PENDAHULUAN
I.1. Pendahuluan
I.1.1 Metode Penyarian Secara Dingin
Ekstraksi adalah penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota
laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan
beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa
yang mudah larut dalam pelarut organik. Pelarut organik yang paling
umum digunakan untuk mengekstraksikan komponen kimia dari sel
tanaman adalah methanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton,
benzene dan etil asetat.
Metode ekstraksi/penyarian dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu secara panas dan dingin. Penyarian secara dingin dapat digunakan
dengan beberapa teknik yaitu : maserasi, perkolasi. Penyarian secara
panas digunakan dengan beberapa teknik yaitu : infudasi, dekokta,
soxhletasi, dan refluks.
I.1.2 Metode Penyarian Secara Panas
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman
adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut
organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat
yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggunakan
pelarut cair. Infusa adalah metode penyarian panas dengan cara menyari
simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit, sedangkan
dekokta adalah metode penyarian panas yang proses penyariannya
hampir sama dengan infusa, perbedaannya pada dekokta digunakan
pemanasan selama 30 menit.
tanaman atau bagian dari hewan, atau mineral dalam keadaan segar atau
telah dikeringkan dan diawetkan. Agar sediaan obat tradisional atau
herbal tersebut dapat dipakai dengan aman, terjaga keseragaman mutu
dan kadar kandungan senyawa aktifnya, maka diperlukan standardisasi.
Uji kandungan kimia pada sediaan jamu dengan metode reaksi
kimia dengan cara mengidentifikasi senyawa fitokimia yang secara
garis terbesar terdiri dari terpenoid, steroid, flavonoid, alkaloid,
saponin, kuinon, dan tanin. Senyawa fitokimia tidak termasuk ke dalam
zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemaka, vitamin,
mineral, maupun air.
yang tidak larut dalam asam.Abu adalah zat organik sisa hasil
pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya
tergantung pada macan bahan dan cara pengabuannya.Kadar abu ada
hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam
suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam
garam yaitu garam organik dan garam anorganik.Kadar air merupakan
banayaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
persen (%). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan
yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau
berdasarkan berat kering (dry basis).
I.1.6Uji Kadar Sari Pada Ekstrak
Uji kadar sari dari suatu ekstrak bahan obat alam dimaksudkan
agar dapat memberikan gambaran awal sejumlah kandungan, dengan
cara melarutkan ekstrak sediaan dalam pelarut organik tertentu (etanol
dan air).Berbagai senyawa penyarian dari bahan obat alam seperti
penyarian dengan pelarut air atau alkohol digunakan untuk menetukan
persentase tersarinya dengan pelarut tersebut. Penetapan kadar sari yang
larut dalam etanol lebih sering digunakan untuk mengetahui apakah
bahan baku obat tradisional tersebut dapat larut dalam pelarut organik.
Penetapan kadar sari larut dalam air digunakan untuk menentukan
kemampuan dari bahan obat tersebut apakah tersari dalam pelarut air.
I.1.7Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan mikroskopik yang derajat
perbesarannya disesuaikan dengan keperluan. Uji mikroskopik serbuk
jamu tidak hanya dapat dilakukan melihat bentuk anatomi jaringan yang
khas, tetapi dapat pula menggunakan uji histokimia
dengan
penambahan pereaksi tertentu pada serbuk sediaan jamu uji dan zat
kandungan simplisis uji akan memberikan warna spesifik, sehingga
mudah dideteksi.
Pada
percobaan
ini
akan
dilakukan
pengamatan
secara
dengan
2. Mengidentifikasi
simplisia
penyusun
sediaan
jamu
secara
organoleptik
3. Membuat pengelompokkan simplisia penyusun sediaan jamu
berdasarkan khasiat dan kandungannya
I.3.4. Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
1. Untuk mengetahui kandungan kimia pada sediaan jamu
2. Mengidentifikasi kandungan kimia pada sediaan jamu melalui reaksi
kimia
I.3.5.
1.
2.
3.
4.
I.4.3
simplisia
penyusun
sediaan
jamu
secara
cara
identifikasi
senyawa
pada
pada
jamu
jamu
dan
dengan
struktur
dari
simplisia
berdasarkan
khasiat
dan
kandungannya.
I.5.4
Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
Melakukan pengidentifikasian kandungan kimia pada sediaan
jamu melalui metode reaksi kimia dengan cara menguji sampel jamu
kunyit asam sidomuncul, kunyit asan herbadrink dan rumput patima
kedalam tabung reaksi lalu dilarutkan dengan etanol 70%. Pada uji
alkaloid dan uji gugus hidroksil/fenolik ditambah dngan pereaksi
dragendorrf, FeCl3 danHCL encer. Amati pembentukan endapan
berwarna orange untuk pengujian alkaloid, perubahan warna larutan
biru-ungu pada pengujian gugus hidroksil/fenolik serta pembentukan
busa pasa saponin.
I.5.5
jarak pagar, dimana pada kadar air dengan menimbang 1,185 gram
ekstrak biji jarak pagar lalu diletakkan diatas aluminium foil dan diukur
kadar air dengan menggunakan mosture banlance dan pengujian kadar
abu dengan menimbang ekstrak biji jarak pagar sebanyak 2,04 gram
dalam krus porselen yang telah ditara lalu dimasukkan kedalam alat
tanur selama 30 menit hingga terbentuk abu yang berwarna putih, lalu
dimasukkan dalam desikator kemudian ditimbang kadar abunya.
Kemudian dilakukan pengukurang kadar abu yang tidak larut asam
dengan melarutkan abu yang diperoleh dengan asam klorida dan
disaring dan diukur atau ditimbang abu yang tidak larut.
I.5.6
biji jarak pagar. Dengan cara merendam serbuk sampel biji jarak pagar
sebanyak 5 gram dengan pelarut air dengan kloroform serta etanol
kemudian selama 6 jam labu dikocok dan didiamkan selama 18 jam.
Kemudian disaring ekstrak dan diambil masing-masing ekstrak biji
yang dimana ingin diketahui kandungan keji beling pada jamu tersebut,
dengan menggunakan pembanding serbuk keji beling asli. Percobaan
ini dilakukan dengan menggunakan metode Metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) yaitu pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip
partisi dan adsorpsi secara selektif dengan menggunakan dua jenis
eluen yaitu campuran n-heksana : etil asetat (8:2), dan kloroform :
etanol (15:6), lalu pengamatan lempeng KLT dibawah sinar UV 254 nm
dan 366 nm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Deskripsi Tanaman
II.1.1Klasifikasi Tanaman
1. Biduri (Calotropis giganthea L.) (www.plantamor.com)
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Gantiandles
Family
: asdepiadaceae
Genus
: Calotropis
Spesies
: Calotropis gigatea L
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: magnoliidae
Ordo
: Piperales
Family
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper bettle L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Asterales
Family
: Astereceae
Genus
: Ageratum
Spesies
: Ageratum conyzoider L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha gossypifolia L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Lumiales
Family
: Lumiaceae
Genus
: Solenostermon
Spesies
: Solenostermon seutellarrodes L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Fabales
Family
: Fabaceae
Genus
: Cassia
Spesies
: Cassia alata L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Subkelas
: Dialypetae
Ordo
: Sapindales
Family
: Anacodiaceae
Genus
: Annae
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Family
: Zingiberaceae
Genus
: Alpina
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euhorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
:Jatropha curcas L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Dilleniidae
Ordo
: Capparale
Family
: Moligaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Astiridae
Ordo
: lamiales
Family
: lamiaceae
Genus
: Tectona
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Magnoliidae
Ordo
: Laurales
Family
: Lauraceae
Genus
: Cinnamonum
Spesies
: Cinnamonum burmanii
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Sizigium
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingberales
Family
: Zingberaceae
Genus
: Kaemptesia
Spesies
: Kaemptesia Rotunda L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Magnolisdae
Ordo
: Magnoliales
Family
:Annona ceap
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Strophularlales
Family
: Acantheceae
Genus
: Andrographis
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Dilenidae
Ordo
: Malvales
Family
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus subolaritta L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Family
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Commenidae
Ordo
: Zingberales
Family
: Zingibraceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma longa L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Magnolidae
Ordo
: Piperales
Family
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Magnolidae
Ordo
: Magnoliales
Family
: Myristicaceae
Genus
: Myristica
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Aprales
Family
: Apiceae
Genus
: Foeniculum
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha gossypifolia L
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Psidum
Spesies
: Psidum guajava L.
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliapsida
Subkelas
: Comonelinidae
Ordo
: Zingberales
Family
: Zingberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Aleurites
: Aleurites moluccana (L.) Willd
3. Bandotan
Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim,
tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar
30-90 cm, dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika
menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai,
letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian
daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing,
tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan
daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di
permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk
berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari
ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm,
dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan
bentuknya kecil. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya
Bandotan dapat diperbanyak dengan biji. Bandotan berasal dari
Amerika tropis. Di Indonesia, bandotan merupakan tumbuhan liar
dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di
kebun dan di ladang. Tumbuhan ini, dapat ditemukan juga di
pekarangan rumah, tepi jalan, tanggul, dan sekitar saluran air pada
ketinggian 1-2.100 m di atas permukaan laut (dpl). Jika daunnya
telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau
tidak enak.
4. Jarak merah
Jarak merah (Jatropha gossypifolia) tergolong kedalam
kelompok tanaman berdaun tidak lengkap. Hal ini karena pada
bagian daunnya hanya memiliki petiolus (tangkai daun) dan
lamina (helaian daun), tanpa memiliki vagina (pelepah daun).
Circumscriptio atau bangun daunnya berbentuk orbicularis
(bulat). Dikatakan memiliki bangun daun berbentuk orbicularis
karena pada perbandingan panjang dan lebar, jarak merah yaitu
1 : 1. Memiliki intervenium (daging daun) yaitu tipis lunak
(herbaceus). Pada bagian margo folii, daunnya bergerigi
(serratus).
Pada
bagian
apex
folii,
daunnya
meruncing
ketepeng
cina merupakan
bunga
majemuk,
mengkilat.
Karangan
bunga
berbunga
5-7
di
nama
spesiesSyzygium
polyanthum (Wight)
keluar
cm,
dari
dengan
ukuran
kemudian
menjadi putih.
pertulangan
(nerfatio)
menyirip
(penninerfis),
Daun
Moringa
oleifera
memiliki
deskripsi
folii
(pangkal
daun)
obtusus
(tumpul),
nervatio
monoterpendan
sesquiterpen
(meliputi
dan
bidesmetoksikurkumin),
Mengandung flavonoid, seperti chalcones, flavanones, cglycoflavonols dan flavan-3-ols. proline, hydroproline, myoinositol, dan chiroinosotils. Sementara benalu famili Loranthaceae
diyakini banyak mengandung tanin.
4. Salam
Mengandung serat, minyak asiri, sitral, tannin, flavonoid, metal
kavikol, lemak jenuh, pufa, dan mufa. Daun ini juga mengandung
vitamin A, B, C, dan D, serta kalsium, zat besi, kalium, dan
magnesium.
5. Rosella
a. Kalori
b. H2O
c. Protein
d. Fats
e. Karbohidrat
f. Fiber
g. Kalsium
h. Phospor
i. Besi
j. B-karotene
k. Asam askorbat
6. Kunir putih
Mengandung kurkuminoid yang secara detil teridiri dari
kurkumin, bosdesmetoksikurkumin, desmetoksikurkumin, keton
sesquiterpen, tumeron, tumein, sabinen, felander, dan borneol.
Selain itu, kunyit putih juga mengandung lemak,
karbohidrat, protein, vitamin C, mineral, minyak atsiri, pati,
serat alami, zat besi, kalsium dan juga fosfor.
7. Sirsak
Daun sirsak mengandung tanin, alkaloid, dan sejumlah
kandungan kimia lainnya seperti acetogenins, annocatacin,
annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine,
anonol, gentisic acid caclourine, linoleic acid, gigantetronin
dan muricapentocin.
8. Kumis kucing
Kandungan senyawa kimia pada bagian daun bisa
dibilang cukup kompleks. Beberapa senyawa penting yang
berkhasiat
sebagai
obat
tradisional
berbagai
penyakit
kemiri
mengandung
senyawa
polifenol,
saponin,
sapogenin,
kalotropin,
Saponin
Flavonoida
Polifenol
Tannin
Kalsium oksalat
16. Bandotan
Bandotan mengandung asam amino, organacid, pectic
substance, minyak asiri kumarin, ageratochromene, friedelin, sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potassium chlorida.
Akar bandotan mengandung minyak asiri, alkaloid, dan kumarin
17. Sirih
Beberapa kandungan itu diantaranya adalah : fenil
propana, minyak atsiri, hidroksikavicol, estragol, kavicol,
kavibetol, allylpyrokatekol, caryophyllene, cyneole, cadinene,
diastase, tanin, pati, seskuiterpena, terpennena dan gula.
18. Jambu Biji
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu bijji
mengandung tannin, sedang pada batangnya tidak banyak
mengandung tannin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain
kecuali tannin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan
vitamin. Kandungan buah jambu biji ( dalam 100 gr), yaitu
kalori 49 kali;Vitamin A 25 SI; Vitamin B1 0,02 mg; Vitamin C
87 mg; Kalsium 14 mg; Hidrat Arang 12,2 gr; Fosfor 28 mg;
Besi 1,1 mg; Protein 0,9 mg; Lemak 0,3 gr; dan Air 86 gr.
19. Kelor
Kelor mempunyai kandungan kimia yaitu senyawa alkalid
moringin, moringinan, dan pterigospermin. Pada biji kelor
mengandung linoleat, olleat, lignoserat, dan asam palmitat
20. Jati
21. Mayana
Mengandungan senyawa kimia sebagai berikut: daun dan
batang mengandung minyak atsiri, fenol, tannin, lemak,
phytosterol, kalsium oksalat, dan peptik substances. Komposisi
juga
dapat
memperlancar
aliran
darah
sehingga
Likopen
yang
menurut
beberapa
studi
sejumlah
kanker
seperti kanker
rongga
mulut,kanker
obat
antilambung,antiinflamasi,
antitoksik,
menghilangkan
pembengkakan,
menghentikan
perdarahan
(hemostatis),
peluruh
haid
f.
membersihkan mata
Meminum air rebusan sirih juga bisa membantu
g.
h.
i.
keputihan.
j.
Sariawan
k.
Sirih hijau juga dipercaya dapat untuk mengobati
penyakit demam berdarah.
l.
Dapat mengobati luka bakar
m.
Daun sirih hijau juga bisa menghilangkan gatalgatal di kulit.
19. Jambu Biji
Dapat mencegah
menjaga
fungsi
otak
kanker,
dan
memperlancar
saraf,
pencernaan,
menangkal
radikal
22. Miyana
Menyembuhkan hepatitis dan menurunkan demam, batuk
dan influenza. Selain itu daun tumbuhan iler ini juga berkhasiat
untuk penetralisir racun (antitoksik), menghambat pertumbuhan
bakteri (antiseptik), mempercepat pematangan bisul, pembunuh
cacing
(vermisida),
wasir,
peluruh
haid
(emenagog),
: AETHANOLUM
: Alkohol / etanol
: C2H5OH / 46,07
:
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
: ACETUM
Nama lain
: Aseton
RM/BM
: (CH5)2CO /58,00
Rumus bangun
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: Sebagai pelarut
Penyimpanan
: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
:H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
::: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
: H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
::: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
: AETHANOLUM
: Alkohol / etanol
: C6H6O / 46,07
:
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
minyak tanah
: Anastetikum umum, pengawet, zat
Kegunaan
Penyimpanan
tambahan
: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik, tersumbat
kaca, terlindung dari cahaya
II.2.6. Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Rekasi Kimia
1. Aquadest (FI III, 96)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
: H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
::: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik
Nama lain
RM/BM
Rumus bangun
Pemerian
: Asam klorida
: HCL / 36,46
: H-CL
: Tidak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
Pemerian
Kelarutan
kelembapan
: Larut dalam air, larutan beropalesensi
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
berwarna jingga
: Zat tambahan
: Sebagai pereaksi
: Dalam wadah tertutup rapat
Pemerian
: AETHANOLUM
: Alkohol / etanol
: C6H6O / 46,07
:
Kelarutan
Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan
: AQUA DESTILATA
: Air suling / Aquadest
: H2O / 18,02
: H-O-H
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
minyak tanah
: Anastetikum umum, pengawet, zat
Kegunaan
Penyimpanan
tambahan
: Sebagai pelarut
: Dalam wadah tertutup baik, tersumbat
kaca, terlindung dari cahaya
II.2.8. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1.Heksana (FI IV : 1159)
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus Struktur
: HEKSANA
: Heksana
: C6H12/ 86,18
:
Pemerian
petroleum
: Praktis tidak larut dalam air, larut dlam
Kelarutan
Khasiat
Keguanaan
Penyimpanan
: ETIL ASETAT
: Etil Asetat
: CH3COOC2H5/ 88,11
:
Pemerian
Kelarutan
dapat
dengan eter P
: Murni pereaksi
: Sebagai eluen
: Dalam wadah tertutup rapat
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Rumus Struktur
: METHANOUM
: Metanol
: CH3OH/ 32
:
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Keguanaan
Penyimpanan
: CHLOROFORMUM
: Kloroform
: CHCl3 / 119,38
:
Pemerian
Kelarutan
Khasiat
Keguanaan
Penyimpanan
20 ml air panas
II.3. Teori
II.3.1Metode Penyarian Secara Dingin
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia
dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid,
flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Dalimartha, S. 2001).
Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan
termasuk biota laut. Komponen kimia yang terdapat pada tanaman,
hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung
senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik (Adrian,
2000).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalahSecara
dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhlet. Dimana untuk
maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan
soxhlet dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun
menyari simplisia (Tobo, 2001).
berabad-abad
oleh
masyarakat
Indonesia
untuk
II.3.4 Uji Kandungan Kimia Pada Jamu Dengan Metode Reaksi Kimia
Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah
dikonsumsi
berabad-abad
oleh
masyarakat
Indonesia
untuk
ke
suatu
pelarut
dengan
cara
mengocok
atau
akan
memberikan
efektivitas
yang
tinggidengan
berabad-abad
oleh
masyarakat
Indonesia
untuk
II.3.8 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk
pemisahan tertentu. Pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan
nama kromatografi diambilkan dari senyawa yang berwarna.
Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa- senyawa yang
berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan pemisahan
secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa senyawa
yang tak berwarna (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana
analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam
dan gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul
kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat
atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau
cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal
sebagai kromatografi gas.
melibatkan
perbedaan-perbedaan
pemisahan
tertentu
terhadap
yang
campuran
dimiliki
oleh
berabad-abad
oleh
masyarakat
Indonesia
untuk
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Waktu Dan Tempat Praktikum
III.1.1 Metode Penyarian Secara Dingin
1. Waktu
Kamis, 24 Maret 2016
2. Tempat
Desikator
Neraca analitik
Moisturizer balance/moisture meter
Cawan porselin
Tanur
III.2.3.2. Bahan
1.
2.
3.
4.
III.2.6.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
III.2.6.2. Bahan
1. Sampel jamu
2. Etanol 70%
3. Air panas
4. Pereaksi dragendroff
5. Besi (III) klorida
6. Asam klorida
III.2.7.Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Mikroskopik
III.2.7.1. Alat
1. Lumping dan alu
2. Objek glass
3. Deck glass
4. Mikroskop
III.2.7.2. Bahan
1. Sampel jamu
2. Sampel pembanding
3. Kloroform
4. Aquades
III.2.8. Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
III.2.8.1. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sendok Tanduk
Neraca analitik
Gelas kimia
Pipa Kapiler
Pinset
Chamber
Batang pengaduk
Lampu UV 254 dan 366 nm
III.2.8.2. Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sampel jamu
Serbuk kunyit
Methanol
Heksana
Etil asetat
Kloroform
Lempeng KLT
8.
Kertas saring
10.
9.
III.3. Prosedur Kerja
III.3.1. Pembuatan simplisia
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dikumpulkan bahan baku simplisia.
3. Disortasi basah bahan baku simplisia dengan memisahkan bagianbagian tanaman yang diperlukan seperti daun.
4. Dicuci bahan simplisia dengan air bersih untuk menghilangkan
kotoran yang melekat.
5. Dirajang bahan simplisia menjadi ukuran yang lebih kecil.
6. Dikeringkan bahan simplisia dimana untuk bagian-bagian yang
lunak seperti daun cukup diangin-anginkan sedangkan bagian
yang keras seperti batang dikeringkan dibawah sinar matahari.
7. Disortasi kering bahan simplisia.
8. Disimpan simplisia pada wadah.
11.
13.
17.
18.
19.
22.
23.
Kimia
28.
29.
31.
32.
34.
35.
46.
BAB IV
47.
HASIL DAN PEMBAHASAN
48.
IV.1. Hasil Pengamatan
49.
IV.1.1 Metode Penyarian Secara Dingin
a. Hasil Pengamatan
50. N
51.
52.
53.
56.
57.
60.
61.
64.
65.
54.
55.
D
58.
59.
D
62.
63.
D
67.
66.
b. Perhitungan
%Daun Bandotan
68.
Rendamen=
Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel
19,02 gram
x 100
90 gram
69.
21,13
Rendamen=
70.
Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel
22,78 gram
x 100
245 gram
71.
9,29
%Daun Mayana
72.
Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel
Rendamen=
10,12 gram
x 100
66,92 gram
73.
15,12
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
Hasil Pengamatan
81.
83.
84.
87.
88.
91.
92.
85.
86.
B
89.
90.
B
93.
94.
95.
97.
Perhitungan
-
Berat Ekstrak
%Biji Kelor Berat Sampel x 100
Rendamen=
17,21 gram
x 100
68 gram
25,90
98.
Rendamen=
Berat Ekstrak
x 100
Berat Sampel
11,73 gram
x 100
200 gram
99.
5,865
100.
Berat Ekstrak
%Batang Jambu Biji Berat Sampel x 100
-
101.
14,72
Rendamen=
14,72 gram
x 100
100 gram
96.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
Pada Ekstrak
110.
Tabel Pengamatan
A. % Kadar Air
111. 112.
Bobot
113.
Bobot
No Awal
115. 116. 0,5
Akhir
117. 33,6547
gram
gram
119.
114.
Kadar
118. 3,15 %
B. % Kadar Abu
120. 121.
Bobot
No Awal
124. 125. 0,5
1
gram
122.
Bobot
Akhir
126. - 0,6 gram
123.
Kadar
127.
110,0
128.
129. Analisis Data
Berat abu total = berat total berat cawan kosong
130.
= 32,65472 gram 32,1700 gram
131.
= 1,5 gram
132.
Berat akhir kadar air
133.
saring
134.
135.
136.
137.
138.
0,6 gram
0,5 graml
x 100 %
146.
= -120,0 %
147.
Kadar abu tidak larut asam
Berat abu total
148.
= berat sampel
0,6 gram
0,5 graml
x 100 %
149.
x 100 %
150.
151.
= -120,0 %
152.
Ekstrak
153.
Tabel Pengamatan
155.
156.
157.
158.
Bobo
160.
166.
161.
167.
162.
168.
163.
164.
35
30
169.
170.
22,85
13,0
172.
173.
174.
175.
Analisis Data
Berat sebelum diuapkan
A. Pelarut air + kloroform
176. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor
177. Kosong)
178. = 72,61 gram 49,75 gram
179. = 22,85 gram
180.
B. Pelarut etanol
181. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor
182. Kosong)
183. = 74,268 gram 38,61 gram
184. = 35,7 gram
185.
Berat sesudah diuapkan
A. Pelarut air + kloroform
186. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor
187. Kosong)
188. = 62,7996 gram 49,75 gram
189. = 13,0 gram
190.
B. Pelarut etanol
191. = (Bobot Sampel + Bobot Capor) (Bobot Capor
165.
171.
192. Kosong)
193. = 69,4323 gram 38,61 gram
194. = 30,8 gram
195.
196.
197.
198.
Kadar Sari larut air + kloroform
199. =
Berat sebelum diuapkan+ Berat sesudahdiuapkan
Berat sebelum diuapkan
100%
200.
201.
9,9 gram
22,85 gram x 100
x 100%
202. = 43,3 %
203.
Kadar Sari larut etanol
204. =
Berat sebelum diuapkan+ Berat sesudahdiuapkan
Berat sebelum diuapkan
100%
205.
206.
4,8 gram
35,7 gram x 100\
207.
= 15,5 %
x 100%
208.
209.IV.1.5 Uji Kualitatif Pada Jamu Dengan Metode Makroskopik
210.a. Hasil Pengamatan
215.
218.
220.
214.
219.
216.
Gam
bar
217.
221. 1
223.
224.
Total
Sa
mp
el
225.
226.
227.
228.
229.
9,40
P
e
n
g
a
m
a
t
a
n
o
r
g
a
n
o
l
e
p
t
i
s
230.
W
a
r
n
a
:
c
o
k
l
a
t
231.
B
a
u
:
k
h
a
s
232.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r
233.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a
234.
236.
237.
243.
244.
4,96
h
i
t
245.
246.
W
a
r
n
a
:
238.
Bata
ng
239.
240.
241.
242.
c
o
k
l
a
t
247.
B
a
u
:
k
h
a
s
248.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r
249.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a
h
i
t
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
274.
275.
276.
Akar
277.
278.
1,41
279.
280.
W
a
r
n
a
:
c
o
k
l
a
t
281.
B
a
u
:
k
h
a
s
282.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r
283.
R
a
s
a
:
284.
286.
287.
289.
290.
3,40
a
g
a
k
p
a
h
i
t
291.
292.
W
a
r
n
a
:
288.
Daun
c
o
k
l
a
t
293.
B
a
u
:
k
h
a
s
294.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
k
a
s
a
r
295.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a
h
296. 297.
298.
299.
301.
21,6
i
t
302.
W
a
r
n
a
:
300.
Bata
ng
c
o
k
l
a
t
303.
B
e
n
t
u
k
:
p
a
d
a
t
304.
B
a
u
:
k
h
a
s
305.
R
a
s
a
:
306.
308.
309.
311.
3,1 gram
p
e
k
a
t
312.
W
a
r
n
a
:
310.
Akar
c
o
k
l
a
t
313.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
314.
B
a
u
:
k
h
a
s
,
a
r
o
m
a
t
i
k
315.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
m
a
n
i
s
316.
317.
318.
319.
320.
321.
323.
324.
326.
327.
W
a
r
n
a
:
325.
Biji
H
i
t
a
m
328.
B
e
n
t
u
k
:
l
e
m
b
e
k
329.
B
a
u
:
k
h
a
s
,
a
r
o
m
a
t
i
k
330.
R
a
s
a
:
a
g
a
k
p
a
h
i
t
331.
333.
334.
336.
337.
W
a
r
n
a
:
335.
?
c
o
k
l
a
t
k
e
h
i
j
a
u
a
n
338.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
339.
B
a
u
:
k
h
a
s
,
a
r
o
m
a
t
i
k
340.
R
a
s
a
:
m
a
n
i
s
k
e
m
u
d
i
a
341. 342.
343.
344.
345.
Bata
ng
346.
n
p
e
d
a
s
347.
W
a
r
n
a
:
h
i
j
a
u
k
e
c
o
k
l
a
t
a
n
348.
B
a
u
:
k
h
a
s
349.
B
e
n
t
u
k
:
p
a
d
a
t
350.
R
a
s
a
:
351.
353.
354.
356.
p
a
h
i
t
357.
W
a
r
n
a
:
355.
Akar
c
o
k
l
a
t
358.
B
a
u
:
k
h
a
s
359.
B
e
n
t
u
k
:
s
e
r
a
b
u
t
360.
R
a
s
a
:
p
a
h
361.
363.
364.
365.
Daun
366.
367.
i
t
368.
369.
W
a
r
n
a
:
h
i
j
a
u
k
e
h
i
t
a
m
a
n
370.
B
a
u
:
k
h
a
s
371.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
372.
R
a
s
a
:
p
a
h
i
t
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379. 380.
381.
382.
384.
52,09
385.
W
a
383.
Rimp
ang
r
n
a
:
c
o
k
l
a
t
386.
B
a
u
:
a
r
o
m
a
t
i
k
387.
B
e
n
t
u
k
:
k
a
s
a
r
388.
R
a
s
a
:
389. 390.
391.
392.
394.
0,0233
p
a
h
i
t
395.
W
a
r
n
a
:
393.
Akar
c
o
k
l
a
t
396.
B
a
u
:
k
h
a
s
l
e
m
a
h
397.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
398.
R
a
s
a
:
399.
401.
402.
403.
Daun
404.
4,1385
h
a
m
b
u
r
405.
W
a
r
n
a
:
c
o
k
l
a
t
406.
B
a
u
:
k
h
a
s
l
e
m
a
h
407.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
408.
R
a
s
a
:
409.
411.
412.
414.
1,7577
h
a
m
b
u
r
415.
W
a
r
n
a
:
413.
Bata
ng
c
o
k
l
a
t
416.
B
a
u
:
k
h
a
s
417.
B
e
n
t
u
k
:
k
e
r
i
n
g
418.
R
a
s
a
:
h
a
m
b
u
r
419.
a. Perhitungan
1.
420.
421.
81,36
Daun=
5,37 gram
x 100
6,6 gram
Batang=
422.
1,23 gram
x 100
6,6 gram
18,63
423.
Rimpang=
424.
2,12 gram
x 100
8,72 gram
24,31
425.
2.
426.
427.
100
3.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
52,09 gram
x 100
12,09 gram
9,8 gram
x 100
90 gram
10,9
Biji=
4,8 gram
x 100
90 gram
5,33
Akar =
3,4
3,1 gram
x 100
90 gram
Batang=
434.
21,6 gram
x 100
90 gram
24
435.
Serbuk =
436.
5,18 gram
x 100
90 gram
5,7
437.
438.
4.
Daun=
439.
1,86 gram
x 100
4,1328 gram
4,50
440.
Batang=
441.
1,7577 gram
x 100
4,1328 gram
42,5
442.
Akar =
443.
444.
0,023 gram
x 100
4,1328 gram
0,5
5.
445.
446.
Daun=
36
3,40 gram
x 100
9,40 gram
Batang=
447.
448.
4.96 gram
x 100
9,40 gram
9,4
Akar =
449.
450.
6.
451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
1,41 gram
x 100
9,40 gram
15
Berat Tiap Sampel
x 100
Berat Total
Daun=
4,00 gram
x 100
9,06 gram
44,1
Batang=
3,70 gram
x 100
9,06 gram
41,7
Rimpang=
12,14
1,10 gram
x 100
9,06 gram
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
475.
Uji
476.
Uji
477.
UJi
478.
479.
484.
493.
494.
485.
480.
502.
503.
495.
486.
504.
496.
487.
505.
497.
488.
481.
482.
J
483.
506.
498.
489.
507.
499.
490.
508.
500.
491.
509.
501.
492.
510.
511.
512.
517.
518.
527.
528.
537.
538.
513.
519.
529.
539.
520.
530.
540.
521.
531.
541.
514.
522.
532.
542.
515.
J
523.
533.
543.
524.
534.
544.
525.
535.
545.
526.
536.
546.
516.
547.
548.
554.
564.
574.
555.
565.
575.
556.
566.
576.
557.
567.
577.
550.
558.
568.
578.
551.
559.
569.
579.
552.
J
560.
570.
580.
561.
571.
581.
562.
572.
582.
563.
573.
583.
549.
553.
584.
585.
586.
587.
588.
589.
590.
591.
Mikroskopik
592.
593.
Hasil Pengamatan
594. NO
595.
SA
MP
EL
596.
G
AMBAR
597. KETE
RANGAN
598.
1
599. Pelarut
Kloroform
600.
601.
617.
618.
619.
602.
627.
628.
629. 1.
Butiran
Pati
630. 2.
Fragmen
631.
603.
632.
604.
605.
606.
607. ( Sampe
l Jamu)
608.
609.
610.
611.
620.
621.
622.
623.
624.
625.
626.
633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.
1.
612.
613.
614.
615.
616. (Serbuk
Pembanding)
640.
2.
641.
2
642.
Pela
rut
Air
643.
662.
644.
665.
645.
666.
646.
667.
647.
668.
676.
648.
669.
677.
649.
650.
651. ( Sampel
Jamu)
652.
670.
678.
671.
679.
663.
664.
672.
673. 1
. Butir
Pati
674. 2
.
Fragmen
675. 3
.
Rambut
penutup
680.
653.
681.
654.
682.
655.
683.
1.
656.
657.
658.
659.
660.
(Se
r
b
u
k
P
e
m
b
a
n
d
i
n
g
)
661.
686.
684.
2.
685.
IV.2. Pembahasan
IV.2.1 Metode Penyarian Secara Dingin
687. Maserasi merupakan cara
penyarian
yang
melalui
metode
penyarian
secara
dingin
yaitu
membutuhkan
cara
penyarian
dengan
sederhana,
penyarian
yang
alas
bulat,
demikian
seterusnya
berlangsung
secara
701.
karakteristik
yang
sangat
penting
karena
air
dapat
jambu biji yaitu - 0,6 gram untuk hasil uji kadar abu ekstrak jarak
pagar yaitu -120,0 % dan hasil kadar abu yang tidak larut asam
yaitu -120,0 %
709.
Berdasarkan (Anonim,2006) kandungan umum biji
jarak pagar yaitu untuk kadar air berkisar 6,20% dan untuk kadar
abu 5,30% sedangkan untuk kadar abu tidak larut asam menurut
(Syamsuni,2005) kadar abu yang tidak larut asam tidak boleh lebih
dari 2% kecuali dinyatakan lain.
710.
Adapun faktor kesalahan disebabkan oleh praktikan
dalam melakukan praktikum tidak teliti sehingga terjadi kesalahan
menggunakan
metode
gravimetri
dengan
cara
716.
penelitian selanjutnya.
715.
IV.2.4 Uji Kadar Sari pada Ekstrak
717.
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif
untuk jumlah kandunga senyawa dalam simplisia yang dapat tersari
dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut
dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa
yang terkandung dalam simplisia (Soetarno,1997).
718.
Metode penentuan kadar sari digunakan untuk
menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi dalam pelarut
dari sejumlah simplisia. Penetapan kadar sari juga dilakukan untuk
landasan teori menurut Diana Febriani, dkk, 2015, bahwa kadar sari
larut air yaitu > 18%. Sedangkan penetapan kadar sari larut etanol
tidak sesuai dengan literatur, dimana menurut literature Isye
Martiani, 2013, bahwa kadar sari larut etanol pada simplisia >
6,30% dan menurut literatur Diana febriani, dkk, 2015, bahwa
kadar sari larut etanol >12,5%. Kadar sari larut etanol didapatkan
lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut air. Hal ini karena
air bersifat polar dan etanol bersifat non polar. Jadi etanol dapat
menarik senyawa yang bersifat polar dan non polar dibandingkan
air yang hanya dapat menarik senyawa polar saja. Oleh karena itu
etanol bisa disebut pelarut universal sehingga kadar sari yang
didapatkan lebih besar pada etanol disbanding dengan air.
723.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang
farmasis dapat mengetahui dan memahami cara penetapan kadar
725.
turun
temurun
telah
digunakan
untuk
pengobatan
dilakukan
penyiapan alat dan bahan yang berupa neraca analitik dan jamu
godog daun sambiloto Setelah itu dikeluarkan seluruh bahan jamu
godog tanaman sambiloto berupa simplisia berupa daun dan batang
serta rimpang dari akar yang merupakan bagian dari kemasan jamu
sambiroto. Kemudian ditimbang berat total dari masing-masing
jamu tersebut lalu dipisahkan simplisia jamu menurut bentuk dan
strukturnya berat total seluruh simplisia yang didapatkan ialah 9,06
gram. Kemudian ditimbang simplisia jamu yang telah dipisahkan
tadi agar dapat diketahui berat masing-masing simplisia tersebut.
Kemudian dilakukan uji organoleptik dengan menggunakan panca
indra agar dapat mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa
sebagai berikut (Anonim,1979) : bentuk padat, serbuk, kering,
kental cair. Warna dari ciri luar dan warna bagian dalam, bau
aromatik, tidak berbau dan lain-lain. Rasa pahit, manis, khelat dan
lain-lain, ukuran panjang, lebar dan diamdietil eter sediaan dalam
satuan
pemeriksaan
maka
simplisia
yang
telah
diidentifikasi
733.
732.
IV.2.6 Uji Kandungan Kimia pada Jamu dengan Metode
Reaksi Kimia
734.
turun
temurun
telah
digunakan
untuk
pengobatan
dilakukan
penyiapan alat dan bahan berupa tabung reaksi, rak tabung reaksi,
pipet tetes, panci, bunsen, statif dan gegep, serta bahan jamu berupa
jamu kunyit asam sidomuncul, kunyit asam herba drink dan rumput
patima. Setelah itu dilakukan 3 uji yaitu uji alkaloid, uji fenolik dan
uji saponin. Untuk uji alkaloid pertama-tama dimasukkan serbuk
jamu kunyit asam sidomuncul, kunyit asam herba drink dan rumput
patima kedalam masing-masing tabung reaksi. Setelah itu
dilarutkan dengan etanol 70% setelah larut ditambahkan pereaksi
dragendorrf
kunyit asam sidomuncul yaitu pada uji alkaloid negatif (-), uji
fenolik neagatif (-) uji saponin positif (+), berdasarkan hasil yang
diperoleh jamu kunyit asam sidomuncul tidak mengandung
alkaloid, fenolik tetapi mengandung saponin. Untuk jamu kunyit
asam herbadrink diperoleh hasil untuk uji alkaloid negatif (-), uji
fenolik negatif (-) dan uji saponin positif (+). Pada jamu ini
terdapat kandungan saponin. Untuk jamu rumput patima diperoleh
hasil untuk uji alkaloid negatif (-), uji fenolik negatif (-) dan uji
saponin positif (+) karena menghasilkan busa yang tetap.
741.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang
farmasis dapat mengetahui dan memahami cara pengujian suatu
kandungan pada jamu dengan metode reaksi kimia yaitu uji
745.
alam
yag
lebih
dikenal
sebagai
simplisia
(Syamsuni,2005).
747. Bahan alam merupakan zat kimia murni yang sering
digunakan dalam bentuk obat berizin. Senyawa-senyawa ini
terkandung diproduksi secara sintesis dan dikenal sebagai
senyawa identik alami. Tetapi pada awalnya ditemukan dari
obat-obat. Tanaman obat tradisional telah dikenal secara umum
dan turun temurun digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan
akan
kesehatan.
Pemanfaatan
obat
tradisional
percobaan
ini
pertama-tama
dilakukan
pereaksi
dan
melekat
pada
preparat
sehingga
spesifik dari kedua sampel dapat diamati dengan baik dan jelas.
750. Pada hasil pengamatan diperoleh untuk jamu sari
temulawak yang ditetesi air terlihat fragmen parenkim korteks,
serabut sklerenkim, fragmen jaringan gabus dan rambut penutup,
untuk jamu sari temulawak ditetesi kloroform terlihat fragmen
parenkim korteks, serabut sklerenkim dan butir pati diperbesar.
Kemudian untuk temulawak asli ditetesi air terlihat fragmen
berkas pembuluh, fragmen parenkim korteks, serabut sklerenkim
dan serabut rambut penutup sedangkan pada temulawak asli yang
ditetesi kloroform terlihat fragmen berkas pembuluh, fragmen
parenkim korteks, serabut parenkim dan rambut penutup.
751. Berdasarkan literatur materia medika indonesia
(Anonim,1997-1980) serbuk rimpang temulawak terdiri dari
fragmen berkas pembuluh, fragmen parenkim korteks, serabut
sklerenkim, butir pati, fragmen jaringan gabus bentuk poligonal
dan rambut penutup. Sedangkan menurut (Elonora, dkk.,2016)
fragmen uji mikroskopik akan terlihat fragmen korteks dan
silinder pusat parenkimatik, terdiri dari sel parenkim berdinding
tipis berisi butir pati. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang
hingga bulat telur memanjang dengan panjang 20-70 nm, lebar 530 nm, hilus di tepi dan lemen tidak begitu jelas. Dalam parenkim
tersebar sel minyak berwarna kuning dan zat berwarna jingga,
juga terdapat idobes berisi Hblur. Co-oksalat berbentuk jarum
kecil. Berkas pembuluh tipe kolateral. Dari hasil pengamatan
hasil yang diperoleh sesuai dimana terdapat fragmen berkas
pembuluh korteks, fragmen parenkim korteks, serabut parenkim,
butir pati dan pembanding jamu temulawak asli.
752. Adapun khasiat dari jamu sari temulawak yaitu
membantu menjaga kondisis tubuh yang lelah dan kesehatan
fungsi hati serta menambah nafsu makan.
753.
755.
Tipis
756.
setiap
perlakuan
yaitu
untuk
UV 254 nm untuk
764.
779.
776.
BAB V
777.
PENUTUP
778.
V.1. Kesimpulan
V.1.1. Metode Penyarian Secara Dingin
780.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Maserasi merupakan cara penyarian dengan cara merenam
serbuk simplisia dalam cairan penyari.
2. Hasil % rendamen yang didapatkan pada metode dingin
(maserasi) yaitu :
a. Daun bandotan
b. Daun jarak merah
c. Daun mayana
781.
782.
: 14,68%
: 9,29%
: 15,12%
: 5,86%
: 25,3%
: 14,72%
786.
788.
a.
b.
c.
d.
sampel simplisa.
2. Organileptik daun sambiloto :
a. Bau : khas
b. Warna : hijau kehitaman
c. Rasa : pahit
d. Tekstur : kering
3. Organoleptik batang
Bau : khas
Warna : hijau kecoklatan
Rasa : pahit
Tekstur : padat
4. Organoleptik akar
a. Bau : khas
b. Warna : coklat
c. Rasa : pahit
d. Tekstur : serabut
5. Persen kadar kandungan senyawa yaitu :
a. Daun salam
- Pada daun : 61,58%
- Pada batang : 14,10%
- Pada rimpang : 24,31%
b. Kunir putih
- Rimpang : 100%
c. Jamu kolesterol
- Pada daun : 10,88%
- Pada biji : 5,33%
- Pada akar : 3,4%
- Pada batang : 24%
- Pada serbuk : 5,7%
d. Benalu batu
- Pada daun : 4,50%
- Pada akar : 0,5%
- Pada batang : 42,5%
e. Panuntu
- Pada daun : 36,1%
- Pada akar : 15%
- Pada batang : 52,7%
f. Sambiloto
- Pada daun : 44,15%
- Pada akar : 1,10%
- Pada batang : 41,72%
790.
Reaksi Kimia
791. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang
diproses sacara sederhana
2. Kandungan kimia pada jamu :
a. Kunyit asam sidomuncul :
- Alkaloid : - Fenolik : - Saponin : +
b. Herba drink kunyit asam :
- Alkaloid : - Fenolik : - Saponin : +
c. Rumput patimah :
- Alkaloid : - Fenolik : +
- Saponin : +
792.
794.
795.
796.
V.1.8.
Uji
Kualitatif
Pada
Jamu
Dengan
1. Kandungan senyawa pada jamu keji beling yaitu kalium dengan kadar
tinggi, asam silikat, natrium, kalsium dan beberapa senyawa lain.
Secara farmakologis keji beling digunakan sebagai tanaman peluruh
kencing (diuretik) dan pencahar.
2. Nilai Rf dari masing-masing sampel yaitu :
a. Nilai Rf Eluen Heksana:Etil Asetat (non polar : semi polar)
- Jamu Kenis
: 0,11
- Pembanding serbuk kumis kucing asli
: 0,44
b. Nilai Rf Eluen Kloroform:Metanol (non polar : semi polar)
- Jamu Kenis
: 0,89
- Pembanding serbuk kumis kucing asli
: 0,89
797.
798.
799.
Dari
V.2. Saran
praktikum
yang
terlah
dilakukan
praktikan
menyarankan agar alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan pada saat
praktikum lebih diperhatikan kelengkapannya untuk mengefisiensikan
waktu praktikum.
800.
801.
802.
803.
804.
805.
806.
807.
808.
809.
810.
811.
812.
813.
814.
815.
816.
817.
818.
819.
820.
821.
822.
823.
824.
825.
826.
827.
828.
LAMPIRAN
1. SKEMA KERJA
829.
I.1
Metode penyarian secara panas dan dingin
a. Pembuatan Simplisia
830.
831.
832.
833.
Pengumpulan bahan
baku
834.
Dicuci tanaman
835.
Disiapkan bagian tanaman yang ingin
836.
digunakan
837.
Keringkan simplisia dengan cara diangin838.
anginkan
839.
Sortasi kering
840.
841. Simpan dalam wadah tertutup
842.
843.
844.
845.
846.
847.
848.
849.
850.
b. Maserasi
851.
Disiapkan Alat dan bahan
852.
853.
Timbang sampel
854.
855.
856.
857.
860.
861.Serkai dan ampas diperas tambahkan 750 ml
862.
863.
864.
865.
Hitung % rendamen
866.
867.
868.
869.
870.
871.
872.
873.
874.
c. Refluks
875.
Disiapkan Alat dan bahan
876.
877.
Timbang simplisia
878.
879.
880.
881.
884.
885.
886.
887.
Saring ekstrak
888.
889.
890.
891.
892.
893.
evaporasi ekstrak
894.
895.
896.
897.
898.
899.I.4
901.
902.
903.
904.
905.
906.
907.
908.
909.
910.
911.
912.
913.
914.
915.
916.
917.
918.
919.
I.5
a. Uji alkaloid
920.
Disiapkan Alat dan bahan
921.
922.
Masukkan
Tabung reaksi
-
923.
Gelas ukur
-
Dilarutkan sampel
Pipet tetes
926.
927.
Amati pembentukan endapan
orange
928.
929.
930.
931.
932.
933.
934.
935.
936.
937.
b. Uji gugus hidroksil/fenolik
938.
939.
940.
Tabung reaksi
941.
Gelas ukur
-
Pipet tetes
942.
943.
c. Uji saponin
945.
946.
947.
Masukkan
Tabung reaksi
-
948.
Kocok kuat-kuat
Amati
HCl Encer
Pipet tetes
949.
950. I.2
a. Kadar air
951.
952.
Timbang
1953.
Gram ekstrak batang jambu biji
-
Masukkan
Dicatat
Hitung
955. kadar air yang didapatkan
956.
957.
958.
959.
960.
961.
962.
963.
964.
965.
966.
967.
968.
969.
970.
b. kadar abu
971.
Timbang
Masukkan
Cawan porselen973.
Tanur
974.
-
Desikator
977.
Masukkan
Dinginkan
975.
976.
Timbang
Neraca analitik
978.
979.
Hitung nilai kadar abu yang
didapatkan
980.
981.
982.
983.
984.
985.
986.
987.
988.
989.
c. Kadar abu tidak larut dalam asam
990.
Disiapkan alat dan bahan
991.
992.
993. Krus porselen isi abu
-
20 ml HCl encer
Kertas saring994.
995.
997.
998.
999.
1000.
1001.
1002.
1003.
1004.
saring
saring
Neraca analitik
996.
Hitung kadar abu tidak larut asam
1005.
1006.
1007.
1008.
1009.
1010.
I.3
50 ml aquades
50 ml kloroform
Erlenmeyer 1013.
-
Disaring
Ambil 20 ml
1015.
1016.
1017.
1018.
1019.
Timbang
Hitung
% kadar sari
1020.
1021.
1022.
1023.
1024.
b. Kadar sari larut etanol
1025.
1026.
100 ml etanol
Erlenmeyer 1027.
-
Disaring
Ambil 20 ml
1029.
1030.
1031.
1032.
1033.
1034.
1035.
Timbang
Hitung
% kadar sari
1036.
1037.
1038.
1039.
1040.
1041.
I.6
1043.
1044.
1045.
Dihaluskan
Diletakkan
1046.
Objek glass
1047.
1048.
1049.
Preparat 2
Preparat I
1050.
1051.
-
+ Kloroform
+ Air
Fiksasi
- Fiksasi
1052.
1053.
Dek glass
-
1054.
Ditutup
Diletakkan
Mikroskop pembesaran
1055.
10x10
Hasil
-
Amati
1056.
Diambil gambar
Dokumentasi
1057.
1058.
b. Temulawak asli
1059.
1060.
1061.
Temulawak asli
1062.
Dihaluskan
Diletakkan
1063.
Objek glass
1064.
1065.
1066.
Preparat 4
Preparat 3
1067.
1068.
-
+ Kloroform
+ Air
Fiksasi
- Fiksasi
1069.
1070.
Dek glass
-
1071.
Ditutup
Diletakkan
Mikroskop pembesaran
1072.
10x10
- Amati
Hasil
1073.
-
Diambil gambar
Dokumentasi
1074.
1075.
1076.
1077.
I.7
1078.
Gelas kimia 2
1083.
Serbuk jamu uji + 3 ml metanol
1084.
Serbuk pembanding + 10 ml
metanol
1085.
-
Ditotolkan
Lempeng
1086. KLT
1087. + Elusi dalam chamber
1088.
n-heksan : etil asetat
1089.
Kloroform : Metanol
1090.
1091.
-
Lampu UV 254/366 nm
1092.
1093. + Hitung
Nilai1094.
Rfnya
1095.
1096.
1097.