Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS

PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA


PADA PT. MITRA SEJATI BERIBU

Ticke Fandarani
Universitas Bina Nusantara
Alamat: Jalan Kinibalu I Blok B Nomor 173-174 Harapan Jaya Bekasi Utara
Nomor Telpon: 082114222650
Email: ticke_fandarani@yahoo.co.id
Dosen Pembimbing: Ahmad Adri, Drs., Ak., MBA

ABSTRAK
Perusahaan yang berorientasi pada laba umumnya memiliki tiga tujuan dasar yaitu untuk memperoleh
laba, mencapai pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Agar mencapai
tujuan-tujuannya, usaha yang dilakukan perusahaan harus memiliki kemampuan untuk dapat menghasilkan
laba. Salah satu aktivitas penghasil laba adalah aktivitas penjualan. Analisis yang penulis lakukan adah
untuk mengetahui pengendalian internal yang dilakukan oleh PT. Mitra Sejati Beribu atas penjualan kredit
dan piutang usahanya. Dalam pemerolehan datanya penulis melakukan sejumlah metode seperti:
observasi, wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dan dokumentasi. Setelah penulis
melakukan analisis pada pengendalian imternal atas penjualan kredit dan piutang usaha perusahaan dapat
dikatakan bahwa PT. Mitra Sejati Beribu telah mempunyai pengendalian internal yang cukup memadai.
Hal ini terlihat dari perusahaan yang telah memiliki struktur organisasi yang tertulis, proses pembayaran
piutang yang dilakukan dengan cara transfer sehingga menghindari resiko pencurian, dan penyimpanan
dokumen yang disusun dengan rapih dan disimpan berdasarkan huruf abjad dari dokumen tersebut. Namun
PT. Mitra Sejati Beribu juga masih memiliki kelemahan-kelemahan dalam pengendalian internalnya,
seperti pengawasan yang dilakukan komisaris tidak berjalan dengan semestinya, perusahaan yang tidak
melakukan penyeleksian pemberian kredit dan tidak memiliki limit kredit dan masih ada karyawan yang
mengerjakan tugas ganda. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada perusahaan, penulis
memberikan saran agar perusahaan memfungsikan dengan baik jabatan komisaris diperusahaannya,
perusahaan juga seharusnya memiliki kebijakan penyeleksian pemberian kredit dan kredit limit dan
perusahaan juga seharusnya memisahkan bagian penjualan dan bagian kredit dan memisahkan bagian
keuangan dan bagian penagihan.

Kata kunci: Analisis, Pengendalian Internal, Penjualan, Piutang Usaha

ABSTRACT
Generally profit-oriented companies have three basic objectives, namely to Derive a profit, Achieve growth
and maintain viability of the company. In order to Achieve its objectives, the business of the company must
have the ability to generate profits. One is the income-producing activity of sales activity. Analysis by the
author is to know the internal control Carried out by PT. Mitra Sejati Beribu on the sale of Their credit and
accounts receivable business. In the obtaining of data the authors made a number of methods Such as
observation, interviews using questionnaires and documentation. After the authors conducted an analysis
on internal control over the sale of corporate loans and accounts receivable can be said That the PT. Mitra
Sejati Beribu already have adequate internal controls. It is seen from a company That already has a written
organizational structure, process payments receivable by way of transfer of Thus spake avoiding the risk of
theft, and storage of documents neatly organized and stored According to the alphabet of the document. But
the PT. Mitra Sejati Beribu also has weaknesses in internal control, Such as surveillance commissioner
who do not work properly, a company That does not make-the selection of credit and no credit limit and
there are still people who do double duty. That based on the weaknesses occur in the company, the author
Gives suggestions for well-functioning corporate office in the company's commissioner, the company also
should have a policy of selection of credit and credit limit and the company is also Supposed to separate the
sales and the credit and finance and the separate billing.
Keywords: Analysis, Internal Control, Sales, Accounts Receivable

PENDAHULUAN
Perusahaan yang berorientasi pada laba umumnya memiliki tiga tujuan dasar yaitu untuk
memperoleh laba, mencapai pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Agar
mencapai tujuan-tujuannya, usaha yang dilakukan perusahaan harus memiliki kemampuan untuk dapat
menghasilkan laba. Salah satu aktivitas penghasil laba adalah aktivitas penjualan. Aktivitas penjualan
sendiri tidak hanya sekedar menjual saja, tetapi juga terdiri dari kegiatan pemesanan, aktivitas pencatatan
yang baik dan penerimaan pembayaran dari pembeli. Penjualan berdasarkan cara pembayarannnya dapat
dibagi menjadi dua yaitu, penjualan tunai dan penjualan kredit. Penjualan kredit biasa dilakukan oleh
perusahaan manufaktur.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang kepada
konsumen atau disebut sebagai piutang usaha, dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya, perusahaan
melakukan penagihan untuk mendapatkan aliran kas masuk yang berasal dari penerimaan piutang tersebut.
Piutang yang timbul dari penjualan kredit mempunyai resiko-resiko seperti piutang tidak tertagih, piutang
terlambat bayar dan beberapa resiko lainnya. Resiko-resiko tersebut juga sangat berpengaruh pada
pencapaian laba perusahaan, oleh karena itu suatu pengendalian internal yang baik sangat diperlukan dalam
aktivitas penjualan kredit dan piutang usaha perusahaan.
Pengendalian internal yang tepat terhadap kegiatan penjualan dan piutang usaha harus
dilaksanakan dan diterapkan di dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan penjualan dan piutang
perusahaan karena apabila pengelolaan kegiatan penjualan dan piutang perusahaan kurang baik, dapat
mengakibatkan kerugian terhadap perusahaan dan dapat berimbas terhadap perolehan laba dan pada
akhirnya dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
PT. Mitra Sejati Beribu adalah perusahaan yang bergerak pada bidang produksi atau pembuatan
kemasan kayu penunjang komoditi ekspor. Keseluruhan dari penjualan yang dilakukan perusahaan ini
adalah dengan cara kredit, sehingga PT. Mitra Sejati Beribu juga memiliki piutang usaha. PT. Mitra Sejati
Beribu memiliki beberapa pembagian kerja, salah satunya adalah sales staff sebagai orang yang mencatat
pesanan penjualan. Pada proses ini, sales staff harus mencatat dengan baik berapa item yang dipesan berikut
ukuran yang di inginkan oleh pelanggan. Setelah proses pemesanan dan produksi selesai maka kegiatan
yang selanjutnya adalah mengantar pesanan kepada pelanggan dengan melampirkan invoice, surat jalan,
faktur pajak dan purchase order pelanggan. Pada saat penerbitan invoice, terkadang terjadi juga masalah
yakni invoice harga yang tidak sesuai dengan purchase order pelanggan. Selain itu pada saat ada pelanggan
baru yang akan melakukan pembelian biasanya perusahaan belum mengetahui persyaratan pembayaran
pada perusahaan tersebut, seperti misalnya pada perusahaan yang terletak pada kawasan berikat yang
seharusnya tidak dikenakan PPN pada proses penagihannya.

Proses penagihan piutang pada PT. Mitra Sejati Beribu dilakukan sesuai dengan perjanjian yang
tertera pada purchase order. Proses pembayaran sendiri dapat dilakukan dengan parsial dan non parsial
sehingga terjadinya dua proses penagihan. Perusahaan sendiri sangat bergantung pada uang yang diterima
pada proses penjualan, karena mempengaruhi modal dan biaya untuk membeli bahan baku dalam proses
produksi yang selanjutnya sehingga dapat menghambat kegiatan perusahaan apabila terjadi keterlambatan
pembayaran piutang apalagi sampai terjadi piutang tidak tertagih. Apabila terjadi piutang yang tidak dapat
ditagih selama satu tahun perusahaan akan melakukan penghapusan terhadap piutang tersebut, metode yang
dilakukan dalam penghapusan piutang pada PT. Mitra Sejati Beribu adalah metode penghapusan langsung
sehingga tidak ada piutang yang dicadangkan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka pengendalian internal terhadap kegiatan
penjualan dan piutang usaha pada PT. Mitra Sejati beribu harus diperhatikan, karena keduanya adalah
kegiatan yang saling berhubungan dan mempengaruhi tingkat perolehan laba perusahaan. Selain itu,
memiliki pengendalian internal saja tidak cukup apabila tidak di dukung dengan penerapan yang baik pula
oleh seluruh anggota struktur organisasi yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Dari uraian tersebut dan mengingat pentingnya penerapan pengendalian internal atas penjualan
kredit dan piutang usaha, maka saya tertarik untuk menulis skripsi dengan judul Analisis Pengendalian
Internal atas Penjualan Kredit dan Piutang Usaha pada PT. Mitra Sejati Beribu.
Menurut Arens dan Loebbecke yang telah diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2003:258),
pengertian dari pengendalian internal adalah Sistem yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedurprosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran
yang penting bagi suatu usaha dapat dicapai.
Pengendalian internal merangkum kebijakan, praktik dan prosedur yang digunakan oleh organisasi
untuk mencapai empat tujuan utama. Menurut James A. Hall yang telah diterjemahkan oleh Jusuf
(2001:150) empat tujuan utama itu adalah untuk menjaga aktiva perusahaan, untuk memastikan akurasi dan
dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi, untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan,
dan untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan manajemen.
Menurut Boynton, Jhonson dan Kell yang telah diterjemahkan oleh Rajoe, Gina dan Budi
(2003:378-400), Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) membagi
pengendalian internal menjadi lima komponen, yaitu:
1.

2.

Lingkungan pengendalian
Sejumlah faktor membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompentensi
c. Dewan komisaris dan komite audit
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
e. Struktur organisasi
f. Penetapan wewenang dan tanggung jawab
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Penaksiran risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan resiko
suatu entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penilaian risiko oleh manajemen harus
mencakup pertimbangan khusus atas resiko yang dapat mucul dari perubahan kondisi seperti:
a. Perubahan dalam lingkungan operasi.
b. Personel baru.
c. Sistem informasi baru atau dimodifikasi.
d. Pertumbuhan yang pesat.
e. Teknologi baru.
f. Lini produk, produk, atau aktivitas baru.
g. Restrukturisasi perusahaan.
h. Operasi di luar negeri.
i. Pernyataan akuntansi.

3.

4.

5.

Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktifitas pengendalian membantu aktivitas bahwa tindakan
yang diperlukan berkenaan dengan resiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas
pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan organisasional dan
fungsional. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan
dalam berbagai cara. Salah satunya cara adalah sebagai berikut:
a. Pemisahan tugas
b. Pengendalian pemrosesan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Review kinerja
Informasi dan komunikasi
Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang memasukkan
sistem akuntansi, terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksitransaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban yang
berhubungan. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan
tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian internal pelaporan keuangan.
Pemantauan
Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu.
Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu
dang mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Lebih spesifik pengendalian internal terhadap penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan
bertujuan untuk melihat seberapa efisien perusahaan dalam menjalankan operasinya khusunya dalam
kegiatan penjualan secara kredit hal ini sangat penting mengingat penjualan adalah salah satu kegiatan
utama perusahaan untuk dapat memperoleh laba. Menurut Mulyadi (2001:221), unsur-unsur pengendalian
internal yang seharusnya ada dalam sistem penjualan kredit adalah:
1.

2.

3.

Organisasi
Bentuk pengendalian interaln untuk organisasi dalam penjualan kredit adalah sebagai berikut:
a. Fungsi penjualan harus terpisah dengan fungsi kredit.
b. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit.
c. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
d. Transaksi harus dilakukan oleh lebih dari satu orang atau lebih dari satu fungsi.
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
Bentuk pengendalian internal untuk sistem otorisasi dan prosedur pencatatan dalam penjualan kredit
adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat
order pengiriman.
b. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada
credit copy (yang merupakan tembusan surat order pengiriman).
c. Pengirmiman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara
menandatangani dan membubuhkan cap yang sudah dikirim pada copy surat order pengiriman.
d. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan potongan penjualan berada
ditangan direktur pemasaran dengan penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut.
e. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan tanda tangan pada faktur
penjualan.
f. Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan
dokumen pendukung yang lengkap.
g. Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk
itu.
Praktik yang sehat
Bentuk pengendalian internal untuk praktik yang sehat dalam penjualan kredit adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak.
b. Secara periodik fungsi akuntansi mengirimkan pernyataan piutang (account receivable statement)
kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang yang diselenggarana oleh fungsi
tersebut.
c. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening kontrol piutang dalam buku
besar.

Sedangkan aktivitas pengendalian internal piutang usaha menurut Ridwan S.Sundjaja (2002:236)
adalah sebagai berikut:
1.

2.

Kebijakan kredit
a. Seleksi dalam pemberian kredit
Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan dimana seseorang atau perusahaan akan
memberikan kredit kepada pelanggannya dan berapa besar kredit yang akan diberikannya.
1) 5C dalam kredit
Lima dimensi utama yang sering digunakan dalam analis kredit perusahaan dalam menganalisa
kemampuan permohonan kredit yaitu:
a) Character (Karakter)
Meneliti dan memperlihatkan sifat pribadi, cara hidup dan status sosial. Hal ini penting karena
berkaitan dengan kemauan untuk membayar.
b) Capacity (Kemampuan)
Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan ataupun
pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan untuk membayar.
c) Capital (Modal)
Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan capital atau modal yang
dimiliki perusahaan juga perbandingan hutang dan capital.
d) Collateral (Kolateral)
Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral dan kredit.
e) Condition (Kondisi)
Memperlihatkan kondisi perekonomian serta kecenderungan perekonomian yang akan
mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.
2) Memperoleh informasi kredit
Jika pelanggan ingin mengetahui persyaratan kredit, biasanya bagian kredit akan mengisi formulir
yang harus di isi tentang keuangan, informasi kredit dan referensi. Melalui informasi tersebut,
perusahaan memperoleh informasi tambahan dari sumber lain. Jika perusahaan sudah pernah
memberikan kredit kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi
pembayaranya.
3) Menganalisa informasi kredit
Perusahaan menyusun prosedur khusus untuk digunakan dalam analisa kredit atau evaluasi
permohonan kredit. Seringkali perusahaan tidak hanya harus menentukan kemampuan kredit dari
pelanggan, tetapi juga harus memperhatikan jumlah maksimum kredit yang akan diberikan.
b. Standar kredit
Standar kredit adalah persyaratan minimum untuk memberikan kredit kepada pelanggan hal-hal lain
seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-hutang dagangnya
baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan lain.
c. Persyaratan kredit
Persyaratan kredit adalah syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Misalnya syarat kredit
yang dinyatakan seperti 2/10 net 30, artinya pembeli menerima potongan sebesar 2% apabila
pembayaran paling lambat dilakukan dalam waktu 3 hari setelah awal periode kredit. Akan tetapi jika
pelanggan tidak mengambil diskon tunai maka keseluruhan pembayaran harus dilakuakan dalam
waktu 30 hari setelah awal periode kredit.
Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang pada saat jatuh
tempo. Perusahaan harus berhati-hati untuk tidak terlalu agresif dalam usaha-usaha mengumpulkan
piutang dari langgananya. Bilamana langgananya tidak dapat membayar tepat pada waktunya maka
sebaiknya perusahaan menunggu sampai jangka waktu tertentu dianggap wajar sebelum menerapkan
prosedur pengumpulan piutang. Sejumlah teknik pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan
perusahaan jika pelanggan belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah
sebagai berikut:
a. Melalui surat
b. Melalui telepon
c. Melalui kunjungan personal
d. Tindakan yuridis

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif yang bersumber dari data primer dan data
sekunder:
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, seperti: hasil
wawancara atau tanya jawab dengan bagian yang menangani penjualan kredit, penagihan piutang dan
penerimaan pembayaran atas piutang usaha PT. Mitra Sejati Beribu.
2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dalam bentuk data yang telah tersedia melalui
penelusuran catatan dan dokumen resmi perusahaan, seperti: dokumen keuangan, buku standar
operasional dan prosedur pekerjaan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan masalah yang dibahas
oleh peneliti.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan data yaitu diantaranya:
1. Teknik studi lapangan, dimana penelitian dilakukan dengan cara terjun langsung ke objek penelitian
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Teknik observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh bagian
penjualan kredit dan piutang usaha perusahaan.
b. Teknik wawancara, yaitu proses untuk memperoleh keterangan dengan memberikan daftar
pertanyaan dan melakukan tanya-jawab secara langsung kepada bagian-bagian yang terkait dengan
kegiatan penjualan kredit dan piutang usaha perusahaan.
2. Teknik studi-pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari teori-teori,
literatur, dan tulisan yang berhubungan dengan penulisan. Tujuan dari teknik studi pustaka ini adalah
untuk mencari data yang dapat digunakan sebagai landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Studi dokumentasi, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap bahan-bahan tulisan dan dokumen
perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.
b. Studi literatur, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap bahan literatur yang berhubungan dengan
penelitian sebagai landasan teoritis dalam melengkapi analisa data.
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk analisa data adalah metode deskriptif dan komparatif. Dimana metode
deskriptif adalah suatu metode dimana data dikumpulkan, diklasifikasikan, dan analisa sehingga
memberikan keterangan gambaran yang lengkap dan jelas. Sedangkan metode komparatif adalah metode
analisa yang dilakukan dengan membandingkan antara teori dengan praktek yang ada dalam perusahaan,
kemudian mengambil kesimpulan dan memberikan saran.
Metode Penyajian Data
Metode penyajian data digunakan untuk mengkomunikasikan hasil dari evaluasi. Dalam penelitian ini,
penyajian data akan disajikan dalam bentuk tabel dan paragraf yang menjelaskan hasil evaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internAL yang lain.
Lingkungan pengendalian mencakup faktor-faktor berikut ini:
1.

2.

Integritas dan nilai etika


Pemberian hukuman kepada karyawan layaknya harus diberikan secara adil dan berdasarkan
penilaian objektif. Hal ini penting agar pihak yang bersalah benar-benar mendapat hukuman yang
sesuai sehingga tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Namun, yang terjadi pada PT. Mitra Sejati Beribu
malah sebaliknya. Hukuman-hukuman yang diberikan di perusahaan berdasarkan penilaian subjektif
dari manajemen saja. Hal ini disebabkan pihak manajemen menilai hal tersebut merupakan pelanggaran
biasa saja. Akibatnya, pelanggaran seperti karyawan yang sering terlambat hanya diberikan teguran
saja dan tidak diberikan SP I. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perusahaan dalam hal ini
manajemen harus bersikap objektif dalam menilai kesalahan-kelsalahan yang dilakukan oleh
karyawannya jadi apabila karyawan tersebut memang salah, maka karyawan tersebut harus dihukum
sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukannya.
Komitmen terhadap kompentensi
Perekrutan karyawan yang baik seharusnya mencakup pertimbangan manajemen mengenai
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan. Namun, yang terjadi pada PT. Mitra Sejati Beribu malah

3.

4.

5.

sebaliknya. Perusahaan memberikan pekerjaan kepada siapa saja tidak melihat latar belakang
pendidikannya. Akibatnya, karyawan tersebut tidak memahami pekerjaan yang akan dikerjakannya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perusahaan seharusnya memberikan syarat yang lebih khusus
untuk seleksi calon karyawannya, seperti untuk calon karyawan dibagian keuangan maka seharusya
calon karyawan tersebut memiliki latar belakang pendidikan akuntansi karena lulusan akuntansi telah
memiliki dasar mengenai keuangan yang baik dibandingkan dengan lulusan yang lainnya.
Perekrutan karyawan yang baik juga hendaknya harus memperhatikan faktor perilaku dalam
menentukan kesuksesan dalam bekerja, maka untuk itu setiap perusahaanjuga harus memberikan tes
psikotest bagi para calon karyawaannya. Namun, yang terjadi pada PT. Mitra Sejati Beribu malah
sebaliknya. Perusahaan tidak melakukan tes psikotest dalam proses perekrutan karyawannya,
perusahaan hanya melakukan tes wawancara. Hal ini dikarenakan perusahaan menganggap dengan
melakukan wawancara saja sudah cukup untuk dapat mengetahui latar belakang dan kepribadian dari
calon karyawan tersebut. Akibatnya, perusahaan beresiko untuk mempekerjakan karyawan yang
memiliki kepribadian yang buruk dan suka melakukan penyimpangan seperti suka mencuri, tidak teliti,
tidak disiplin, pemalas, dan tidak patuh terhadap aturan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perusahaan seharusnya menambahkan tes psikotes untuk para calon karyawannya dikarenakan tes
wawancara saja tidak cukup untuk mengetahui kepribadian dari calon karyawan tersebut.
Dewan komisaris dan komite audit
Komite audit merupakan salah satu komposisi di dalam perusahaan yang memiliki dampak yang
besar terhadap lingkungan pengendalian. Namun, PT. Mitra Sejati Beribu tidak memiliki komite audit.
Hal ini terjadi karena perusahaan menilai bentuk perusahaannya tidak begitu besar sehingga belum
memerlukan komite audit. Selain itu, komite audit juga dinilai tidak diperlukan karena direktur dinilai
masih bisa meng-handle pekerjaan komite audit. Akibatnya, Pengawasan terhadap pekerjaan yang
dilakukan terhadap perusahaan menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perusahaan seharusnya mengetahui pentingnya sebuah komite audit yang dapat mengawasi dan
meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk
dapat membentuk komite audit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dari komisaris adalah independensi mereka dari
manajemen, sifat dan luasnya keterlibatan mereka dalam aktivitas manajemen serta pengamatan
mereka terhadap aktivitas manajemen. Namun, pada PT. Mitra Sejati Beribu pengawasan yang
dilakukan komisaris tidak berjalan dengan semestinya dikarenakan direktur utama dari PT. Mitra Sejati
Beribu adalah pemilik dari perusahaan itu sendiri dan komisarisnya adalah istri dari direktur tersebut.
Akibatnya, komisaris juga kerap kali tidak dilibatkan dalam menentukan kebijakan-kebijakan
perusahaan. Selain itu, direktur sering melakukan keputusan sepihak tanpa meminta persetujuan
komisaris. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perusahaan harus direktur harus bersikap
professional dan memfungsikan dengan baik jabatan komisaris diperusahaannya seperti yang tercantum
di dalam uraian tugas.
Direktur seharusnya memgotorisasi setiap kegiatan inti di perusahaan hal ini sangat penting agar
tidak ada praktik-praktik tidak sehat terjadi pada perusahaa. Namun, PT. Mitra Sejati Beribu memiliki
otorisasi kurang memadai karena tidak semua kegiatannya penjualannya diotorisasi oleh direktur,
pengotorisasian form penawaran harga dilakukan oleh manajer penjualan. Akibatnya, dapat
menimbulkan resiko seperti manajer penjualan yang menetapkan harga yang lebih tinggi dari yang
seharusnya untuk keuntungannya sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut direktur seharusnya
melakukan otorisasi juga terhadap form penawaran harga untuk pelanggan.
Filosofi dan gaya operasi manajemen
Pembagian wewenang dan tanggung jawab merupakan dasar aturan dan tugas dari setiap
karyawan. Namun, pembagian wewenang dan tanggung jawab yang tertulis di perusahaan hanya dibuat
untuk bagian-bagian top level dan bagian inti perusahaan sedangkan, untuk bagian supervisor kebawah
seperti bagian helper perusahaan belum membuat pembagian wewenang dan tanggung jawab secara
tertulis dan masih menjadi tanggung jawab atasannya. Akibatnya, dapat menimbulkan kebingungan
dari para karyawan yang tidak memiliki wewenang dan tanggung jawab yang tertulis karena mereka
tidak mengerti tentang jenis pekerjaan yang harus dilakukannya. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut perusahaan seharusnya membuat pembagian wewenang dan tanggung jawab yang dimilikinya
secara tertulis untuk seluruh level di perusahaan sehingga tidak terjadi lagi ketergantungan antara para
karyawan dengan para atasannya.
Struktur organisasi
Salah satu aktivitas pengendalian internal pada kegiatan penjulana kredit dan piutang usaha adalah
dengan melakukan penyeleksian kredit dan memberikan kredit limit pada pelanggan. Namun, pada PT.
Mitra Sejati Beribu adalah sebaliknya. Perusahaan tidak memiliki syarat tertentu untuk menyeleksi
pemberikan kredit kepada pelanggannya dan tidak memiliki limit kredit perusahaan sangat mengejar

6.

7.

omzet dan keuntungan untuk mencapai target laba perusahaannya. Hal ini dapat menimbulkan resikoresiko seperti piutang tidak tertagih dan kredit macet. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perusahaan seharusnya tidak hanya mengejar omzet dan keuntungan semata akan tetapi perusahaan
juga harus memikirikan resiko yang dapat terjadi sehingga penting bagi perusahaan untuk memiliki
syarat tertentu untuk menyeleksi pemberikan kredit dan kredit limit untuk para pelanggannya.
Penetapan wewenang dan tanggung jawab
Setiap kegiatan yang dilakukan dalam perusahan hendaknya memiliki aturan tertulis yang jelas
terlebih kegiatan tersebut merupakan kegiatan inti yang berkaitan dengan tanggung jawab untuk selalu
memberikan yang terbaik untuk para pelanggannya. Namun, yang terjadi pada PT. Mitra Sejati Beribu
adalah sebaliknya. Perusahaan tidak memiliki aturan yang tertulis mengenai retur penjualan
dikarenakan perusahaan tidak merasa kegiatan ini butuh untuk dibuat aturan tertulis. Akibatnya,
karyawan yang belum memahami kegiatan ini tidak mengerti bagaimana cara melakukan retur. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut perusahaan seharusnya mengetahui akan pentingnya kegiatan retur
penjualan sebagai perusahaan yang mementingkan kepuasan para pelanggannya sehingga penting bagi
perusahaan untuk memiliki aturan yang tertulis mengenai retur penjualan.
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 11 mengatakan
bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan dan atau mengembangkan
kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja. Namun,
pada PT. Mitra Sejati Beribu pelatihan yang diberikan belum dilakukan secara merata karena masih ada
yang belum mendapatkan pelatihan secara berkala seperti bagian keuangan dan akuntansi. Hal ini
dikarenakan perusahaan merasa hal tersebut tidak perlu dilakukan. Akibatnya, karyawan tidak memiliki
pengalaman dan wawasan lebih mengenai pekerjaannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perusahaan seharusnya memberikan pelatihan-pelatihan khusus secara merata kepada karyawannya hal
ini penting untuk dilakukan karena pelatihan dapat berfungsi agar pengetahuan karyawan semakin
bertambah sehingga kualitas kinerja karyawan semakin meningkat.

Penaksiran risiko
1.

2.

3.

Resiko Terhadap Pesaing


Untuk menghadapi resiko dari para pesaing bisnis, PT. Mitra Sejati Beribu telah melakukan
antisipasi untuk bertahan dan agar tetap berkembang didalam dunia bisnis. Hal tersebut diantaranya
dilakukan dengan cara melakukan penanaman bahan baku sendiri tujuannya agar dapat menekan harga
bahan baku sehingga harga produk yang dihasilkan pun dapat lebih murah karena tidak perlu membeli
bahan baku dari supplier. Selain itu perusahaan juga memiliki bagian Quality Control yang berfungsi
untuk mengurangi resiko retur penjualan dan dapat selalu menghasilkan mutu produk yang lebih baik
untuk para pelanggan. PT. Mitra Sejati Beribu juga terdaftar di BARANTAN RI (Badan Karantina
Pertanian Republik Indonesia) dengan mendapatkan registrasi ISPM #15 ID 004 (Indonesia 004) hal ini
menunjukkan bahwa barang-barang hasil produksi dari PT. Mitra Sejati Beribu telah dibuat dengan
standar internasional sehingga mutunya tidak mengecewakan para pelanggannya.
Resiko Terhadap Kecurangan Oleh Karyawan
Untuk resiko kecurangan seperti penjualan fiktif, pencurian persediaan, dan menggunakan kas
perusahaan, perusahaan melakukan pencegahan secara dini dengan cara memaksimalkan pemberlakuan
aturan perusahaan, melakukan pemeriksaan berkala atas penjualan dan piutang perusahaan dan
memeriksa kas perusahaan setiap harinya. Selain melakukan hal-hal tersebut, perusahaan juga
mempunyai punishment atau hukuman bagi karyawan-karyawan yang melakukan kesalahan dan tidak
memamtuhi aturan perusahaan. Hal ini penting pula sebagai kegiatan pencegahan agar karyawan
berhati-hati dan tidak ingin melakukan kesalahan kepada perusahaan. Hukuman-hukuman ini dibuat
secara tertulis dan juga dikomunikasikan kepada karyawan secara merata. Melihat apa yang terjadi
pada perusahaan, perusahaan telah melakukan tindakan pencegahan atas kecurangan yang dapat
dilakukan karyawan dengan memaksimalkan aturan yang telah ada, menggunakan sistem otorisasi dan
membuat secara tertulis dan mengkomunikasikan hukuman-hukuman bagi seluruh karyawannya.
Resiko Terhadap Penjualan Kredit
Perusahaan memiliki kelemahan lain seperti human error yang sering terjadi dikarenakan
kurangnya pemahaman atas pekerjaan yang dilakukannya atau tidak fokusnya karyawan terhadap
pekerjaannya. Selain itu, masalah lain yang kerap terjadi adalah ketergantungan antara karyawan yang
tinggi sehingga apabila ada karyawan yang tidak masuk, karyawan yang lain tidak dapat meng-handle
pekerjaan tersebut sehingga tentu saja hal tersebut dapat menghambat jalannya proses penjualan
perusahaan seperti terjadinya keterlambatan pengantaran pesanan dikarenakan salah satu prosedur yang

4.

terganggu. Melihat apa yang terjadi diperusahaan, untuk masalah human error yang kerap terjadi yang
dapat dilakukan perusahan adalah dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab yang memadai
dan tertulis bagi seluruh level pekerjaan. Untuk proses seleksi perekrutan calon karyawan perusahaan
diharuskan membuat seleksi yang ketat untuk memastikan bahwa karyawan yang bekerja diperusahaan
adalah karyawan yang memiliki kompetensi, keahlian dan pengetahuan yang sesaui dengan pekerjaan
yang dikerjakannya serta dapat berkontribusi secara baik untuk perusahaan.
Resiko Terhadap Piutang Usaha
Pada proses pembayaran piutangnya perusahaan telah melakukan tindakan preventif yang
memadai. Perusahaan meminta pelanggan untuk membayar piutangnya dengan cara melakukan
transfer ke rekening bank perusahaan, yang kemudian pelanggan akan melakukan konfirmasi kepada
bagian keuangan perusahaan kalau pihaknya telah melaukan pembayaran. Kemudian, bagian keuangan
akan mengecek konfirmasi tersebut dengan membuka layanan BNI Corporate Banking untuk melihat
apakah benar pelanggan telah melakukan pembayaran kepada perusahaan yang kemudian apabila benar
akan dicatat oleh bagian keuangan. Perusahaan tidak melakukan rekonsiliasi bank karena dengan
adanya BNI Corporate iBanking perusahaan tidak memerlukan rekonsiliasi lagi.

Aktivitas pengendalian
1.

2.

3.

Pemisahan tugas
Tanggung jawab untuk melaksanakan transaksi, mencatat transaski dan memelihara penjagaan
aktiva yang dihasilkan dari transaksi harus dibebankan kepada individu atau departemen yang berbeda.
Namun, pada PT. Mitra Sejati beribu masih ada karyawan-karyawan yang mengerjakan tugas ganda
diantaranya:
a. Bagian kredit tidak terpisah dengan bagian penjualan.
Bagian kredit yang tidak terpisah dengan bagian penjualan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak
memiliki penyeleksian terhadap kredit. Seharusnya, perusahaan membuat bagian kredit yang
terpisah dengan bagian penjualan namun, sebelumnya perusahaan juga harus memiliki syarat
tertentu untuk menyeleksi pemberikan kredit dan kredit limit untuk para pelanggannya.
b. Bagian penagihan yang tidak terpisah dengan bagian keuangan.
Bagian penagihan yang tidak terpisah dengan bagian keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan
merasa bagian keuangan dapat mengerjakan tugas dari bagian penagihan. Akibatnya, proses
penagihan piutang tidak dapat maksimal dilakukan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perusahaan seharusnya memisahkan bagian penagihan dengan bagian keuangan.
Pengendalian pemrosesan informasi
Pengendalian pemrosesan akuntansi mencakup pengamanan akses terhadap data dan program.
Namun, pada PT. Mitra Sejati beribu password yang terpasang tidak terjaga dengan baik dikarenakan
password yang dibuat untuk setiap data perusahaan diberikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan. Akibatnya, dapat menimbulkan resiko-resiko kecurangan yang mungkin bisa terjadi
seperti pencurian data perusahaan dan penyalahgunaan data perusahaan oleh pihak-pihak yang
seharusnya tidak boleh mempunyai akses mengenai data tersebut. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut perusahaan seharusnya dapat menegakkan proteksi atas data perusahaan secara maksimal dan
menggunakan layanan password perusahaan dengan baik karena percuma saja perusahaan
memproteksi data-data perusahaan dengan password apabila password tersebut dapat diketahui oleh
orang banyak.
Pengendalian fisik
PT. Mitra Sejati Beribu telah melakukan aktivitas pengendalian fisik terhadap dokumen-dokumen,
catatan akuntansi dan bukti-bukti. Perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap dokumen
penawaran harga, purchase order, invoice, faktur pajak, surat jalan dan voucher penerimaan. Selain itu,
dokumen-dokumen tersebut telah diotorisasi dan diperiksa oleh bagian yang berbeda. Dokumen invoice
dan faktur pajak diotorisasi oleh bagian keuangan sedangkan surat jalan diotorisasi bagian gudang dan
ketiga dokumen tersebut diperiksa oleh bagian akuntansi. Dokumen juga disusun dengan rapih di
dalam map-map yang disimpan berdasarkan huruf abjad dari dokumen tersebut, selain itu dokumen
juga disimpan berurutan berdasarkan tanggal dari dokumen. Melihat apa yang dilakukan perusahaan,
perusahaaan telah memberikan aktivitas pengendalian fisik atas dokumen, catatan dan bukti akuntansi
dengan cukup memadai. Dengan pemberian pengendalian fisik dan pengotorisasian dan pemerikasaan
oleh bagian yang berbeda, perusahaan dapat menghindari dan mengendalikan kemungkinan terjadinya
resiko-resiko kecurangan yang dapat merugikan perusahaan. Seperti yang telah dikemukakan oleh
Boynton (2003) bahwa pengendalian fisik dalam pengendalian intern perusahaan harus dapat
mencakup keamanan fisik aktiva, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang terlindungi, dari

akses terhadap aktiva dan catatan; dan perhitungan secara periodik dan pembandingan dengan jumlah
yang tercantum pada catatan pengendali.
4.

Review kinerja
PT. Mitra Sejati beribu selalu melakukan review atas setiap kegiatan yang dilakukannya. Setiap
dua minggu sekali perusahaan selalu melakukan review dengan mengadakan rapat yang dihadiri oleh
kepala bagian produksi, manajer penjualan, manajer keuangan, dan seluruh manajer-manajer bagian
diperusahaan. Rapat ini diketuai oleh direktur utama. Rapat tersebut berisi laporan dari masing-masing
manajer dari setiap departemen. Manajer penjualan akan memberikan laporan mengenai purchase
order yang sudah terima, rencana purchase order yang akan diterima dan potensi purchase order untuk
di tindak lanjuti. Manajer keuangan menyerahkan hasil laporan pengirminan yang dapat terinvoice 15
hari terakhir. Selain itu, manajer keuangan dan akuntansi juga membuat laporan hasil penjualan bulan
berjalan dibandingkan dengan bulan lalu dan bulan yang sama tahun sebelumnya. Selain review yang
dilaksanakan dua minggu sekali direktur setiap harinya juga memeriksa dan memonitor realisasi
penerimaan piutang yang setiap minggunya dibuat ke dalam laporan rencana dan realisai penerimaan
piutang mingguan. Selain laporan rencana dan realisai penerimaan piutang setiap minggunya direktur
juga mendapatkan laporan hasil penjualan dan laporan rugi-laba setiap bulanya. Melihat apa yang
perusahaan lakukan, perusahaan telah melakukan kegiatan review kinerja yang baik terhadap kegiatan
penjualan dan piutang usahanya. Hal ini dapat terlihat dari review yang yang secara rutin dilakukan dan
diketuai sendiri oleh direkturnya dan pemeriksaan rutin yang bahkan dilakukan setiap hari. Dengan
rutin mengadakan pemeriksaan dan review terhadap kinerja perusahaannya dapat menghindari adanya
tindakan kecurangan dan kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan oleh karyawan-karyawannya.

6.

Informasi dan komunikasi


Mitra Sejati Beribu menjamin keamanan dan kebenaran dari data-data dan informasi yang terdapat
di dalam perusahaan dengan cukup memadai. Seperti pada laporan keuangan perusahaan, laporan
keuangan perusahaan berasal dari data-data yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini
dikarenakan setiap bagian yang terkait di dalamnya saling memeriksa satu sama lain untuk memastikan
bahwa data-data yang ada di dalam laporan keuangan perusahaan adalah benar adanya. Hal ini sangat
penting agar tidak ada bagian yang tidak bertanggung jawab yang merubah, menghapus, dan
melakukan penambahan terhadap data-data tersebut sehingga data tersebut menjadi tidak benar dan
tidak valid yang dapat merugikan perusahaan. Untuk komunikasi yang terjalin antara setiap karyawan
maupun dengan manajer dan direktur diperusahaan telah terjalin dengan baik dan lancar. Hal ini dapat
terlihat dari briefing pagi yang kerap diadakan oleh para manajer dengan para karyawannya untuk
memberikan instruksi-intsruksi yang harus dikerjakan oleh para karyawannya. Begitu pula antara
direktur dan para manajer yang kerap melakukan review dan evaluasi atas kinerjanya selama ini. Hal
ini sangat penting agar tidak terjadi penumpukkan masalah atau ketidakterbukaan antara para
karyawan, manajer dan direktur perusahaan atas masalah-masalah yang terjadi diperusahaan.

7.

Pemantauan
Internal audit yang merupakan salah satu komponen penting untuk memastikan bahwa setiap
elemen di dalam perusahaan taat kepada aturan sehingga dapat menghindarkan perusahaan dari segala
bentuk kecurangan dan praktik yang tidak sehat. Namun, PT. Mitra Sejati Beribu kurang meyadari hal
tersebut. Hal ini terlihat dari perusahaan yang tidak memiliki internal audit. Akibatnya, masih ada
prosedur dan aturan yang tidak dijalankan dengan semestinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perusahaan seharusnya memiliki auditor internal untuk membantu melihat dan memastikan bahwa
seluruh aturan dan prosedur telah dipatuhi dan dikerjakan secara maksimal oleh para karyawannya
sehingga perusahaan dapat benar-benar terbebas dari kegiatan yang merugikan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dari pengendalian internal atas penjualan kredit dan piutang usaha pada
PT. Mitra Sejati Beribu dengan menggunakan komponen pengendalian internal menurut, PT. Mitra Sejati
Beribu masih memiliki kelemahan-kelamahan dalam pengendalian internlnya. Beberapa kelemahan utama
dalam kegiatan penjualan kredit dan piutang usaha diantaranya adalah sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.

5.

Pengawasan yang dilakukan komisaris tidak berjalan dengan semestinya.


Pengawasan yang dilakukan komisaris tidak berjalan dengan semestinya dikarenakan direktur utama
dari PT. Mitra Sejati Beribu adalah pemilik dari perusahaan itu sendiri dan komisarisnya adalah istri
dari direktur tersebut. Akibatnya, komisaris juga kerap kali tidak dilibatkan dalam menentukan
kebijakan-kebijakan perusahaan. Selain itu, direktur sering melakukan keputusan sepihak tanpa
meminta persetujuan komisaris.
Tidak semua kegiatan penjualannya diotorisasi oleh direktur.
Perusahaan memiliki otorisasi kurang memadai karena tidak semua kegiatan penjualannya diotorisasi
oleh direktur, pengotorisasian form penawaran harga dilakukan oleh manajer penjualan. Akibatnya,
dapat menimbulkan resiko seperti manajer penjualan yang menetapkan harga yang lebih tinggi dari
yang seharusnya untuk keuntungannya sendiri.
Perusahaan tidak melakukan penyeleksian pemberian kredit dan tidak memiliki limit kredit.
Perusahaan tidak memiliki syarat tertentu untuk menyeleksi pemberikan kredit kepada pelanggannya
dan tidak memiliki limit kredit perusahaan sangat mengejar omzet dan keuntungan untuk mencapai
target laba perusahaannya. Semua perusahaan yang ingin melakukan pembelian secara kredit pada
perusahaan ini bisa langsung melakukan pemesanan barang. Selain itu, perusahaan juga mengatakan
penyeleksian pemberian kredit adalah sesuatu yang tidak perlu dan dinilai hanya akan membuang
waktu perusahaan saja. Hal ini dapat menimbulkan resiko-resiko seperti piutang tidak tertagih dan
kredit macet.
Masih ada karyawan yang mengerjakan tugas ganda.
Karyawan bagian kredit tidak terpisah dengan bagian penjualan. Hal ini dikarenakan perusahaan
menilai tidak perlu memisahkan kedua bagian ini mengingat perusahaan tidak memiliki penyeleksian
terhadap kredit. Begitu pula pada bagian penagihan, bagian penagihan tidak terpisah dengan bagian
keuangan dikarenakan perusahaan merasa bagian keuangan dapat mengerjakan tugas dari bagian
penagihan.
Perusahaan yang tidak memiliki internal audit.
Perusahaan yang tidak memiliki internal audit dikarenakan direktur mengatakan bahwa perusahaan
belum terlalu besar sehingga belum memerlukan auditor internal untuk memeriksa setiap kegiatannya.
Akibatnya, masih ada saja prosedur dan aturan yang tidak dijalankan dengan semestinya dan masih ada
beberapa kegiatan yang belum dilakukan dengan maksimal.

Saran
Dari kelemahan-kelemahan yang telah ditemukan dalam pengendalian internal atas penjualan
kredit dan piutang usaha yang dilakukan perusahaan diatas, maka penulis menyarankan perusahaan untuk:
1.

2.

3.

Perusahaan harus memfungsikan dengan baik jabatan komisaris diperusahaannya seperti yang
tercantum didalam uraian tugas, dan tidak menjadikan komisaris sebagai tempelan saja didalam
struktur organisasi perusahaan. Seperti apa yang tercantum pada uraian tugas perusahaan, komisaris
berhak memeriksa semua laporan keuangan beserta surat dan alat bukti lainnya, memeriksa dan
mencocokkan keadaan uang kas, serta berhak untuk mengetahui segala tindakan yang yang telah
dijalankan oleh direktur. Direktur seharusnya dapat bersifat professional dalam menjalankan
pekerjaannya dan tidak memandang karena komisaris adalah istrinya maka tidak perlu meminta
persetujuan apapun kepada komisaris.
Untuk menghindari tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh karyawannya, direktur seharusnya
mengotorisasi setiap dokumen diperusahaan begitu pula dalam pengotorisasian form penawaran harga.
Dengan pengotorisasian form penawaran harga oleh direktur perusahaan dapat terhidar dari resikoresiko yang merugikan perusahaan seperti manajer penjualan yang menetapkan harga yang lebih tinggi
dari yang seharusnya untuk keuntungannya sendiri.
Untuk meningkatkan pengendalian terhadap perolehan laba dari kegiatan penjualannya, perusahaan
seharusnya perusahaan juga memiliki kebijakan penyeleksian pemberian kredit dan kredit limit. Hal ini
dapat berguna untuk menghindari pemberian kredit kepada pelanggan yang salah karena apabila
perusahaan memberikan kredit pada pelanggan yang salah perusahaan akan mendapatkan kerugiankerugian seperti piutang yang tidak terbayar seluruhnya dan piutang tidak tertagih yang akan
mempengaruhi perolehan laba perusahaan dari kegiatan penjualannya. Penyeleksian pemberian kredit
dapat menghindari resiko-resiko piutang usaha dengan cara melakukan analisa terhadap kemampuan
pelanggan untuk membayar piutang, mencari dan menganalisis informasi history tentang pemabayaran
piutang pelanggan sebelumnya dan memberikan standard dan persyaratan kredit yang jelas kepada
pelanggan.

4.

5.

Karyawan tidak boleh mengerjakan tugas ganda dikarenakan hal tersebut membuat pekerjaan yang
dilakukan karyawan menjadi tidak fokus dan bingung mengenai pekerjaan apa yang seharusnya dia
kerjakan. Perusahaan seharusnya memiliki bagian kredit tersendiri dan syarat untuk penyeleksian
pemberikan kredit dan kredit limit untuk para pelanggannya. Selain itu, perusahaan juga seharusya
memiliki bagian penagihan. Bagian penagihan dapat membantu untuk mengirimkan invoice kepada
pelanggan. Hal ini dapat meringankan pekerjaan bagian keuangan agar bagian karyawan bisa fokus
dengan pekerjaannya yang lain.
Untuk memaksimalkan kegiatan pemantauannya perusahaan seharusnya memiliki internal audit.
Internal audit dapat berfungsi untuk memeriksa dan memastikan serta memberikan keyakinan penuh
atas kebenaran yang sesuai dengan prosedur dan aturan yang dibuat oleh perusahaan atas pekerjaan
yang dikerjakan oleh karyawannya. Hal ini dikarenakan auditor internal lebih memiliki sifat
independensi untuk dapat menghindari agar perusahaan terbebas dari segala bentuk kecurangan dan
praktik yang tidak sehat.

REFERENSI
Arens, Alvin A. James L. Loebbecke, 2003, Auditing Pendekatan Terpadu, Terjemahan oleh Amir Abadi
Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Boynton, Jhonson dan Kell, 2003, Modern Auditing, Terjemahan oleh Paul A. Rajoe, Gina Gania dan
Ichsan Setio Budi, Buku Satu, Edisi Tujuh, Jakarta: Erlangga.
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Buku Satu, Edisi Ketiga, Yogyakarta: Salemba Empat.
Mulyadi, 2002, Auditing, Buku Satu, Edisi Ketiga, Yogyakarta: Salemba Empat.
Sundjaya. S. Ridwan dan Inge Barlin, 2002, Manajemen Keuangan I, Edisi Keempat, Jakarta: PT.
Perhalindo.
S. R., Soemarso, 2005, Akuntansi Suatu Pengantar, Buku Satu, Edisi Kelima, Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Warren, James M. Reeve, Philip E.Fess. 2005. Pengantar Akuntansi, Terjemahan oleh Aria Farahmita,
Buku Satu, Edisi Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Komite Audit Indonesia (2012). Komite Audit. www.komiteaudit.org/komite.htm. Diakses pada 25
Juli 2012
Jurnal Akuntansi Keuangan (2012). Apa Sejatinya Fungsi Serta Peranan Internal Auditor Sehingga Gajinya
Besar?. http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/03/apa-sejatinya-fungsi-serta-peranan-internalauditor-sehingga-gajinya-besar/. Diakses pada 28 Mei 2012

RIWAYAT PENULIS
Nama
NIM
Email
Address
Tempat, Tanggal Lahir
Agama
Pendidikan

: Ticke Fandarani
: 1200970765
: ticke_fandarani@yahoo.co.id
: Jl. Kinibalu I Blok B no.174 Perumahan Harapan Jaya Bekasi Utara 17124
Jawa Barat, Indonesia
: Bekasi, 9 Juli 1990
: Islam
: Febuari 2008 2012
Universitas Bina Nusantara, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Jurusan
Akuntansi, S1.

Anda mungkin juga menyukai