Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATARAK
Dosen Pengampu :
Ns. Endang Sri Purwati Ningsih, Sp.MB
Dibuat oleh :
Misbachul Munirul Ehwan (P07120213064)
BAB I
KONSEP DASAR KATARAK
A.
Definisi Katarak
Definisi katarak menurut WHO adalah
kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga
dapat terjadi pada anak-anak yang lahir
dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat
terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit
lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun (Ilyas, 2005).
Katarak adalah suatu keadaan lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh, asal kata katarak dari kata yunani cataractayang berarti air terjun. Mungkin
sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air
terjun di depan matanya. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti
ditutupi kabut. (Ilyas.2006)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa katarak adalah opasitas lensa kristalina yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat
kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga berhubungan karena trauma mata tajam
maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti
diabetes miletus atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar
matahari ( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
B.
Etiologi
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan
oleh cidera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obatan tertentu (misal
kortikosteroid).
Katarak kongenitais adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
1.
2.
2.
3.
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarakn pada
dewasa dikelompokan menjadi:
1.
Katarak immatur
2.
Katarak matur
3.
Katarak hipermatur
Banyak penderita katarak yang mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
katarak adalah:
C.
1.
2.
Diabetes
3.
4.
5.
Menifestasi Klinis
1. Gatal gatal pada mata
2. Air mata mudah keluar
3. Pada malam hari penglihatan terganggu
4.
Pandangan kabur yang tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca
5.
6.
7.
8.
9.
atau putih
Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari.
Dapat melihat dobel pada satu mata
Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap
Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat,
akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
D.
Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer
ada kortek, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opesitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior
E.
Pathway
Katarak
Usia : Penuaan
Penyakit sistemik : DM
Korteks memeproduksi
serat lensa baru
Distensi lensa
Kortek lensa >
terhidrasi dari pada
nukleus lensa
Ketidakseimbangan
metabolismeprotein
mata
Protein dalam serabut2
lensa di bawah kapsul
mengalami deturasi
Protein lensa
berkoagulasi
Hilangnya transparansi
lensa
Lensa menjadi
cembung iris
terdorong ke depan
Kekeruhan lensa
TIO meningkat
Komplikasi glaukoma
Ketakutan
Otak mempresentasikan
sebagai bayangan kabut
Risiko cidera;infeksi
Gangguan sensori
perceptual (visual)
Pandangan kabur
Mata berair
Blurres vision
Transmisi sinar
terganggu
Pupil kontriksi
Sinar tidak tertampung
banyak pada siang hari
Menghambat jalan
cahaya ke retina
Pandangan berkabut
F.
Pemeriksaan Diagnostik
Risiko jatuh
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa akues/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
G.
2.
3.
4.
5.
6.
penglihatan ke retina.
Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
Pengukuran tonografi :TIO (12-25 mmHg)
Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
Tes Provokatif (menentukana danya/tipe glaukoma.
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
7.
8.
papiledema, perdarahan.
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik.
EKG, kolesterol serum, lipid, Tes toleransi glukosa : Kontrol DM.
Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. (Vaughan
DG & Arif, Mansjoer).
Penatalaksanaan Non-Bedah :
1. Terapi penyebab katarak
a.
H.
1.
2.
Indikasi medis.
3.
Indikasi kosmetik.
Komplikasi
Komplikasi katarak akan terjadi apabila penanganan terhadap penyakit ini tidak
cepat. Beberapa komplikasi katarak yang biasa terjadi antara lain adalah sebagai
berikut.
1.
Pandangan mata semakin samar akibat lensa yang terus-menerus buram dan
berwarna seperti susu.
2.
Sensitivitas terhadap cahaya matahari lebih tinggi dari waktu ke waktu sehingga
penderita benar-benar tidak nyaman terhadap silau.
3.
Pada awalnya mungkin penglihatan terhadap suatu benda masih bisa jelas, namun
lama-kelamaan penderita akan merasa kurang nyaman dan melihat sebuah objek
seakan menjadi dua.
4.
I.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketakutan b.d. kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan atau
2.
ketidakmampuan pandangan.
Risiko infeksi b.d pertahanan primer dna prosedur invasif (bedah pengangkatan
3.
4.
5.
katarak).
Risiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital (TIO).
Risiko jatuh.
Defisiensi pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi
informasi yang sudah didapat sebelumnya.
J.
Discharge Planning
1. Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
2. Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi.
3. Pahami tentang katarak, kejadian pre dan post operasi.
4. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu berbaring pada sisi yang
dioperasi, membungkuk melewati pinggang, mengangkat benda yang beratnya
nelebihi, mengedan selama defekasi karena pembatasan tersebut diperlukan untuk
5.
Daftar Pustaka
Nurarif,
Amin
Huda
dan
Hardhi
Kusuma.2015.Aplikasi
Asuhan
Keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Alamat
e. No Rekam Medis
f.
Diagnosa medis
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
b. Riwayat kesehatan saat ini
3.
b.
Nutrisi/ metabolic
1) Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
2) Apakah klien mau memakan makanannya?
c.
Pola eliminasi
1) Bagaimana frekuensi klien BAB?
2) Bagaimana frekuensi BAK klien?
d.
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
e.
f.
Pola kognitif-perseptual
1) Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
2) Apakah klien menggunakan alat bantu?
g.
h.
Pola peran-hubungan
1) Bagaimana hubungan klien dengan keluarga setelah terjadinya gangguan?
2) Apakah peran klien masih bisa dilakukan
j.
k.
Pola keyakinan-nilai
1) Apakah klien selalu rajin sembahyang?
2) Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?
Pemeriksaan penunjang
l.
1) Darah
Neutrofil
Monosit
Hematokrit
MCV
MCHC
RDW
PLT
MPV
7.67%
8.66%
36.4%
80.9 fL
36.1 g/d
11.3%
403 10e3/UL
5.01 fL
ANALISA DATA
No
1
Data
DS :
Etiologi
Pre Operasi
Gangguan
tidak jelas
4. klien mengatakan jika terkena
sinar/paparan
matahari
menyilaukan mata
5. klien mengatakan jika melihat
sesuatu
berbayang-
Gangguan
penerimaan
indera
persepsi
sensori-perseptual
dengan menurunnya
ketajaman
orbita dextra dan sinistra
2. klien mengatakan kesulitan untuk penglihatan.
beraktivitas
3. klien mengatakan penglihatannya
Masalah Keperawatan
DO:
1. Hasil pemeriksaan fisik dengan
opthalmoscope
bagian
kornea
sulit
untuk
DS
Perubahan pada
1. Klien
mengatakan
memikirkan
cemas
biaya
Ansietas
status kesehatan.
untuk
operasinya.
2. klien mengatakan cemas takut
tidak
berhasil
menjalankan
operasinya
3. klien mengatakan gelisah
4. klien mengatakan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya.
DO
1. terlihat
wajah
klien
tampak
gelisah.
2. klien terlihat tegang.
3. klien terlihat memfokuskan pada
diri sendiri.
4. klien terlihat cemas.
5. klien terlihat takut
DS :
kurang informasi
sampai
mengalami
katarak
2. klien mengatakan takut akan
kondisinya.
3. klien mengatakan
tidak
tahu
tentang penyakit.
Defisiensi pengetahuan
DO:
1. wajah tampak gelisah
2. klien terlihat terus bertanya-tanya
dengan pertanyaan yang sama.
3. klien terlihat bingung.
Post Operasi
DS :
Luka pasca operasi.
Nyeri akut
a)
b)
c)
d)
Vital sign :
TD : 140/90 mmHg
N: 84x/menit
T
:37,4 0c
RR: 24x/menit
1. skla nyeri (6)
2. klien terlihat menahan rasa sakit.
3. klien terlihat merintih kesakitan (
nyeri )
DS
Keterbatasan
Resiko cidera.
penglihatan.
berbayang-
mengatakan
badannya
Prosedur invasif
(operasi katarak).
Risiko infeksi.
hari kemudian
DO :
a)
b)
c)
d)
7
Vital sign :
TD : 140/90 mmHg
N: 84x/menit
T
:37,4 0c
RR: 24x/menit
DS :
1. klien
mengatakan
tahu
kurang
ketidak
sumber efektifan
pendukung.
operasi.
1. klien mengatakan berasal dari
penatalaksanaan
regimen terapeutik.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan.
3. Defisiensi pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit
4. Nyeri akut b.d Luka pasca operasi.
5. Resiko cidera b.d Keterbatasan penglihatan.
6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi katarak )
7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,
kurang sumber pendukung.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan
Tujuan
persepsi Setelah
sensori-perseptual
dilakukan
indera
keperawatan
menurunnya
ketajaman penglihatan.
diharapkan
masalah presepsi
sensori
penglihatan
teratasi.
Kriteria hasil
1. Mengenal gangguan
sensori danber
kompensasi terhadap
perubahan.
2. Mengidentifikasi/mem
perbaiki potensial
Intervensi
1. Kaji
ketajaman
penglihatan,
Rasional
catat 1. Kebutuhan tiap individu dan pilihan
bahaya dalam
lingkungan.
terjadi
lambat
dan
progresif.
2. Memberikan peningkatan kenyamanan
dan kekeluargaan, menurunkan cemas
dan disorientasipasca operasi.
3. Terbangun dalam lingkungan yang
tidak
dikenal
keterbatasan
dan
mengalami
penglihatan
dapat
isolasi
dan
menurunkan
bingung.
5. Perubahan ketajaman dan kedalaman
persepsi dapat menyebabkan bingung
penglihatan dan meningkatkan resiko
cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
6. Memungkinkan pasien melihat objek
lebih
mudah
dan
memudahkan
panggilan
untuk
pertolongan
biladiperlukan.
2.
1. Pasien
dilakukan
mengungkapkan
dan
tindakan
mendiskusikan
rasa
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
tidak
:
terjadi
kecemasan pada
klien dan tidak
ada
perubahan
status kesehatan.
cemas/takutnya.
2. Pasien tampak rileks
tidak
tegangdan
melaporkan
pada
sampai
tingkat
nonverbal.
2. Beri kesempatan
mengungkapkan
isi
dapat
diatasi.
oleh individu.
untuk 2. Mengungkapkan rasa takut secara
pasien
pikiran
dan
terbuka dimana
perasaan takutnya.
ditujukan.
3. Observasi tanda vital dan peningkatan 3. Mengetahui respon fisiologis yang
respon fisik pasien.
4. Beri penjelasan pasien
kecemasannya
berkurang
dan kooperatif.
danperkenalan 5. Mengurangi
setiap
melakukan
kecemasan
dan
meningkatkan pengetahuan.
6. Mengurangi perasaan takut dan cemas.
prosedur
tindakan.
3.
Defisiensi
b.d
Kurang
pengetahuan Setelah
informasi
tentang penyakit.
Klien
menyatakan
dilakukan
pemahaman
tindakan
keperawatan
pengobatan.
mengenai
1. Kaji
informasi
tentang
kondisi 1. meningkatkan
meningkatkan
pemahaman
kerja
sama
dan
dengan
perawat.
menghindari tetes mata yang dijual 2. Dapat bereaksi silang/campur dengan
bebas.
3. Tekankan
pentingnya
menurunkan
diharapkan :
Klien
lebih
mengerti
akan
penyakitnya
berat,
berkedip;
mengejan
mengangkat
saat
defekasi,
TIO
hasil
dapat
bedah
dan
mencetuskan perdarahan.
hidung.
4.
a. Nyeri berkuran.
b. Klien terlihat lebih
dilakukan
rileks
tindakan
skala.
2. Pantau TTV.
meningkat karena nyeri.
3. Berikan tindakan kenyamanan.
3. meningkatkan relaksasi.
4. Beritahu pasien bahwa wajar saja , 4. adanya nyeri menyebabkan tegangan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
otot
nyeri berkurang,
analgesik
hilang
dan
terkontrol.
segera
setelah
Kolaborasi :
yang
menggangu
sirkulasi
Resiko
cidera
b.d Setelah
Keterbatasan penglihatan.
a. Menyatakan
1. Diskusikan apa
dilakukan
pemahaman
factor
tindakan
yang
terjadi
meningkatkan
kerja
sama
dalam
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
cedera
:
dapat
kemungkinancedera
b. Mengubah lingkungan
sesuai keinginan.
sesuai indikasi untuk 3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan
meningkatkan
kepala
keamanan
dicegah
tiba-tiba,
membongkok.
4. Ambulasi dengan
menggaruk
bantuan;
mata,
berikan
komplikasi. Menurunkan
tekanan
pada
area
operasi/menurunkan TIO.
4. Memerlukan sedikit regangan daripada
penggunaan
pispot,
yang
dapat
bakteri
pada
meningkatkan TIO.
6.
Setelah
Tidak
prosedur dilakukan
ada
tindakan
dan iritasi.
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
tidak
:
terjadi
infeksi.
jumlah
operasi.
untuk membersihkan bola mata.
2. Tekhnik aseptik menurunkan resiko
3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh /
penyebaran bakteri dan kontaminasi
menggaruk mata yang dioperasi.
silang.
4. Berikan obat sesuai indikasi.
3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan
Kolaborasi :
sisi operasi.
4. Digunakan
inflamasi.
5. Sediaan topikal
profilaksis,
untuk
menurunkan
digunakan
dimana
terapi
secara
lebih
Resiko
ketidakefektifan Setelah
1. Klien
mampu 1. Kaji
tingkat
pengetahuan
penatalaksanaan regimen
terapeutik
b.d
pengetahuan,
dilakukan
kurang tindakan
kurang keperawatan
dengan, diharapkan:
perawatan rumah
berjalan efektif.
mengikuti
instruksi,
mengidentifikasi
kegiatan keperawatan
obatan.
rumah (lanjutan) yang
3. Berikan kesempatan bertanya.
diperlukan
4. Tanyakan
kesiapan
klien
paska
hospitalisasi.
2. Keluarga menyatakan 5. Identifikasi kesiapan keluarga dalam
siap
untuk
perawatan diri klien paska hospitalisasi.
pendidikan
kesehatan
tentang
perawatan di rumah.
2. Klien mungkin mendapatkan obat
tetes atau salep(topical).
3. Meningkatkan rasa percaya,
aman,
dan
pemahaman
serta
rasa
mengeksplorasi
hal-hal
yang
klien
yang
bertanggung
jawab
dalam
c.
d.
e.
ganda,
selaput
penglihatan,
pada
lapang