Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN KELAINAN REFRAKSI

A.

MIOPIA
Definisi
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan
sinar yang berlebihan, sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan didepan
retina.
Gejala dan tanda
- Gejala terpenting adalah melihat jauh buram
- Sakit kepala
- Kecenderungan terjadinya juling saat melihat jauh
- Pasien lebih jelas melihat dekat
Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan koreksi sferis
negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal

B.

HIPERMETROPIA
Definisi
Mata hipermetropia mempunyai kekuatan refraksi yang lemah, sinar
sejajar yang datang dari objek terletak jauh tak terhingga dibiaskan dibelakang
retina.
Gejala dan tanda
- Bila hipermetropia 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh
penglihatan jauh kabur. Turunnya tajam penglihatan jauh pada pasien usia tua
disebabkan menurunnya amplitudo akomodasi, sehingga tidak dapat lagi
mengkompensasi kelainan hipermetropnya.
- Penglihatan dekat lebih cepat buram. Karena kemampuan akomodasi menurun
dengan bertambahnya usia, sehingga akomodasi tidak cukup adekuat lagi
untuk penglihatan dekat. Penglihatan dekat yang buram akan lebih terasa lagi
pada keadaan kelelahan, atau penerangan yang kurang.
- Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat
dekat jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi, cenderung terjadi setelah siang
hari dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
- Eyestrain
- Sensitif terhadap cahaya
- Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan
buram intermitten. Over aksi akomodasi dapat menyebabkan pseudomiopia,
sehingga penglihatan lebih jelas saat diberikan koreksi lensa negatif.
Penatalaksanaan
- Apabila disertai esophoria, hipermetropia dikoreksi penuh
- Apabila disertai strabismus konvergen, koreksi hipermetropia total, sebaliknya
apabila disertai exophoria diberikan under koreksi.

C.

ASTIGMATISMA
Definisi
Astigmatisma adalah keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan secara
seimbang pada seluruh meridian. Pada astigmatisma regular, terdapat dua
meridian utama yang terletak saling tegak lurus.
Gejala dan tanda
- Penglihatan buram
- Head tilting
- Menengok untuk melihat jelas
- Mempersempit palpebra
- Memegang bahan bacaan lebih dekat
Penatalaksanaan
Koreksi dengan lensa silinder, bersama dengan sferis, kalau ada.

KONJUNGTIVITIS
Definisi
Konjungtivitis adalah suatu inflamasi atau peradangan pada konjungtiva,
yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, iritasi atau reaksi
alergi/hipersensitivitas. Peradangan dapat terjadi akut dan kronis. Akut bila
peradangan terjadi dalam beberapa hari sampai 2 minggu, umumnya disebabkan
oleh infeksi virus dan bakteri. Kronis bila peradangan terus berlangsung dan tidak
sembuh lebih dari 2 minggu. Umumnya disebabkan infeksi bakteri yang resisten
tehadap pengobatan, reaksi alergi/hipersensitivitas, atau iritasi kronis (dry eye).
Konjungtivitis merupakan salah satu masalah penyakit mata tersering yang
ditemukan di negara berkembang.
Gejala klinis
- Mata merah
- Rasa mengganjal, gatal dan berair/sekret.
- Umumnya tidak ada penurunan tajam penglihatan
Penatalaksanaan
(Pada Pelayanan Kesehatan Mata Tertier)
- Berikan tetes antibiotika sesuai hasil gram atau kultur, 6 kali sehari atau salep
mata 3 kali sehari bila infeksi bakteri.
- Berikan tetes antivirus Idoksuridin atau Acyclovir bila infeksi virus
- Berikan tetes/salep mata Antihistamin atau Kortikosteroid bila ditemukan
reaksi alergi atau hipersensitivitas
- Bila ditemukan komplikasi pada kornea, penatalaksanaan sesuai dengan
penatalaksanaan keratitis/ulkus kornea
- Pada Steven Johnson Syndrome, berikan terapi Antiinflamasi (Steroid topikal)
dan lubrikan/air mata buatan, disertai terapi dari bagian spesialis kulit.
- Pada Konjungtivitis Gonore, diberikan Gentamisin/Ciprofloxacin salep mata,
injeksi Ceftriaxon 1 gr dosis tunggal intravena. Jika ada ulkus, berikan
Ceftriaxon 1 gr intravena tiap 12 jam selama 3 hari. Bila alergi, diberikan
Ciprofloxacin 500 mg oral 2 kali selama 5 hari. Pada bayi berikan
Gentamisin/Ciprofloxacin salep mata injeksi Ceftriaxon 25-50 mg/kg bb atau
Cefotaxim 100 mg/ kg bb intravena atau intramuskular
- Berikan tetes/gel mata lubrikan dan air mata buatan bila ditemukan iritasi
- Pemeriksaan klinis faktor predisposisi lokal (dry eye, obstruksi duktus
nasolakrimalis dll), dilanjutkan penatalaksanaan terhadap kelainan tersebut.
Pemeriksaan laboratorium lengkap darah, urin, feses bila dicurigai faktor
predisposisi penyakit sistemik.
- Berikan terapi oral/parenteral sistemik bila ditemukan faktor predisposisi
sistemik sesuai hasil konsultasi bagian yang bersangkutan.

KERATITIS DAN ULKUS KORNEA


Definisi
Keratitis dan ulkus kornea adalah peradangan kornea yang dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu proses alergi imunologi.
Infeksi kornea pada umumnya didahului oleh trauma, penggunaan lensa kontak,
pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol. Kelainan ini merupakan
penyebab kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.
Gejala klinis
- Penurunan tajam penglihatan
- Mata merah, berair, silau dan nyeri
- Tampak lesi/kekeruhan di kornea.
Evaluasi (Pada Pelayanan Kesehatan Mata Tertier)
- Riwayat trauma (kelilipan, benda asing di kornea, khusus riwayat trauma
tumbuh-tumbuhan atau penggunaan obat tetes mata tradisional yang berasal
daritumbuh-tumbuhan dapat dicurigai disebabkan oleh jamur, penggunaan
lensa kontak), pemakaian kortikosteroid topikal.
- Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen dan koreksi terbaik
menggunakan pin-hole
- Tekanan intraokuler diukur dengan cara palpasi
- Pemeriksaan dengan slit-lamp untuk menilai keadaan kornea dan segmen
anterior lainnya.
- Lakukan foto keadaan kornea dan segmen anterior lainnya.
- Pemeriksaan kerokan kornea dengan pewarnaan gram, giemsa, dan
pemeriksaan langsung dengan KOH 10%
- Pemeriksaan kultur kerokan kornea dengan darah agar domba, Tioglikolat dan
agar Sabouraud Dekstrosa
- Bila segmen posterior sulit dinilai, lakukan pemeriksaan ultrasonografi. Bila
didapatkan adanya kekeruhan vitreus dan tanda-tanda Endoftalmitis, lakukan
prosedur Endoftalmitis.
Penatalaksanaan
- Pasien sebaiknya dirawat bila lesi ulkus kornea mengancam penglihatan,
mengancam perforasi, pasien dianggap kurang patuh untuk pemberian obat
tiap jam, dan diperlukan follow up untuk menilai keberhasilan terapi.
- Apabila ditemukan gambaran ulkus kornea dendritik, geografik atau stroma
dapat diberikan salep Asiklovir 5 kali sehari atau tetes mata Idoksuridin tiap
jam
- Bila pada pemeriksaan kerokan kornea didapatkan hasil gram positif atau
negatif diberikan antibiotika tetes mata golongan aminoglikosida (Gentamisin,
Dibekasin, Tobramisin) dengan konsentrasi yang ditingkatkan tiap jam atau
golongan kuinolon (Siproflokcasin, Ofloksasin, Levofloksasin) tiap 5 menit
pada 1 jam pertama dan dilanjutkan tiap jam. Keadaan kornea diperiksa tiap
hari hingga didapatkan adanya kemajuan pengobatan, yang kemudian
frekuensi pemberian dapat dikurangi hingga 2 minggu.
- Bila kerokan kornea didapatkan hifa jamur, berikan tetes mata Natamisin 5%
tiap jam dan salep mata Natamisin 5% tiga kali sehari atau bila passien

mampu, berikan tetes mata Amfoterisin B 0,15% tiap jam. Keadaan kornea
diperiksa tiap hari hingga didapatkan adanya kemajuan pengobatan, yang
kemudian frekuensi pemberian dapat dikurangi hingga 3-5 minggu.
Terapi tambahan yang dapat diberikan adalah tetes mata sikloplegik dan antiglaukoma apabila didapatkan peningkatan TIO. Pemberian analgetik apabila
diperlukan.
Lakukan pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam setelah makan sebagai salah
satu faktor risiko ulkus kornea.
Tindakan bedah.

UVEITIS
Definisi
Uveitis adalah peradangan pada jaringan uvea (iris, badan siliar dan koroid)
akibat infeksi, trauma, neoplasia atau proses autoimun. Penyakit ini dapat
dikelompokkan menurut letak anatomi (uveitis anterior, intermedia, posterior atau
panuveitis), menurut gambaran patologik (granulomatosa atau non granulomatosa)
atau secara klinis (idiopatik atau berhubungan dengan penyakit sistemik). Penanganan
uveitis memerlukan anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan
oftalmologis yang menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan yang
tepat.Uveitis merupan salah satu penyebab kebutaan.
Gejala Klinis
- Mata merah disertai rasa sakit
- Fotofobia dan penurunan tajam penglihatan yang bervariasi dari ringan hingga
berat.
Evaluasi
- Menanyakan riwayat infeksi sistemik yang mungkin berhubungan seperti
infeksi TB, Sifilis, Toksoplasmosis, penyakit Lyme, Brucelosis dan lepra
maupun penyakit sistemik non infeksi seperti Sarkoidosis, Rhematoid Artritis,
limfoma serta riwayat trauma dan operasi mata sebelumnya.
- Pemeriksaan lampu celah untuk mengevaluasi kembali tingkat peradangan
pada bilik mata depan, badan kaca, papil optik,makula, koroid dan retina
perifer.
- Pemeriksaan FFA (Floresin Fundus Angiografi) bila media cukup jernih.
- Tap dan kultur bahan dari bilik mata depan dan badan kaca bila dicurigai
kasus disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, tap vitreus untuk kasus yang
dicurigai infeksi(virus, parasit, toksoplasma)
- Pada kelainan spesifik seperti uveitis rekuren, bilateral, uveitis berat, uveitis
posterio, usia penderita muda dan dicurigai adanya kelainan sistemik yang
mendasari, perlu dilakukan pemeriksaan darah, radiologis dan skin test untuk
mencari penyebab uveitis. Pemeriksaan penunjang dipilih dengan cermat dan
diarahkan sesuai dengan keluhan dan gejala klinis yang dijumpai pada masingmasing penderita.
Penatalaksanaan
- Pemberian kortikosteroid topikal, periokuler, sistemik (oral, subtenon,
intravitreal) dan sikloplegia.
- Pemberian antiinflamasi non steroid
- Pemberian obat jenis sitotoksik seperti alkylating agents (Siklofosfamid,
Klorambusil), antimetabolit (Azatrioprin, Metotrexat) dan sel T supresor
(Siklosporin)
- Terapi operatif untuk evaluasi diagnostik (parasintesis, vitreus tap dan biopsi
korioretinal untuk menyingkirkan neoplasma atau proses infeksi) bila
diperlukan.
- Terapi untuk memperbaiki dan mengatasi komplikasi seperti katarak,
mengontrol glaukoma dan vitrektomi.

GLAUKOMA AKUT
Definisi
Glaukoma akut adalah glaukoma yang diakibatkan peninggian tekanan
intraokuler yang mendadak. Glaukoma akut dapat primer atau sekunder. Glaukoma
primer adalah glaukoma yang timbul dengan sendirinya pada orang yang mempunyai
bakat bawaan glaukoma, sedangkan glaukoma sekunder adalah glaukoma yang timbul
sebagai penyulit penyakit mata lain ataupun sistemik. Bila tekanan intraokuler yang
mendadak tinggi ini tidak diobati segera akan mengakibatkan kehilangan penglihatan
sampai kebutaan yang permanen.
Gejala dan Tanda Klinis
- Sakit hebat di mata yang bersifat mendadak dan dapat menjalar ke kepala.
Dapat disertai rasa mualdan kadang-kadang muntah
- Mata merah
- Penglihatan menurun tajam
Evaluasi
- Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen atau chart projector
dengan koreksi terbaik serta menggunakan pin-hole
- Pemeriksaan biomikroskopi dengan slit lamp untuk menilai segmen anterior
- Tekanan intraokuler diperiksa dengan Tonometer.
- Sudut bilik mata depan diperiksa dengan Gonioskop Direk atau Indirek
- Setelah terapi awal, dilakukan pemeriksaan papil N-II dengan Funduskopi
Direk atau Indirek, lapang pandang diperiksa dengan Perimeter.
Penatalaksanaan
1.
Glaukoma Akut Sudut Tertutup Primer
Penatalaksanaannya dapat dibagi dalam 4 tujuan, yakni:
1. Segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan (medikamentosa
inisial)
2. Melakukan iridektomi perifer pada mata yang mengalami serangan sebagai
terapi definitif (tindakan bedah inisial)
3. Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena serangan akut
4. Menangani sekuele jangka panjang akibat serangan serta jenis tindakan yang
dilakukan.
Penjelasan
1. Medikamentosa inisial
- Terapi medikamentosa segera
- Penderita segera diberikan kombinasi obat-obatan:
- Pilokarpin 2% 1 tetes tiap - 1 jam pada mata yang mengalami serangan
dan 3 x 1 tetes pada mata sebelahnya
- Timolol 0,5% 2 x 1 tetes/hari
- Kombinasi kortikosteroid dan antibiotik 6 x 1 tetes/hari
- Asetazolamid 500 mg, diikuti 4 x 250 mg, KCL 3 x 0,5 gr/hr
- Obat hiperosmotik dapat diberikan bila penderita dirawat, berupa
Glycerine 50% 3 x 100-150 cc (sesuai dengan berat badan) oral/hari
- Obat-obat simptomatik
7

2. Tindakan bedah inisial


Setelah 24 jam pemberian medikamentosa
Iridektomi perifer pada mata yang bersangkutan
3. Terapi medikamentosa pada mata sebelahnya (fellow eye)
Terapi Pilokarpin 1-2% 3x1 tetes/hari sampai iridektomi pencegahan
dilakukan
4. Glaukoma residual
Dapat diberikan terapi medikamentosa dan bila TIO tetap belum normal maka
dilakukan trabekulektomi.
2. Glaukoma Akut Sekunder
Pengobatan glaukoma akut sekunder adalah segera menurunkan TIO dan
mengobati penyakit penyebabnya atau mekanismenya baik dengan terapi
medikamentosa atau terapi bedah.

GLAUKOMA KRONIS
Definisi
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai
kerusakan saraf N-II dan kehilangan lapang pandang yang karakteristik progresif
serta berhubungan dengan berbagai faktor risiko terutama tekanan intra okuler
yang tinggi. Glaukoma bila tidak diobati secara tepat dapat menimbulkan
kerusakan yang permanen. Glaukoma kronis dapat dibagi menjadiglaukoma
kronis primer dan sekunder.
Gejala dan Tanda Klinis
- Dapat tanpa gejala sampai terjadi kerusakan, sehingga dikatakan sebagai
pencuri penglihatan
- Mata dapat terasa pegal, kadang-kadang pusing
- Rasa tidak nyaman atau mata terasa lelah
- Mungkin ada riwayat penyakit mata, trauma atau pemakaian obat
kortikosteroid
- Pada yang lanjut dapat ditemukan jalan menabrak-nabrak
Evaluasi
- Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen atau chart
projector dengan koreksi dan pin hole.
- Pemeriksaan dengan biomikroskopi: gambaran bola mata tidak berbeda
dengan gambaran bola mata normal. Pupil dapat terlihat midriasis dan refleks
cahaya yang lambat. Bilik mata depan dalam dengan sudutbilik mata depan
yang terbuka lebar pada glaukoma sudut terbuka primer. Pada glaukoma sudut
terbuka sekunder harus dicari faktor penyebab.
- Pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan Gonioskopi
- Pemeriksaan Funduskopi
- Pemeriksaan tekanan intraokuler
- Pemeriksaan lapang pandang dengan alat perimeter kinetik dan statis baik
manual maupun komputer
- Bila memungkinkan evaluasi papil saraf optik dan serabut saraf retina dengan
alat diagnostik imaging seperti OCT (Optical Coherencetomography) dan
HRT (Heidelberg Retinal Topography)
Penatalaksanaan
1. Glaukoma Sudut Terbuka Primer
- Medikamentosa
Bersifat monoterapi dimulai dengan Timolol Maleat 0,25%-0,5%
satu sampai 2 x sehari bila tidak ada kontraindikasi atau obat-obat baru
yang lain (seperti Glaupen, Glauplus, Xalatan, Travatan, Dorzol, Azopt)
- Terapi laser berupa trabekuloplasti argon laser, trabekuloplasti laser
selektif.
- Terapi bedah berupa trabekulektomi tanpa/atau dengan mitomisin C/ 5Fluorourasil, non penetrating filtering surgery, operasi drainase implan,
siklodiatermi dan operasi kombinasi katarak dan glaukoma.

2. Glaukoma Sudut Terbuka Sekunder


- Cari faktor penyebab
- Medikamentosa : Prostaglandin Analog (Glaupen, Glauplus, Xalatan,
Travatan), penghambat karbonik anhidrase topikal (Dorzol, Azopt), Alpha
2 Agonis Adrenergik
- Terapi laser berupa trabekuloplasti argon laser, trabekuloplasti laser
selektif.
- Terapi bedah berupa trabekulektomi tanpa/atau dengan Mitomisin C/ 5Fluorourasil, non penetrating filtering surgery, operasi drainase implan,
siklodiatermi dan operasi kombinasi katarak dan glaukoma.
3. Glaukoma Kronis Sudut Tertutup Primer
- Terapi medikamentosa diberikan baik sebelum terapi definitif iridektomi
perifer maupun setelahnya.
- Tindakan bedah trabekulektomi bila TIO diatas 21 mmHg setelah
tindakan iridektomi perifer dan medikamentosa.
- Tindakan bedah kombinasi trabekulektomi dan katarak bila ada indikasi
keduanya.

10

KATARAK PADA PENDERITA DEWASA


Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam
penglihatan (visus), dimana paling sering berkaitan dengan proses degenerasi
lensa pada penderita berusia lanjut yaitu diatas 40 tahun (katarak senilis). Katarak
pada penderita dewasa (berusia diatas 18 tahun) selain karena proses degenerasi,
juga dapat disebabkan karena penyakit mata seperti glaukoma, uveitis, trauma
mata dll, ataupun menderita kelainan sistemik seperti diabetes melitus, riwayat
penggunaan obat steroid dan lain-lain. Katarak biasanya ditemukan pada kedua
mata (bilateral), tetapi dapat juga terjadi pada satu mata (katarak monokuler).
Gejala dan Tanda
- Penurunan visus secara perlahan-lahan
- Ukuran kacamata semakin sering mengalami perubahan
- Keluhan silau (glare)
- Kesulitan untuk membaca
Evaluasi
- Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart-projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pin-hole
- Pemeriksaan dengan slit-lamp untuk melihat segmen anterior
- Tekanan intraokuler (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau
Schiotz.
Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan bersifat bedah jika visus sudah mengganggu untuk
melakukan kegiatan sehari-hari berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada
indikasi lain untuk operasi
- Operasi katarak dilakukan dengan menggunakan mikroskop operasi dan
peralatan bedah mikro, pasien dipersiapkan untuk implantasi lensa tanam
(IOL: intraoculer lens).
- Ukuran lensa tanam dihitung berdasarkan data keratometri serta menggunakan
biometri A-scan
- Teknik bedah katarak menggunakan teknik manual ECCE ataupun
fakoemulsifikasi dengan mempertimbangkan derajat katarak serta kemampuan
ahli bedah
- Operasi katarak hanya dilakukan bila visus sudah mengganggu kegiatan
sehari-hari pasien dimana pasien berkesempatan melakukan diskusi dengan
dokter mengenai alternatif lain selain operasi, risiko operasi, serta perawatan
pasca operasi

11

PTERYGIUM
Definisi
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskuler berbentuk segitiga
yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra.
Diduga bahwa paparan ultraviolet merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
Pterygium.
Derajat pertumbuhan Pterygium ditentukan berdasarkan bagian kornea
yang tertutup oleh pertumbuhan Pterygium, dan dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
- Derajat 1 : jika Pterygium hanya terbatas pada limbus kornea
- Derajat 2 : jika Pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari
2 mm melewati kornea
- Derajat 3 : jika Pterygium sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan
normal sekitar 3-4 mm)
- Derajat 4 : jika pertumbuhan Pterygium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.
Prinsip penanganan pterygium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian
obat-obatan jika Pterygium masih derajat 1 atau 2, sedangkan tindakan bedah
dilakukan pada Pterygium yang melebihi derajat 2.
Gejala dan Tanda
- Mata sering berair dan tampak merah
- Mata seperti ada benda asing
- Timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan pterygium
tersebut, biasanya astigmatisme with the rule ataupun astigmatisme ireguler
sehingga mengganggu penglihatan
- Pada Pterygium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat menutupi pupil dan aksis
visual sehingga tajam penglihatan juga menurun
Evaluasi
- Pemeriksaan dengan Slit Lamp, diperiksa segmen anterior serta ditentukan
derajat pertumbuhan Pterygium
- Tajam penglihatan dilperiksa dengan kartu snellen, lalu dikoreksi dengan
menggunakan Trial Frame
- Astigmatisme kornea diperiksa dengan keratometer baik secara manual
maupun menggunakan alat Auto-Refrakto-Keratometer
- Tekanan intraokuler diukur dengan cara aplanasi ataupun menggunakan
Tonometer Non Kontak.
Penatalaksanaan
- Bersifat non bedah pada Pterygium derajat 1 dan 2, yaitu edukasi pada pasien
untuk mengurangi iritasi dan paparan ultraviolet. Jika Pterygium mengalami
inflamasi, dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan
kortikosteroid seperti C-Xitrol 3 x sehari selama 5-7 hari
- Pada Pterygium derajat 3 dan 4 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi
(pengangkatan) pterygium. Sedapat mungkin setelah avulsi pterygium maka
bagian konjungtiva bekas Pterygium tersebut ditutupi dengan cangkok

12

konjungtiva yang diambil dari bagian konjungtiva superior untuk menurunkan


angka kekambuhan.

13

RETINOBLASTOMA
Definisi
Retinoblastoma adalah tumor mata primer yang berasal dari retina dan
biasanya dijumpai pada anak-anak dibawah 5 tahun, dengan insidens tertinggi pada
usia 2-3 tahun. Tumor ini bersifat multifokal, sehingga dapat dijumpai pada kedua
mata (bilateral) atau beberapa lesi pada satu mata (monokuler).
Gejala dan Tanda
Gejala yang paling sering dijumpai adalah mata kucing (leukokoria). Gejala
lain misalnya strabismus, hifema spontan, hipopion, heterohromia iris, buftalmos
dan pada stadium yang sangat lanjut dapat memperlihatkan gejala proptosis.
Kadang-kadang tumor ini memberi gambaran seperti sellulitis orbita, endoftalmitis
dan bahkan pernah dijumpai pada mata yang ftisis.
Evaluasi
- Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata
- Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan umur
- Pemeriksaan segmen anterior dengan Loupe, senter dan lampu celah
- Pemeriksaan segmen posterior dengan Oftalmoskop Direk dan Indirek
- Pemeriksaan USG
- Bila mata sudah proptosis atau bila curiga sudah meluas ke ekstraokuler atau
bila tumor bilateral dilakukan pemeriksaan CT-scan dan konsultasi ke
departemen Pediatri untuk evaluasi kemungkinan metastasis (LP, BMP)
- Bila dilakukan tindakan operasi, dilakukan pemeriksaan patologis jaringan
tumor dengan memperhatikan perluasan tumor ke N-II dan tepi sayatan N-II,
sklera, koroid, badan siliar dan iris.
Penatalaksanaan
- Bila tumor masih masih terbatas intraokuler dan stadium dini, tergantung
ukuran dan lokasi tumor, dan fasilitas yang tersedia, diberikan salah satu dari
kombinasi dari terapi krioterapi, fotokoagulasi laser, kemoterapi, radioterapi
- Bila tumor masih masih terbatas intraokuler, tapi stadium sudah lanjut atau
terdapat vitreus seeding, dapat dilakukan enukleasi dengan memotong N-II
sepanjang mungkin. Bila potongan N-II dan tepi sayatan N-II bebas tumor dan
sklera serta sebagian besar koroid belum terinvasi tumor, terapi tambahan
tidak diperlukan. Bila potongan N-II dan tepi sayatan N-II tidak bebas tumor
dan sklera serta sebagian besar koroid sudah terinvasi tumor, terapi dilanjutkan
dengan radiasi oleh departemen radiologi dan kemoterapi oleh departemen
pediatri. Radiasi tidak diberikan pada anak usia dibawah 1 tahun.
- Bila mata sudah proptosis, yang menunjukkan tumor sudah meluas ke
ekstraokuler tetapi belum ada tanda-tanda destruksi tulang orbita atau
metastasis tumor ke intrakranial, dapat dilakukan eksenterasi orbita
dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Bila tumor terlalu besar dapat
dilakukan kemoreduksi dulu kemudian eksenterasi yang dilanjutkan lagi
dengan kemoterapi dan radioterapi.
- Bila tanda-tanda metastasis ke intrakranial sudah ada, tidak dilakukan operasi
hanya diberi radioterapi dan kemoterapi.

14

FRAKTUR BLOW OUT


Definisi
Fraktur blow out adalah fraktur pada dasar orbita tanpa atau disertai fraktur
dinding medial orbita akibat trauma
Tanda dan gejala
Penglihatan ganda, ada epistaksis setelah mata terkena trauma tumpul
Evaluasi
- Enoftalmus ringan atau berat dapat timbul
- Pada perabaan mungkin terdapat krepitasi dibawah kulit kelopak bawah,
terdapat hambatan gerak bola mata terutama kearah superior dan inferior.
- Pemeriksaan hirsberg mungkin ortho atau hipotrofi, ducton/version, terdapat
hambatan gerak bola mata, pemeriksaan forced duction test positif.
- Ct-scan menunjukkan adanya fraktur pada dasar orbita/dinding medial orbita
dengan inkarserasi jaringan lunak pada daerah fraktur.
Penatalaksanaan
- Lakukan rekonstruksi fraktur dengan membebaskan jaringan lunak yang
terjepit dan memasang implant sintetik atau tulang autograf pada daerah
fraktur
- Sebaiknya dilakukan sebelum 2 minggu setelah trauma.

15

TUMOR ORBITA
Definisi
Tumor orbita adalah massa yang berada dirongga orbita, dapat berasal
primer dari jaringan lunak orbita atau merupakan metastasis-invasi dari organ lain
tubuh dan palpebra/konjungtiva. Setiap jaringan dapat berpotensi berubah
pertumbuhan menjadi neoplasma. Di orbita terdapat jaringan yang secara
embriologik berasal dari mesoderm dan neuroektoderm. Palpebra dan konjungtiva
berasal dari ektoderm. Jenis tumornya dapat bersifat jinak atau ganas, dan jenisnya
dapat ditemui lebih dari 50 jenis tumor.
Gejala dan Tanda Klinis
1. Pemeriksaan klinis
- Identitas
- Anamnesis : adanya penonjolan mata atau luka/benjolan pada kelopak
mata yang tak menyembuh, lama gejala : akut atau kronis, tajam
penglihatan : tetap atau menurun, penglihatan ganda : ada atau tidak, rasa
sakit : ada atau tidak
- Pemeriksaan visus: penurunan visus yang tidak dapat dikoreksi pada mata
sakit. Adanya hiperopia
- Pemeriksaan oftalmologi: Segmen anterior normal atau ada kelainan
(nodul pada iris, heteromia iris), segmen posterior, normal atau ada
kelainan (star figure di macula atau lipatan/fold di khoroid, papil
atrofi/edema
- Pemeriksaan orbita : inspeksi adanya proptosis, arah proptosis, gangguan
gerak mata partial/total, arah hambatan gerak, keadaan jaringan di
sekitarnya seperti tanda rubor; pelebaran palpebra atau fisura palpebra;
palpasi, terba/tidaknya tumor; rabaan kenyal/keras/lunak; dapat
degerakkan dari dasar/tidak; pulsasi, ada bruit/tidak.
- Pemeriksaan fisik: adanya benjolan/keluhan kronis pada organ lain.
2. Pemeriksaan Penunjang Radiologi
- Foto orbita baku
- Ultrasonografi
- CT-scan
- Arteriografi
- MRI
3. Pemeriksaan Penunjang Khusus : laboratorium dan penanda ganas
4. Pemeriksaan Fisik: mencari adanya tumor di organ lain tubuh
5. Pemeriksaan Patologi Anatomi:
- Potong beku
- Patologi parafin blok
- Pewarnaan khusus imunohistokimia
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor orbita dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Non bedah : pengobatan dengan steroid
- Pembedahan: biopsi eksisi/insisi, eksisi luas dengan/tanpa dermofat graft,
eksenterasi orbita partial/total, orbitotomi lateral, osteoplasti orbitotomi
transkranial

16

Pengobatan tambahan : radiasi dan sitostatika


Jika dicurigai tumor jinak dan diagnosis dibuat pseudotumor dapat diberikan
pengobatan steroid oral, seperti Prednison dosis tinggi 12-16 tablet (2 mg/kg
BB) setiap hari selama 2 minggu, kemudian diturunkan secara bertahap. Jika
tidak berhasil dapat diberikan sitostatika single agent seperti Chlorambucil
dengan pengawasan ahli hematologi
Pada tumor epitel adneksa, jika berukuran kecil dan diduga jinak, dapat
dilakukan ekstirpasi dengan meninggalkan jaringan sehat. Pada tumor epitel
yang dicurigai ganas dapat dilakukan eksisi dengan memperhatikan jaringan
sehat yang ditinggalkan. Pada tumor yang lebih luas, eksisi dengan
rekonstruksi. Pada tumor yang lanjut dan telah berinvasi ke orbita dilakukan
tindakan pembedahan radikal eksenterasi orbita. Pengobatan tambahan radiasi
atau sitostatika dapat diberikan.
Pada tumor orbita, baik jinak, ganas ataupun metastasis/invasi sebaiknya
dilakukan tindakan biopsi insisi untuk pemeriksaan patologi. Penatalaksanaan
sebelumnya dengan melakukan pemeriksaan penunjang, terutama CT-scan
untuk mengetahui dengan tepat lokasi tumor
Selanjutnya dapat dilakukan pembedahan, jenis pembedahan sesuai dengan
lokasi dan jenis tumor. Pemberian terapi tambahan radiasi dan sitostatika dapat
diberikan sesuai kebutuhan dan sesuia patogenesa jenis tumor, dengan
kerjasama antar disiplin.

17

DIABETIK NEUROPATI
Definisi
Diabetik neuropati adalah suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler
retina, kapiler dan venula, sehingga menyebabkan oklusi mikrovaskuler dan
kelainan vaskuler, akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama. Terapi yang ada
saat ini adalah laser fotokoagulasi, vitrektomi dan krioterapi. Hasil pengobatan
laser fotokoagulasi lebih kearah mempertahankan penglihatan yang dibandingkan
memperbaiki. Terapi vitrektomi lebih kearah memperbaiki kerusakan yang ada,
dengan prognosis tergantung kerusakan yang ada. Kontrol gula darah penting
untuk memperlambat proses. Diabetik neuropati akan selalu muncul, umumnya
lebih diatas 5 tahun, walaupun gula darah selalu terkontrol.
Gejala Dan Tanda Klinis
- Riwayat kencing manis (NIDDM/IDDM)
- Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus
- Berubahnya ukuran kacamata dalam waktu yang singkat
- Bilik mata depan tenang, tapi dapat ditemukan tanda peradangan ringan
seperti flare dan sel ringan
- Pada keadaan berat dapat ditemukan neovaskularisasi iris (rubeosis iridis)
- Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas dapat
ditemukan RAPD (Relative Aferen Pupilary Defect), penurunan refleks pupil
pada cahaya langsung dan tak langsung normal.
- Vitreus jernih, dalam keadaan berat dapat ditemukan perdarahan dan jaringan
fibrovaskular
- Retina dapat ditemukan perdarahan pre, intra dan subretina, eksudat keras dan
lunak, pelebaran vena, mikroaneurisma dan neovaskularisasi di papil atau
ditempat lain diretina.
Evaluasi
- Pemeriksaan dilakukan pada semua penderita diabetes pada saat pertama kali
datang.
- Pemeriksaan meliputi visus, tekanan bola mata, segmen anterior dan segmen
posterior.
- Pemeriksaan segmen anterior dengan menggunakan slit lamp untuk melihat
apakah ada epiteliopati kornea,
flare dan sel di BMD, RAPD,
neovaskularisasi iris, tingkat kekeruhan lensa, kekeruhan vitreus
- Pemeriksaan segmen posterior dengan menggunakan oftalmoskop indirek,
untuk melihat kekeruhan vitreus karena perdarahan atau adanya jaringan
fibrovaskuler, perdarahan retina, eksudat, pelebaran vena, intra-retinal
microvasculer anomaly (IRMA) dan neovaskularisasi
- Selain pemeriksaan mata dasar dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain :
Fundus Fluorocence Angiography (FFA), dilakukan bila ada indikasi. USG,
bila terdapat kekeruhan media dan fundus tidak tembus. ERG.
Penatalaksanaan
- Pasien dengan diabetik neuropati stadium non proliferatif (NPDR) ringan dan
sedang, dievaluasi setiap 3 bulan kontrol gula darah dilakukan oleh dokter
penyakit dalam

18

Pasien dengan NPDR berat dengan/tanpa CSME, dilakukan terapi


fotokoagulasi laser.
Operasi vitrektomi dilakukan apabila terdapat perdarahan vitreus,
pertumbuhan jaringan fibrovaskuler di retina, persistent maculer edema dan
ablasio retina traksi.

19

ENDOFTALMITIS
Definisi
Endoftalmitis adalah infeksi intraokuler yang umumnya melibatkan seluruh
jaringan segmen anterior dan posterior mata. Penyakit ini berhubungan dengan
proses infeksi (infectious endoftalmitis) atau kelainan non infeksi (noninfectious
endoftalmitis) seperti sisa massa lensa, substansi toksik yang mengakibatkan
respon inflamasi (sterile endoftalmitis). Penyakit ini umumnya didahului oleh
trauma tembus pada bola mata, ulkus kornea perforasi, riwayat operasi intraokuler
(seperti ekstraksi katarak, operasi filtrasi, vitrektomi). Endoftalmitis dapat juga
terjadi secara endogen akibat mikroorganisme menyebar melalui darah
(hematogen) dari sumber infeksi lain, terutama pada pasien dalam keadaan
imunokompromis. Angka kejadian endoftalmitis pasca operasi katarak di negara
maju adalah 0,1%.
Gejala Klinis
- Penurunan tajam penglihatan
- Mata merah, bengkak, nyeri
Evaluasi
- Riwayat trauma tembus bola mata, riwayat operasi intraokuler atau keadaan
infeksi kornea yang memburuk yang ditemukan saat anamnesis
- Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen dan
menggunakan pin hole
- Pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk melihat keadaan kornea, bilik
mata depan, dan penurunan refleks fundus
- Tekanan intraokuler diukur dengan menggunakan Tonometri Schiotz apabila
kornea intak atau per palpasi apabila didapatkan keratitis/ulkus kornea
- Pemeriksaan dengan slit lamp untuk menilai keadaan kornea dan segmen
anterior lainnya
- Pemeriksaan USG apabila media refraksi keruh untuk menilai segmen
posterior
- Pemeriksaan tap vitreus dan cairan bilik mata depan dengan pewarnaan gram,
KOH 10% dan kultur dalam agar darah, Tioglikolat dan Saboraud dan uji
resistensi
- Pada kasus Endoftalmitis yang disebabkan ulkus kornea, dilakukan
pemeriksaan kerokan kornea dengan pewarnaan gram dan pemeriksaan
langsung dengan KOH 10% dan kultur dalam agar darah, Tioglikolat dan
Saboraoud
- Pemeriksaan Foto Rontgen Orbita atau CT-Scan pada kasus trauma tembus
untuk mencari benda asing intraokuler
- Pemeriksaan Metaliocator untuk mencari benda asing metal intraokuler.
Penatalaksanaan
- Pasien dirawat untuk membantu menegakkan diagnosis
- Endoftalmitis pasca operasi dan pasca trauma diberikan antibiotik kombinasi
gram positif (Vankomisin, Sefazolin, Sefotaksim) dan gram negatif
(Gentamisin, Tobramisin, Amikasin). Intravitreal masing-masing 0,1 ml.

20

Intravena antibiotik spektrum luas (Seftazidim, Klaforan, Dibekasin,


Gentamisin, Tobramisin)
Bila disebabkan oleh ulkus kornea: bila didapatkan bakteri pada pewarnaan
gram dan tidak ditemukan hifa jamur, berikan antibiotika tetes mata
Gentamisin, Tobramisin, Dibekasin Fortified atau golongan Kuinolon
(Ofloxacin, Siprofloxacin) tiap jam, antibiotika golongan Fluorokuinolon per
oral seperti Siprofloxacin 2 x 750 mg. Bila kerokan kornea didapatkan hifa
jamur, berikan tetes mata Natamisin 5% tiga kali sehari. Bila pasien mampu,
berikan tetes mata Amfoterisin B 0,15% tiap jam. Keadaan kornea diperiksa
tiap hari hingga didapatkan kemajuan pengobatan, yang kemudian frekuensi
pemberian dapat dikurangi hingga 3-5 minggu.
Berikan injeksi intravitreal antibiotika apabila dicurigai Endoftalmitis
bakterial, antibiotika yang diberikan haruslah mempunyai spektrum luas dan
merupakan kombainasi dari 2 golongan antibiotika. Umumnya pilihan pertama
diberikan Vankomisin 1 mg/0,1 ml dan Seftazidim 2,25 mg/0,1 ml. Pilihan
lain Sefazolin 2,25 mg/0,1 ml dikombinasi Tobramisin 0,1-0,2 mg/0,1 ml.
Apabila dicurigai Endoftalmitis jamur, berikan injeksi intravitreal Amfoterisin
B 2,25mg/0,1 ml. Vitreous Tap harus dilakukan sebelum dilakukan injeksi
intravitreal.
Terapi tambahan yang dapat diberikan adalah tetes mata Sikloplegik dan Anti
Glaukoma apabila didapatkan peningkatan TIO. Pemberian analgetik apabila
diperlukan.

21

Anda mungkin juga menyukai