Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
Ischialgia menurut bahasa yaitu ischias artinya serangan pangkal paha atau
nyeri di daerah pangkal paha (nervus ischiadicus). Prevalensi ischialgia diperkirakan
5%-10% pasien dengan nyeri pinggang bawah mengalami ischialgia. Prevalensi
tahunan ischialgia diskogenik dalam populasi umum berkisar 2,2%. Ditinjau dari segi
anatomik, ischialgia terjadi karena perangsangan terhadap radiks yang ikut menyusun
nervus ischiadicus. Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik
yang berasal dari radiks posterior L.4 sampai dengan S.3.
Selain anamnesis keluhan ischialgia yang khas, diagnosis ischialgia juga
didukung dengan pemeriksaan fisik khusus seperti lasegue, kontra lasegue, patrick,
kontra patrick, valsava, naffziger.

Penatalaksanaan pasien ischialgia cukup secara

konservatif dan simtomatik, namun pada keadaan khusus mungkin diperlukan


tindakan operatif.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ischialgia
Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang tungkai. Ditinjau dari arti
katanya,maka ischialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N.ischiadicus. Iskialgia
menggambarkan nyeri tungkai pada distribusi satu atau lebih akar saraf lumbosacral,
dengan atau tanpa deficit neurologis. Berkas saraf yang menyandang nama itu adalah
seberkas saraf sensorik dan motoric yang meninggalkan plexus lumbosakralis dan
menuju ke foramen infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang tungkai
dipertengahan lipatan pantat. Pada apeks spasium popliteal ia bercabang dua dan
lebih jauh ke distal tidak ada berkas saraf yang menyandang nama n. iskiadikus.
Nama kedua cabang itu, yang merupakan kelajutan dari n. iskiadikus adalah n.
peroneus komunis dan n. tibialis. Jadi ischialgia didefinisakan sebagai nyeri yang
terasa sepanjang nervus ischiadivus dan lanjutannya sepanjang tungkai. 1,2
Penderita dengan nyeri radikuler memperlihatkan low back pain serta nyeri
radikuler sepanjang nervus ischiadicus (Marjono). Nyeri radikuler (nyeri radiks saraf)
biasanya saling tumpang tindih dengan nyeri punggung bawah. Nyeri iskiadika
bersifat tajam dan menjalar kebawah ke salah satu atau kedua tungkai, biasanya
sampai di bawah lutut dengan distribusi dermatomal dan sering kali disertai keluhan
mati rasa serta kesemutan dan mungkin pula kelemahan local. Biasanya rasa nyeri
semakin bertambah dengan gerakan vertebre seperti membungkuk dan dengan bersin,
batuk, atau mengejan.3
2

2.2 Epidemiologi dan Faktor Risiko


Dengan estimasi 4.1 juta penduduk Amerika mempunyai gejala gangguan
diskus intervertebre antara tahun 1985 dan 1988, dengan prevalensi tahunan 2% pada
laki-laki dan 1,5% pada perempuan. Sebuah penelitian pada 295 pekerja usia 15-64
tahun dengan 42% laki-laki dan 60% laki-laki berumur 45 tahun atau lebih,
dilaporkan menderita iskialgia.2
Data epidemiologi menunjukkan bahwa pekerjaan, merokok dan obesitas
merupakan factor predisposisi untuk nyeri punggung. 2 Risiko iskialgia meningkat
lebih pada laki-laki perokok, perempuan berat badan berlebih atau obesitas, dan
aktifitas fisik yang berat ketika remaja yang akan menimbulkan gejala ketika dewasa.
Hal-hal tersebut merupakan factor-faktor yang dapat diubah.4
Ada beberapa factor predictor yang dapat digunakan untuk memperkirakan
kejadian iskialgia dalam suatu populasi. Kombinasi individu (jenis kelamin, indeks
massa tubuh), biomedis (ukuran prolapse diskus, deficit neurologis) dan social
(kepuasan kerja, status social, dan lain-lain). Hal ini menunjukkan bahwa factor
klinis, pekerjaan, dan factor individu lebih berperan dari pada factor psikologis
(distress dan kesehatan mental).5

2.3

Etiologi dan Patogenesis1


Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana

nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Iskialgia timbul
akibat perangsangan serabut sensorik yang berasal radiks Posterior L4 sampai dengan
3

S3. Ini dapat terjadi pada setiap bagian n. Iskiadikus sebelum ia muncul pada
permukaan belakang tungkai.
Pada tingkat diskus intervertebralis antara L4-S1 dapat terjadi herniasi
nukleus pulposus. Radiks posterior L5, S1, dan S2 dapat terangsang. Iskialgia yang
timbul akibat lesi iritatif itu bertolak dari tulang belakang di sekitar L5, S1, dan S2.
Pada perjalanan melalui permukaan dalam dari pelvis, n. Iskiadikus dapat terlibat
dalam artritis sakroiliaka atau bursitis m. Piriformis. Karena entrapment neuritis itu,
suatu jenis iskialgia dapat bangkit yang bertolak dari daerah sekitar garis artikulasio
sakro iliaka atau m. Piriformis. Disekitar sendi panggul n. Iskiadika dapat terlibat
dalam peradangan sehingga entrapment neuritis dapat terjadi. Iskialgia yang bangkit
karna itu bertolak dari daerah sekitar panggul.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan tempat iskialgia
bertolak merupakan tindakan diagnostik diferensial yang mengarah ke tempat lokasi
lesi iritatif.
a. Iskialgia sebagai perwujudan lesi iritatif terhadap serabut radiks.
Lesi iritatif itu dapat berupa nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis
vertebralis (HNP) atau serpihannya, osteosit pada spondilosis servikal atau spondilitis
angkilopoetika, herpes zoster ganglion spinale L4 atau L5 ataupun S1, tumor di
dalam kanalis vertebralis dan sebagainya.
Pola umum iskialgia itu adalah sebagai berikut. Nyeri seperti sakit gigi atau
nyeri seperti bisul mau pecah atau linu, nyeri hebat dirasakan bertolak dari tulang
belakang sekitar daerah lumbosakral dan menjalar menurut perjalanan n. Iskiadiaka
dan lanjutannya pada n. Peroneus komunis dan n. Tibialis. Makin distal nyeri makin
4

tidak begitu hebat, namun parastesia atau hipestesia dirasakan. Oleh karena radikslah
yang terangsang, maka nyeri dan parastesia atau hipestesia sewajarnya dirasakan di
kawasan radiks bersangkutan. Segmentasi dermatoma pada permukaan belakang
tungkai tidak mudah dikenal, akan tetapi di bagian ventral tungkai dan kaki dermatom
murni radikular L3, L4, L5, dan S1 masih dapat dikenali. Daerah dermatomal ini
disebut autonomous sensory zone. Adanya parastesia atau hipestesia pada kawasan ini
merupakan ciri pola khusus iskialgia akibat iritasi di sekitar radiks posterior. Secara
kasar iskialgia seperti itu dikenal juga sebagai iskialgia diskogenik, walaupun tidak
semuanya disebabkan oleh slipped disk , tetapi oleh sebab-sebab yang berada
disekitar intervertebral disk. Pada anamnesis selanjutnya dan pemeriksaan fisik dapat
diperoleh data yang berlaku untuk semua jenis radikulopati radikulitis dan juga yang
bersifat khusus.
b. Iskialgia sebagai perwujudan entrapment neurtis.
Dalam perjalanan ke tepi n.iskiadiaka dapat terperangkap (terlibat) dalam
proses patologis diberbagai jaringan dan bangunan yang dilewatinya. Pleksus
lumbosakralis dapat diinfiltrasi oleh sel-sel sarkoma retroperitoneal, karsinoma ovarii
atau karsinoma uteri. Di garis persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus
lumbosakralis yang sedang membentuk n. Iskiadika dapat terlibat proses radang
(sakroilitis). Di foramen infrapiriforme n. Iskiadikus dapat terjebak oleh bursitis m.
Piriformis. Dalam trayek selanjutnya n. Iskiadikus dapat terlibat dalam bursitis di
sekitar trokhanter mayor femoris. Pada trayek itu juga, n.iskiadikus dapat terganggu
oleh adanya metastasis karsinoma prostat di tuber iskii.

Oleh karena proses patologis tersebut itu dapat bertindak sebagai lesi iritatif,
maka iskialgia dapat dirasakan. Sebelum iskialgia bangkit nyeri primer seharusnya
sudah terasa. Kemudian, dari lokasi nyeri primer itu bertolaklah iskialgia akibat
entrapment neuritis. Diagnostiknya sebagian besar ditentukan oleh pengenalan proses
patologis primer yang menjebak n. Iskiadikus. Tempat proses patologis primer dapat
ditemukan melalui penelitian tentang adanya dan lokasinya nyeri tekan dan nyeri
gerak. Nyeri tekan dapat dibangkitkan dengan penekanan langsung pada sendi
panggul, trokhanter mayor, tuber iskii, dan spina iskiadiaka. Sedangkan nyeri gerak
dapat diprovokasi dengan tindakan dari Patrick dan Gaenslen.
c. Iskialgia dapat sebagai perwujudan neuritis primer.
Primary sciatic neuritis dianggap sebagai penyakit langka. Tetapi dengan
adanya NSAID yang dapat menyembukan iskialgia, anggapan yang sudah baku
tersebut berubah. Iskialgia yang mudah disembuhkan dengan NSAID dapat
dinamakan iskialgia benigna. Tetapi tanpa pengobatanpun iskialgia itu dapat dijuluki
sciatica a frigore atau iskialgia rematoid.
Di Indonesia, sebelum iskialgia melanda, penderita kebanyakan sudah pernah
menderita tendovaginitis, periartritis humeroskapularis, fasitis plantaris, tennis elbow
atau golfers elbow dan lain-lain, jenis manifestasi rematisme. Gejala utama neuritis
iskiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah antara sakrum dan
sendi panggul, tepatnya di foramen infrapiriforme atau insisura iskiadika dan
menjalar sepanjang perjalanan n. Iskiadikus dan lanjutannya. Berbeda dengan
iskialgia diskogenik, neuritis iskiadikus primer tidak mempunyai kaitan dengan sakit
pinggang bawah kronik. Mula timbulnya akut atau subakut, sering berkenaan dengan
6

diabetes melitus, masuk angin, flu, sakit tenggorokan, nyeri dan pegal pada
persendian. Nyeri tekan positif pada penekanan terhadap n.iskiadikus dan m. Tibialis
anterior serta m. Peroneus longus.

2.4 Gambaran klinis 1


Yang harus di perhatikan dalam anamnesa antara lain :
1. Nyeri pinggang. Lokasi nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis nyeri
(menyayat, menekan, dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri, pinggang
terfiksir, faktor pencetus, dan faktor yang memperberat rasa nyeri.
2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam subarachnoid
seperti batuk, bersin dan mengedan memprivakasi terasanya ischialgia
diskogenik
3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma atau
infeksi

2.5 Pemeriksaan fisik


a. Inspeksi
Perhatikan keadan tulang belakang, misalnya skoliosis, hiperlordosis atau
lordosis lumbal yang mendatar. Tulang belakang lumbosakral memperlihatkan
pembatasan lingkup gerak.3
b. Palpasi
Lakukan palpasi pada otot-otot paravertebralis untuk menemukan adanya
nyeri tekan dan spasme. Dengan sendi pangkal paha yang berada dalam keadaan
7

fleksi dan pasien berbaring miring pada sisi tubuh yang lain, lakukan palpasi nervus
iskiadikus. Serabut saraf tersebut berada pada pertengahan jarak antara trokhanter
mayor dan tuber iskiadikum ketika meninggalkan rongga pelvis melalui insisura
iskiadiaka. Nyeri tekan pada nervus iskiadika menandakan hernia pada diskus atau
lesi berupa massa yang mengenai radiks saraf dan menimbulkan nyeri tersebut.
Herniasi diskus intervertebralis (herniasi nukleus pulposus; HNP) yang paling sering
terjadi di antara vertebra L5 dan S1 atau di antara L4 dan L5 dapat menimbulkan
nyeri tekan pada prosesus spinosus, persendian intervertebralis, otot paravertebra,
insisura sakroiskiadika dan nervus iskiadika.3 Namun pemeriksaan fisik ini belum
dapat untuk mengidentifikasi level herniasi diskus yang sesuai dengan hasil MRI.4
c. Reflek
-

KPR dan atau APR


d. Pemeriksaan lain

test Laseque,
Iskialgia diskogenik dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai dalam
posisi lurus. Tes positif (=konfirmasi iskialgia akibat HNP) kalau iskialgia
bangkit sebelum tungkai mencapai kecuraman 70 derajat.1,7

test kontra Lasegue


Bangkitnya iskialgia diskogenik pada tungkai yang terkena dapat diprovokasi
dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus.1

Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi panggul yang terkena
penyakit. Dengan menempatkan tumit atau maleolus lateralis tungkai yang
8

terkena pada lutut tungkai yang sehat dapat dibangkitkan nyeri di sendi panggul
kalau diadakan penekanan pada lutut yang difleksikan itu.1,5,6,7
-

Test contra Patrick


Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan lokasi patologi di sendi
sakro iliaka jika terasa nyeri di daerah bokong, baik yang menjalar sepanjang
tungkai maupun yang terbatas pada daerah gluteal dan sakral saja. Lipatkan
tungkai yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan. Kemudian diadakan
penekanan sejenak pada lutut tungkai itu. Nyeri yang bangkit terasa pada garis
sendi sakroiliaka bila di situ terdapat suatu patologi.1

Test Naffziger
Dengan menekan pada kedua vena jugularis dan menyuruh pasien mengejan,
tekanan intrakranial dan intratekal dinaikkan. Karena itu iritasi yang ada
terhadap radiks diperkuat, sehingga iskialgia diskogenik dapat diprovokasi.1

Tanda bragard, tanda sicard


Dengan lutut kaku, ekstremitas bawah di fleksikan pada panggul sampai pasien
merasa nyeri, kemudian kaki didorsofleksikan (tanda bragard), atau ibu jari
didorsofleksikan (tanda sicard). Peningkatan rasa nyeri menunjukkan penyakit
radiks saraf.8

Tes valsalva
Pasien dalam posisi duduk, kemudian disuruh tutup hidng dan mengedan. Jika
pasien merasa nyeri, tes valsalva positif

Pemeriksaan penunjang2

2.6.

1. Foto rontgen lumbosakral


2. Elektromielografi
3. Myelografi
4. CT scan
5. MRI

2.7.

Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
-

Istirahat lebih kurang 2-3 minggu

Analgetik

NSAID

Rehabilitasi (Mobilisasi)
Banyak strategi penatalaksanaan untuk iskialgia dibandingkan pada review

sistematis dan metaanalisis. Temuan yang didapatkan mendukung pengobtan


nonopioit, injeksi epidural, dan operasi diskus. Juga menunjukkan bahwa manipulasi
spinal , akupuntur, dan pengobatan percobaan seperti agen biologi anti inflamasi,
mungkin dilibatkan. Temuan tidak mendukung efektifitas analgesi opioit, istirahat,
terapi latihan, edukasi (ketika dilakukan tunggal), dikektomi perkutaneus, atau
traksi.8,9 Namun demikian, Efektivitas dan tolerabilitas obat yang biasa diresepkan
untuk pengelolaan iskialgia dalam perawatan primer belum jelas.10
b. Penatalaksanaan khusus
Diberikan sesuai dengan etiologi ischialgia
10

2.8.

Faktor Prognosis
Faktor prognosis ini berhubungan dengan waktu untuk kembali bekerja pada

pasien dengan iskialgia. Faktor tersebut berupa : umur, keadaan umum, riwayat
iskialgia, durasi episode iskialgia, batas gangguan iskialgia, kecemasan untuk
kembali bekerja, nyeri pinggang, dan hasil straight leg raising test. Faktor yang
mempercepat masa untuk kembali bekerja berupa usia muda, keadan umum baik,
dengan batas gangguan iskialgia rendah, ketakutan bekerja sedikit, dan hasil straight
leg raising test negatif. Sementara riwayat iskialgia dengan episode serangan lebih
dari 3 bulan, batas gangguan iskialgia besar, ketakutan untuk kembali bekerja, disertai
nyeri pinggang, akan memperlama waktu untuk kembali bekerja, begitu pun dengan
terapi bedah.11

11

Daftar Pustaka
1. Mardjono, Mahar, Priguna, Sidarta. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat
2. Wheeler, Anthony H. 2013. Low Back Pain and Sciatica. Melalui
http://emedicine.medscape.com/article, di akses pada tanggal 18 Februari 2014
3. Bickley, Lynn S. 2009. BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat
Kesehatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
4. Revinoja, Anni E, Marcus V. Paananin, et al.2011. Sport, Smoking, and
Overweight during Adolhood: A 28 year follow up Study of Birth Cohort.
American Journal of Epidemiology, Vol 173 No. 8, 10 Maret 2011
5. Ashworth, J, K. Konstantine, at al. 2014. Predictors of Poor outcome in Sciatica :
a Systemic review of literature. British editional society of bone and joint.
Orthopedic Proceeding Print
6. Hancock, Mark J, Koes, Bart, at al. 2011. Diagnostic accuracy of the Clinical
Examination in Identifying the level of Herniation in Patiens with Sciatica. Spine
journal, volume 36, issue 11, p E712-E719
7. Hsu, Philip S, Carnel Armon, Kerry levin. 2011. Lumbosacral Radiculopathy :
Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis. Diakses dari
www.Physiologie.uni-maiz.di/physio.mittman/ThalfallZ3.pdf pada tanggal 18 feb
2014
8. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC
9. Lewis, Ruth A, Nefyn H. Willians, at al. 2013. Comparative clinical Effectiveness
of Management Study for Sciatica: systemic review and network meta analysis.
The Spain journal, Publised 3 oct 2013
10. Pinto, Rafael Zambelli. 2012. Drugs for relief of Pain in Patients with Sciatica:
Systematic review and Meta-analysis. BMJ
11. Grovie, Lars, Anne J. Haugin. 2013. Prognostic Factors for Return to work in
patients with Sciatica. The spine Journal, Vol 13, issue 12, page 1849-1857

12

Anda mungkin juga menyukai