Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.2
DAFTAR ISI3
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang...........................................................................................4
II. Rumusan Masalah......................................................................................5
III. Tujuan Makalah.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori-Teori Regulasi yang Relevan dengan Akuntansi dan Audit.............6
1.Teori Efisiensi Pasar ..............................................................................6
2.Teori Keagenan.......................................................................................7
3.Teori tentang Regulasi............................................................................8
B. Penerapan Teori Regulasi pada Praktik Akuntansi dan Audit...................13
1.Penerapan Teori Kepentingan Publik.....................................................13
2.Penerapan Capture Theory.....................................................................14
3.Penerapan Teori Kepentingan Pribadi....................................................15
4.Penerapan standar sebagai Proses Politik..............................................15
C. Kerangka Regulasi Pelaporan Keuangan..................................................17

D.

1.Persyaratan Undang-Undang.................................................................17
2.Tata Pengelolaan Perusahaan.................................................................18
3.Auditor dan pengawasan........................................................................19
4.Badan Pelaksana Independen.................................................................19
Struktur Institusional untuk Menetapkan untuk Menetapkan Standar

Akuntansi dan Auditing............................................................................21


1.Latar Belakang.......................................................................................21
2.The IASB and FASB Convergence Program.........................................22
3.Accounting Standards for The Public Sector.........................................23
4.Intenational Auditing Standards......23
5.IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia )....25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Akuntansi umumnya dianggap remeh dalam literature. Seperti yang dikatakan oleh
Henry Rand Hatfield : Baik dalam sejarah maupun cerita fiksi, pandangan masyarakat
umumnya diarahkan kepada seorang (pahlawan) yang berada diatas panggung kuda. Namun,
kadang kadang muncul seorang figure yang lebih biasa diatas panggung. Beberapa karya
besar memiliki tokoh utama yang terpelajar seperti Faust, seorang tukang kayu seperti Adam
Bede, seorang pekerja pabrik seperti Les Miserables, seorang pelaut seperti Robinson Crusoe,
wanita panggilan, pencuri. Bahkan seorang kuda dan seekor anjing telah menjadi pahlawan
3

dalam Black Beauty dan Rab and His Friends. Namun belum pernah, sejauh yang saya ingat,
seorang ahli pembukuan menjadi pahlawan dalam novel, drama , ataupun puisi. Ahli
pembukuan bahkan tidak pernah diberi kehormatan untuk menjadi seorang penjahat yang
penting
Hal diatas mungkin disebabkan karena ketidakpedulian dari peran yang dimainkan
oleh standar akuntansi dalam menciptakan sebuah aturan akuntansi dan selanjutnya aturan
social dan ekonomi.
Pembuatan dan penegakan standar adalah masalah penting bagi profesi akuntansi dan
para pengguna yang berkepentingan. Menentukan mekanisme terbaik yang diterapkan dalam
pembuatan standard akuntansi yang seragam dapat menjadi suatu hal yang sangat penting
bagi diterimanya dan bermanfaatnya standar akuntansi.

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah
dalam makalah ini seperti:
a) Bagaimana teori teori regulasi yang relevan dengan akuntansi dan auditing?
b) Bagaimana penerapan teori regulasi dalam praktek?
c) Bagaimana kerangka regulasi pelaporan?
d) Bagaimana institusional menetapkan standar akuntansi dan auditing?
III. Tujuan Makalah
a) Untuk mengetahui teori-teori regulasi yang relevan dengan akuntansi dan
auditing
b) Untuk mengetahui mengenai teori regulasi dalam praktek
c) Untuk mengetahui bagaimana regulasi pelaporan
d) Untuk mengetahui bagaimana langkah institusional untuk menetapkan
standard akuntansi dan auditing.

BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN REGULATORIS UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI
Setiap akhir kuartal, semester, dan akhir tahun siklus keuangan, perusahaan sibuk
menyiapkan akun-akun mereka dan sibuk dalam rangka audit akhir tahun. Perusahaan
memberikan data akun kepada pemerintah dan perusahaan lain guna menyampaikan
informasi mengenai kondisi perusahaan terutama dalam hal keuangan dalam rangka bursa
saham. Bagaimana kegunaan teori akuntansi dapat membantu akuntan menjelaskan mengapa
kegiatan pelaporan tersebut muncul dan mengapa sektor privat dan pemerintah mengambil
peran yang cukup aktif dalam proses pembuatan laporan keuangan. Selanjutnya akan dibahas
mengenai teori-teorinya.
A. Teori-teori Regulasi yang Relevan dengan Akuntansi dan Auditing
Teori pasar modal menyarankan manager diberikan intensif yang cukup agar secara
sukarela menyediakan informasi akuntansi kepada pihak eksternal dan bersedia untuk
diaudit. Ada beberapa teori yang relevan dengan pemahaman atas peraturan
penyampaian laporan keuangan (seperti persiapan, audit dan penawaran informasi
akuntansitentang perusahaan), diantaranya:
1. Teori Pasar Efisien
Teori ini berpendapat bahwa pasar mencapai fungsinya yang terbaik tanpa
campur tangan pemerintah. Meningkatnya pasar internasioal mempengaruhi
secara luas dalam arus informasi data dan modal. Akan tetapi, kemungkinan kecil
bahwa pemerintah akan lepas tangan terhadap pasar. Oleh karena itu para kritikus
berpendapat bahwa pendekatan pasar bebas tidak realistis. Mereka berpendapat
bahwa teori tersebut tidak akan berjalan karena mekanisme pasar tidak akan
5

mencapai harga ideal, hal tersbut dikarenakan karena informasi akuntansi tidak
bisa disamakan dengan produk lain,dimana informasi akuntansi merupakan
barang publik dimana ketika perusahaan menerbitkan informasi keuangannya
maka infrmasi tersebut tersedia bagia semua orang.
Perusahaan memiliki kemampuan untuk memonopoli informasi penawaran
yang kemudian perusahaan akan cenderung untk tidak memproduksi sesuai
penawaran sehingga dapat menjual dengan harga lebih tinggi. Bahkan jika pasar
bebas menyediakan informasi akuntansi, peran pemerintah tetap dibutuhkan
karena para pengguna dan para akuntan tidak bisa bersepakat mengenai apa yang
pengguna inginkan dari informasi akuntansi tersebut.
Bagaimanapun juga pemerintah juga harus turut campur dalam pasar, campur
tangan yang paling baik adalah dengan tujuannya adalah untuk mengembangkan
dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi. Keseimbangan dan transparasi pasar
sangat vital dalam memberikan daya tarik bagi investor. Para pendukung teori ini
berpendapat akuntansi sebagai permintaan informasi akuntansi oleh para
pengguna, dan penawaran beberapa informasi dalam bentuk laporan keuangan.
2. Teori Perwakilan ( Keagenan )
Permintaan

atas

informasi

keuangan

dapat

dikategorikan

untuk

kepentingan pengurus atau kepentingan pengambilan keputusan. Atkinson dan


Feltham mengatakan bahwa teori keagenan lebih mempertimbangkan permintaan
pengurus atas informasi. Teori berkonsentrasi pada hubungan kesejahteraan
pemilik yang dipercayakan kepada pengurus.
Permintaan informasi untuk pengambilan keputusan terkait peran
informasi dalam teori statistical decision. Informasi dapat berguna jika dapat
memperbaiki alokasi sumber daya dan risiko dalam ekonomi dengan mengurangi
ketidakpastian.
Dalam teori keagenan ( agency theory ), hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih ( Principal ) memperkerjakan orang lain ( agen ) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara principal dan agen dapat
mengarah

pada

kondisi

ketidakseimbangan

informasi

Assymmetrical

information ) karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih
banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa
individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka
6

dengan

informsi

assimetri

yang

dimilikinya

akan

mendorong

agen

menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam


kondisi assimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang
disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Seharusnya agen melakukan kegiatan demi kepentingan perusahaan. Maka,
diperlukan adanya pihak independen ( auditor ) untuk meyakinkan pihak luar
mengenai kinerja manajemen dan dilaporkan sesuai dengan standar yang di atur.
Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrol dan
membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance.
Prinsip-prinsip pokok corporate governance adalah ; transparansi ( transparency ),
akuntanbilitas

( accountability ),

keadilan ( fairness ), dan responsibilitas

( responsibility ).
Transparansi ( transparency)
Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan menyangkut keadaan keuangan,

pengelolaan

perusahaan, kepemilikan perusahaan dan kinerja, serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan haknya.
Akuntabilitas ( accountability)
Kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Responsibilitas ( responsibility)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai
cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.
Independensi (Independency)
Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Keadilan ( fairness)
Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang
timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
3. Teori Regulasi atau Peraturan
1) Public Interest Theory
Alasan ekonomi sentral sebagai awal kemunculan

intervensi

pemerintah dalam berbagai operasi pasar dalam public interest ialah


kegagalan pasar. Dalam kerangka teori ini, regulasi dimaksud oleh legislatif
7

untuk melindungi kepentingan konsumen, dalam mengamankan perbaikan


kinerja ekonomi dibandingkan dengan situasi yang tidak memiliki regulasi.
Potensi kegagalan pasar terjadi ketika ada kegagalan dari salah satu
kondisi yang diperlukan untuk mencapai kondisi terbaik dari pasar yang
kompetitif. Contoh potensi kegagalan meliputi :
a. Tidak adanya persaingan atau kurangnya kompetisi (monopoli, ologopoli)
b. Hambatan untuk masuk (Barriers to entry )
c. Kesenjangan informasi yang tidak sempurna ( asimetri informasi ) antara
pembeli dan penjual atau sinyal pasar tertentu ( misalnya reputasi penjual )
d. Sifat dari barang public dari beberapa produk ( misalnya informasi
keuangan ) dimana penyediaan produk kesuatu individu membuatnya sama
dan tanpa biaya tersedia juga bagi orang lain. kegagalan pasar terjadi disini
karena sistem harga normal dipasar tidak berfungsi.
2) Regulatory Capture
Teori kedua yang diajukan untuk memahami regulasi pelaporan
keuangan ialah capture theory. Teori ini menyatakan bahwa meskipun tujuan
sebenarnya asal usul regulasi pemerintah ialah untuk melindungi kepentingan
umum, akan tetapi tujuan ini tidak tercapai karena dalam proses regulasi,
objek yang ingin diatur ( regulate )malah berbalik mengontrol atau
mendominasi pembuat aturan ( regulator ).
Capture theory memiliki dua asumsi, Pertama bahwa semua anggota
masyarakat rasional secara ekonomi oleh karena itu, setiap orang akan
mengejar kepentingan pribadi sampai pada titik dimana manfaat marjinal
pribadi dari melobi regulator hanya sama dengan biaya marjinal pribadi.
Regulasi memiliki potensi untuk mendistribusikan kekayaan. Oleh karena itu,
orang melobi regulasi yang meningkatkan kekayaan mereka, atau mereka
melobi untuk memastikan regulasi yang tidak efektif dalam menurunkan
kekayaan mereka. Kedua bahwa pemerintah tidak memiliki peran independen
untuk bermain dalam proses regulasi, dan kelompok kepentingan bertarung
untuk menguasai kekuasaan koersif pemerintah untuk mencapai distribusi
kekayaan yang mereka inginkan.
Capture dikatakan dapat terjadi dalam salah satu dari empat situasi yaitu,
jika entitas yang diatur :
a. Mengontrol regulasi dan badan regulasi

b. Berhasil dalam mengkoordinasikan kegiatan dari badan regulasi dengan


kegiatan mereka, sehingga kepentingan pribadi mereka bisa dipuaskan
c. Menetralisir atau memastikan kinerja badan regulasi tidak ada atau biasabiasa saja
d. Dalam proses interaksi dengan regulator, berhasil membuat regulator ke
dalam

perspektif

berbagi

yang

saling

menguntungkan,

sehingga

memberikan regulasi yang mereka cari.


Badan regulator capture melibatkan capture dalam administrasi,
implementasi, dan dalam tingkatan yang besar evaluasi efek dari proses
kebijakan dalam setiap area yang diregulasi. Hal tersebut telah ditemukan
sangat jelas dimana berlaku prasyarat berikut :
a. Jumlah entitas klien sedikit
b. Individu dalam badan regulasi memiliki kontak teratur dengan seperangkat
individu dalam entitas yang diregulasi dan memiliki latar belakang
regulated industry atau potensi peluang kerja dengan regulated industry.
c. Regulated industry mengontrol informasi yang dibutuhkan untuk regulasi
d. Ada kompleksitas informasi dan produk
e. Badan regulasi memiliki sumber daya yang minimal bila dibandingkan
dengan industri yang diatur.
Alasan utama dari capture berpusat pada kenyataan bahwa keputusan
peraturan biasanya memiliki efek besar pada kepentingan regulated industry.
Sebagai contoh, izin untuk mengoperasikan bisnis atau untuk menyedikan
produk atau jasa tertentu dapat diberikan atau ditolak oleh badan regulator,
dan tingkat serta struktur harga yang dikenakan untuk output suatu industry
dapat ditentukan oleh undang-undang. Pada gilirannya regulated industry
merasa bahwa posisi kuangan secara keseluruhan dapat secara signifikan
dipengaruhi oleh keputusan regulasi. Oleh karena itu, mereka menghasilkan
aktivitas yang bertujuan untuk mempengaruhi badan regulasi.
Peraturan capture theory akan menunjukkan bahwa badan akuntansi
professional atau sektor korporasi akan mencari kontrol sebanyak atas
pengaturan dari standar akuntansi yang mengatur pelaporan oleh anggota
mereka. Ini melibatkan baik kontrol resmi atas penetapan standar, representasi
pada badan penetapan standar yang relevan, atau pengaruh/ kontrol yang
signifikan atas keputusan yang dibuat oleh badan penetapan standar yang
relevan.

Meskipun pada faktanya peraturan dibuat untuk menjaga kepentingan


umum pengguna, tujuan ini tidak bisa dicapai karena dalam proses
pembuatannya pembuat peraturan mendominasi peraturan tersebut karena
dibuat dari beberapa sudut pandang entitas yang paling banyak mempengaruhi
legislatif.
3) Private Interest Theory
Teori ketiga muncul sebagai respon atas ketidakpuasan dengan
penjelasan yang disediakan oleh public interest theory. Asumsi dari teori ini
bahwa regulasi ada sebagai hasil dari respon pemerintah terhadap tuntutan
public untuk memperbaiki praktek yang tidak efisien atau tidak adil oleh
individu dan organisasi, yang dengan keras ditentang pada than 1971 oleh
George Stigler. Tema dasar dari tentangan Stigler adalah bahwa pemerintah
memiliki satu sumber daya dasar yang tidak dibagi bahkan dengan warga
terkuatnya : kekuatan untuk memaksa. Kekuatan untuk memaksa ini adalah
potensi sumber daya atau ancaman bagi setiap perusahaan bisnis bahwa
dengan kekuatan untuk melarang atau memaksa dan /atau menyediakan atau
menarik pajak dan subsidi, pemerintah bisa dan dapat secara efektif menolong
atau menyakiti banyak bisnis.
Stigler berpendapat bahwa aktivitas regulasi mencerminkan kekuatan
politik

relative

dari

kelompok

berkepentingan.

Politisi

berusaha

memaksimalkan kesempatan mereka untuk kesuksesan pemilu dimasa depan.


Pejabat pemerintah akan menjual kewenangan mereka untuk memaksa pihak
lain dalam bentuk penawaran program atas regulasi dan perundang-undangan,
yang akan meningkatkan kemampuan politisi tersebt dalam memenangkan
suara dan mengumpulkan dana untuk membiayai kampanye pemilu.
Komoditas penting yang ditransaksikan dalam pasar politik ini adalah
transfer kekayaan dengan konstituen pada sisi permintaan dan perwakilan
politik pada sisi penawaran.
Ahli private interest theory percaya bahwa terdapat pasar untuk
penerapan regulasi dengan penawaran dan permintaan yang sama seperti pada
pasar modal. Dalam hal ini pasar politik memiliki banyak penawar. Namun
hanya satu kelompok yang akan berhasil, dan itu adalah kelompok yang
membuat penawaran tertinggi. Dalam pandangan ini banyak kelompok
produsen adalah yang paling sering memberikan penawaran tertinggi dan
10

dengan demikian dapat menggunakan kekuatan pemerintah unruk keuntungan


mereka sendiri karena dua alasan. Pertama, perusahaan dalam industri
manapun jumlahnya lebih sedikit daripada orang diluar industri yang mungkin
menanggung biaya dari peraturan yang dicari, seperti pembatasan untuk
masuk. Oleh karena itu, perusahaan mencari perlindungan politik merasa akan
lebih mudah bila menjadi kelompok kepentingan yang terorganisir yang
mampu memegang pengaruh politik. Karena keuntungan per kapita mereka
cenderung tinggi, mereka memiliki dorongan untuk menggabungkan upaya
mereka untuk mencapai hasil akhir yang saling menguntungkan.
Sebaliknya, kelompok semakin besar namun makin tersebar, seperti
konsumen dan kelompok kepentingan umum, dibatasi kemampuannya untuk
membuat penawaran yang efektif, dikarenakan dua factor biaya utama :
a. Biaya organisasi ( misalnnya biaya yang terlibat dengan memobilisasi
suara dan kontribusi sumber daya untuk mendukung partai politik yang
sesuai.
b. Biaya informasi (misalnya biaya yang terkait dengan mendapatkan
informasi tentang tindakan pemerintah )
Penegasan diatur dari private interest theory adalah bahwa ada law of
diminishing return dalam hubungan antara ukuran kelompok dan biaya dari
menggunakan proses politik. Teoris percaya bahwa regulasi tidak timbul
sebagai hasil dari respon pemerintah terhadap permintaan publik. Sebaliknya
regulasi dicari oleh producer kelompok kepentingan pribadi dan dirancang
serta dioperasikan terutama untuk manfaat mereka.
Bahkan jika suatu kelompok memiliki insentif, tetap terdapat suatu
mekanisme

dimana

kelompok

tersebut

dapat

memperoleh

dan

menggunakannya sebagai pengaruh, Asumsi kedua Stigler adalah bahwa


pejabat pemerintah, seperti eksekutif bisnis atau konsumen, yang secara
rasional

mementingkan

kepentingannya

sendiri.

Mereka

berusaha

memaksimalkan suara mereka atau kekayaan mereka. Producer kelompok


kepentingan pribadi bisa menyediakan sumber daya ini dengan memberikan
sumbangan kampanye dan iklan politik untuk pejabat terpilih dan peluang
menguntungkan untuk bekerja selepas dari pemerintahan.
Dengan demikin, peraturan hanya dapat dilihat sebagai alat untuk
mentransfer keuntungan kepada kelompok yang terorganisir dengan baik
11

dalam bentuk subsidi, penetapan harga, pengendalian atas masuknya pesaing


politik, dan penekanan produksi barang pengganti jika kelompok akan
mengembalikan kebaikan dengan suara dan sumbangan kepada politisi. Teori
ini memprediksi bahwa regulator akan menggunakan kekuasaan mereka untuk
mentranfer pendapatan dari mereka yang memiliki kekuatan politik yang
lemah kepada mereka yang memiliki kekuatan politik lebih besar.
B. PENERAPAN TEORI REGULASI DALAM PRAKTIK
1. Public Interest
Sarbox ( Sarbanes oxley action ) dibuat untuk kepentingan umum, proteksi
yang terbaik pada pasar uang sehubungan prilaku masa lalu perusahaan.
Pemerintah Australia yang membuat standar ASRB ( Accounting Standard Review
Board ) dipandang sebagai kesalahan yang ditunjukkan pada pasar untuk
informasi akuntansi, sebagai buktinya banyak perusahaan jatuh / merugi dalam
jumlah yang signifikan setelah auditor memiliki sertifikasi.
Jatuhnya perusahaan dianggap menunjukkan bahwa ada pelanggaran serius
terhadap kondisi persaingan usaha. Pelanggaran tersebut berasal dari asimetri
informasi antara pemberi informasi ( manajemen perusahaan dan akuntan
profesional ) dan pengguna laporan keuangan eksternal ( inevestor ) yang tidak
tahu apa informasi akuntansi yang mereka butuhkan dan/ atau tidak dapat
menentukan nilai informasi akuntansi yang mereka terima.
Selain itu, informasi keuangan dapat dilihat sebagai barang publik yang
telah menyebabkan perbedaan antara biaya marjinal dan manfaat untuk (a) para
pengguna informasi keuangan dan produsen, (b) informasi ( manajemen
perusahaan ). Sebelum intervensi pemerintah ( misalnya dalam pembentukan
ASRB ), standar tidak didukung oleh legislatif dan teori kepentingan publik
berpendapat bahwa hal ini tidak dapat disangkal untuk menemukan bahwa jumlah
informasi yang dihasilkan oleh entitas perusahaan mengalami kekurangan
kualitas yang diperlukan untuk keputusan investasi dan alokasi sumber daya
yang optimal dalam perekonomian.
Dengan demikian, dalam rangka mengakomodasi kepentingan umum, maka
dari itu kerangka teori menunjukkan intervensi pemerintah dalam proses
penyusunan standar akuntansi adalah untuk memperbaiki kegagalan di pasar
untuk informasi akuntansi.
12

Dengan berfokus pada perlunya intervensi pemerintah di pasar untuk


melindungi konsumen, teori kepentingan publik pada umumnya mengabaikan
penemuan banyak studi atas penelitian yang menunjukkan bahwa manajer badan
usaha memiliki kekuasaan yang kuat untuk membenarkan pasar tentang
persepsi kegagalan kegiatan bisnis mereka. Hal ini dapat dicapai melalui tidak
dbatasinya pengungkapan secara sukarela karena luasnya informasi yang dapat
melindungi pengguna atas informasi keuangan yang diberikan.
Misalnya, kekuatan pasar akan memberikan tekanan pada perusahaanperusahaan untuk mengurangi kualitas produk perusahaan, kelangsungan hidup
masa depan perusahaan, dan kemampuan manajemen saat ini untuk memastikan
pengembalian yang tepat untuk investor.
2. Capture Theory
Dalam hal ini pada dasarnya profesi akuntansi membutuhkan pengesahan
standar akuntansi yang bisa dicapai hanya dengan standar yang dimilikinya
mempunyai kekuatan hukum yang didukung oleh legislatif.
ASRB resmi memiliki kekuatan untuk mempertimbangan standar yang
diserahkan kepadanya dari sumber manapun. Ini merupakan upaya untuk
memperluas penerimaan politik standar yang disetujui; namun hanya satu dari 23
standaryang disetujui yang berasal dari sumber di luar profesi. Dengan demikian,
seperti dengan standar yang biasa, dapat dikatakan bahwa mekanisme proses
hukum dalam ASRB gagal untuk mencapai tujuannya.
Bagaimana pun juga profesi akuntansi dapat berjalan dengan kedua hal ini
yaitu :
pengesahan standar akuntansi, dan menjaga kepentingan ekonomisnya. Pada hal
ini dapat diliahat bahwa campur tangan dalam peraturan dalam penetapan susunan
standar akuntansi didesain sama dengan kerangka teori kepentingan umum.

3. Private Interest
Private interest memberikan pendekatan lain untuk memahami perilaku suatu
pihak dengan insentif untuk mempengaruhi regulasi laporan keuangan. Gabungan
dari penerapan teori kepentingan pribadi dari Stigler, Posner dan Peltzman ke
pembentukan ASRB menegaskan bahwa peninjauan secara sistematis terhadap
organisasi dan fungsi dewan menunjukkan bahwa Dewan tergantung pada dan
rentan terhadap pengaruh dari beberapa kelompok kepentingan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa adanya pengaruh profesi akuntansi pada persiapan dan
13

peninjauan standar, dan juga pihak lain menjamin peran penting yang
memungkinkan mereka untuk terus meneliti dan mempengaruhi kegiatan dewan.
Partai-partai ini termasuk Dewan Menteri yang memiliki kewenangan
dasar, Dewan harus beroperasi dengan gagasan bahwa semua standar akuntansi
yang disetujui yang harus mendapat persetujuan politik. Ini tersirat bahwa
konsekuensi dari minimal politik standar.
Keterbatasan dari teori regulasi ini adalah bahwa mereka tidak saling
eksklusif, yaitu peristiwa dijelaskan oleh satu teori dapat dijelaskan sama baiknya
dengan teori lain. Tidak jelas bahwa penjelasan tunggal dapat dipertahankan.
Contoh :
Sarbox yang muncul karena tindakan pemerintah Amerika mengikuti
bangkrutnya enron yang dimaksudkan untuk menjamin tingkat penguasaan
perusahaan dalam supervise dan audit laporan keuangan. Teori menjadi seimbang
ketika diobservasi dengan suatu kejadian. Dalam hal ini sangat sesuai jika dilihat
dari segi pandang proses politik.
4. Pengaturan Standar sebagai Proses Politik
Pengaturan standar dipandang sebagai proses politik karena memiliki
potensi untuk secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan berbagai kelompok
kepentingan. Oleh karena itu kelompok ini berusaha untuk mempengaruhi
pengenalan regulasi. Model perilaku politik adalah ringkasan dari pilihan publik
atas teori regulasi. Hal ini digunakan oleh Watts dan Zimmerman yang
berpendapat bahwa proses politik hanyalah sarana mengejar kelompok dengan
perbedaan kepentingan. Individu atau kelompok dipengaruhi secara berbeda oleh
peraturan akuntansi. Sebagai contoh, sebuah pengakuan melarang standar beban
piutang tak tertagih mungkin disambut oleh perusahaan yang meminjam dan dekat
dengan kesepakatan pinjaman yang memengaruhi mereka. Di sisi lain, bank-bank
besar dengan profil publik yang tinggi mungkin menolak untuk standar ini karena
menyebabkan keuntungan mereka meningkat, understated resiko mereka, dan
meningkatkan eksploitasi yang jelas terhadap pelanggan mereka.
Dihadapan kepentingan yang beragam dan seringkali bertentangan,
sebuah badan pembuat keputusan kelompok peraturan harus menjaga
keseimbangan antara mereka dengan dengan membuat pilihan politik. Bagi
mereka keputusan yang mereka buat harus diterima oleh orang-orang yang terkena

14

dampak, badan pengawas perlu mandat untuk melakukan pilihan sosial; yaitu
perlu legitimasi politik.
Contoh :
Beberapa masalah/ kasus yang akuntansi yang terkait dengan hal ini
( lobby secara politik )
1. Finansial instrument / instrumen keuangan menyangkut yang IAS
39 Instrument Keuangan pengakuan dan pengakuan, pada awal
tahun 2002 dimana eropa akan mengadopsi IAS, banyak sekali
perhatian berfokus pada standard yang ada IAS. Perusahaan yang
tercatat pada bursa di eropa sebelumnya yang menggunakan
standar nasional mereka sekarang mensyaratkan penggunaan IAS
untuk laporan keuangan konsolidasi. Pada era instrument keuangan
terjadi perubahan dramatis yang potensial. Secara umum
perusahaan

menggunakan

historical

cost

untuk

instrument

keuangan yang ditunjukkan dari amortisasi biaya dan pemasukkan


keuntungan

pada

Sedangkan

paa

laporan
IAS

39

keuangan
diatur

hanya

bahwa

pada

disadari.

perusahaan

harus

memasukkan keuntungan yang belum direalisasi dan kerugian pada


instrument keuangan tertentu pada pendataan ketika terjadi ( tidak
pada saat disadari )

2. Intangible Asset
Pada saat Australia mengadopsi IAS, dimana di dalamnya terdapat
IAS 38: intangible asset, disana berbeda dengan standar yang
diadopsi oleh perusahaan-perusahaan di Australia.
Contoh: intangible asset tidak dapat diakui oleh internal dan
intangible asset tidak dapat di revaluasi tanpa adanya pasar yang
aktif. Perusahaan-perusahaan di Australia bersama federasi akuntan
mereka dan pemerintah mencoba meminta keringanan dari standar
ini namun ditolak oleh IAS.
C. KERANGKA REGULASI PELAPORAN KEUANGAN YANG BERKENAAN
DENGAN PERATURAN

15

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada berbagai pihak dalam suatu
lingkungan pelaporan keuangan. Termasuk didalam nya adalah pihak yang
menyiapkan laporan keuangan (direksi perusahaan beserta para eksekutif dan
manajernya) dan auditor eksternal serta para pembuat kebijakan seperti
pemerintah, grup perusahaan sector privat, dan bursa efek. Aktifitas pihal pihak ini
akan dipengaruhi lingkungan terjadinya laporan keuangan yang mencakup aspek
hukum atau legal,ekonomi,politik dan sosial. Suatu karakteristik spesifik yang
berhubungan dengan lingkungan akan membentuk suatu kerangka yang disebut
regulatory framework of financial reporting atau kerangka pelaporan keuangan
yang berkenaan dengan peraturan. Meskipun kerangka ini bervariasi untuk setiap
negara, namun ada kesamaan elemen yang dimiliki oleh kerangka kerangka
tersebut. Elemen kerangka yang dimaksut akan dibahas selanjutnya, sekaligus akan
ditunjukkan bagaimana elemen tersebut mempengaruhi output dari proses
pelaporan keuangan yaitu laporan keuangan.

1.

Persayaratan Undang undang


Ada berbagai macam motivasi bagi manajer untuk secara sukarela

memberikan informasi keuangan dan memberikan akses agar informasi tersebut


diverifikasi secara independen melalui proses audit, yang salah satunya disebabkan
hal tersebut diatur dalam peraturan perundang undangan. Di berbagai negara
undang undang perusahaan mensyaratkan bagi para manajer untuk menyediakan
laporan keuangan yang telah diaudit. Persyaratan tersebut bisa saja sedikitnya
mencakup informasi lain berkaitan dengan laporan yang disediakan, misalnya
peraturan di australia yang mengharuskan perusahaan harus mengungkap informasi
mengenai kinerja lingkungan mereka. Di beberapa negara lain, terutama di
Amerika, persyaratan persyaratan ini lebih banyak diatur dalam undang undang
pasar modal dibanding didalam undang undang perusahaan.
Persyaratan tambahan dalam paragraf diatas berasal dari standar akuntansi tertertu
dan di banyak negara standar standar ini memiliki kekuatan hukum. Sebagai
contoh, perusahaan yang terdaftar di Uni Eropa yang menyusun laporan keuangan
konsolidasi diwajibkan oleh hukum untuk menggunakan standar IASB yang
diadopsi oleh Uni Eropa. Di Australia, undang undang perusahaan mengharuskan
semua entitas pelaporan untuk mengikuti standar akuntansi berbasis IASB yang
disahkan secara hukum. Undang undang perpajakan juga menjadi salah satu hal
16

yang mempengaruhi akuntansi keuangan dibeberapa negara, terutama di Prancis


dan Jerman. Di negara negara ini, untuk pelaporan entitas tunggal, aturan akuntansi
keungan sama dengan aturan pajak. Hukum perusahaan, sebaliknya, merupakan
bagian dari sistem hukum yang lebih luas, yang memungkinkan akan mencakup
cara memantau kepatuhan sesuai dengan pesyaratan undang undang. Sebagai
contoh, FEE melaporkan bahwa banyak negara negara Eropa memiliki badan yang
bertanggung jawab untuk memeriksa pengajuan rekening. Selain itu, sistem
peradilan memberikan sanksi dan hukuman yang mendorong kepatuhan terhadap
hukum perusahaan.
2.

Tata Kelola Perusahaan


Elemen lain yang juga penting dalam kerangka peraturan suatu negara adalah

sistem tata kelola perusahaannya. Sebagian tata kelola ini diturunkan dari hukum
yang mengaharuskan direksi untuk melakukan hal tertentu dalam hal manajemen
perusahaan mereka. Misalnya keharusan untuk menyelenggarakan RUPS dan
pengungkapan hal hal penting seperti remunerasi direksi adalah tata kelola dasar
yang tercakup dalam undang undang tata kelola perusahaan. Namun begitu tidak
menutup kemungkinan adanya tambahan panduan dan aturan yang muncul baik
dari rekomendasi sukarela perusahaan maupun aturan listing bursa saham. Panduan
tata kelola perusahaan bisa muncul dalam bentuk best practice yang mendorong
direksi mengadopsi mekanisme terbaik yang sesuai keadaan perusahan mereka.
The International Federation of Accountants (IFAC) adalah contoh badan di Inggris
yang mengeluarkan rekomendasi tata kelola perusahaan ini. Persyaratan
pemerintah berkaitan dengan pelaporan keuangan dapat dipaksakan melalui
peraturan listing bursa saham seperti yang terjadi di Inggris dan Australia.
3.

Auditor dan Pengawasan


Auditor merupakan salah satu profesi yang memiliki fungsi cukup vital dalam

memberikan keyakinan atas kualitas informasi dalam laporan keuangan


perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, sudah sewajarnya ada aturan yang mengatur
profesi auditor. Salah satu bentuk umum aturan tersebut adalah syarat keahlian dan
pengalaman sebelum melakukan praktek, serta keanggotaan pada asosiasi profesi
dan komitmen pada kode etik profesi. Auditor mau tidak mau akan memaksakan
diri untuk mengikuti serangkaian aturan tersebut untuk mempertahankan posisinya
agar dapat terus menjalankan profesinya tersebut. Sebagai contoh berbagai
peraturan pada profesi akuntan merupakan bentuk awal dari pengawasan oleh
17

auditor. Pada masa lalu peran pengawasan ini secara serius dilakukan oleh suatu
badan profesional yang mencurahkan sumber daya cukup besar dalam menciptakan
standar baik pada level nasional maupun internasional, sedangkan pada saat ini
banyak badan yang mewakili auditor di berbagai negara mengadopsi standar
internasional (ISA) untuk menunjukkan komitmen akan kualitas layanan audit
yang baik.
Meskipun profesi audit mengembangkan sendiri aturan aturan mereka,
terdapat beberapa contoh utama di masa lalu ketika tanggung jawab pengaturan
berada di tangan otomatis negara. Sebagai contoh di Perancis dan Italia tanggung
jawab tersebut ada di badan penegak aturan independen (pengatur pasar modal),
dengan di Prancis khususnya badan ini bekerja sama dengan badan yang mewakili
auditor dalam proses pengawasan aktifitas auditor. Tanggung jawab yang
diletakkan pada badan pemerintah akan memberikan pengaturan yang lebih
independen (paling tidak secara teori). Pilihan ini juga mencerminkan perbedaan
ekonomi atau politik dalam pendekatan pengelolaan pasar modal. Dalam beberapa
tahun terakhir, banyak negara telah memperkenalkan badan hukum yang
bertanggung jawab atas pengawasan auditor.
4.

Badan Penegak Hukum yang Independen


Sebuah studi oleh FEE mencakup badan penegakan independen sebagai

bagian dari sistem penegakan yang menyeluruh atas persyaratan pelaporan


keuangan. Peran badan ini dalam peraturan pelaporan keuangan adalah untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang mengatur pembuatan laporan
keuangn, yang terdapat dalam hukum, dan standar akuntansi. Sebuah badan
penegakan independen merupakan perpanjangan lodgement supervision yang
merupakan bagian dasar kerangka pengaturan. Pembentukan badan penegakan
independen juga masih merupakan hal baru, terkait dengan pengadopsian IFRS di
tahun 2005.
Regulator pasar modal adalah bentuk paling umum badan penegakan
independen. Contohnya termasuk AMF di Perancis, Consob di italia, Autoriteit
Finance Markten (atau AMF, Otoritas Pasar Keuangan) di Belanda, SEC di
Amerika Serikat dan ASIC di Australia. Badan penegakan independen mungkin
saja memiliki tugas dan kekuasaan yang luas dalam kaitannya dengan regulasi
pasar sekuritas, jauh melampaui pemantauan pelaporan keuangan. Namun

18

demikian, badan badan tersebut bisa sangat aktif dalam menegakkan persyaratan
pelaporan keuangan yang terkandung dalam hukum dan akuntansi.
Di beberapa negara, bursa saham mengambil peran sebagai regulator pasar.
Sebagai contoh, bursa saham terlibat (atau telah terlibat) dalam pemantauan
pelaporan keuangan di Swiss, Swedia dan Norwegia. Bentuk lain badan pengakuan
independen adalah review panel, seperti Financial Reporting Review Panel (FRRP)
yang dimiliki Inggris. FRRP dibentuk pada tahun 1991 dengan kuasa untuk
menyelidiki hal hal yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang perlu
mendapat perhatian. Pendekatan lain diambil oleh Jerman setelah mereka
mengadopsi IFRS. Mereka membuat sebuah sistem penegakan dua lapis, yang
terdiri dari panel review (the Financial Reporting Enforcement Panel or FREP),
yang bertanggung jawab kepada departmen pemerintah (The Federal Institute for
The Oversight of Financial Service). Bentuk lain dari kerangka pengaturan yang
timbul karena adopsi IFRS adalah munculnya sistem untuk mengkoordinasikan
penegakan hukum. Sebuah organisasi supranasional, international Organization of
Seurities Commision (OSCO) membuat suatu sistem untuk anggota mereka dan
organisasi penegak independen lain untuk berbagai informasi dan berkonsultasi
dalam rangka meningkatkan koordinasi dan konvergensi. Setiap regulator nasional
mempertahankan kemampuan untuk menangani masalah mereka sendiri,
sedangkan sistem bertujuan untuk memfasilitasi konsistensi dan memberikan titik
acuan untuk keputusan peraturan di masa depan.
D. STRUKTUR LEMBAGA PENETAPAN STANDAR AKUNTANSI DAN AUDIT
Dalam diskusi mengenai kerangka pengaturan mengenai akuntansi keuangan,
penyusunan laporan keuangan biasanya berasal dari peraturan perundangan-undangan dan
standar akuntansi yang berlaku. Di bagian ini akan dijelaskan mengenai proses
terbentuknya badan-badan pengaturan standar internasional dan proses pengaturan
akuntansi internasional dan standar akuntansi.
1.

Latar Belakang
Perkembangan standar akuntansi internasional diawali secara resmi dengan

berdirinya International Accounting Standard Comitte atau IASC pada tahun 1973 di
London. Komite ini terdiri atas perwakilan dari badan-badan akuntansi professional di
Sembilan Negara (Austalia, Canada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, UK, dan
19

Irlandia serta US dan Jerman Barat). Tujuan dari di bentuknya komite ini adalah untuk
membangun sebuah standar akuntansi untuk sector private yang dapat digunakan
secara global.
Sebelum tahun 2005 terdapat International Accounting Standard (IAS) yang sangat
berpengaruh dan diadopsi oleh Negara-negara yang belum memiliki badan standar
akuntansi nasional seperti Indonesia dan Papua Nugini hingga Negara yang sudah
memiliki

standar

nasional

seperti

Singapura

dan

Hongkong.

Perusahaan

menggunakan IAS untuk menyediakan informasi tambahan dengan format yang lebih
transparan dan dapat dibandingkan (comparable) bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
pasar modal.
Penggunaan IASC terus mengalami peningkatan namun memiliki batasan karena
posisi IASC bukan sebagai badan penyusun standar yang independen. IASC
kemudian mengalami restrukturisasi kualitas akuntansi dan pemeriksaan yang bagus
lebih mungkin terdapat pada perusahaan di Negara yang menerapkan perlindungan
yang kuat bagi investor. Pada tahun 2001 mulailah pembentukan badan independen
yang bernama International Accounting Standard Boards (IASB). Badan IASB terdiri
atas 14 orang anggota tetap ( full time members) yang dipilih karena keahlian dan
pengalamannya dalam akuntansi dan penyusunan standar. Dewan tersebut di dukung
oleh staf teknik yang berkedudukan di London. The IASC foundation kemudian
menjadi badan pengawas bagi IASB dan dibentuk juga komite interprestasi
( interprestation committe). Tugas dari IASB adalah melakukan pemukhtahiran IAS
yang masih berlaku dan menyusun International Financial Reporting Standards
(IFRS).
Kedudukan IASB menjadi semakin penting seiring dengan keputusan komisi Eropa
(European Cimmission) pada tahun 2002 untuk menerapkan standar IASB pada tahun
2005. Komisi Eropa mengumumkan bahwa seluruh perusahaan yang terdaftar sebagai
Negara anggota Uni Eropa harus menyiapakan akun konsolidasian berdasarkan
standar IASB. Perubahan yang mendasar ini merupakan langkah yang penting dalam
mendorong penyusunan informasi keuangan yang lebih transparan dan dapat di
bandingkan oleh perusahaan-perusaahan Eropa yang terdafatar. Hal ini terdorong oleh
keinginan untuk mengembangkan sebuah pasar modal yang termodifikasi di Eropa.
2. The IASB and FASB Convergence Program
20

Pada tahun 2002 dilakukan program konvergensi IASB dan FASB yang dikenal
dengan nama Norwalk Agreement. Konvergensi menuntut IASB dan FASB untuk
mengidentifikasikan perbedaan antara standar yang mereka miliki untuk meninjau
kembali solusi yang tersedia dan untuk memilih langkah yang lebih baik. Beberapa
perbedaan timbul karena perbedaan pokok di anatara dua jenis standar tersebut. US
GAAP didesksripsikan sebagai standar berbasis peraturan sementara IAS disusun
dengan tujuan berbasis prinsip akuntansi.
Keterlibatan Amerika Serikat yang lebih besar menjadi proses penyusunan standar
international di dominasi oleh IASB dan FASB. Proses konvergensi hanya bisa
dilakukan dalam bentuk dialog dua arah antara IASB dan FASB karena kerumitan
konvergensi akan bertambah seiring dengan bertambanya pihak yang terlibat. Terkait
pihak yang terlibat IASB memiliki kebijakan yang memperbolehkan penyusun
standar nasional untuk berkontribusi dalam proses penyusunan standar. Badan standar
nasional ini berpartisipasi dalam pekerjaan IASB melalui proyek penelitian kelompok
kerja serta kelompok kerja sama. IASB masih bergantung pada kontribusi penyusun
standar nasional meskipun belum ada kepastian mengenai batasan sejauh mana
kontribusi tersebut mempengaruhi keputusan akhir IASB. Sejak tahun 2005 badan
dari Uni Eropa seperti badan penyusun standar nasional dan EFRAG lebih aktif dalam
proses pengembangan standar akuntansi. Dengan mempertimbangkan dampak yang
bisa ditimbulkan oleh standar terhadap perekonomian, perdebatan yang kuat pun
terjadi membahas mengenai isi dari standar IASB dan arah dari penyusunan standar.
3. Accounting Standards for The Public Sector
Akuntansi sector public memiliki perbedaan dengan akuntansi sector swasta
dalam hal tujuan dan para pemilik kepentingan (stockholder). Namun perkembangan
standar akuntansi sector public tidak bisa dipisahkan dari sector swasta karena pada
mulanya berpedoman pada IASB dengan perubahan yang disesuaikan dengan
kebutuhan public terkait dengan standar akuntansi sector public ini, Australia dan
New Zealand berusaha menyusun sebuah standar yang dapat diterapkan baik di sector
swasta maupun public. Standar tersebut dikenal dengan istilah standar sector netral
(Sector Neutral Standars).
4. International Auditing Standards
Secara historis auditing merupakan bidang ilmu yang bersifat self-regulator
atau tidak diatur oleh pemerintah dan berkembang secara independen. Sekumpulan
21

masyarakat professional akuntansi pada abad ke-19 diketahui mendorong akhirnya


profesi di bidang pemeriksaan dan menyediakan pelatihan untuk para anggotanya.
Pembentukan masyarakat terjadi pada saat undang-undang (Companies Acts) yang
disetujui di Britania Raya masyarakat pemeriksaan sehingga menghasilkan
penghasilan yang signifikan bagi akuntan. Pemeriksaan dituntut untuk mermenuhi
kebutuhan pengguna laporan keuangan serta klien dan perundang-undangan hanya
perlu melakukan kodifikasi atas praktik-praktik terbaik pemeriksaan.
Pada tahun 1939 American Institute of Accountants yang pertama sedangkan standar
audit di Australia di terbitkan oleh badan profesional akuntansi melalui AARF, profesi
bertanggung jawab untuk menjaga standar etik termasuk menghukum anggota yang
tidak mematuhi standar akuntansi dan pemeriksaan. Namun bentuk regulasi seperti ini
menjadi lemah jika tidak ada syarat hukum bagi akuntan untuk menjadi anggota dari
badan professional. American Institute of CPAs atau (AICPA) memulai system peer
reviews pada tahun 1960an meskipun status tersebut masih bersifat sediaan
(voluntary) hingga tahun 1989.
Kasus Enron dan kasus besar lainnya 2000an menjadi dasar

justifikasi bagi

pemerintah untuk ikut campur dalam penyusunan standar pemeriksaan di Amerika


Serikat dan Australia sejak pemberlakuan Sarbanes-oxley act pada tahun 2002, review
atas firma audit di Amerika Serikat diatur dalam sebuah badan pemerintah yaitu The
Public Company Accounting and Oversight Boards (PCAOB). PCAOB juga
bertanggung jawab untuk menyusun standar atas pemeriksaan perusahaan oublik. Di
Australia standar pemeriksaan telah memiliki payung hukum melalui undang-undang
perusahaan (Corporate Acts) pada tahun 2001 dan mulai mengikuti CLERP 9 sejak 1
juli 2006.
Meskipun saat ini standar pemeriksaan disusun oleh badan pemerintah, tujuan awal
lebih diarahkan pada penulisan ulang standar agar bisa digabungkan ke dalam
peraturan perundang-undangan dan bukan untuk mengganti isi dari standar tersebut.
Badan pemerintah yang bertugas untuk menyusun standar pemeriksaan sebagian besar
masih di control oleh profesi auditor melalui lembaga-lembaga profesi auditor. Hal ini
dianggap mengancam kewenangan pemerintah dalam mengatur regulasi mengenal
standar pemeriksaan. Badan pemerintah kemudian membentuk dewan yang bertugas
untuk meningkatkan keyakinan bahwa standar pemeriksaan dibuat secara transparan

22

dan mereflesikan kepentingan umum, dengan input dari public dan regulator, dan
untuk memfasilitasi regulasi pemeriksaan.
Pemerintah mempercayai bahwa standar akuntansi dan standar pemeriksaan
merupakan hal yang penting, dimana hal ini didukung oleh bebebrapa hasil penelitian
para ahli. Salah satunya adalah Prancis, Khurana, dan Pereira yang mengumpulkan
bukti mengenai kualitas pemeriksaan, kekuatan dari pelaksanaan pemeriksaan, dan
kualitas dari standar akuntansi.

5. IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia )


Ikatan Akuntan Indonesia sejak berdirinya pada tahun 1957 telah beberapa kali
menghimpun/menyusun dan merevisi prinsip atau standar akuntansi keuangan
tersebut. Ketika itu, tujuan IAI adalah:

Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan

akuntan.
Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.

Melalu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART) yang ditetapkan
pada Kongres Luar Biasa (KLB) IAI tanggal 27 Juni 2012 sesuai Keputusan Sidang
Pleno Tetap KLB IAI Tahun 2012 Nomor: 05/Kongres Luar Biasa/IAI/VI/2012 maka
Maksud, Tujuan, dan Fungsi IAI adalah sebagai berikut :
a. IAI bermaksud menghimpun potensi akuntan Indonesia untuk menjadi
penggerak pembangunan nasional dalam mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. IAI bertujuan mengembangkan dan mendayagunakan potensi akuntan
Indonesia sehingga terbentuk suatu cipta dan karya akuntan Indonesia untuk
didarmabaktikan bagi kepentingan bangsa dan negara.
c. IAI berfungsi sebagai wadah komunikasi yang menjembatani berbagai latar
belakang tugas dan bidang pengabdiannya untuk menjalin kerjasama yang
bersifat sinergi secara serasi, seimbang, dan selaras.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, dirumuskan dan disahkan dalam Kongres.
Sedangkan, Standar Profesi Akuntan Indonesia dirumuskan oleh komite yang
23

dibentuk khusus untuk itu dan disahkan oleh Dewan Pengurus Nasional. Dewan
Pengurus Nasional merupakan lembaga eksekutif tertinggi dalam organisasi IAI.
Standar Profesi

Akuntan Indonesia, adalah : (1) Standar Profesional

Akuntansi Publik, (2) Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori-teori regulasi yang relevan dengan akuntansi dan auditing adalah sebagai
berikut:
Teori efisiensi pasar : Dalam teori ini, pasar akan efisien ketika tidak ada
campur tangan dari pemerintah. Karena dengan adanya permintaan dari
konsumen dan adanya penawaran dari produsen maka operasional pasar tetap
-

berjalan.
Teori keagenan

: Dalam teori ini, hubungan agensi muncul ketika satu

orang atau lebih mempekerjakan orang lain untuk memberikan jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang untuk kepentingan pengambilan
-

keputusan.
Teori tentang regulasi :

Teori

regulasi

berpendapat

bahwa

peraturan

perundang-undangan yang dirancang dan diberlakukan untuk kepentingan


kelompok tertentu.
Teori tentang regulasi dibagi menjadi 3 teori, yaitu sebagai berikut:
Teori kepentingan public
: teori ini berpendapat bahwa regulasi
diberikan sebagai jawaban atas permintaan publik akan perbaikan dari
harga-harga pasar yang tidak efisien atau tidak adil
Teori kepentingan individu
: teori ini berpendapat bahwa aktivitas
dari masalah peraturan menggambarkan persaudaraan diantara kekuatan
politik dari kelompok berkepentingan.
Teori kepentingan kelompok
: terjadi ketika badan regulasi yang
seharusnya bertindak sesuai dengan kepentingan publik (umum) akhirnya
membuat regulasi/peraturan yang menguntungkan beberapa kelompok.
Pada Teori Kepentingan Publik, pemerintah melakukan intervensi dalam
pembuatan regulasi keuangan negara sebagai respon dari kegagalan pasar dan
kepentingan publik. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk melindungi dan

24

menjamin kepentingan umum. Contoh aplikasinya adalah pada kasus perusahaan


Enron dan perusahaan audit Arthur Andersen.
Pada Teori Tangkapan, penetapan regulasi disesuaikan dengan kebutuhan dari
pihak tertentu yang berhasil mendapatkan akses untuk memberikan pengaruh terhadap
regulator. Tujuan teori ini untuk memaksimalkan laba pihak yang memiliki kebutuhan
tersebut.
Pada Teori Kepentingan Pribadi, pembuatan regulasi keuangan negara
disesuaikan dengan kebutuhan dari pihak pembuat regulator. Menurut Rahman, ada
beberapa pihak yang memegang jabatan penting sehingga memungkinkan mereka
untuk mempengaruhi aktivitas regulator.
Standar pengaturan dapat dilihat sebagai proses politik karena dapat
mempengaruhi banyak konflik dan kepentingan kelompok itu sendiri, seperti
pengadopsian IAS 39. Instrumen Keuangan - Pengakuan dan Pengukuran pada
European Union (EU) memiliki proses politik yang tinggi dan pengadopsian IAS 38
Asset Tak Berwujud di Australia menggambarkan peran politik dalam proses standar
pengaturan.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembuatan informasi keuangan. Di
bagian ini dijelaskan mengenai beberapa elemen kunci yang dapat ditinjau dari
kerangka pelaporan di beberapa Negara. Terdapat beberapa elemen-elemen dalam
kerangka peraturan untuk pelaporan keuangan yaitu:
1 . Persyaratan Undang-undang (Statutory Requirements)
2 . Tata Pengelolaan Perusahaan ( Corporate Governance)
3 . Auditor dan Pengawasan (Auditor and Oversight)
4 . Badan Pelaksana Independen (Independent Enforcement Bodies)
Perkembangan standar akuntansi internasional diawali secara resmi dengan
berdirinya International Accounting Standard Committee (IASC) pada tahun 1973 di
London. Pada tahun 2001 IASC di restrukturisasi dan berubah menjadi IASB. Pada
tahun 2002 terjadi konvergensi IASB dan FASB. Beberapa perbedaan timbul karena
perbedaan pokok di antara dua jenis standar tersebut. US GAAP dideskripsikan
sebagai standar berbasis peraturan sementara IAS disusun dengan tujuan berbasis
prinsip akuntansi. Standar akuntansi sektor publik dibuat bedasarkan standar IASB
yang disesuaikan dengan kebutuhan sektor publik. Pada tahun 1939. American
Insitute of Accountants menyusun standar audit yang pertama.
Daftar Pustaka
25

Jayne Godfrey,et.al. Accounting Theory 7th Edition. Australia:John Wiley &


Sons,2010
Yadiati,Winwin. Teori Akuntansi:Suatu Pengantar,Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2007
Scott, D.R., The Basis of Accounting Principles, The Accounting Review
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
Referensi Online :
www.iaiglobal.or.id

26

Anda mungkin juga menyukai