopik pada sediaan jamu ?
2. Bagaimanamengamati bentuk fragmen spesifik penyusun pada
sediaan jamu ?
I.2.8 Uji Kualitatif Pada Jamu Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Bagaimanamengetahui kandungan senyawa pada jamu ?
2. Bagaimana cara identifikasi senyawa pada jamu
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)

dengan

I.3. Tujuan Percobaan


I.3.1. Metode Penyarian Secara Dingin
1. Mengetahui prinsip kerja cara penyarian secara dingin
2. Membedakan cara penyarian maserasi dan perkolasi
I.3.2. Metode Penyarian Secara Panas
1. Mengetahui prinsip kerja penyarian secara panas
2. Membeddakan cara penyarian secara infudasi dan soxhletasi
I.3.3. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
1. Mengetahui cara pemeriksaan makroskopik pada sesiaan jamu

2. Mengidentifikasi

simplisia

penyusun

sediaan

jamu

secara

organoleptik
3. Membuat pengelompokkan simplisia penyusun sediaan jamu
berdasarkan khasiat dan kandungannya
I.3.4. Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
1. Untuk mengetahui kandungan kimia pada sediaan jamu
2. Mengidentifikasi kandungan kimia pada sediaan jamu melalui reaksi
kimia
I.3.5.
1.
2.
3.
4.

Uji Kadar Air Dan Kadar Abu Pada Ekstrak


Mengetahui cara pengujian kadar air dan kadar abu pada ekstrak
Mengetahui kadar air pada ekstrak
Mengetahui prinsip atau metode kadar abu
Mengetahui kadar abu pada ekstrak

I.3.6. Uji Kadar Sari Pada Ekstrak


1. Untuk mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari ekstrak
2. Untuk mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari ekstrak
I.3.7. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
1. Mengetahui cara pemeriksaan mikroskopik pada sediaan jamu
2. Mengamati bentuk fragmen spesifik penyusun pada sediaan jamu
I.3.8. Uji Kualitatif Pada Jamu Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Mengetahui kandungan senyawa pada jamu
2. Menegetahui cara identifikasi senyawa pada jamu dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)

I.4. Maksud Percobaan


I.4.1 Metode Penyarian Secara Dingin
Memahami prinsip kerja cara penyarian secara dingin yaitu
dengan metode maserasi.
I.4.2

Metode Penyarian Secara Panas


Memahami prinsip kerja penyarian secara panas yaitu dengan
metode soxhletasi.

I.4.3

Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik


Memahami cara pemeriksaan makroskopik pada sesiaan jamu,
mengidentifikasi

simplisia

penyusun

sediaan

jamu

secara

organoleptik, serta dapat membuat pengelompokkan simplisia


penyusun sediaan jamu berdasarkan khasiat dan kandungannya
I.4.4 Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
Memahami kandungan kimia pada sediaan jamu dan
Memahami cara mengidentifikasi kandungan kimia pada sediaan jamu
melalui reaksi kimia.
I.4.5 Uji Kadar Air Dan Kadar Abu Pada Ekstrak
Memahami cara pengujian kadar air dan kadar abu pada
ekstrak, kadar abu dan kadar air pada ekstrak, serta Memahami prinsip
atau metode kadar abu.

I.4.6 Uji Kadar Sari Pada Ekstrak


Memahami cara penetapan kadar sari larut air dari ekstrak
dan cara penetapan kadar sari larut etanol dari ekstrak.

I.4.7 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik


Memahami cara pemeriksaan mikroskopik pada sediaan
jamu, dan mapu mengamati bentuk fragmen spesifik penyusun pada
sediaan jamu.
I.4.8 Uji Kualitatif Pada Jamu Metode KLT
Memahami kandungan senyawa
menegetahui

cara

identifikasi

senyawa

menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT).

pada
pada

jamu
jamu

dan

dengan

I.5. Prinsip Percobaan


I.5.1 Metode Penyarian Secara Dingin
Prinsip percobaan secara dingin dilakukan dengan dua metode
yaitu maserasi dan perkolasi pada maserasi penyarian zat aktif
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
yang sesuai pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Sedangkan
pada perkolasi penyarian zat aktif dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia dipindahkan
kedalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadaan jenuh.
I.5.2

Metode Penyarian Secara Panas


Prinsip percobaan secara panas dilakukan dengan dua metode

yaitu infundasi dan soxhletasi. Pada infundasi proses penyarian massa


zat aktif yang semula berada didalam sel ditarik oleh cairan penyari
sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Sedangkan pada
soxhletasi uap cairan penyari naik keatas melalui pipa samping,
kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak, cairan turun
kelabu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari
sambil turun melarutkan zat aktif serbuk simplisia karena adanya sifon,
seluruh cairan akan kembali lagi ke labu alas bulat. Hal ini berlangsung
secara terus menerus hingga hasil yang diperoleh pekat dan kental.
I.5.3 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
Melakukan uji kualitatif pada jamu godog Hipertensi, Sambiloto,
Kunir putih, Benalu batu, kolesterol dan panuntu dengan metode
makroskopik yaitu mengamati bau, rasa, warna serta tekstur dari jamu

godog dan mengidentifikasi simplisia penyusun jamu godokan dengan


mengamati

struktur

dari

simplisia

berdasarkan

khasiat

dan

kandungannya.
I.5.4
Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
Melakukan pengidentifikasian kandungan kimia pada sediaan
jamu melalui metode reaksi kimia dengan cara menguji sampel jamu
kunyit asam sidomuncul, kunyit asan herbadrink dan rumput patima
kedalam tabung reaksi lalu dilarutkan dengan etanol 70%. Pada uji
alkaloid dan uji gugus hidroksil/fenolik ditambah dngan pereaksi
dragendorrf, FeCl3 danHCL encer. Amati pembentukan endapan
berwarna orange untuk pengujian alkaloid, perubahan warna larutan
biru-ungu pada pengujian gugus hidroksil/fenolik serta pembentukan
busa pasa saponin.
I.5.5

Uji Kadar Air dan Abu pada Ekstrak


Dilakukan pengujian kadar air dan kadar abu pada ekstrak biji

jarak pagar, dimana pada kadar air dengan menimbang 1,185 gram
ekstrak biji jarak pagar lalu diletakkan diatas aluminium foil dan diukur
kadar air dengan menggunakan mosture banlance dan pengujian kadar
abu dengan menimbang ekstrak biji jarak pagar sebanyak 2,04 gram
dalam krus porselen yang telah ditara lalu dimasukkan kedalam alat
tanur selama 30 menit hingga terbentuk abu yang berwarna putih, lalu
dimasukkan dalam desikator kemudian ditimbang kadar abunya.
Kemudian dilakukan pengukurang kadar abu yang tidak larut asam
dengan melarutkan abu yang diperoleh dengan asam klorida dan
disaring dan diukur atau ditimbang abu yang tidak larut.
I.5.6

Uji Kadar Sari pada Ekstrak


Melakukan pengujian kadar sari larut air dan etanol pada ekstrak

biji jarak pagar. Dengan cara merendam serbuk sampel biji jarak pagar
sebanyak 5 gram dengan pelarut air dengan kloroform serta etanol
kemudian selama 6 jam labu dikocok dan didiamkan selama 18 jam.
Kemudian disaring ekstrak dan diambil masing-masing ekstrak biji

jarak pagar 20 ml kemudian dioven pada suhu 105oC. Laru dihitung


persen sari larut air dan etanol setelah dikeringkan diudara.
I.5.7

Uji Kualitatif pada Jamu dengan Metode Mikroskopik


Melakukan uji kualitatif pada jamu sari temulawak menggunakan

mikroskop dengan pembanding simplisia temulawak dan direaksikan


menggunakan pereaksi kloroform dan air untuk diamati bentuk fragmen
spesifik penyusun dari sediaan jamu sari temulawak.
I.5.8

Uji Kualitatif Pada Jamu Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Melakukan pengujian kualitatif pada sampel jamu keji beling

yang dimana ingin diketahui kandungan keji beling pada jamu tersebut,
dengan menggunakan pembanding serbuk keji beling asli. Percobaan
ini dilakukan dengan menggunakan metode Metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) yaitu pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip
partisi dan adsorpsi secara selektif dengan menggunakan dua jenis
eluen yaitu campuran n-heksana : etil asetat (8:2), dan kloroform :
etanol (15:6), lalu pengamatan lempeng KLT dibawah sinar UV 254 nm
dan 366 nm.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Deskripsi Tanaman

II.1.1Klasifikasi Tanaman
1. Biduri (Calotropis giganthea L.) (www.plantamor.com)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Asteridae

Ordo

: Gantiandles

Family

: asdepiadaceae

Genus

: Calotropis

Spesies

: Calotropis gigatea L

2. Sirih (Piper betle L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: magnoliidae

Ordo

: Piperales

Family

: Piperaceae

Genus

: Piper

Spesies

: Piper bettle L.

3. Bandotan ( Ageratun conyzoides L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Asteridae

Ordo

: Asterales

Family

: Astereceae

Genus

: Ageratum

Spesies

: Ageratum conyzoider L.

4. Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) (www.palntamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha gossypifolia L.

5. Mayana (Solenostermon seutellarrodes L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Asteridae

Ordo

: Lumiales

Family

: Lumiaceae

Genus

: Solenostermon

Spesies

: Solenostermon seutellarrodes L.

6. Ketapang (Cassia alata L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Fabales

Family

: Fabaceae

Genus

: Cassia

Spesies

: Cassia alata L.

7. Kayu Jawa (Annae coromadelica Houtt) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Subkelas

: Dialypetae

Ordo

: Sapindales

Family

: Anacodiaceae

Genus

: Annae

Spesies

: Annae coromadelica Houtt

8. Lengkuas (Alpina galangal (L.) sw) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Subkelas

: Commelinidae

Ordo

: Zingiberales

Family

: Zingiberaceae

Genus

: Alpina

Spesies

: Alpina galanga (L.) sw

9. Jarak Pagar (Jatropha lurcas L.) (www.plantamor.com00


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euhorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

:Jatropha curcas L.

10. Kelor (Moringa oleifera Lam) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Dilleniidae

Ordo

: Capparale

Family

: Moligaceae

Genus

: Moringa

Spesies

: Moringa oleifera Lam.

11. Jati (Tectona grandis L.F) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Astiridae

Ordo

: lamiales

Family

: lamiaceae

Genus

: Tectona

Spesies

: Tectona grnadis L.F

12. Kayu manis (Cinnamon burmannii) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Magnoliidae

Ordo

: Laurales

Family

: Lauraceae

Genus

: Cinnamonum

Spesies

: Cinnamonum burmanii

13. Salam (Syzigium polyantum wigh walp) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Myrtales

Family

: Myrtaceae

Genus

: Sizigium

Spesies

: Sizigium polyyantum wigh walp

14. Kunir Putih (Kaemptesia Rotunda L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Commelinidae

Ordo

: Zingberales

Family

: Zingberaceae

Genus

: Kaemptesia

Spesies

: Kaemptesia Rotunda L.

15. Sirsak (Annona muricata L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Magnolisdae

Ordo

: Magnoliales

Family

:Annona ceap

Genus

: Annona

Spesies

: Annona muricata L.

16. Sambiloto (Andrographis panicolata Neer)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Asteridae

Ordo

: Strophularlales

Family

: Acantheceae

Genus

: Andrographis

Spesies

: Andrographis Panicolata Neer


(www.plantamor.com)

17. Rosella (Hibiscus subolaritta L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Dilenidae

Ordo

: Malvales

Family

: Malvaceae

Genus

: Hibiscus

Spesies

: Hibiscus subolaritta L.

18. Jahe (Zingiber officinale Rosc) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Subkelas

: Commelinidae

Ordo

: Zingiberales

Family

: Zingiberaceae

Genus

: Zingiber

Spesies

: Zingiber officinale Rosc.

19. Kunyit (Curcuma longa L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Subkelas

: Commenidae

Ordo

: Zingberales

Family

: Zingibraceae

Genus

: Curcuma

Spesies

: Curcuma longa L.

20. Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Magnolidae

Ordo

: Piperales

Family

: Piperaceae

Genus

: Piper

Spesies

: Piper retrofractum Vahl.

21. Pala (Myristica fragrans Houff.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Magnolidae

Ordo

: Magnoliales

Family

: Myristicaceae

Genus

: Myristica

Spesies

: Myristica fragrans Houff

22. Adas (Foeniculum vulgare P.mill)(www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Aprales

Family

: Apiceae

Genus

: Foeniculum

Spesies

: Foeniculum vulgare P.mill

23. Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) (www.palntamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha gossypifolia L

24. Jambu biji (Psidum guajava L.) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Myrtales

Family

: Myrtaceae

Genus

: Psidum

Spesies

: Psidum guajava L.

25. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) (www.plantamor.com)


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta


Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliapsida

Subkelas

: Comonelinidae

Ordo

: Zingberales

Family

: Zingberaceae

Genus

: Curcuma

Spesies

: Curcuma xanthorrhiza Roxb.

26. Keji beling (Strobilanthes crispus Bl) (www.plantamor.com)


Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Scrophulariales
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Strobilanthes
Spesies
: Strobilanthes crispus

27. Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)


Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
(www.plantamor.com)
28. Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd) (www.plantamor.com)

Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Aleurites
: Aleurites moluccana (L.) Willd

26. Jati (Tectona grandis L.f.) (www.plantamor.com)


Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Tectona
Spesies
: Tectona grandis L.f.
29. Asam Jawa (Tamarindus indica L.) (www.Plantamor.com)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Tamarindus
Spesies
: Tamarindus indica L.

30. Benalu (Mociolelum locrimeeii L.) (www.plantamor.com)


Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Magnoliidae
Ordo
: Santalales
Famili
: Loranthaceae
Genus
: Mociolelum
Spesies
: Mociolelum locrimeeii L.
31. Senggani (Malestoma candidum D. Dom) (www.Plantamor.com)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Malestomatoceae
Genus
: Malastoma
Spesies
: Malestoma candidum D. Do

II.1.2 Morfologi Tanaman


1. Biduri

Daun biduri merupakan daun tidak lengkap, bertangkai


pendek, letaknya berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur
(ovatus) atau bulat panjang, ujung (apex) tumpul (obtusus),
pangkal (basis) berbentuk jantung, tepi (margo) rata (integer),
pertulangan (nerfatio) menyirip (penninerfis), panjangnya 8-30
cm, lebar 14-15 cm, berwarna hijau muda.
2. Sirih
Akar daun sirih tunggang, berbentuk bulat memanjang,
dengan tumbuha tunas baru yang banyak, berwarna kecokaltan
hingga kekuningan dan tumbuh dengan menjalar.
Batang bulat memanjang, dengan mencapai ketinggian 5-15
m, dan tumbuh dengan menjalar atau merambat. Selain itu, batang
ini juga bersulur, beruas, berbuku dengan jarak 5-10 cm, dan
memiliki pertunasan yang banyk dibagian batang. Pada
umumnya, batang ini berwarna kecoklatan hingga kehijauan.
Daun berbentuk bulat oval atau telur, pangkal daun
berberbentuk hampir menyerupai jantung, pertulangan menyirip,
permukaan bagian tepi merata, dan juga berbulu pada permukaan
bagian bawah. Daun ini tebal, dengan lebar 2-10 cm, panjang 515 cm yang berwarna kehijauan muda hingga tua.
Bunga daun sirih termasuk majemuk, perbungaannya sirih
ini termasuk bulir yang berdiri dengan sendirinya yang terletak
pada cabang daun yang berhadapan. Bulir ini lengkap yaitu bulir
jantan dan betina, bulir jantan memiliki panjang mencapai 1-3
cm, benang sari pendek. Sedangkan bulir betina panjang 2-6 cm
dan panjang kepala putik mencapai 3-5 cm, pada umumnya bunga
daun sirih ini berwarna merah muda hingga kemerahan tua serta
keputihan.
Buah daun sirih ini berbentuk bulat telur kecil, dengan
bagian ujung yang gundul, berwarna abu abu hingga kehitaman,
dan terdapat bulu banyak. Selain itu, dalam buah memiliki biji
yang ada didalamnya berbentuk bulat, pipih dan berwarna
kehitaman yang mencapai sekitar 10-20 biji perbuahnya.

3. Bandotan
Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim,
tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar
30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika
menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai,
letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian
daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing,
tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan
daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di
permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk
berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari
ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm,
dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan
bentuknya kecil. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya
Bandotan dapat diperbanyak dengan biji. Bandotan berasal dari
Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar
dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di
kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di
pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada
ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (dpl). Jika daunnya
telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau
tidak enak.
4. Jarak merah
Jarak merah (Jatropha gossypifolia) tergolong kedalam
kelompok tanaman berdaun tidak lengkap. Hal ini karena pada
bagian daunnya hanya memiliki petiolus (tangkai daun) dan
lamina (helaian daun), tanpa memiliki vagina (pelepah daun).
Circumscriptio atau bangun daunnya berbentuk orbicularis
(bulat). Dikatakan memiliki bangun daun berbentuk orbicularis
karena pada perbandingan panjang dan lebar, jarak merah yaitu
1 : 1. Memiliki intervenium (daging daun) yaitu tipis lunak
(herbaceus). Pada bagian margo folii, daunnya bergerigi

(serratus).

Pada

bagian

apex

folii,

daunnya

meruncing

(acuminatus). Karena pada titik pertemuan kedua tepi daunnya


jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ujung daun yang berbentuk
runcing (acutus), dan ujung daun nampak sempit memanjang dan
runcing.
Bagian basis foliinya berlekuk (emarginatus), hal ini
ditemukan pada daun-daun bangun jantung, ginjal, dan anak
panah. Permukaan daunnya yaitu gundul (gleber). Susunan
tulang-tulang daun (nervatio) dari jarak merah adalah menjari
(palminervis). Dikatakan menjari, karena dari ujung tangkai daun
keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan
jari-jari seperti tangan.
5. Mayana
Batang herba, tegak atau berbaring pada pangkalnya dan
merayap tinggi berkisar 30-150 cm, dan termasuk kategori
tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Daun tunggal,
helaian daun berbentuk hati, pangkal membulat atau melekuk
menyerupai benuk jantung dan setiap tepiannya dihiasi oleh
lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung tangkai daun
dengan panjang tangkai 3-4 cm yang memiliki warna beraneka
ragam dan ujung meruncing dan tulang daun menyirip berupa
alur. Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada
masing-masing sisinya, berambut, percabangan banyak, berwarna
ungu kemerahan. Permukaan daun agak mengkilap dan berambut
halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm berwarna
ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman. Bunga berbentuk
untaian bunga bersusun, muncul pada pucuk tangkai batang
berwarna putih, merah dan ungu. Tumbuhan iler memiliki aroma
bau yang khas dan rasa yang agak pahit, sifatnya dingin. Buah
keras berbentuk seperti telur dan licin. Jika seluruh bagian
diremas akan mengeluarkan bau yang harum.
6. Ketapang

Tanaman ketapang (Cassia alata L.) merupakan tanaman


perdu, dengan tinggi mencapai 5 meter. Batang tanaman ketepeng
cina berkayu, berbentuk bulat, simpodial, berwarna cokelat kotor.
Daun ketepeng cina merupakan daun majemuk, menyirip genap,
anak daun berjumlah antara 8 hingga 24 pasang. Bentuk daun
bulat panjang dengan ujung tumpul. Tepi daun rata, dan pangkal
daun membulat. Panjang daun antara 3,5-15 cm, dan lebar 2,5-9
cm. Pertulangan daun menyirip, tangkai pendek dan warna daun
hijau.
Bunga

ketepeng

cina merupakan

bunga

majemuk,

berbentuk tandan. Kelopak bunga berbagi lima, benangsari


berjumlah tiga dan berwarna kuning. Daun pelindung pendek,
berwarna jingga. Mahkota bunga berbentuk kupu-kupu, berwarna
kuning.
Buah Ketepeng cina merupakan buah polong, panjang dapat
mencapai 18 cm dan lebar 2,5 cm. Buah ketepeng cina ini pada
saat masih muda berwarna hijau, namun pada saat sudah tua
warnanya menjadi hitam kecoklatan.
Biji Ketepeng cina merupakan segi tiga lancip, dan pipih.
Pada saat masih muda, biji ketapang cina ini berwrna hijau , dan
setelah tua mejadi hitam.
Akar ketepeng cina merupakan akar tunggang, bercabang ,
berbentuk bulat dan berwarna kehitaman
7. Kayu jawa
Tumbuhan liar yang berwarna hijau, permukaan daun
licin, bentuk majemuk menyirip gasal, anak daun berhadapan,
tulang daun menyirip; diameter daun 4,4 - 5,0 cm; panjang
daun 7,3 - 10,5 cm; panjang tangkai daun 0,3 - 0,8 cm, bentuk
daun bulat telur, dan ujung daun runcing.
8. Lengkuas
Tanaman lengkuas memiliki batang semu, dengan
ketinggian mencapai 1-3 meter bahkan lebih. Biasanya tumbuh
dengan merumput dan juga sangat rapat, selain itu batang

tumbuh dengan tegak yang tersusun dari beberapa pelepah


pelepah daun yang membentuk batang semu, berwarna hijau
muda hingga tua. Batang muda ini akan keluar dengan bentuk
tunas baru dari pangkal bawah hingga pangkal atas.
9. Jambu Biji (Psidium guajava)
Pohon jambu biji banyak ditanam sebagai pohon buahbuahan. Pohon jambu biji sering tumbuh liar dan dapat
ditemukan pada ketinggian 1 m sampai 1.200 m dari
permukaan laut. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin,
berwarna coklat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek,
letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas
daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong,
ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rat agak melekuk ke
atas, pertulangan menyirip, panjang 6 sampai 12 cm, lebar 3
cm sampai 6 cm. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak
daun, berkumpul 1 sampai 3 bunga, berwarna putih. Buahnya
buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau
sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak
bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah
jambu. Biji buah banyak mengumpul ditengah, kecil-kecil,
keras, berwarna kuning kecoklatan.
10. Kunyit (Curcuma domestica)
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100
cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk
rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari
pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur
(lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan
pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga
majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu,
panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5

cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun


runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna
jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuningkuningan.
11. Benalu batu
Benalu merupakan perdu yang bercabang banyak.
Ranting denganruas yang membesar. Daun bertangkai pendek,
eliptis sampai bentuk lanset,kadang-kadang bulat telur, gundul
3,5-17 kali 1,5-7 dengan ujung yang agak meruncing, serupa
kulit,

mengkilat.

Karangan

bunga

berbunga

5-7

di

ketiak,kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua.


Tangkai bunga pendek. Tabung kelopak elipsoid, panjang
lingkaran 3 mm, pinggiran mahkota sangat pendek. Mahkota
sebagai tunas dewasa 1-1,5 cm panjangnya separo bagian
bawah melebar, di tengah dengan 6 sayap, di atas menyempit
menjadi buluh sempit, berakhir ke dalam gada tumpul, kuning
atau hijau kekuningan, coklat tua di atassayap, kuning sampai
merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnyamelengkung
jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari
panjangnya 3-5 mm. Kepala putik bentuk gada. Buah bulat
peluru, panjang 6mm, akhirnya coklat violet tua . Tumbuh di
atas berbagai jenis pohon.Benalu merupakan tumbuhan parasit
yang menempel pada pohon sebagai inang.Tumbuh di dataran
menengah sampai pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter
di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juni-September.
12. Salam
Tanaman salam termasuk dalam family Myrtaseae,
dengan

nama

spesiesSyzygium

polyanthum (Wight)

Walp., merupakan pohon bertajuk rimbun, tinggi sampai 25 m.


Daunnya bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong
sampai elips, atau bulat telur sungsang, pangkal lancip

sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5-15 cm, lebar


35-36 mm, terdapat 6-10 urat daun lateral, pangkal daun 5-12
mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau
harum. Bila musim berbunga, pohon akan dipenuhi bunga.
Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukurannya lebih
kurang 1 mm. Mahkota bunga berwarna putih, panjang 2,5-3,5
mm, benang sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang 3 mm,
berwarna kuning lembayung. Buah buni berwarna merah
gelap, berbentuk bulat dengan garis tengah 8-9 mm, pada
bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek.
13. Sirsak
Tanaman sirsak memiliki daun berwarna hijau mudah dan
tua dengan panjang 6-18 cm, lebar 3-7 cm, berbentuk bulat
telur, ujung lancip dan ada juga yang tumpul, daun bagian atas
mengkilap hujai dan gundul kusam di bagian bawah daun.
Daun tanaman sirsak ini memiliki bau yang sangat menyengat
dengan tangkai 3-10 mm.
Tanaman sirsak memiliki bungkai tunggal dan memiliki
berbagai macam putik sehingga di disebut berpistil majemuk.
Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum terdiri 2 lingkaran,
berbentuk segitiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputihan
dan setelah tua akan mekar dan menjadi buah .
Tanaman sirsak memiliki buah berwarna hijau kekuningan
jika mulai matang dan hijau muda ketika masih mudah atau
mentil. Bentuk buah sirsak oval dan juga yang loncong, dengan
strukut kulit berduri kehitaman dan tidak terlalu tajam. Bagian
dalam buah ini lembek, berwarna putih dan memiliki biji
berwarna kehitaman.
Tanaman sirsak memiliki biji kehitaman atau coklat
berbentuk bulat dan lonjong dengan panang 16,8 mmdan lebar
9,6 mm. Memiliki jumlah yang sangat bervariasi mecapi 20-70
butir biji secara normalnya. Jika biji berwarna putih kecoklatan
berarti biji tersebut tidaklah normal.

14. Kumis kucing


a. Pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya.
b. Tingginya mencapai 2 meter.
c. Batang bersegi empat agak
beralur
berbulu
pendek
atau gundul.
d. Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar
telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya.
e. Ukuran daun panjang 1 10cm dan lebarnya 7.5mm
1.5cm.
f. Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul,
dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya
kelenjar yang jumlahnya sangat banyak.
g. Panjang tangkai daun 7 29cm.
h. Kelopak bunga berkelenjar.
i. Urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di
bagian yang paling atas gundul.
j. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni
berupa tandan yang

keluar

ujung cabang dengan panjang 7-29

cm,

dari
dengan

ukuran

panjang 13 27mm. Dibagian atas ditutupi oleh bulu


pendek

berwarna ungu dan

kemudian

menjadi putih.

Panjang tabung 10 18mm, panjang bibir 4.5 10mm.


k. Helai bunga tumpul, bundar.
l. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan
melebihi bibir bunga bagian atas.
m. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 2mm.
2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm
sampai 6 mm.
15. Keji beling
Batang, Beruas, bentuk bulat, berbulu Kasar, percabangan
monopodial, hijau. Daun, Tunggal, berhadapan, lanset atau
lonjong, tepi beringgil, ujung meruncing, pangkal runcing,
panjang 9-18 cm, lebar 3-8 cm, bertangkai pendek, pertulangan
menyirip, hijau. Bunga, Majemuk, bentuk bulir, mahkota
bentuk corong, berambut, ungu, kelopak berambut pendek,

ungu, benang sari empat, putih, kuning. Buah, Bulat, coklat.


Biji, Bulat, kecil, pipih, coklat. Akar, Tunggang, coklat muda
16. Kemiri
Tanaman kemiri merupakan salah satu tanaman pohon
besar yang termasuk dalam keluarga tanaman Euphorbiaceae.
Tanaman kemiri memiliki ukuran pohon besar; tinggi pohon
kemiri dapat tumbuh sampai 40 m dan diameter batangnya
mencapai 1,5 m. Batang tanaman kemiri berwarna abu-abu,
dengan tekstur yang sedikit kasar. Tanaman kemiri ini berdaun
tunggal, berseling, berwarna hijau tua, bertangkai panjang
dengan ukuran 30 cm. Helai daun tanaman kemiri bentuknya
bulat lonjor dengan diameter 30 cm, pangkal daun tanaman
kemiri bentuknya seperti jantung dan terdapat tulang daun pada
pangkalnya, pada bagian pangkalnya bergerigi. Tanaman
kemiri bunganya terdapat pada ketiak ujung daun, panjang 10
20 cm. Bunga tanaman kemiri ini berkelamin tunggal, putih,
bertangkai pendek. Sedangkan pada bunga betina tanaman
kemiri berada pada ujung malai payung tambahan. Bunga
jantan tanaman kemiri mempunyai ukuran yang lebih kecil dan
mekar lebih dahulu dengan jumlah yang banyak. Kelopak
bunga tanaman kemiri bertaju dengan jumlah 2-3. Mahkota
bunga tanaman kemiri berbentuk lanset, bertaju berjumlah 5,
dengan ukuran panjang 67 mm pada bunga jantan, dan 910
mm pada bunga betina. Buah tanaman kemiri berwarna hijau
dan berbentuk lonjong didalamnya terdapat 2 sampai 1 biji. Biji
tanaman kemiri bertempurung keras dan sedikit tebal, dan agak
gepeng, dengan ukuran 3 cm 3 cm mirip seperti batu, dengan
keping biji keputihan di dalamnya. Hibitat tanaman kemiri
berada pada daerah dataran rendah dan tinggi dengan syarat
hidup intensitas curah hujan dan sinar matahari yang cukup.
Tanaman kemiri berkembang biak dengan cara stek dan biji.
17. Jarak pagar

Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukat besar


dengan tinggi tanaman mencapai 5 meter dan bercabang tidak
teratur. Batang berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah.
Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau mudah
sampai hijau tua, permukaa bawah lebih pucat daripada bagian
atasnya. Bunga berwarna kuning kehijauan , berupa bunga
majemuk berbentuk malai.buah berbentuk bunga kendaga,
oval, berupa buah kotak, berdiameter 2-4 cm. berwarna hijau
ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Biji
berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan
ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4-0,6 gram/biji,
18. Biduri
Daun biduri merupakan daun tidak lengkap, bertangkai
pendek, letaknya berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat
telur (ovatus) atau bulat panjang, ujung (apex) tumpul
(obtusus), pangkal (basis) berbentuk jantung, tepi (margo) rata
(integer),

pertulangan

(nerfatio)

menyirip

(penninerfis),

panjangnya 8-30 cm, lebar 14-15 cm, berwarna hijau muda..


19. Kelor
Daun Kelor termasuk kedalam kelompok daun majemuk
menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna karena masih
terdapat satu anak daun yang duduk padaujung ibu tangkai
daunnya.

Daun

Moringa

oleifera

memiliki

deskripsi

circumcriptio (bangun daun) orbicularis (bulat), intervenium


(daging daun) herbaceus (tipis lunak), margo folii (tepi daun)
integer (rata), apex folii (ujung daun) rotundatus (membulat),
basis

folii

(pangkal

daun)

obtusus

(tumpul),

nervatio

(pertulangan daun) penninervis (menyirip) dan permukaan


daunnya glaber atau gundul, dan duduk daun
20. Jati
Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat
mencapai sekitar 3045 m. Dengan pemangkasan, batang
yang bebas cabang dapat mencapai antara 1520 m. Diameter

batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna


kecokelatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal
batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar empat.
Daun berbentuk opposite (bentuk jantung membulat dengan
ujung meruncing), berukuran panjang 2050 cm dan lebar 15
40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda (petiola)
berwarna hijau kecokelatan, sedangkan daun tua berwarna
hijau tua keabu-abuan.
Bunga jati bersifat majemuk yang terbentuk dalam malai
bunga (inflorence) yang tumbuh terminal di ujung atau tepi
cabang. Panjang malai antara 6090 cm dan lebar antara 10
30 cm. Bunga jantan (benang sari) dan betina (putik) berada
dalam satu bunga (monoceus).
Bunga bersifat actinomorfik, berwarna putih, berukuran 4
5 mm (lebar) dan 68 mm (panjang), Kelopak bunga
(calyx) berjumlah 57 dan berukuran 35 mm. Mahkota
bunga (corolla) tersusun melingkar berukuran sekitar 10 mm.
Tangkai putik (stamen) berjumlah 56 buah dengan filamen
berukuran 3 mm, antera memanjang berukuran 15 mm,
ovarium membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang
terbuahi akan menghasilkan buah berukuran 11,5 cm.
21. Temulawak
Batang temu lawak termasuk tanaman tahunan yang
tumbuh merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan
habitusnya dapat mencapai ketinggian 2 2,5 meter. Tiap
rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan
tiap tanaman memiliki 2 9 helai daun.
Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak
lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam.
Panjang daun sekitar 50 55 cm, lebarnya + 18 cm, dan tiap
helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling
menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang
berwana hijau tua dengan garis garis coklat. Habitus tanaman

dapat mencapai lebar 30 90 cm, dengan jumlah anakan


perumpun antara 3 9 anak.
Bunga tanaman temu lawak dapat berbunga terus-menerus
sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya
(tipe erantha), atau dari samping batang semunya setelah
tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan
kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna
ungu. Panjang tangkai bunga + 3 cm dan rangkaian bunga
(inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 34 bunga.
Rimpang induk temu lawak bentuknya bulat seperti telur,
dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada
bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman
memiliki rimpang cabang antara 3 4 buah. Warna rimpang
cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk.
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah
kuning-kotor. Atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang
adalah kuning atau oranye tua, dengan cita rasanya amat pahit,
atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya
sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman + 16
cm. Tiap rumpun tanaman temu lawak umumnya memiliki
enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda.
Sistem perakaran tanaman temu lawak termasuk akar
serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk.
Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.

II.1.3 Kandungan Kimia Tanaman


1. Kunyit (Curcuma domestica)
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah
diketahui yaitu miny`k atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari
golongansenyawa

monoterpendan

sesquiterpen

(meliputi

zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang


disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 5060%,monodesmetoksikurkumin

dan

bidesmetoksikurkumin),

protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa


kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar.
2. Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji sangat kaya vitamin C, lebih tinggi dari buah
jeruk, dan jauh lebih tinggi daripada kiwi yang disebut-sebut
sebagai rajanya vitamin C. Di samping serat, terutama pektin
yang merupakan serat larut, jambu biji juga mengandung mineral
seperti mangan dan magnesium, serta asam amino esensial seperti
tryptophan. Juga fitokimia berkhasiat seperti asam elagat, asam
linoleat, dan asam korbigen.
3. Benalu batu

Mengandung flavonoid, seperti chalcones, flavanones, cglycoflavonols dan flavan-3-ols. proline, hydroproline, myoinositol, dan chiroinosotils. Sementara benalu famili Loranthaceae
diyakini banyak mengandung tanin.
4. Salam
Mengandung serat, minyak asiri, sitral, tannin, flavonoid, metal
kavikol, lemak jenuh, pufa, dan mufa. Daun ini juga mengandung
vitamin A, B, C, dan D, serta kalsium, zat besi, kalium, dan
magnesium.
5. Rosella
a. Kalori
b. H2O
c. Protein
d. Fats
e. Karbohidrat
f. Fiber
g. Kalsium
h. Phospor
i. Besi
j. B-karotene
k. Asam askorbat
6. Kunir putih
Mengandung kurkuminoid yang secara detil teridiri dari
kurkumin, bosdesmetoksikurkumin, desmetoksikurkumin, keton
sesquiterpen, tumeron, tumein, sabinen, felander, dan borneol.
Selain itu, kunyit putih juga mengandung lemak,
karbohidrat, protein, vitamin C, mineral, minyak atsiri, pati,
serat alami, zat besi, kalsium dan juga fosfor.
7. Sirsak
Daun sirsak mengandung tanin, alkaloid, dan sejumlah
kandungan kimia lainnya seperti acetogenins, annocatacin,
annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine,
anonol, gentisic acid caclourine, linoleic acid, gigantetronin
dan muricapentocin.
8. Kumis kucing
Kandungan senyawa kimia pada bagian daun bisa
dibilang cukup kompleks. Beberapa senyawa penting yang

berkhasiat

sebagai

obat

tradisional

berbagai

penyakit

diantaranya adalah orthosiphonin glikosida, minyak atsiri,


saponin, garam kalium, zat samak, minyak lemak, sapofonin,
mioinositol, dan sinensetin.
9. Keji beling
a. Kalium
b. Natrium
c. Asam silikat
d. Kalsium
e. Alkaloida
f. Saponin
g. Flavonoid
i. Polifenol
10. Kayu jawa
Golongan senyawa glikosida, flavonoid, tanin dan steroidtriterpenoid
11. Kemiri
Tanaman

kemiri

mengandung

senyawa

polifenol,

flavonoid, dan saponi. Pada bagian biji kemiri banyak


mengandung minyak.
12. Ketepeng cina
Daun Cassia alata mengandung alkaloida, saponin,
flavonoida, tannin dan antrakinon. Daun Cassia alata berkhasiat
sebagai obat kudis dan obat Malaria.
13. Jarak pagar
a. Daun jarak pagar memiliki kandungan senyawa sitosterol,
terakserol, kaemfesterol dan sitosterol.
b. Getah jarak pagar mengandung saponin, flavonoid dan jatropine
memiliki aktivitas antifungsi.
c. Kulit batang banyak mengandung senyawa resin, saponin dan
tannin.
14. Jarak merah
Akar mengandung

saponin,

sapogenin,

kalotropin,

kalotoksin,uskarin, kalaktin, gigantin,dan harsa.


Daun mengandung saponin, flavonoida, polifenol, tannin,
dan kalsium oksalat. Batang mengandung tannin, saponin, dan
kalsium oksalat. Getah mengandung racun jantung yang
menyerupai digitalis.
15. Biduri

Saponin
Flavonoida
Polifenol
Tannin
Kalsium oksalat
16. Bandotan
Bandotan mengandung asam amino, organacid, pectic
substance, minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium chlorida.
Akar bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid, dan kumarin
17. Sirih
Beberapa kandungan itu diantaranya adalah : fenil
propana, minyak atsiri, hidroksikavicol, estragol, kavicol,
kavibetol, allylpyrokatekol, caryophyllene, cyneole, cadinene,
diastase, tanin, pati, seskuiterpena, terpennena dan gula.
18. Jambu Biji
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu bijji
mengandung tannin, sedang pada batangnya tidak banyak
mengandung tannin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain
kecuali tannin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan
vitamin. Kandungan buah jambu biji ( dalam 100 gr), yaitu
kalori 49 kali;Vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0,02 mg; Vitamin C
87 mg; Kalsium 14 mg; Hidrat Arang 12,2 gr; Fosfor 28 mg;
Besi 1,1 mg; Protein 0,9 mg; Lemak 0,3 gr; dan Air 86 gr.
19. Kelor
Kelor mempunyai kandungan kimia yaitu senyawa alkalid
moringin, moringinan, dan pterigospermin. Pada biji kelor
mengandung linoleat, olleat, lignoserat, dan asam palmitat
20. Jati
21. Mayana
Mengandungan senyawa kimia sebagai berikut: daun dan
batang mengandung minyak atsiri, fenol, tannin, lemak,
phytosterol, kalsium oksalat, dan peptik substances. Komposisi

kandungan kimia yang bermanfaat antara lain juga alkaloid, etil


salisilat, metal eugenol, timol karvakrol, mineral
22. Temulawak
Kurkumin,
kurkuminoid,
P-toluilmetilkarbinol,
seskuiterpen d-kamper, mineral, minyak atsiri serta minyak
lemak, karbohidrat, protein, mineral seperti Kalium (K),
Natrium (Na), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), dan
Kadmium (Cd).
II.1.4 Khasiat Tanaman
1. Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit mengandung vitamin C, karbohidrat, protein dan
beberapa mineral seperti fosfor, zat besi dan kalsium yang
bermanfaat untuk kesehatan. Kandungan vitamin C dalam kunyit
juga bermanfaat untuk mencerahkan kulit secara alami. Selain itu,
kunyit

juga

dapat

memperlancar

aliran

darah

sehingga

metabolisme dalam tubuh menjadi lancar. Jika metabolism tubuh


lancar, sel tua akan tergantikan dengan sel baru sehingga kulit
anda akan terlihat lebih cerah. Metabolism tubuh yang lancar juga
membantu pembakaran kalori lebih cepat sehinggamampu
menurunkan berat badan dan menajaga tubuh yang ideal.
2. Jambu Biji (Psidium guajava)
Jambu biji dapat meningkatkan kesehatan jantung dengan
mengendalikan tekanan darah dan kolesterol. Kemampuan
jambu biji untuk menurunkan tekanan darah disebabkan adanya
kandungan kalium. Kalium merupakan elektrolit yang penting
untuk reaksi listrik dalam tubuh termasuk pada jantung. Menurut
kalangan praktisi kesehatan, hanya dengan mengonsumsi jambu
biji sebanyak 0,5-1 kg per hari selama 4 minggu, resiko penyakit
jantung bisa berkurang sampai 16%. Jambu biji juga
mengandung

Likopen

yang

menurut

beberapa

studi

epidemologis, bisa melindungi tubuh dari efek mematikan

sejumlah

kanker

seperti kanker

rongga

mulut,kanker

tenggorokan, kanker usus besar dan dubur, dan lainnya. Manfaat


lainnya dari jambu biji ialah memperkuat daya tahan tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit, meningkatkan kesehatan
gigi dan gusi serta membantu dalam penyembuhan luka.
3. Benalu batu
Dapatdigunakan untuk mengobati berbagai penyakit dalam
lainnya, diantaranya :Asma, Batuk Kering, Paru-paru kotor,
sakit pinggang, Ginjal, Maag, Usus terlipat, gejala lumpuh,
susah buang air besar, membersihkan akar Tumor, Haid yang
tidak teratur, perut keras bagian dalam, Kencing Manis,
Jantung, Reumatik, Kencing Batu, Muntah Darah (TBC),
kepala selalu pusing, Malaria, Cacingan, Gula, Gondok, Exim,
Kanker Payudara, Asam Urat, membersihkan nikotin rokok
dalam paru-paru.
4. Salam
Dapat menurunkan dan menyembuhkan kolesterol, mencegah
Diabetes Mellitus, obat sakit mata, meredakan maag akut,
antihhipertensi dan gangguan pencernaan.
5. Sambiloto
Sebagai antiinflamasi, anti diabetes, mengobati diare,
membantu pengobatan HIV, anti malaria, mencegah penyakit
jantung, meningkatkan sistem imun, anti kanker, dan lain
sebagainya.
6. Rosella
a. Menurunkan asam urat (gout)
b. Meredakan peradangan sendi (arthritis)
c. Bersifat stomakik ( merangsang selera makan )
d. Kandungan glycosides-nya sebagai penawar luka
e. Meningkatkan sistem syaraf dan dapat meningkatkan daya
ingat makanan untuk otak
f. Dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi
(hypertensi)
g. Melancarkan buang air kecil (diuretic)
h. Sebagai anti inflammantory yang kuat

i. Mempunyai unsur antipyretic yang menurunkan panas


dalam
j. Mempercepat pemecahan darah beku di otak
k. Kandungan asiaticoside (triterpene glycoside)didalam
pegaga dalam merangsang pembentukan lipid dan protein
yang amat berguna untuk kesehatan kulit.Asiaticosides
diklarifikasikan juga sebagai antibiotic
l. Dan lan lain
7. Kunir putih
Memiliki khasiat antara lain memperkuat otot kewanitaan,
mengobati rasa gatal pada organ genital wanita terutama yang
disebabkan oleh bakteri, memperkuat vitalitas laki-laki, sebagai
penurun panas dan demam, mengurangi kadar lemak di perut,
memperbaiki saluran pernafasan yang radang atau bronchitis,
menghalau asma, menaggulangi masuk angin dan juga
kembung serta masih banyak lagi lainnya.
8. Sirsak
a. Menghambat mutasi gen, pertumbuhan bakteri,
perkembangan virus, perkembangan parasit, dan
pertumbuhan tumor.
b. Menurunkan kadar gula, demam, dan tekanan darah tinggi.
c. Membantu menguatkan syaraf, meningkatkan produksi asi
pada ibu hamil, melebarkan pembuluh darah, menyehatkan
jantung, meredakan nyeri, mengurangi stess, serta
merileksasi otot.
d. Menguatkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan.
e. Dapat menekan peradangan.
f. Membunuh cacing parasit dan sebagai anti kejang
9. Kumis kucing
Mengobati penyakit batu ginjal, mengatasi gangguan susah
kencing, mengatasi gangguan radang ginjal, mengobati
penyakit infeksi ginjal, mengobati sakit pinggang, mengobati
infeksi pada saluran kencing, mengobati penyakit kencing batu,
mengobati penyakit batu empedu, mengobati penyakit encok
dan asam urat, menghilangkan panas dan demam karena masuk

angin, mengobati bengkak pada kandung kemih, dan


mengobati penyakit keputihan.
10. Keji beling
Dapat mengobati penyakit ginjal, wasir, sembelit, tumor,
diabetes mellitus, penyakit hati, kolesterol tinggi, maag,
disentri, mengatasi gatal.
11. Kayu jawa
Digunakan sebagai

obat

antilambung,antiinflamasi,

penyembuh luka, rematik, antikanker, antidiabetes, antidiare,


(Kaur, dkk., 2012).Selain digunakan sebagai obat-obatan, daun
kedongdong pagar juga digunakan dalam masakan sebagai
penghilang rasa pahit dari daun pepaya dan buah pare dengan
cara merebus daun kedongdong pagar bersamaan dengan daun
pepaya atau buah pare
12. Kemiri
Mengobati buang air besar yang berdarah, diare, disentri,
sakit perut, sembelit, demam, sariawan dan juga sakit gigi.
13. Ketepeng cina
Dapat mengobati sembelit, sariawan, cacingan, eksim
14. Jarak pagar
Penyembuh Luka (curcain), Pengobatan (infeksi jamur,
sengatan serangga, masalah pencernaan)
15. Jarak merah
Dapat mengatasi susah buang air besar, menurunkan panas
pada bayi, mengobati kurap, mengobati rematik.
16. Biduri
Kulit akar biduri berkhasiat kolagoga, peluruh keringat
(diaforetik), perangsang muntah (emetic), memacu kerja enzim
pencernaan (alterative), dan peluruh kencing(diuretic). Kulit
kayu biduri berkhasiat emetic, bunga berkhasiat tonik, dan
menambah nafsu makan (stomakik).
Daun berkhasiat rubifasien dan menghilangkan gatal.
Getahnya beracun dan dapat menyebabkan muntah. Namun,
berkhasiat sebagai obat pencaha
17. Bandotan
Bandotan berkhasiat stimulan, tonik, pereda demam
(antipiretik),

antitoksik,

menghilangkan

pembengkakan,

menghentikan

perdarahan

(hemostatis),

peluruh

haid

(emenagog), peluruh kencing (diuretik), dan pelumuh kentut


(kaiminatit). Daun bandotan dapat digunakan pula sebagai
insektisida nabati.
18. Sirih
a.
b.
c.
d.
e.

Bisa mengobati penyakit Asma


Dapat Mengobati radang tenggorokan
Bisa membantu menghilangkan bau ketiak
Dapat mengobati eksim, atau penyakit kulit lainnya.
Air rebusan sirih juga dapat digunakan untuk

f.

membersihkan mata
Meminum air rebusan sirih juga bisa membantu

g.
h.
i.

memperlancar haid yang tidak teratur


Sirih hijau bisa dijadikan obat mimisan
Mengobati gigi dan gusi yang bengkak
Sirih Hijau juga dipercaya mampu untuk mengobati

keputihan.
j.
Sariawan
k.
Sirih hijau juga dipercaya dapat untuk mengobati
penyakit demam berdarah.
l.
Dapat mengobati luka bakar
m.
Daun sirih hijau juga bisa menghilangkan gatalgatal di kulit.
19. Jambu Biji
Dapat mencegah
menjaga

fungsi

otak

kanker,
dan

memperlancar
saraf,

pencernaan,

menangkal

radikal

bebas.menurunkan kadar kolesterol, menyembuhkan demam


berdarah, obat ssariawan.
20. Kelor
Dapat menyembuhkan reumatik, encok, pegal linu, rabun
ayam, sakit mata, sukar buang air kecil, alergi, cacingan dan
luka bernanah.
21. Jati
Mengatasi kolesterol, tekanan darah tinggi, anemia, dan
diabetes

22. Miyana
Menyembuhkan hepatitis dan menurunkan demam, batuk
dan influenza. Selain itu daun tumbuhan iler ini juga berkhasiat
untuk penetralisir racun (antitoksik), menghambat pertumbuhan
bakteri (antiseptik), mempercepat pematangan bisul, pembunuh
cacing

(vermisida),

wasir,

peluruh

haid

(emenagog),

membuyarkan gumpalan darah, gangguan pencernaan makanan


(despepsi), radang paru, gigitan ular berbisa dan serangga
23. Temulawak
Dapat memelihara fungsi hati, mengurangi radang sendi,
melawan penyakit kanker, menurunkan lemak darah, mengatasi
masalah pencernaan, memperlancar asi.

II.2. Uraian Bahan


II.2.1. Metode Penyarian Secara Dingin
1. Etanol (FI IV, 96)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun

: AETHANOLUM
: Alkohol / etanol
: C2H5OH / 46,07
:

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar dengan

Kelarutan

memberikan nyala biru tidak berasap


: Sangat mudah larut dalam air, dalam

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

kloroform p dan dalam eter P


: Zat tambahan
: Cairan penyari
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, tempat sejuk, jauh dari nyala
api

II.2.2. Metode Penyarian Secara Panas


1. Aseton (FI III: 655)
Nama resmi

: ACETUM

Nama lain

: Aseton

RM/BM

: (CH5)2CO /58,00

Rumus bangun

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, mudah


menguap, bau khas, mudah terbakar.

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air, etanol 95%,


eter, kloroform membentuk larutan jernih.

Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

1. Aquadest (FI III, 96)


Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
:H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
::: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik

II.2.3. Uji Kadar Air Dan Abu Pada Ekstrak


1. Asam Klorida (FI III, 53)
Nama resmi
: ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain
: Asam klorida
RM/BM
: HCl / 36,46
Rumus bangun
: H-CL
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
2. Aquadest (FI III, 96)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun

bagian air, asap dan bau hilang


:: zat tambahan
: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup rapat
: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
: H-O-H

Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa
::: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik

II.2.4. Uji Kadar Sari Pada Ekstrak


1. Aquadest (FI III, 96)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

2. Etanol (FI IV, 96)

: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
: H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
::: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik

Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun

: AETHANOLUM
: Alkohol / etanol
: C6H6O / 46,07
:

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar dengan

Kelarutan

memberikan nyala biru tidak berasap


: Sangat mudah larut dalam air, dalam

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

kloroform p dan dalam eter P


: Zat tambahan
: Cairan penyari
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, tempat sejuk, jauh dari nyala
api

3. Kloroform (FI III, 152)


Nama resmi
: CHLOROFORMUM
Nama lain
: Kloroform
RM/BM
: CHCl3 / 119,38
Rumus bangun
:

Pemerian

: Cairan mudah menguap, tidak berwarna,


bau khas, rasa manis dan membakar

Kelarutan

: Larut dalam lebih kurang 200 bagian air,


mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam
eter P, dalam sebagian besar pelarut
organic, dalam minyak atsiri, dan dalam

Khasiat

minyak tanah
: Anastetikum umum, pengawet, zat

Kegunaan
Penyimpanan

tambahan
: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik, tersumbat
kaca, terlindung dari cahaya

II.2.5. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik


-

II.2.6. Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Rekasi Kimia
1. Aquadest (FI III, 96)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
: H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
::: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik

2. Asam klorida (FI III, 53)


Nama resmi
: ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Pemerian

: Asam klorida
: HCL / 36,46
: H-CL
: Tidak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap

Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

dan bau hilang


: Sangat mudah larut dalam air
: Zat tambahan
: Sebagai pereaksi
: Dlam wadah tertutup baik

3. Besi (III) Klorida (FI III, 659)


Nama resmi
: FERROSI CHLORIDUM
Nama lain
: Besi (III) klorida
RM/BM
: FeCl3 / 162,2
Rumus bangun
:

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur, hitam


kehijauan, bebas warna jingga dari garam
nitrat yang telah terpengaruh oleh

Kelarutan

kelembapan
: Larut dalam air, larutan beropalesensi

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

berwarna jingga
: Zat tambahan
: Sebagai pereaksi
: Dalam wadah tertutup rapat

4. Etanol (FI IV, 96)


Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun

Pemerian

: AETHANOLUM
: Alkohol / etanol
: C6H6O / 46,07
:

: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah


menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar dengan

Kelarutan

memberikan nyala biru tidak berasap


: Sangat mudah larut dalam air, dalam

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan

kloroform p dan dalam eter P


: Zat tambahan
: Cairan penyari
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, tempat sejuk, jauh dari nyala
api

II.2.7. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik


1. Aquadest (FI III, 96)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Pemerian

: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
: H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa


Kelarutan
:Khasiat
:Kegunaan
: Sebagai pelarut
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
5. Kloroform (FI III, 152)
Nama resmi
: CHLOROFORMUM
Nama lain
: Kloroform
RM/BM
: CHCl3 / 119,38
Rumus bangun
:

Pemerian

: Cairan mudah menguap, tidak berwarna,

Kelarutan

bau khas, rasa manis dan membakar


: Larut dalam lebih kurang 200 bagian air,
mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam
eter P, dalam sebagian besar pelarut
organic, dalam minyak atsiri, dan dalam

Khasiat

minyak tanah
: Anastetikum umum, pengawet, zat

Kegunaan
Penyimpanan

tambahan
: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik, tersumbat
kaca, terlindung dari cahaya

II.2.8. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1.Heksana (FI IV : 1159)
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus Struktur

: HEKSANA
: Heksana
: C6H12/ 86,18
:

Pemerian

: Cairan jernih, mudah menguap, berbau


seperti eter lemah atau bau seperti

petroleum
: Praktis tidak larut dalam air, larut dlam

Kelarutan

etanol mutlak, dapat campur dengan eter,


dengan kloroform, dengan benzene dan
dengan sebagian besar minyak lemak dan
minyak atsiri
: Zat tambahan
: Sebagai eluen
: Dalam wadah tertutup baik

Khasiat
Keguanaan
Penyimpanan

2. Etil asetat (FI III : 613)


Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus Struktur

: ETIL ASETAT
: Etil Asetat
: CH3COOC2H5/ 88,11
:

Pemerian
Kelarutan

: Cairan tidak berwarna, bau khas.


: Larut dalam 15 bagian air,

dapat

bercampur dengan etanol (95%) P dan


Khasiat
Keguanaan
Penyimpanan

dengan eter P
: Murni pereaksi
: Sebagai eluen
: Dalam wadah tertutup rapat

3. Metanol (FI III : 706)

Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus Struktur

: METHANOUM
: Metanol
: CH3OH/ 32
:

Pemerian
Kelarutan

: Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas


: Dapat bercampur dengan air, membentuk

Khasiat
Keguanaan
Penyimpanan

cairan jernih tidak berwarna


: Korigen / Anti iritan
: Sebagai eluen
: Dalam wadah tertutup baik

4. Kloroform (FI III : 152)


Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus Struktur

: CHLOROFORMUM
: Kloroform
: CHCl3 / 119,38
:

Pemerian

: Cairan, mudah menguap, tidak berwarna,

Kelarutan

bau khas, rasa manis dan membakar


: Larut dalam lebih kurang 300 bagian air,
mudah larut dalam etanol mutlak P,
pelarut organik, dalam minyak atsiri dan

Khasiat
Keguanaan
Penyimpanan

dalam minyak lemak


: Anastetikum umum
: Sebagai eluen
: Dalam wadah tertutup baik, bersumbat
kaca, terlindung dari cahaya

6. Pereaksi Dragondorff (Budi Admaka, 659)


Pereaksi Dragondorff dibuat dari :

1,5 gram bismuth substrat

20 ml air panas

7 gram kalium iodide


20 tetes asam klorida encer

II.3. Teori
II.3.1Metode Penyarian Secara Dingin
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia
dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid,
flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Dalimartha, S. 2001).
Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan
termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman,
hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung
senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Adrian,
2000).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalahSecara
dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan
soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun
menyari simplisia (Tobo, 2001).

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan


dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Munawaroh, S.
2009).
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini
adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat
(mark) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi
sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Damayanti, A.
2012).
II.3.2 Metode Penyarian Secara Panas
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif didalam sel dengan
yang diluar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak keluar
(Said,2007).
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara panas dan
secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensor menjadi molekul-molekul
air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dan selanjutnya
masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon
(Sudjadi,1986).
Prinsip soxhletasi dengan serbuk kering yang akan diekstrak
berada dalam kantong sampel yang diletakkan pada alat ekstraksi

(tabung soxhlet). Tabung soxhlet yang berisi kantong sampel


diletakkan diantara labu destilasi dan pendingin yang sebelah bawah
dipasang pemanas, pelarut beserta zat yang tersari didalamnya akan
turun kelabu didih melalui pipa kapiler (Sadjaja, 2002).
Prinsip Refluks yaitu Penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat
bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekulmolekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas
bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak
3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan (Permadi, A., 2008).
II.3.3 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
Kandungan bahan organik dari hasil metabolisme sekunder yang
terdapat pada tanaman sebagai bahan baku obat tradisional merupakan
identitas kimiawi dan ciri spesifik tanaman yang berhubungan dengan
efek farmakologis yang ditimbulkannnya, karena metabolit sekunder
yang dihasilkan tanaman memiliki karakteristik untuk tiap genara,
spesies dan strain/varietas tertentu (Anonim, 2007).
Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah
dikonsumsi

berabad-abad

oleh

masyarakat

Indonesia

untuk

memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Selama ini jamu


dikembangkan berdasarkan efeknya secara empiris dan berdasarkan
pengalaman masyarakat yang diturunkan secara turun temurun
(Sutrisno, 1986).
Obat tradisional adalah bahan/ramuan yang berupa tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sari (galenik) atau campuran dari bahan

tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan


berdasarkan pengalaman (Wahyono, 2008).
Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan
kesehatan, yang dimaksud dengan Obat bahan Alam Indonesia adalah
Obat bahan Alam yang diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara
pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, Obat bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : jamu,
Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka.( Makhmud,2007).
Banyak alasan terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal.
Alasan tersebut berkisar dari daya tarik produk dari alam dan
persepsi bahwa produk tersebut aman (atau paling tidak lebih aman
daripada obat konvensional, yang sering diremehkan sebagai
obat(Heinrich,M.,2009).

II.3.4 Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah
dikonsumsi

berabad-abad

oleh

masyarakat

Indonesia

untuk

memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Selama ini jamu


dikembangkan berdasarkan efeknya secara empiris dan berdasarkan
pengalaman masyarakat yang diturunkan secara turun temurun
(Sutrisno,1986).
Obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan,hewan, mineral, sediaan sari (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut, yang secaraturun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Wahyono,2008).
Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan
kesehatan, yang dimaksud dengan Obat bahan Alam Indonesia adalah
Obat bahan Alam yang diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara
pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian

khasiat, Obat bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : jamu,


Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka( Makhmud, 2007).
Banyak alasan terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal.
Alasan tersebut berkisar dari daya tarik produk dari alam dan
persepsi bahwa produk tersebut aman (atau paling tidak lebih aman
daripada obat konvensional, yang sering diremehkan sebagai
obat(Heinrich,M., 2009).
Analisis suatu obat tradisional/jamu harus menyertakan uji
subyektif, meskipun uji ini memerlukan praktek dan pengalaman yang
luas. Hal ini perlu dilakukan untuk membandingkan kesan
subyektifdengan sifat khas yang disimpan dan diklasifikasikan
sebelumnya. Penentuan identifikasi berbagai sifat yang demikian
merupakan suatu langkah yang penting pada identifikasi (Asni A.,
2007).

II.3.5 Uji Kadar Air dan Abu Pada Ekstrak


Air adalah zat makanan yang paling sederhana, namun adalah
yang paling sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Penentuan
kadar air dilakukan dengan pemanasan 105C secara terus menerus
sampai sampel bahan beratnya tidak berubah lagi (konstan). Namun,
untuk produk-produk biologik, bila dipanaskan dengan temperatur
melebihi 70C, akan kehilangan zat-zat volatil (zat-zat yang mudah
menguap). Sehingga, untuk penentuan kadar yang tepat, pemanasan
dengan temperatur yang lebih rendah dan dengan menggunakan
desilator yang dapat divakumkan(Hartadi,2005).
Cara mendapatkan kadar air atau persen air yakni sampel bahan
pakan ditimbang, diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan
dalam oven 105-110 oC. Pemanasan berjalan hingga sampel tetap

bobot atau beratnya. Setelah pemanasan tersebut, sampel makanan


disebut sampel bahan kering dan pengurangannya dengan sampel
bahan pakan tadi disebut persen air atau kadar air (Tilman,1991).
Berdasarkan sumbernya air dapat diperoleh ternak melalui
pakan yang dikonsumsinya dan dalam bentuk air minum. Jumlah air
yang dibutuhkan ternak tergantung pada jenis ternak, temperatur
lingkungan, jumlah konsumsi pakan, jenis dan macam pakan,
kelembapan udara, dan tingkat produksi ternak (Kartadisastra,H.R.,
1997).
Pengukuran kadar abu dilakukan dengan menggunakan bahan
yang akan diukur, dan alat berupa cawan porselin, desikator, tanur,
oven dan tang penjepit dengan proses yang hampir sama dengan
pengukuran kadar air yaitu ditanur, didinginkan dalam desikator,
ditimbang, masukkan kedalam cawan porselin tanur kembali dan
terakhir ditimbang (Raharjo, 2002).
Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan yang
dibakar pada suhu 550-600C selama beberapa waktu sehingga
senyawa organiknya akan keluar. Abu terdiri dari campuran berbagai
oksida mineral sesuai dengan macam mineral dalam bahan pakan serta
mineral tersebut dapat berasal dari senyawa organik misal: fosfor
oksida, yang berasal dari protein (Akoso, B.T., 1996).
II.3.6 Uji Kadar Sari Pada Ekstrak
Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam
suatusample

ke

suatu

pelarut

dengan

cara

mengocok

atau

melarutkannya.Ektraksi pelarut bisa disebut ekstraksi cair-cair yaitu


proses pemindahan solute dari pelarut satu kepelarut lainnya dan tidak
bercampur dengan cara pengocokan berulang. Prinsip dasar dari
ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut
yang tidak saling bercampur (Anonim , 1977)

Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat


aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan
termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman,
hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawasenyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Adrian, 2000).
Uji kadar sari dari suatu ekstrak bahan obat alam dimaksudkan
agar dapat memberikan gambaran awal sejumlah kandungan, dengan
cara melarutkan ekstrak sediaan dalam pelarut organik tertentu (etanol
atau air). Berbagai senyawa penyarian dari bahan obat alam seperti
penyarian dengan pelarut air atau alkohol digunakan untuk
menentukan presentase tersarinya dengan pelarut tersebut. Penetapan
kadar sari yang larut dalam etanol lebih sering digunakan untuk
mengetahui apakah bahan baku obat tradisional tersebut dapat larut
dalam pelarut organik. Penetapan kadar sari larut dalam air digunakan
untuk menentukan kemampuan dari bahan obat tersebut apakah tersari
dalam pelarut air (Anonim, 2007).
Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut
organik, umumnya digunakan pelarut organik denganmolekul relatif
kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut
terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Metode maserasi ini sangat
menguntungkan karena pengaruh suhu dapatdihindari, suhu yang
tinggi kemungkinan akan mengakibatkanterdegradasinya senyawasenyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarutyang digunakan untuk
maserasi

akan

memberikan

efektivitas

yang

tinggidengan

memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut


akibatkontak langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel
(Anonim,2000).
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan
waktu yanglama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan
dengan baiksenyawa yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik

didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap (Manjang,


2004).
II.3.7 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah
dikonsumsi

berabad-abad

oleh

masyarakat

Indonesia

untuk

memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Selama ini jamu


dikembangkan berdasarkan efeknya secara empiris dan berdasarkan
pengalaman masyarakat yang diturunkan secara turun temurun
(Sutrisno,1986).
Kandungan bahan organik dari hasil metabolisme sekunder yang
terdapat pada tanaman sebagai bahan baku obat tradisional merupakan
identitas kimiawi dan ciri spesifik tanaman yang berhubungan dengan
efek farmakologis yang ditimbulkannnya, karena metabolit sekunder
yang dihasilkan tanaman memiliki karakteristik untuk tiap genara,
spesies dan strain/varietas tertentu (Anonim, 2007).
Obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan,hewan, mineral, sediaan sari (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut, yang secaraturun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Wahyono,2008).
Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan
kesehatan, yang dimaksud dengan Obat bahan Alam Indonesia adalah
Obat bahan Alam yang diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara
pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian
khasiat, Obat bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi jamu,
Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka ( Makhmud,2007).
Banyak alasan terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal.
Alasan tersebut berkisar dari daya tarik produk dari alam dan
persepsi bahwa produk tersebut aman (atau paling tidak lebih aman
daripada obat konvensional, yang sering diremehkan sebagai
obat(Heinrich,M.,2009).

II.3.8 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk
pemisahan tertentu. Pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan
nama kromatografi diambilkan dari senyawa yang berwarna.
Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa- senyawa yang
berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan pemisahan
secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa senyawa
yang tak berwarna (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana
analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam
dan gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul
kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat
atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau
cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal
sebagai kromatografi gas.

Dalam kromatografi cair dan juga

kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu


cair(Rohman, 2009).
Kromatografi
berdasarkan

melibatkan

perbedaan-perbedaan

pemisahan
tertentu

terhadap
yang

campuran

dimiliki

oleh

senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan meliputi kelarutan


dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri
dari fase diam (fase stationer) dan fase gerak (fase mobil).Fase gerak
membawa komponen suatu campuran melalui fase diam, dan fase
diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan afinitas yang
berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan bergantung pada
perbedaan jenis fase, namun semua jenis kromatografi tersebut
berdasar pada asas yang sama (Stahl, 1985).
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa
secara cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus
yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis,

dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan


dapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya,
tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat
penyerap dan jenis pelarut (anonim,1979).
Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah
dikonsumsi

berabad-abad

oleh

masyarakat

Indonesia

untuk

memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Selama ini jamu


dikembangkan berdasarkan efeknya secara empiris dan berdasarkan
pengalaman masyarakat yang diturunkan secara turun temurun
(Sutrisno,1986).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Waktu Dan Tempat Praktikum
III.1.1 Metode Penyarian Secara Dingin
1. Waktu
Kamis, 24 Maret 2016
2. Tempat

Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia, Jurusan


Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam,
Universitas Tadulako.
III.1.2 Metode Penyarian Secara Panas
1. Waktu
Kamis, 24 Maret 2016
2. Tempat
Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia, Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam,
Universitas Tadulako.
III.1.3 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
1. Waktu
Kamis, 31 Maret 2016
2. Tempat
Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia, Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam,
Universitas Tadulako.
III.1.4 Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
1. Waktu
Kamis, 14 April 2016
2. Tempat
Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia, Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam,
Universitas Tadulako.
III.1.5 Uji Kadar Air Dan Kadar Abu Pada Ekstrak
1. Waktu
Kamis, 21 April2016
2. Tempat
a. Kadar Air
Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia, Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan
Alam, Universitas Tadulako.
b. Kadar Abu

Laboratoriom Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi,


Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam,
Universitas Tadulako.
III.1.6 Uji Kadar Sari Pada Ekstrak
1. Waktu
Kamis, 21 April 2016
2. Tempat
Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia, dan
Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam, Universitas
Tadulako.
III.1.7 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
1. Waktu
Kamis, 28 April 2016
2. Tempat
Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia, Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam,
Universitas Tadulako.
III.1.8 Uji Kualitatif Pada Jamu Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Waktu
Kamis, 4 Mei 2016
2. Tempat
Laboratoriom Farmakognosi Fitokimia dan
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam, Universitas
Tadulako.

III.2. Alat Dan Bahan


III.2.1. Metode Penyarian Secara Dingin
III.2.1.1. Alat
1. Toples
2. Rotary evaporator
3. Desikator
4. Neraca analitik
5. Cawan porselin
III.2.1.2. Bahan
1. Sampel bandotan, mayana, jarak merah
2. Label
3. Etanol 96%
4. Lakban hitam
5. Plastik hitam
III.2.2. Metode Penyarian Secara Panas
III.2.2.1. Alat
1. Alat soxhletasi
2. Evaporator
3. Desikator

4. Labu alas bulat


III.2.2.2. Bahan
1. Sampel jarak pagar, kelor, jambu biji
2. Aseton
3. Kertas saring
III.2.3. Uji Kadar Air Dan Abu Pada Ekstrak
III.2.3.1. Alat
1.
2.
3.
4.
5.

Desikator
Neraca analitik
Moisturizer balance/moisture meter
Cawan porselin
Tanur

III.2.3.2. Bahan
1.
2.
3.
4.

Ekstrak daun mayana


Asam klorida encer
Aluminium foil
Kertas saring

III.2.4. Uji Kadar Sari Pada Ekstrak


III.2.4.1. Alat
1. Erlenmeyer
2. Oven
3. Cawan porselen
III.2.4.2. Bahan
1. Air
2. Kloroform
3. Aquadest
4. Serbuk simplisia bandotan
5. Kertas saring
III.2.5. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
III.2.5.1. Alat
1. Neraca analitik
III.2.5.2. Bahan
1. Jamu godok

III.2.6.Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Rekasi Kimia

III.2.6.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
III.2.6.2. Bahan
1. Sampel jamu
2. Etanol 70%
3. Air panas
4. Pereaksi dragendroff
5. Besi (III) klorida
6. Asam klorida
III.2.7.Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
III.2.7.1. Alat
1. Lumping dan alu
2. Objek glass
3. Deck glass
4. Mikroskop
III.2.7.2. Bahan
1. Sampel jamu
2. Sampel pembanding
3. Kloroform
4. Aquades
III.2.8. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
III.2.8.1. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sendok Tanduk
Neraca analitik
Gelas kimia
Pipa Kapiler
Pinset
Chamber
Batang pengaduk
Lampu UV 254 dan 366 nm

III.2.8.2. Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sampel jamu
Serbuk kunyit
Methanol
Heksana
Etil asetat
Kloroform
Lempeng KLT

8.

Kertas saring

10.

9.
III.3. Prosedur Kerja
III.3.1. Pembuatan simplisia
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dikumpulkan bahan baku simplisia.
3. Disortasi basah bahan baku simplisia dengan memisahkan bagianbagian tanaman yang diperlukan seperti daun.
4. Dicuci bahan simplisia dengan air bersih untuk menghilangkan
kotoran yang melekat.
5. Dirajang bahan simplisia menjadi ukuran yang lebih kecil.
6. Dikeringkan bahan simplisia dimana untuk bagian-bagian yang
lunak seperti daun cukup diangin-anginkan sedangkan bagian
yang keras seperti batang dikeringkan dibawah sinar matahari.
7. Disortasi kering bahan simplisia.
8. Disimpan simplisia pada wadah.

11.

III.3.2. Metode Penyarian Secara Dingin


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang sampel (mayana 66,92 gram ; bandotan 90 gram ;
jarak merah 245 gram) dengan menggunakan neraca analitik
3. Dimasukkan sampel kedalam wadah (toples)
4. Direndam dengan larutan etanol 96% hingga simplisia terendam
sempurna
5. Dibungkus wadah menggunakan plastic hitam
6. Dibiarkan selama 3 hari pada suh kamar dengan mengocoknya
tiap hari
7. Diuapkan pelarut dengan ekstrak
8. Diangin-angikan ekstrak\
9. Ditimbang
10. Disimpan didesikator
12.

13.

III.3.3. Metode Penyarian Secara Panas


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang serbuk simplisia (biji jarak 200 gram ; biji kelor 100
gram ; batang jambu biji 100 gram)
3. Dimasukkan sampel kedalan kertas saring, masukkan kedalam
wadah sampel pada alat soxhlet
4. Ditambahkan aseton 50 ml kedalam labu alas bulat 290 ml

5. Dijalankan alat soxhlet


6. Ditunggu hingga 2-3 jam
7. Diuapkan dengan evaporator hingga didapatkan ekstrak kental
8. Diangin-anginkan ekstrak
9. Ditimbang ekstrak
10. Disimpan didalam desikator
14.

III.3.4. Uji Kadar Air dan Abu Pada Ekstrak


15.
III.3.4.1. Kadar Air
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 1 gram sampel
3. Dipanaskan krus porselen pada suhu 105C selama 30
menit
4. Dimasukkan sampel dalam krus porselen tertutup
5. Dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap
6. Dibuka tutup dan didinginkan dalam desikator hingga
suhu kamar
7. Dicatat bobot tetap yang diperoleh
16.

III.3.4.2. Kadar Abu


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 2 gram ekstrak seara seksama
3. Dipijarkan perlahan-lahan (dalam krus yang telah
ditera)
4. Dimasukkan suhu secara bertahap hingga 60025C
sampai bebas karbon
5. Didinginkan dalam desikator
6. Ditimbang berat abu
7. Dihitung kadar abu dalam berat awal sampel

17.

III.3.4.3. Kadar Abu yang Tidak Larut Asam


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dididihkan abu yang doperoleh dari penetapan kadar
3.
4.
5.
6.

18.

abu dalam 25 ml HCl encer P selama 5 menit


Disaring bagian yang tidak larut asam
Dicuci dengan air panas
Disaring kembali lalu ditimbang
Ditentukan kadar abu yang tidak larut

III.3.5. Uji Kadar Sari Pada Ekstrak

19.

III.3.5.1. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Air


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang serbuk biji jarak pagar 5 gram kemudian
dimaserasi selama 24 jam menggunakan kloroform
sebanyak 100 ml pada labu bersumbat
3. Dikocok labu pada 6 jam pertama dan dibiarkan selama
18 jam
4. Disaring ekstrak cair
5. Diambil filtrate 20 ml lalu diuapkan hingga kering
dalam cawan
6. Dipanaskan sisanya pada suhu 105C
7. Dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air
20.
21.

22.

III.3.5.2. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang ekstrak biji jarak pagar 5 gram kemudian
dimaserasi selama 24 jam menggunakan etanol
sebanyak 100 ml pada labu bersumbat
3. Dikocok labu pada 6 jam pertama dan dibiarkan selama
18 jam
4. Disaring ekstrak cair
5. Diambil filtrate 20 ml lalu diuapkan hingga kering
dalam cawan
6. Dipanaskan sisanya pada suhu 105C
7. Dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam
etanol

23.

III.3.6. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikeluarkan seluruh bahan jamu godokan hipertensi, sambiloto,
kunir putih, benalu batu, kolesterol dan panuntu
3. Ditimbang berat total dari masing-masing jamu godokan
4. DiDiamati satu persatu simplisia yang ada dengan mengamati
bau, rasa, warna, dan tekstur

5. Dipisahkan menurut jenis simplisianya serta ditimbang beratnya


masing-masing
6. Diambil gambar hasil pengamatan sampel
7. Dihitung persentase masing-masing simplisia dalam jamu godog
8. Ditulis klasifikasi dan khasiat dari masing-masing simplisia yang
ada pada jamu godogkan
24.
25.
26.
27.

III.3.7. Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi

Kimia
28.

III.3.7.1. Uji Alkaloid


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan sampel sediaan jamu (kunyit asam
sidomuncul, herba drink kunyit asam dan rumput
patimah) kedalam tabung reaksi secukupnya
3. Dilarutkan sampel dengan pelarut etanol 70%
4. Dikocok sampel yang telah dilarutkan dengan etanol
70%
5. Ditambahkan pereaksi dragondrff sebanyak 3 tetes
6. Dikocok sampel
7. Diamati pembentukan endapan pada sampel

29.

III.3.7.2. Uji Gugus Hidroksil


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan sampel sediaan jamu (kunyit asam
sidomuncul, herba drink kunyit asam dan rumput
patimah) kedalam tabung reaksi secukupnya
3. Dilarutkan sampel dengan pelarut etanol 70%
4. Dikocok sampel yang telah dilarutkan dengan etanol
70%
5. Ditambahkan pereaksi besi (III) klorida sebanyak 3
tetes
6. Dikocok sampel

7. Diamati perubahan warna larutan


30.

III.3.7.3. Uji Saponin


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan sampel sediaan jamu (kunyit asam
sidomuncul, herba drink kunyit asam dan rumput
patimah) kedalam tabung reaksi secukupnya
3. Dilarutkan sampel dengan air panas sebanyak 5 ml
4. Dikocok sampel yang telah dilarutkan dengan kuat
hingga membentuk busa
5. Ditambahkan larutan asam klorida encer
6. Diamati konsistensi busa

31.

III.3.7.4. Pembentukan Pereaksi Dragondorff


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 40 ml air dalam gelas kimia
3. Ditambahkan 0,8 gram bismuth subsitrat dengan 10 ml
asam asetat
4. Dicampur dengan larutan kalium iodide 8 gram dalam
20 ml air
5. Digunakan 1 volume campuran
6. Diencerkan campuran dengan 20 ml asam asetat glasial
dalam 10 ml air.

32.

III.3.8. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode MIkroskopik


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Digerus sediaan jamu yang amsih dalam bentuk rajangan hingga
halus
3. Diletakkan diatas objek glass (dibuat 2 preparat)
4. Ditetesi preparat pertama dengan kloroform dan preparat kedua
dengan air, kemudian difiksasi dengan lampu spiritus
5. Diletakkan dek glasss pada tiap preparat, lalu diamati pada
mikroskop dengan perbesaran 10x10
6. Diamati dan dicatat pengamatan mikroskopik sampel
7. Dibandingkan hasil pengamatan antara ekstrak
8. Difoto hasil pengamatan
33.

34.
35.

III.3.8. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilarutkan sediaan jamu uji (Kunyit Asam Sirih Sidomuncul) dalam
gelas kimia, dengan ditambahkan 3 ml metanol.
3. Dilarutkan pula 3 gram serbuk pembanding sirih dalam gelas kimia,
dengan ditambahkan 10 ml metanol.
4. Dibuat lempeng KLT dengan ukuran 3 x 10 cm dan diberi batas
penotolan sepanjang 1 cm.
5. Ditotol larutan sediaan jamu uji dan larutan dari serbuk pembanding
pada lempeng KLT, menggunakan pipa kapiler.
6. Dielusi lempeng KLT dalam cairan eluen, yaitu n Heksana : etil
asetat dan kloroform : metanol, dalam chamber.
7. Dibandingkan penampakan noda yang terdapat pada sediaan jamu uji
dan larutan dari serbuk pembanding, menggunakan lampu UV
254/366 nm.
8. Dihitung masing-masing nilai Rf pada noda dengan membandingkan
antara jarak tempuh noda dengan jarak tempuh eluen.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.

46.
BAB IV
47.
HASIL DAN PEMBAHASAN
48.
IV.1. Hasil Pengamatan
49.
IV.1.1 Metode Penyarian Secara Dingin
a. Hasil Pengamatan
50. N

51.

52.

53.

56.

57.

60.

61.

64.

65.

54.

55.
D

58.

59.
D

62.

63.
D

67.

66.
b. Perhitungan

%Daun Bandotan

68.

Rendamen=

Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel
19,02 gram
x 100
90 gram
69.

21,13

%Daun Jarak Merah

Rendamen=

70.

Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel

22,78 gram
x 100
245 gram

71.
9,29

%Daun Mayana

72.

Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel

Rendamen=

10,12 gram
x 100
66,92 gram

73.
15,12

74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
Hasil Pengamatan
81.

IV.1.2 Metode Penyarian Secara Panas


82.

83.

84.

87.

88.

91.

92.

85.

86.
B

89.

90.
B

93.

94.

95.

97.

Perhitungan
-

Berat Ekstrak
%Biji Kelor Berat Sampel x 100

Rendamen=

17,21 gram
x 100
68 gram

25,90

98.

%Biji Jarak Pagar


-

Rendamen=

Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel

11,73 gram
x 100
200 gram
99.
5,865

100.

Berat Ekstrak
%Batang Jambu Biji Berat Sampel x 100
-

101.
14,72

Rendamen=

14,72 gram
x 100
100 gram

96.

102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.

IV.1.3 Hasil Pengamatan Uji Kadar Air dan Abu

Pada Ekstrak
110.

Tabel Pengamatan

A. % Kadar Air
111. 112.

Bobot

113.

Bobot

No Awal
115. 116. 0,5

Akhir
117. 33,6547

gram

gram
119.

114.

Kadar
118. 3,15 %

B. % Kadar Abu
120. 121.

Bobot

No Awal
124. 125. 0,5
1

gram

122.

Bobot

Akhir
126. - 0,6 gram

123.

Kadar
127.
110,0

128.
129. Analisis Data
Berat abu total = berat total berat cawan kosong
130.
= 32,65472 gram 32,1700 gram
131.
= 1,5 gram
132.
Berat akhir kadar air

133.

= ( berat akhir berat capor kosong ) berat kertas

saring
134.
135.
136.

= 33,6547 gram 32,1700 gram 2,1075 gram


= - 0,6 gram

137.
138.

Berat akhir kadar air


139.
= ( berat total berat capor kosong ) abu tidak
larut asam
140.
berat kertas saring
141.
= 33,64 gram 32,1700 gram 2,1075 gram
142.
= - 0,6 gram
143.
Kadar abu total
Berat abu total
144.
= berat sampel x 100 %
145.

0,6 gram
0,5 graml

x 100 %

146.
= -120,0 %
147.
Kadar abu tidak larut asam
Berat abu total
148.
= berat sampel
0,6 gram
0,5 graml

x 100 %

149.

x 100 %

150.
151.

= -120,0 %

152.

IV.1.4 Hasil Pengamatan Uji Kadar Sari Pada

Ekstrak
153.

Tabel Pengamatan
155.

156.

157.

158.
Bobo

160.

166.

161.

167.

162.

168.

163.

164.

35

30

169.

170.

22,85

13,0

172.
173.
174.
175.

Analisis Data
Berat sebelum diuapkan
A. Pelarut air + kloroform
176. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor
177. Kosong)
178. = 72,61 gram 49,75 gram
179. = 22,85 gram
180.
B. Pelarut etanol
181. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor
182. Kosong)
183. = 74,268 gram 38,61 gram
184. = 35,7 gram
185.
Berat sesudah diuapkan
A. Pelarut air + kloroform
186. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor
187. Kosong)
188. = 62,7996 gram 49,75 gram
189. = 13,0 gram
190.
B. Pelarut etanol
191. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor

165.

171.

192. Kosong)
193. = 69,4323 gram 38,61 gram
194. = 30,8 gram
195.
196.
197.
198.
Kadar Sari larut air + kloroform
199. =
Berat sebelum diuapkan+ Berat sesudahdiuapkan
Berat sebelum diuapkan
100%
200.

22,85 gram13,0 gram


22,85 gram

201.

9,9 gram
22,85 gram x 100

x 100%

202. = 43,3 %
203.
Kadar Sari larut etanol
204. =
Berat sebelum diuapkan+ Berat sesudahdiuapkan
Berat sebelum diuapkan
100%
205.

35,7 gram30,8 gram


35,7 gram

206.

4,8 gram
35,7 gram x 100\

207.

= 15,5 %

x 100%

208.
209.IV.1.5 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
210.a. Hasil Pengamatan
215.

218.

220.

214.

219.
216.
Gam
bar
217.

221. 1

223.

224.
Total
Sa
mp
el
225.

226.
227.
228.
229.
9,40

P
e
n
g
a
m
a
t
a
n
o
r
g
a
n
o
l
e
p
t
i
s
230.
W
a
r
n
a
:
c
o
k
l
a
t
231.
B
a
u

:
k
h
a
s
232.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r
233.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a

234.

236.
237.

243.
244.
4,96

h
i
t
245.
246.
W
a
r
n
a
:

238.
Bata
ng
239.
240.
241.
242.

c
o
k
l
a
t
247.
B
a
u
:
k
h
a
s
248.
B
e
n
t
u
k
:

k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r
249.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a
h
i
t
250.
251.
252.
253.
254.
255.

256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.

274.
275.
276.
Akar

277.
278.
1,41

279.
280.
W
a
r
n
a

:
c
o
k
l
a
t
281.
B
a
u
:
k
h
a
s
282.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r

283.
R
a
s
a
:

284.

286.
287.

289.
290.
3,40

a
g
a
k
p
a
h
i
t
291.
292.
W
a
r
n
a
:

288.
Daun

c
o
k
l
a
t
293.
B
a
u
:

k
h
a
s
294.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r
295.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a
h

296. 297.

298.
299.

301.
21,6

i
t
302.
W
a
r
n
a
:

300.
Bata
ng

c
o
k
l
a
t
303.
B
e
n
t
u
k
:
p
a
d
a
t
304.
B
a
u
:
k
h

a
s
305.
R
a
s
a
:

306.

308.
309.

311.
3,1 gram

p
e
k
a
t
312.
W
a
r
n
a
:

310.
Akar

c
o
k
l
a
t
313.
B
e
n
t
u
k
:

k
e
r
i
n
g
314.
B
a
u
:
k
h
a
s
,
a
r
o
m
a
t
i
k
315.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
m

a
n
i
s
316.
317.
318.
319.
320.
321.

323.
324.

326.

327.
W
a
r
n
a
:

325.
Biji

H
i
t
a
m
328.
B
e
n
t
u
k
:
l
e
m

b
e
k
329.
B
a
u
:
k
h
a
s
,
a
r
o
m
a
t
i
k
330.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a
h
i
t

331.

333.
334.

336.

337.
W
a
r
n
a
:

335.
?

c
o
k
l
a
t
k
e
h
i
j
a
u
a
n
338.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g

339.
B
a
u
:
k
h
a
s
,
a
r
o
m
a
t
i
k
340.
R
a
s
a
:
m
a
n
i
s
k
e
m
u
d
i
a

341. 342.

343.
344.

345.
Bata
ng

346.

n
p
e
d
a
s
347.
W
a
r
n
a
:
h
i
j
a
u
k
e
c
o
k
l
a
t
a
n
348.
B
a
u
:
k
h
a
s

349.
B
e
n
t
u
k
:
p
a
d
a
t
350.
R
a
s
a
:

351.

353.
354.

356.

p
a
h
i
t
357.
W
a
r
n
a
:

355.
Akar

c
o
k
l

a
t
358.
B
a
u
:
k
h
a
s
359.
B
e
n
t
u
k
:
s
e
r
a
b
u
t
360.
R
a
s
a
:
p
a
h

361.

363.
364.

365.
Daun

366.
367.

i
t
368.
369.
W
a
r
n
a
:
h
i
j
a
u
k
e
h
i
t
a
m
a
n
370.
B
a
u
:
k
h
a
s
371.
B
e

n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
372.
R
a
s
a
:
p
a
h
i
t
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379. 380.

381.
382.

384.
52,09

385.
W
a

383.
Rimp
ang

r
n
a
:
c
o
k
l
a
t
386.
B
a
u
:
a
r
o
m
a
t
i
k
387.
B
e
n
t
u
k
:
k
a
s
a

r
388.
R
a
s
a
:

389. 390.

391.
392.

394.
0,0233

p
a
h
i
t
395.
W
a
r
n
a
:

393.
Akar

c
o
k
l
a
t
396.
B
a
u
:
k
h
a
s
l

e
m
a
h
397.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
398.
R
a
s
a
:

399.

401.
402.
403.
Daun

404.
4,1385

h
a
m
b
u
r
405.
W
a
r
n
a

:
c
o
k
l
a
t
406.
B
a
u
:
k
h
a
s
l
e
m
a
h
407.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
408.

R
a
s
a
:

409.

411.
412.

414.
1,7577

h
a
m
b
u
r
415.
W
a
r
n
a
:

413.
Bata
ng

c
o
k
l
a
t
416.
B
a
u
:
k
h
a
s
417.
B

e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
418.
R
a
s
a
:
h
a
m
b
u
r
419.
a. Perhitungan
1.

jamu godog hipertensi ( ) =

420.
421.

81,36

Daun=

Berat Tiap Sampel


x 100
Berat Total

5,37 gram
x 100
6,6 gram

Batang=

422.

1,23 gram
x 100
6,6 gram

18,63

423.

Rimpang=

424.

2,12 gram
x 100
8,72 gram

24,31

425.

jamu kunir putih ( )=

2.

Berat Tiap Sampel


x 100
Berat Total
Rimpang=

426.
427.

100

jamu godog Kolesterol ( ) =

3.

428.
429.
430.
431.
432.
433.

52,09 gram
x 100
12,09 gram

Berat Tiap Sampel


x 100
Berat Total
Daun=

9,8 gram
x 100
90 gram

10,9
Biji=

4,8 gram
x 100
90 gram

5,33

Akar =

3,4

3,1 gram
x 100
90 gram

Batang=

434.

21,6 gram
x 100
90 gram

24

435.

Serbuk =

436.

5,18 gram
x 100
90 gram

5,7

437.
438.
4.

jamu godog benalubatu ( ) =

Daun=

439.

1,86 gram
x 100
4,1328 gram

4,50

440.

Batang=

441.

1,7577 gram
x 100
4,1328 gram

42,5

442.

Akar =

443.
444.

Berat Tiap Sampel


x 100
Berat Total

0,023 gram
x 100
4,1328 gram

0,5

5.

jamu godog penuntu ( )=

445.
446.

Berat Tiap Sampel


x 100
Berat Total

Daun=

36

3,40 gram
x 100
9,40 gram

Batang=

447.
448.

4.96 gram
x 100
9,40 gram

9,4

Akar =

449.
450.
6.

jamu godog sambiloto ( )=

451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.

1,41 gram
x 100
9,40 gram

15
Berat Tiap Sampel
x 100
Berat Total
Daun=

4,00 gram
x 100
9,06 gram

44,1
Batang=

3,70 gram
x 100
9,06 gram

41,7

Rimpang=

12,14

1,10 gram
x 100
9,06 gram

461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.

IV.1.6 Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi


Hasil Pengamatan
474.
G

475.
Uji

476.
Uji

477.
UJi

478.
479.

484.

493.
494.

485.
480.

502.
503.

495.
486.

504.
496.

487.

505.
497.

488.
481.
482.
J
483.

506.
498.

489.

507.
499.

490.

508.
500.

491.

509.
501.

492.

510.

511.
512.

517.
518.

527.
528.

537.
538.

513.

519.

529.

539.

520.

530.

540.

521.

531.

541.

514.

522.

532.

542.

515.
J

523.

533.

543.

524.

534.

544.

525.

535.

545.

526.

536.

546.

516.

547.
548.

554.

564.

574.

555.

565.

575.

556.

566.

576.

557.

567.

577.

550.

558.

568.

578.

551.

559.

569.

579.

552.
J

560.

570.

580.

561.

571.

581.

562.

572.

582.

563.

573.

583.

549.

553.

584.
585.
586.
587.
588.
589.
590.
591.

IV.1.7 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode

Mikroskopik
592.
593.

Hasil Pengamatan

594. NO

595.
SA
MP
EL

596.
G
AMBAR

597. KETE
RANGAN

598.
1

599. Pelarut
Kloroform
600.
601.

617.
618.
619.

602.

627.
628.
629. 1.
Butiran
Pati
630. 2.
Fragmen
631.

603.
632.
604.
605.
606.
607. ( Sampe
l Jamu)
608.
609.
610.
611.

620.
621.
622.
623.
624.
625.
626.

633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.
1.

612.
613.
614.
615.
616. (Serbuk
Pembanding)
640.
2.

641.
2

642.
Pela
rut
Air
643.

662.

644.

665.

645.

666.

646.

667.

647.

668.

676.

648.

669.

677.

649.
650.
651. ( Sampel
Jamu)
652.

670.

678.

671.

679.

663.
664.

672.
673. 1
. Butir
Pati
674. 2
.
Fragmen
675. 3
.
Rambut
penutup

680.

653.

681.

654.

682.

655.

683.
1.

656.

657.
658.
659.
660.
(Se
r
b
u
k
P
e
m
b
a
n
d
i
n
g
)
661.

686.

684.
2.

685.
IV.2. Pembahasan
IV.2.1 Metode Penyarian Secara Dingin
687. Maserasi merupakan cara

penyarian

yang

sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk


simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat
aktif didalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang
terpekat akan didesak keluar (Said,2007).
688. Pada percobaan kali ini dilakukan pengambilan
ekstrak

melalui

metode

penyarian

secara

dingin

yaitu

menggunakan metode maserasi dikarenakan cara penyarian dengan


maserasi

membutuhkan

cara

penyarian

dengan

sederhana,

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana serta mudah


diusahakan, unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan
wadah perendaman, sehingga biaya operasional relatif murah,
proses relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan. Adapun sampel
yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun mayana, daun
bandotan dan jarak merah.
689. Prinsip kerja dari metode maserasi yaitu penyarian
zat aktif dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar selama 3-5 hari
terlindung dari cahaya matahari. Pada praktikum ini digunakan
etanol 96% sebagai cairan penyarinya, hal ini dikarenakan etanol
termasuk dalam cairan polar, sehingga diharapkan mampu menarik
zat-zat aktif yang juga bersifat polar. Selain itu etanol dapat
menghambat pertumbuhan kapang dan kamir serta tidak beracun.
690. Pada percobaan ini hal pertama dilakukan pada
sampel daun mayana, bandotan dan jarak merah adalah dilakukan
pengambilan sampel, kemudian dilakukan sortasi basah agar
menghilangkan bagian-bagian yang tidak diinginkan, setelah itu
sampel dirajang dengan cara memotong daun mayana, bandotan
dan jarak merah hingga kecil, lalu diangin-anginkan dan dilakukan
sortasi kering untuk menyeleksi kondisi daun yang paling
baik.Selanjutnya diambil sejumlah sampel yang setara dengan isi
toples dan timbang diatas neraca analitik, pada daun mayana
diperoleh berat total 66,92 gram, bandotan 90 gram dan jarak
merah 245 gram. Kemudian dimasukkan sampel tersebut kedalam
toples dan direndam sampel secara sempurna dengan cairan 250 ml
etanol 96%, kemudian toples ditutup dan diberi lakban hitam agar
kedap udara dan dibungkus dalam plastik hitam agar tidak terpapar
sinar matahari, setelah itu toples diletakkan ditempat yang tidak
terpapar sinar matahari 3x24 jam dengan pengocokan ditiap
harinya untuk mencampurkan sampel dan pelarut, setelah melewati
proses perendaman, sampel disaring dengan alat rotary evaporator

yang berfungsi untuk memisahkan ekstrak kental dengan cairan


penyari (etanol 96%) pada suhu 60-70 oC. Selanjutnya ekstrak
kental yang didapatkan dimasukkan kedalam cawan porselin lalu
diangin-anginkan dan ditimbang berat ekstranya. Untuk daun
mayana diperoleh berat ekstrak 10,12 gram dan total berat
rendamennya 15,12%, untuk daun bandotan diperoleh berat ekstrak
19,02 gram dengan berat rendamennya 21,13% dan jarak merah
diperoleh berat ekstrak 22,78 gram dan total berat rendamennya
9,28%.
691.

Aplikasi percobaan ini dalam bidang farmasi adalah

untuk mengetahui cara penyarian zat aktif dari suatu simplisia


dengan metode penyarian dingin maupun panas.
692.
693.

IV.2.2 Metode Penyarian Secara Panas


694. Maserasi merupakan cara

penyarian

yang

sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk


simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat
aktif didalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang
terpekat akan didesak keluar (Said,2007).
695. Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
panas dan secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensor menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari
simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon (Sudjadi,1986).
696. Prinsip soxhletasi dengan serbuk kering yang akan
diekstrak berada dalam kantong sampel yang diletakkan pada alat
ekstraksi (tabung soxhlet). Tabung soxhlet yang berisi kantong
sampel diletakkan diantara labu destilasi dan pendingin yang

sebelah bawah dipasang pemanas, pelarut beserta zat yang tersari


didalamnya akan turun kelabu didih melalui pipa kapiler.
697. Prinsip Refluks yaitu Penarikan komponen kimia
yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas
bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uapuap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada
labu

alas

bulat,

demikian

seterusnya

berlangsung

secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian


pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
698. Pada percobaan ini, dilakukan perlakuan dengan
metode refluks pada sampel biji jarak, biji kelor dan batang jambu
biji. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
tahapan-tahapan dalam proses penyarian zat aktif dan memperoleh
ekstrak kental pada sampel.
699.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
percobaan ini yaitu disiapkan alat dan bahan, ditimbang sampel
biji jarak 200 gram, biji kelor 68 gram dan jambu biji 100 gram.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat dengan
tujuan untuk pemanasan yang merata pada sampel dengan
menghasilkan uap. Kemudian ditambahkan cairan penyari aseton
dengan tujuan untuk untuk melarutkan zat aktif yang ada pada
sampel karena aseton merupakan larutan yang mudah menguap.
Kemudian direfluks dengan menggunakan kondensor selama 3 jam,
saring ekstrak yang telah ada dari simplisia dengan cara dibiarkan
terbuka selama 1 hari sampai ekstrak yang cair menjadi kental.
700.
Hasil ekstraksi yang didapatkan pada sampel biji
jarak adalah 11,73 gram dengan % rendamen 5,865%, pada biji
kelor 17,21 gram dengan % rendamen 25,30% dan pada batang
jambu biji 14,72 gram dengan % rendamen 14,72%.

701.

Aplikasi percobaan ini dalam bidang farmasi adalah

untuk mengetahui cara penyarian zat aktif dari suatu simplisia


dengan metode penyarian dingin maupun panas.
702.
703.

IV.2.3 Uji Kadar Air dan Abu pada Ekstrak


704.
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung
dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah
satu

karakteristik

yang

sangat

penting

karena

air

dapat

mempengaruhi penampakan tekstrur dan cita rasa pada bahan


pangan. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri,
kapang dan kamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi
perubahan pada suatu bahan (Sandjaja,2009).
705.
Kadar abu adalah zat organik dari sisa hasil
pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu ada
hubungannya dengan mineral suatu bahan. Kadar abu ditentukan
berdasarkan kehilangan berat setelah pembakaran dengan syarat
titik akhir pembakaran dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dari
abu (Sudarmadji,2003).
706.
Pemeriksaan kadar air dan abu pada ekstrak biji
jarak merah untuk mengidentifikasi suatu simplisia karena tiap
simplisia mempunyai kandungan atau kadar abu yang berbedabeda, dimana bahan organik yang terdapat dalam simplisia tersebut
ada yang terbentuk secara alami dalam tumbuhan.
707.
Pada percobaan ini dilakukan uji kadar air dan kadar
abu pada ekstrak batang jambu biji. Pada uji kadar air digunakan
alat morsture meter ( pengukur kadar air ), yaitu suatu alat atau
instrumen yang digunakan untuk mengukur jumlah kandungan air
yang terdapat pada suatu obyek. Dengan cara menimbang sampel
sebanyak 1 gram kemudian dipanaskan krus porselen dalam oven
pada suhu 105oC selama 30 menit kemudian ditimbang
krusporselen awal agar diketahui bobot awal krus porselen sebelum

ditambahkan sampel ekstrak. Setelah itu dimasukkan sampel


ekstrak batang

jambu biji kedalam krus porselen, setelah ditu

diratakan dengan menggoyangkan hingga merupakan lapisan


setebal 10-15 mm. Setelah itu dibuka tutup krus dalam keadaan
terbuka didinginkan dalam desikator hingga suhu kamar. Setelah
itu dicatat bobot tetap yang diperoleh untuk menghitung persentase
susut pngeringnya. Selanjutnya dilakukan uji kadar abu dengan
cara menimbang 2 gram ekstrak dengan seksama kedalam krus
yang telah ditera, dipijarkan perlahan-lahan. Setelah itu dinaikkan
suhu secara bertahap hingga 600

25oC sampai bebas karbon

setelah itu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang berat


abu dan dihitung persen sampel berat awal. Setelah menjadi abu
dilarutkan dengan 25 ml asam klorida p selama 5 menit untuk
mengetahui kadar abu yang tidak larut dalam asam. Setelah itu
bagian yang tidak larut asam dikumpulkan kemudian disaring
dengan menggunakan kertas saring bebas abu, kemudian dicuci
dengan air panas, disaring dan ditimbang setelah itu dihitung kadar
abu yang tidak larut asam dalam persen terhadap berat sampel
awal.
708.

Adapun hasil dari kadar air pada ekstrak batang

jambu biji yaitu - 0,6 gram untuk hasil uji kadar abu ekstrak jarak
pagar yaitu -120,0 % dan hasil kadar abu yang tidak larut asam
yaitu -120,0 %
709.
Berdasarkan (Anonim,2006) kandungan umum biji
jarak pagar yaitu untuk kadar air berkisar 6,20% dan untuk kadar
abu 5,30% sedangkan untuk kadar abu tidak larut asam menurut
(Syamsuni,2005) kadar abu yang tidak larut asam tidak boleh lebih
dari 2% kecuali dinyatakan lain.
710.
Adapun faktor kesalahan disebabkan oleh praktikan
dalam melakukan praktikum tidak teliti sehingga terjadi kesalahan

yang menyebabkan ketidakberhasilan pada uji kadar air dan abu


tidak larut asam.
711. Adapun prinsip uji kadar air (Mosture Balance)
yaitu

menggunakan

metode

gravimetri

dengan

cara

membandingkan bobot granul setelah dipanaskan dengan bobot


granul sebelum dipanaskan dimana kandungan lembab yang
terkandung dalam zat uji kemudian menguap akibat panas yang
dikeluarkan oleh alat ini.
712. Prinsip kerja alat uji kadar abu (Tanur) yaitu
mengabukan atau mengarangkan suatu zat untuk menentukan kadar
organik dengan menggunakan suhu tinggi hingga diatas 1000oC.
713. Prinsip kerja alat uji kadar abu tidak larut asam
(Oven) yaitu sterilisasi menggunakan udara kering bertempratur
tinggi sedangkan prinsip dari desikator yaitu bahan diletakkan
kedalam rak bagian atas dan silikagel diletakkan dibagian bawah
rak. Bahan-bahan tersebut tidak akan bisa menyerap uap air dari
lingkungan.
714.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang

farmasis dapat mengetahui dan memahami cara penguapan kadar


air dan abu pada ekstrak biji jarak pagar sehingga dapat diketahui
kandungan kadar air dan abu serta kada abu tidak larut asam
sehingga berguna jika ingi menggunakan ekstrak biji jarak untuk

716.

penelitian selanjutnya.
715.
IV.2.4 Uji Kadar Sari pada Ekstrak
717.
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif
untuk jumlah kandunga senyawa dalam simplisia yang dapat tersari
dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut
dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa
yang terkandung dalam simplisia (Soetarno,1997).
718.
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk
menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut
dari sejumlah simplisia. Penetapan kadar sari juga dilakukan untuk

melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang


cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip dari
ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan pembanding
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.
719.
Pada percobaan ini, digunakan tiga pelarut yaitu air,
kloroform dan etanol. Ditimbang 5 gram serbuk simplisia ekstrak
batang jambu biji, masukkan kedalam erlenmeyer, dimaserasi
dengan menggunakan 50 ml aquades dan 50 ml kloroform. Untuk
maserasi dengan pelarut air ditambahkan dengan kloroform yang
berfungsi sebagai pengawet atau pembunuh mikroba karena jika
maserasinya menggunakan air ekstraknya akan denagn mudah
rusak karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan
merusak ekstrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari
ekstrak tersebut. Setelah itu disaring ekstrak cair, diambil 20 ml
filtrat, dioven hingga berat konstan. Tujuan dipanaskan adalah
menghilangkan atau menguapkan air yang terdapat atau menempel
pada cawan porselen sehingga tidak mengganggu ketepatan dalam
penimbangan. Berat konstan atau berat tetap adalah berat pada
perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,5
mg untuk tiap gram zat yang digunakan. Untuk pengerjaan kadar
kadar sari larut etanol hampir sama saja dengan pengerjaan kadar
sari larut etanol hampir sama saja dengan pengerjaan kadar sari
larut air hanya saja perbedaan pada pelarut yang digunakan, yaitu
etanol. Etanol adalah pelarut semipolar yang tidak perlu
ditambahkan kloroform karena etanol dapat berperan sebagai
antimikroba, ditimbang berat sari larut air dan berat sari larut
etanol, kemudian dihitung persen kadar sari larut etanol dan kadar
sari larut air.
720.

Adapun prinsip kerja dari oven yaitu sterilisasi

menggunakan udara kering bertempratur tinggi sedangkan prinsip


dari desikator yaitu bahan diletakkan kedalam rak bagian atas dan

silikagel diletakkan dibagian bawah rak. Bahan-bahan tersebut


tidak akan bisa menyerap uap air dari lingkungan.
721. Berdasarkan dari hasil pengamatan sampel ekstrak batang
jambu biji yaitu untuk kadar sari larut air diperoleh 43,3 %dan
untuk kadar sari larut etanol diperoleh 15,5 %.
722.
Pada penetapan kadar sari larut air telah sesuai
literature, dimana menurut Isye Martiani,2013, bahwa kadar sari
larut air pada simplisia

> 18,00 % dan diperkuat pula oleh

landasan teori menurut Diana Febriani, dkk, 2015, bahwa kadar sari
larut air yaitu > 18%. Sedangkan penetapan kadar sari larut etanol
tidak sesuai dengan literatur, dimana menurut literature Isye
Martiani, 2013, bahwa kadar sari larut etanol pada simplisia >
6,30% dan menurut literatur Diana febriani, dkk, 2015, bahwa
kadar sari larut etanol >12,5%. Kadar sari larut etanol didapatkan
lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut air. Hal ini karena
air bersifat polar dan etanol bersifat non polar. Jadi etanol dapat
menarik senyawa yang bersifat polar dan non polar dibandingkan
air yang hanya dapat menarik senyawa polar saja. Oleh karena itu
etanol bisa disebut pelarut universal sehingga kadar sari yang
didapatkan lebih besar pada etanol disbanding dengan air.
723.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang
farmasis dapat mengetahui dan memahami cara penetapan kadar

725.

sari larut air dan kadar sari larut etanol.


724.
IV.2.5 Uji Kualitatif Pada Jamu dengan Metode Makroskopik
726.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sedian
farian atau galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang
secara

turun

temurun

telah

digunakan

untuk

pengobatan

berdasarkan pengalaman (Pramono, 2002).


727.
Bahan obat tradisional indonesia yang berasal dari
tanaman telah lama dikenal dan dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat indonesia. Obat tradidional tersebut dapat digunakan

sebagai bahan tunggal atau campuran yang telah dikenal dengan


nama jamu.
728.

Pada percobaan ini dilakukan uji kuantitatif pada

jamu godog daun sambiloto dengan menggunakan metode


makroskopik, dimana jamu tersebut harus diuji secara organoleptik
dengan menggunakan panca indra dan dapat mendeskripsikan
bentuk, warna, bau, rasa dan khasiatnya.
729.
Pada percobaan ini pertama-tama

dilakukan

penyiapan alat dan bahan yang berupa neraca analitik dan jamu
godog daun sambiloto Setelah itu dikeluarkan seluruh bahan jamu
godog tanaman sambiloto berupa simplisia berupa daun dan batang
serta rimpang dari akar yang merupakan bagian dari kemasan jamu
sambiroto. Kemudian ditimbang berat total dari masing-masing
jamu tersebut lalu dipisahkan simplisia jamu menurut bentuk dan
strukturnya berat total seluruh simplisia yang didapatkan ialah 9,06
gram. Kemudian ditimbang simplisia jamu yang telah dipisahkan
tadi agar dapat diketahui berat masing-masing simplisia tersebut.
Kemudian dilakukan uji organoleptik dengan menggunakan panca
indra agar dapat mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa
sebagai berikut (Anonim,1979) : bentuk padat, serbuk, kering,
kental cair. Warna dari ciri luar dan warna bagian dalam, bau
aromatik, tidak berbau dan lain-lain. Rasa pahit, manis, khelat dan
lain-lain, ukuran panjang, lebar dan diamdietil eter sediaan dalam
satuan

m, mm, cm dan mesh, agak dapat mendukung hasil

pemeriksaan

maka

simplisia

yang

telah

diidentifikasi

dikelompokkan berdasarkan jenisnya (spesies) dan khasiatnya.


730.
Adapun khasiat dari sampel jamu godokan yang
diuji yaitu untuk tanaman salam (jamu Hipertensi) berkhasiat
menghilangkan pusing-pusing, sakit kepala, dan pegal-pegal, untuk
tanaman kunir berkhasiat untuk penyakit kanker payudara, kanker
rahim, kanker kulit, tumor,salat maag dan penambahan nafsu

makan, untuk tanaman rosella (jamu kolesterol) berkhasiat untuk


mengurangi kadar lemak. Untuk tanaman benalu batu berkhasiat
menyembuhkan tumor dari kanker. Untuk tanaman sirsak (jamu
panuntu) berkhasiat menyembuhkan usus buntu dan ambeyen dan
untuk jamu sambiloto berkhasiat menyembuhkan sesak nafas, sakit
pinggang, sakit ginjal, maag, rematik, malaria dan lain-lain. Untuk
hasil persentase dari masing-masing jamu yang digunakan yaitu
pada jamu godokan hipertensi, untuk daun diperoleh 81,36%, untuk
batang diperoleh 18,63% dan untuk rimpang 33,3%. Jamu godog
benalu batu untuk daun 4,50%, untuk akar 0,5% dan untuk batang
42,5%, jamu godog panuntu untuk daun 36,1%, untuk akar 15%
dan untuk batang 52,7%. Jamu godog sambiloto untuk daun 44,1%,
untuk akar 12,14% dan untuk batang 41,7%. Jamu kunir putih
untuk rimpang 100%. Untuk jamu godog kolesterol untuk daun
10,8%, untuk biji 5,33%, untuk akar 3,4%, untuk batang 24% dan
untuk serbuk 5,7%.
731.

Adapun aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang

farmasis dapat mengetahui dan memahami uji kualitatif terhadap


sediaan jamu tradisional dengan berbagai uji organoleptik seperti
bau, rasa, warna, bentuk dan khasiat dari jamu tradisional godokan.

733.

732.
IV.2.6 Uji Kandungan Kimia pada Jamu dengan Metode

Reaksi Kimia
734.

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang

berupa bahan tambahan , bahan hewan, bahan mineral, sediaan


farian atau galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang
secara

turun

temurun

telah

digunakan

untuk

pengobatan

berdasarkan pengalaman (Pramono,2002).


735.
Bahan obat tradisional indonesia yang berasal dari
tanaman telah lama dikenal dan dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat indonesia. Obat tradisional tersebut dapat digunakan

sebagai bahan tunggal atau campuran yang lebih dikenal dengan


nama jamu.
736.

Pada percobaan ini dilakukan uji kandungan pada

sediaan jamu kunyit asam sidomuncul, kunyit asam herbadrink dan


rumput patima dengan metode reaksi kimia.
737.
Pada percobaan ini pertama-tama

dilakukan

penyiapan alat dan bahan berupa tabung reaksi, rak tabung reaksi,
pipet tetes, panci, bunsen, statif dan gegep, serta bahan jamu berupa
jamu kunyit asam sidomuncul, kunyit asam herba drink dan rumput
patima. Setelah itu dilakukan 3 uji yaitu uji alkaloid, uji fenolik dan
uji saponin. Untuk uji alkaloid pertama-tama dimasukkan serbuk
jamu kunyit asam sidomuncul, kunyit asam herba drink dan rumput
patima kedalam masing-masing tabung reaksi. Setelah itu
dilarutkan dengan etanol 70% setelah larut ditambahkan pereaksi
dragendorrf

sebanyak 3 tetes menggunakan pipet tetes, tujuan

penggunaan pipet tetes yaitu agar diperoleh takaran sesuai yang


diinginkan dengan tepat. Penggunaan pereaksi dragendorrf untuk
membentk endapan berwarna orange.
738.
Pada uji fenolik pertama-tama diambil sedikit
serbuk dari masing-masing jamu kunyit asam sidomuncul, kunyit
asam herbadrink dan rumput patima kedalam masing-masing
tabung reaksi, setelah itu dilarutkan dengan etanol 70% sebagai
pelarut dari sampel, kemudian ditambahkan pereaksi besi (III)
klorida sebanyak 3 tetes, tujuannya agar dapat memberikan
perubahan warna dari larutan menjadi biru-ungu.
739.
Pada uji saponin pertama-tama yang dilakukan yaitu
memanaskan air dengan menggunakan panci dan bunsen.
Sementara menunggu air mendidih, diambil sedikit serbuk dari
maing-masing jamu kunyit asam sidomuncul, kunyit asam
herbadrink dan rumput patima kedalam masing-masing tabung
reaksi. Setelah air mendidih, diambil 3-5 ml lalu diteteskan
kedalam masing-masing tabung untuk melarutkan zat aktif dari

setiap jamu. Setelah itu dikocok setiap tabung hingga membentuk


busa. Lalu ditambahkan beberapa tetes asam klorida encer. Amati
kembali konsentrasi tetap pada busa didalam masing-masing
tabung.
740.

Pada hasil pengamatan diperoleh hasil untuk jamu

kunyit asam sidomuncul yaitu pada uji alkaloid negatif (-), uji
fenolik neagatif (-) uji saponin positif (+), berdasarkan hasil yang
diperoleh jamu kunyit asam sidomuncul tidak mengandung
alkaloid, fenolik tetapi mengandung saponin. Untuk jamu kunyit
asam herbadrink diperoleh hasil untuk uji alkaloid negatif (-), uji
fenolik negatif (-) dan uji saponin positif (+). Pada jamu ini
terdapat kandungan saponin. Untuk jamu rumput patima diperoleh
hasil untuk uji alkaloid negatif (-), uji fenolik negatif (-) dan uji
saponin positif (+) karena menghasilkan busa yang tetap.
741.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang
farmasis dapat mengetahui dan memahami cara pengujian suatu
kandungan pada jamu dengan metode reaksi kimia yaitu uji

745.

alkaloid, fenolik dan uji saponin.


742.
743.
744.
IV.2.7 Uji Kualitatif pada Jamu dengan Metode Mikroskopik
746. Obat tradisional merupakan oabat yang didapat dari
bahan alam (mineral,tumbuhan atau hewan) diolah secara
sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional. Obat tradisional umumnya menggunakan
bahan-bahan

alam

yag

lebih

dikenal

sebagai

simplisia

(Syamsuni,2005).
747. Bahan alam merupakan zat kimia murni yang sering
digunakan dalam bentuk obat berizin. Senyawa-senyawa ini
terkandung diproduksi secara sintesis dan dikenal sebagai
senyawa identik alami. Tetapi pada awalnya ditemukan dari
obat-obat. Tanaman obat tradisional telah dikenal secara umum
dan turun temurun digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan

akan

kesehatan.

Pemanfaatan

obat

tradisional

umumnya telah diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan


atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu
penyakit (Heinrich, 2009).
748. Pada percobaan ini dilakukan uji kualitatif pada
jamu sari temulawak dengan pembanding temulawak asli
menggunakan mikroskop. Dimana pereaksi yang digunakan
adalah air dan kloroform. Dilakukan pengamatan pada mikroskop
pada pembesaran 10 10.
749. Pada

percobaan

ini

pertama-tama

dilakukan

penyiapan alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah mikroskop,


pipet tetes, dek glass, objek glass, preparat dan gegep. Bahan
yang digunakan jamu sari temulawak dengan pembanding
temulawak asli. Setelah itu jamu dalam bentuk butiran dan serbuk
dihaluskan. Tujuannya agar mempermudah pengamatan pada
mikroskop. Lalu disiapkan 2 prepara, serbuk yang telah
dihaluskan masing-masing diletakkan diatas objek glass. Pada
preparat pertama sampel jamu sari temulawak diteteskan dengan
air. Kemudian untuk preparat 2 sari temulawak diteteskan dengan
kloroform. Adapun tujuan dari menggunakan kloroform yaitu
untuk mepercepat proses fiksasi karena sifat kloroform yang
mudah menguap dan tidak merusak dari jaringan temulawak. Air
digunakan karena dapat memperjelas fragmen penyusun dari
simplisia uji dan tidak merusak struktur dari jaringan temulawak.
Begitupun terhadap pembanding temulawak asli dilakukan
perlakuan yang sama. Selanjutnya dilakukan fiksasi terhadap 2
preparat di atas api bunsen dengan menggunakan gegep.
Tujuannya yaitu agar sampel jamu yang ditetesi bercampur
dengan

pereaksi

dan

melekat

pada

preparat

sehingga

memudahkan dalam pengamatan. Setelah itu diletakkan dek glass


pada masing-masing preparat untuk diamati pada mikroskop.

Pembesaran yang digunakan 10

10 bertujuan agar fragmen

spesifik dari kedua sampel dapat diamati dengan baik dan jelas.
750. Pada hasil pengamatan diperoleh untuk jamu sari
temulawak yang ditetesi air terlihat fragmen parenkim korteks,
serabut sklerenkim, fragmen jaringan gabus dan rambut penutup,
untuk jamu sari temulawak ditetesi kloroform terlihat fragmen
parenkim korteks, serabut sklerenkim dan butir pati diperbesar.
Kemudian untuk temulawak asli ditetesi air terlihat fragmen
berkas pembuluh, fragmen parenkim korteks, serabut sklerenkim
dan serabut rambut penutup sedangkan pada temulawak asli yang
ditetesi kloroform terlihat fragmen berkas pembuluh, fragmen
parenkim korteks, serabut parenkim dan rambut penutup.
751. Berdasarkan literatur materia medika indonesia
(Anonim,1997-1980) serbuk rimpang temulawak terdiri dari
fragmen berkas pembuluh, fragmen parenkim korteks, serabut
sklerenkim, butir pati, fragmen jaringan gabus bentuk poligonal
dan rambut penutup. Sedangkan menurut (Elonora, dkk.,2016)
fragmen uji mikroskopik akan terlihat fragmen korteks dan
silinder pusat parenkimatik, terdiri dari sel parenkim berdinding
tipis berisi butir pati. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang
hingga bulat telur memanjang dengan panjang 20-70 nm, lebar 530 nm, hilus di tepi dan lemen tidak begitu jelas. Dalam parenkim
tersebar sel minyak berwarna kuning dan zat berwarna jingga,
juga terdapat idobes berisi Hblur. Co-oksalat berbentuk jarum
kecil. Berkas pembuluh tipe kolateral. Dari hasil pengamatan
hasil yang diperoleh sesuai dimana terdapat fragmen berkas
pembuluh korteks, fragmen parenkim korteks, serabut parenkim,
butir pati dan pembanding jamu temulawak asli.
752. Adapun khasiat dari jamu sari temulawak yaitu
membantu menjaga kondisis tubuh yang lelah dan kesehatan
fungsi hati serta menambah nafsu makan.

753.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang

farmasi dapat mengetahui dan memahami cara identifikasi jamu


dengan mikroskop sehingga kita dapat mengetahui fragmen
spesifik yang terdapat pada berbagai jamu yang dapat memudahkan

755.

kita dalam penelitian nantinya.


754.
IV.2.8 Uji Kualitatif pada Jamu dengan Kromatografi Lapis

Tipis
756.

Obat tradisional atau jamu adalah bahan atau

ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral


sediaan organik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (Harmanto,2007).
757.
Kromatografi Lapis Tipis adalah kromatografi yang
dapat digunakan untuk identifikasi senyawa-senyawa yang terlapis
pada lapisan tipis diidentifikasi dengan melihat florosensi dalam
sinar ultraviolet, mencari harga Rf (Anonim, 1995).
758.
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat
terarut terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase
diam) yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat
terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya
yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut
dibawa melewati media pemisahan oleh aliran suatu pelarut
berbentuk cairan atau gas yang disebut elusi (Sadjaja,2009).
759.
Pada percobaan ini dilakukan uji kualitatif pada
sampel uji kenis kapsul dan sampel pembanding serbuk kumis
kucing.dengan kromatogram lapis tipis (KLT), diamana sampel
yang digunakan adalah jamu kenis kapsul dan sampel pembanding
serbuk kumis kucing asli. Pertama-tama dilakukan penyiapan alat
dan bahan kemudian dimasukkan 3 gram serbuk kenis kapsul dan
sampel pembanding serbuk kumis kucing asli kedalam masingmasing gelas kimia setelah itu ditambahkan metanol kedalam
masing-masing sampel sebanyak 10 ml, penggunaan metanol

bertujuan untuk melarutkan jamu dan serbuk pembanding yang


digunakan, dimana sifat dari metanol itu sendiri polar.
760.
Setelah itu digunting lempeng KLT dengan ukuran
2

6 cm dan masing-masing diberi batas penotolan serta batas

jarak tempuh eluen dengan jarak 1 cm. Kemudian ditotolkan


sampel jamu keji beling dan pembanding serbuk keji beling asli
pada lempeng klt. Setelah itu dibuat eluen yang akan digunakan
yaitu n-heksana dan etil asetat (8:2) serta kloroform dan metanol
(15:6) dimana masing-masing heksana sebanyak 24 ml dan etil
asetat

sebanyak 6 ml serta kloroform sebanyak 18,7 ml dan

metanol sebanyak 8,5 ml. Setelah eluen dibuat dimasukkan


lempeng KLT kedalam chamber. Setelah terelusi diangkat lempeng
KLT dan diamati dibawah sinar UV 254 dan 366 nm serta
dibandingkan noda yang terdapat pada sampel jamu keji beling dan
pembanding serbuk keji beling asli. Kemudian dihitung nilai Rf
dari masing-masing sampel.
761.
Alasan dari

setiap

perlakuan

yaitu

untuk

pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan sebuah lapis


tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas
atau logam. Gel silika merupakan fase diam. Fase gerak merupakan
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pada percobaan ini
digunakan pelarut metanol dan kloroform dimana kloroform
merupakan nonpolar dan metanol adalah semi polar, sehingga pada
saat penotolan diharapkan hasil yang baik karena tingkat kepolaran
yang seimbang begitupun terhadap

n-heksana dan etil asetat

dimana eluen n-heksana merupakan non polar dan etil asetat


merupakan semi polar. Pada pembuatan lempeng atau plat KLT
dibuat batas bawah dan atasnya 1 cm agar mudah menghitung nilai
Rfnya. Batas bawah dan atas ini dibuat dengan menggunakan
pensil karena pensil mengandung senyawa karbon yang tidak larut
dalam eluen, jika dilakukan menggunakan pulpen atau tinta

pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram


dibentuk, oleh karena itu digunakan pensil sebagai penandanya.
Batas bawah diberi garis 1 cm hal ini dikarenakan sesuai dengan
prinsip kapilaritas, yaitu untuk menaikkan spot (ascending).
Kapilaritas adalah naiknya cairan eluen melaui pori-pori kapiler
lempeng. Digunakan sinar UV bertujuan untuk mendeteksi
senyawa yang dapat berflorosensi

dimana senyawa tersebut

memiliki gugus kromofor, gugus kromofor adalah gugus yang


dapat memberi atau menghasilkan warna. UV yang digunakan
dengan panjang gelombang UV 254 nm dan UV 366 nm. Panjang
gelombang UV 366 nm bertujuan untuk menampakkan solut
sebagai bercak yang gelap. Sedangkn
menampakrkan

UV 254 nm untuk

bercak yang berflorosensi sehingga pada saat

pengamatan terlihat bercak berpendar (memancarkan cahaya).


762.
Berdasarkan pada hasil praktikum didapatkan nilai Rf
jamu uji kenis kapsul 0,11 dan jamu pembanding kumis kucing 0,44
menggunakan eluen n-heksana : etil asetat, kemudian untuk nilai Rf
jamu uji kenis kapsul 0,89 dan jamu pembanding kumis kucing 0,89
menggunakan eluen kloroform : metanol. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur dimana menurut Viadeta, dkk, 2010, bahwa Untuk
identifikasi screening fitokimia daun kumis kucing didapatkan ratarata Rf bernilai 0,543 dan rata-rata Rf 54,3 hasil bercak yang
diperoleh berwarna coklat, sama dengan baku (standar) sehingga
sampel mengandung positif antrakinon.
763.
Berdasarkan literatur kimia farmasi analisis (2007)
menyatakan harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan
pemisahan. Dari hasil pengamatan untuk UV 254 nm hasil yang
diperoleh tidak memenuhi range dari nilai Rf yang dimaksimalkan.
Sedangkan untuk UV 366 nm nilai Rf sampel jamu dibawah range
yang telah ditentukan yaitu 0,1 sedangkan pembanding tidak
memenuhi range yaitu 0,1.

764.

Adapun faktor kesalahan yang didapatkan terdapat

pada pelarut eluen yang digunakan untuk melarutkan jamu tidak


dapat larut pada senyawa fitokimia jamu sehingga untuk melarutkan
jamu kenis kapsul dan jamu kumis kucing sebaiknya menggunakan
pelarut eluen etil asetat : benzen, karena dapat mendapatkan nilai rf
yang positif dan bercak positif yang terdapat pada jamu kumis
kucing yang mengandung antrakinon.
765.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang

farmasis dapat mengetahui dan memahami kandungan senyawa


pada jamu keji beling dan mengidentifikasi senyawa dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
766.
767.
768.
769.
770.
771.
772.
773.
774.
775.

779.

776.
BAB V
777.
PENUTUP
778.
V.1. Kesimpulan
V.1.1. Metode Penyarian Secara Dingin
780.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Maserasi merupakan cara penyarian dengan cara merenam
serbuk simplisia dalam cairan penyari.
2. Hasil % rendamen yang didapatkan pada metode dingin
(maserasi) yaitu :
a. Daun bandotan
b. Daun jarak merah
c. Daun mayana
781.

782.

: 14,68%
: 9,29%
: 15,12%

V.1.2. Metode Penyarian Secara Dingin


783.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan


kembali kondensat ini kesistem dari mana ia berasal.
2. Hasil % rendamen yang didapatkan pada metode panas (refluks)
yaitu :
a. Biji jarak pagar
b. Biji kelor
c. Batang jambu biji
784.

: 5,86%
: 25,3%
: 14,72%

V.1.3. Uji Kadar Air dan Abu Pada Ekstrak


785. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar air, bertujuan memberikan batasan minimal atau tentang
besarnya kandungan air didalam bahan, kadar abu bertujuan
memberikan gambaran kandungan mineral dan ekstark yang
berasal dari proses awal sampe terbentuknya ekstrak.
2. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi suatu
simplisia karena tiap simplisia mempunyai kandungan kadar abu
dan air yang berbeda-beda, dimana bahan anorganik yang
terkadung dalam simplisa tersebut ada yang terbentuk secara
alami dalam tumbuhan.
3. Kadar abu yang didapatkan adalah -120,0 % dan kadar abu tidak
larut asam yang didapatkan adalah -120,0 % serta berat akhir
kadar air adalah -0,6 gram.

786.

V.1.4. Uji Kadar Sari Pada Ekstrak


787. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar sari adalah jumlah kandungan zat/senyawa aktif dalam
simplia
2. Kadar sari biji jarak pagar larut dala air adalah 43,3 % , kadar
sari larut dalam etanol adalah 15,5 %.
3. Berdasarkan literature hasil yang diperoleh sesuai, yaitu :
a. Kadar sari yang larut air tidak kurang dari 11%
b. Kadar sari yang larut etanol tidak kurang dari 2%

788.

V.1.5. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik


789. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Uji organoleptic merupakan pemeriksaan dengan menggunakan


alat indera manusia meliputi uji warna, bua, rasa, dan tekstur dari

a.
b.
c.
d.

sampel simplisa.
2. Organileptik daun sambiloto :
a. Bau : khas
b. Warna : hijau kehitaman
c. Rasa : pahit
d. Tekstur : kering
3. Organoleptik batang
Bau : khas
Warna : hijau kecoklatan
Rasa : pahit
Tekstur : padat
4. Organoleptik akar
a. Bau : khas
b. Warna : coklat
c. Rasa : pahit
d. Tekstur : serabut
5. Persen kadar kandungan senyawa yaitu :
a. Daun salam
- Pada daun : 61,58%
- Pada batang : 14,10%
- Pada rimpang : 24,31%
b. Kunir putih
- Rimpang : 100%
c. Jamu kolesterol
- Pada daun : 10,88%
- Pada biji : 5,33%
- Pada akar : 3,4%
- Pada batang : 24%
- Pada serbuk : 5,7%
d. Benalu batu
- Pada daun : 4,50%
- Pada akar : 0,5%
- Pada batang : 42,5%
e. Panuntu
- Pada daun : 36,1%
- Pada akar : 15%
- Pada batang : 52,7%
f. Sambiloto
- Pada daun : 44,15%
- Pada akar : 1,10%
- Pada batang : 41,72%

790.

V.1.6. Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode

Reaksi Kimia
791. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang
diproses sacara sederhana
2. Kandungan kimia pada jamu :
a. Kunyit asam sidomuncul :
- Alkaloid : - Fenolik : - Saponin : +
b. Herba drink kunyit asam :
- Alkaloid : - Fenolik : - Saponin : +
c. Rumput patimah :
- Alkaloid : - Fenolik : +
- Saponin : +
792.

V.1.7. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik


793. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Cara pemeriksaan mikorskopik pada jamu sari temulawak
dilakukan dengan cara penambahan larutan perekasi air dan
kloroform kemudian difiksasi dan diamati pada perbesaran 10x10
2. Hasil bentuk fragmen yang diperoleh yaitu :
a. Jamu dari temulawak
- Air : fragmen parenkim korteks, serabut slerenkim, fragmen
jaringan gabus dan rambut penutup
Kloroform : fragmen parenkim korteks, serabut slerenkim

dan butir pati


b. Temulawak asli
- Air : fragmen berkas pembuluh, fragmen parenkim
-

korteks, serabut skelerenkim dan rambut penutup


Kloroform : fragmen berkas pembuluh, fragmen parenkim

korteks, serabut skelerenkim dan rambut penutup.


V.1.7. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode
Mikroskopik

794.

795.
796.

V.1.8.

Uji

Kualitatif

Pada

Jamu

Dengan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Kandungan senyawa pada jamu keji beling yaitu kalium dengan kadar
tinggi, asam silikat, natrium, kalsium dan beberapa senyawa lain.
Secara farmakologis keji beling digunakan sebagai tanaman peluruh
kencing (diuretik) dan pencahar.
2. Nilai Rf dari masing-masing sampel yaitu :
a. Nilai Rf Eluen Heksana:Etil Asetat (non polar : semi polar)
- Jamu Kenis
: 0,11
- Pembanding serbuk kumis kucing asli
: 0,44
b. Nilai Rf Eluen Kloroform:Metanol (non polar : semi polar)
- Jamu Kenis
: 0,89
- Pembanding serbuk kumis kucing asli
: 0,89
797.
798.
799.

Dari

V.2. Saran
praktikum

yang

terlah

dilakukan

praktikan

menyarankan agar alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan pada saat
praktikum lebih diperhatikan kelengkapannya untuk mengefisiensikan
waktu praktikum.
800.

801.
802.
803.
804.
805.
806.
807.
808.
809.
810.
811.
812.
813.
814.
815.
816.
817.

818.
819.
820.
821.
822.
823.
824.
825.
826.
827.
828.

LAMPIRAN

1. SKEMA KERJA
829.
I.1
Metode penyarian secara panas dan dingin
a. Pembuatan Simplisia
830.
831.
832.

Disiapkan Alat dan


bahan

833.

Pengumpulan bahan
baku

834.

Dicuci tanaman

835.
Disiapkan bagian tanaman yang ingin
836.
digunakan
837.
Keringkan simplisia dengan cara diangin838.
anginkan
839.

Sortasi kering

840.
841. Simpan dalam wadah tertutup
842.
843.
844.
845.

846.
847.
848.
849.
850.
b. Maserasi
851.
Disiapkan Alat dan bahan

852.
853.

Timbang sampel

854.
855.

Dimasukkan dalam toples, tambahkan etanol

856.
857.

Tutup dan beri latban


858.
859.

Biarkan selama 5 hari

860.
861.Serkai dan ampas diperas tambahkan 750 ml
862.
863.

Dipisahkan endapan dan uapkan ekstrak

864.
865.

Hitung % rendamen

866.
867.
868.
869.

870.
871.
872.
873.
874.
c. Refluks
875.
Disiapkan Alat dan bahan

876.
877.

Timbang simplisia

878.
879.

Masukkan simplisia dalam labu alas bulat

880.
881.

Masukkan etanol sebanyak 300 ml


882.
883.

Pasang labu alas bulat pada refluks

884.
885.

Panaskan selama 1 jam

886.
887.

Saring ekstrak

888.
889.
890.
891.
892.
893.

evaporasi ekstrak

894.
895.
896.
897.
898.
899.I.4

Uji kualitatif pada jamu dengan metode makroskopik


900.
Disiapkan Alat dan bahan

901.

902.

Pisahkan simplisia jamu


(menurut bentuk dan
struktur)

Timbang berat total

Uji organoleptik (warna, bau,rasa,


tekstur)

903.

904.
905.
906.
907.
908.
909.
910.
911.
912.
913.

Timbang berat masingmasing simplisia

Hitung persen (%) kadar jamu


godokan

914.
915.
916.
917.
918.
919.

I.5

Uji kandungan kimia pada jamu dengan reaksi kimia

a. Uji alkaloid
920.
Disiapkan Alat dan bahan

921.

922.

Ambil sampel jamu

Masukkan

Tabung reaksi
-

923.

Ukur etanol 70% sebanyak 5 ml

Gelas ukur
-

Dilarutkan sampel

924.+ Pereaksi Dragondorff 3 tetes


925.

Pipet tetes
926.
927.
Amati pembentukan endapan
orange
928.
929.
930.
931.
932.

933.
934.
935.
936.
937.
b. Uji gugus hidroksil/fenolik
938.
939.

Disiapkan Alat dan bahan


-

940.

Masukkan sampel jamu

Tabung reaksi
941.

Ukur 5 ml etanol 70%

Gelas ukur
-

Larutkan dalam 5 ml etanol 70%

Pereaksi besi (III) klorida


-

Pipet tetes
942.

Amati perubahan warna biru-ungu


944.

943.

c. Uji saponin
945.
946.

Disiapkan Alat dan bahan

947.

Ambil sampel jamu

Masukkan

Tabung reaksi
-

Larutkan dengan 5 ml air panas

948.

Kocok kuat-kuat

Amati

HCl Encer

Pipet tetes

949.
950. I.2

Amati eksistensi busa


Uji kadar air dan abu

a. Kadar air
951.
952.

Disiapkan alat dan bahan


-

Timbang

1953.
Gram ekstrak batang jambu biji
-

Masukkan

954.Alat moisturizer balance


-

Dicatat

Hitung
955. kadar air yang didapatkan
956.
957.
958.
959.
960.
961.
962.
963.
964.
965.

966.
967.
968.
969.
970.
b. kadar abu
971.

Disiapkan alat dan bahan


-

Timbang

2 Gram ekstrak batang jambu


972. biji
-

Masukkan

Cawan porselen973.
Tanur

974.
-

Desikator
977.

Masukkan

Dinginkan
975.
976.
Timbang

Neraca analitik

978.
979.
Hitung nilai kadar abu yang
didapatkan
980.
981.
982.
983.
984.

985.
986.
987.
988.
989.
c. Kadar abu tidak larut dalam asam
990.
Disiapkan alat dan bahan

991.

992.
993. Krus porselen isi abu
-

20 ml HCl encer

Kertas saring994.

995.

997.
998.
999.
1000.
1001.
1002.
1003.
1004.

saring

cuci dengan air panas

saring

Neraca analitik

996.
Hitung kadar abu tidak larut asam

1005.
1006.
1007.
1008.
1009.
1010.

I.3

Uji kadar sari pada ekstrak

a. Kadarsari larut air


1011.
1012.

Disiapkan alat dan bahan


-

Serbuk kering 5 gram

50 ml aquades

50 ml kloroform

Dimaserasi selama 24 jam

Erlenmeyer 1013.
-

Disaring

Ambil 20 ml

Ekstrak cair 1014.

1015.
1016.
1017.
1018.
1019.

Uapkan dalam oven

Timbang

Hitung

% kadar sari

1020.
1021.
1022.
1023.
1024.
b. Kadar sari larut etanol
1025.
1026.

Disiapkan alat dan bahan


-

Serbuk kering 5 gram

100 ml etanol

Dimaserasi selama 24 jam

Erlenmeyer 1027.
-

Disaring

Ambil 20 ml

Ekstrak cair 1028.

1029.
1030.
1031.
1032.
1033.
1034.
1035.

Uapkan dalam oven

Timbang

Hitung

% kadar sari

1036.
1037.
1038.
1039.
1040.
1041.

I.6

Uji kualitatif pada jamu dengan metode mikroskopik

a. Jamu sari temulawak


1042.
Disiapkan alat dan bahan

1043.
1044.

Jamu sari temulawak

1045.

Dihaluskan
Diletakkan
1046.

Objek glass

1047.
1048.
1049.

Preparat 2

Preparat I

1050.
1051.
-

+ Kloroform
+ Air

Fiksasi

- Fiksasi

1052.
1053.

Dek glass
-

1054.

Ditutup
Diletakkan

Mikroskop pembesaran
1055.
10x10

Hasil
-

Amati
1056.
Diambil gambar

Dokumentasi

1057.
1058.
b. Temulawak asli
1059.

Disiapkan alat dan bahan

1060.
1061.

Temulawak asli

1062.

Dihaluskan
Diletakkan
1063.

Objek glass

1064.
1065.
1066.

Preparat 4

Preparat 3

1067.
1068.
-

+ Kloroform
+ Air

Fiksasi

- Fiksasi

1069.
1070.

Dek glass
-

1071.

Ditutup
Diletakkan

Mikroskop pembesaran
1072.
10x10
- Amati
Hasil

1073.
-

Diambil gambar

Dokumentasi

1074.
1075.
1076.
1077.

I.7

Uji kualitatif pada jamu dengan kromatografi lapis tipis

1078.

Disiapkan alat dan bahan


1079.
1080.
1081.
Gelas kimia I
1082.

Gelas kimia 2

1083.
Serbuk jamu uji + 3 ml metanol
1084.

Serbuk pembanding + 10 ml
metanol

1085.
-

Ditotolkan

Lempeng
1086. KLT
1087. + Elusi dalam chamber
1088.
n-heksan : etil asetat

1089.

Kloroform : Metanol

1090.
1091.
-

Amati pembentukan noda

Lampu UV 254/366 nm
1092.
1093. + Hitung
Nilai1094.
Rfnya

1095.
1096.
1097.

Anda mungkin juga menyukai