PENDAHULUAN
Mioma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling sering ditemukan pada wanita.
Dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma
jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya.
1,2
Leiomioma
adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras, berwarna putih hingga
merah muda pucat, sebagian besar terdiri atas otot polos dengan beberapa jaringan ikat. Kirakira 95% berasal dari korpus uteri dan 5% dari serviks. 3 Hanya kadang-kadang saja berasal
dari tuba fallopii atau ligamentum rotundum. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi
(20-25%), insidens meningkat seiring umur hingga hamper 40% pada usia diatas 45 tahun.
Beberapa penelitian USG menyatakan adanya sedikit satu myoma kecil pada 51% wanita.4
Penelitian lain menyatakan bahwa sebanyak 3 dari 4 wanita memiliki myoma, tetapi
kebanyakan tidak sadar karena tidak menimbulkan tanda dan keluhan. Myoma yang
menyebabkan masalah hanya satu dari empat wanita, yang memiliki myoma, tidak jarang
dokter menemukan secara tidak sengaja selama pemeriksaan dalam dan USG prenatal.5
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39%-11,87% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahun mempunyai sarang-sarang myoma. Myoma lebih sering ditemukan pada wanita
nuliparra atau kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran.1
Etiologi dari myoma uteri tidak diketahui.4 Beberapa ahli yang mengemukan teori
pathogenesis myoma yaitu Meyer dan Desnoo, Lipschutz, Puuka dan kawan-kawan. Puuka
dan kawan-kawan mengemukakan bahwa reseptor ekstrogen leiomioma lebih banyak pada
daripada miometrium normal. Sedangkan menurut Meyer asal myoma adalah sel imatur,
bukan sel otot yang matur. 1
Myoma tumbuh sebagai respon terhadap estrogen. Myoma uteri tidak terjadi sebelum
menarche dan di bawah pengaruh hormon. Myoma biasanya tumbuh pada masa reproduktif
dan tidak pernah terjadi setelah menopause. Setelah menopause, kira-kira hanya 10% myoma
yang masih bertumbuh. Bila myoma uteri bertumbuh besar pada masa post menopause, harus
dipikirkan generasi maligna (sarcoma). 1,4
Jika mioma tumbuh secara mikroskopik dan terisolasi, mioma biasaya multiple dan
biasanya berukuran kurang 15 cm tapi bias mencapai ukuran yang sangat besar dengan berat
lebih dari 45 kg. 4
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi Uterus
Ukuran uterus bervariasi bergantung pada usia dan paritas. Uterus pada seorang dewasa
berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar
di tempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. uterus terdiri atas korpus uteri ( 2/3
bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah). 1,6,7,8
Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka keluar melalui
saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di
vagina dinamakan portio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada di atas
vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian
yang disebut isthmus uteri. 1,6,7
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, disitu tuba fallopi kanan dan kiri masuk ke uterus.
Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga;
yang disebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini
beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.
Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak
pembuluh-pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Di korpus uteri endometrium licin, akan
tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis. 1,7
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam
anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus
uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120-130 dengan serviks uteri. Di Indonesia
uterus sering ditemukan dalam retrofleksi (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada
umumnya tidak memerlukan pengobatan.
1,6,8
Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke dalam
ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan
endometrium. Uterus mendapat darah dari arteria uterina, cabang dari arteria iliaka interna
dan dari arteria ovarika. 1
Siklus haid 7
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21
hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan
dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel
oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang
menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang
merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang
perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain
itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH
yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang
terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan
kuning (Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi
mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan
datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi
menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang,
pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometrium terhenti,
endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan
(menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh
karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis
kembali.
Gangguan haid 1
Gangguan haid dan siklusnya dapat digolongkan dalam:
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
a. Hipermenorea atau menoragia;
b. Hipomenorea
2. Kelainan siklus:
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Perdarahan di luar haid:
Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid:
a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. Mastodinia;
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi);
d. Dismenorea
Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari).
Hipomenorea
Hipomenorea ialah perdarahan haid yang lebih pendek dan/ atau lebih kurang dari biasa.
Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Perdarahan
kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Hal yang terakhir ini disebut
polimenoragia atau epimenoragia.
Oligomenorea
Disini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3
bulan, hal ini sudah dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya
berkurang.
Oligomenorea dan amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama, perbedaannya terletak
dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu, dan
fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulator dengan masa proliferasi lebih
panjang dari biasanya.
Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Dibagi
menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer apabila seorang wanita
berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid; sedang pada amenorea sekunder
penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer
umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti
kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder
lebih menunjukkan kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita,
seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.
Metroragia
Metroragia adalah perdarahan dengan jumlah bervariasi di antara periode menstruasi dengan
interval yang tidak teratur tetapi sering terjadi.
Dismenorea
Dismenorea atau nyeri haid. Dibagi menjadi:
a. Dismenorea primer (esensial, intrinsic, idiopatik), tidak terdapat hubungan dengan
kelainan ginekologi.
b. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) disebabkan oleh kelainan
ginekologik (salphingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri dan lain-lain).
Premenstrual tension
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
Mittelschmerz dan perdarahan ovulasi
Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid, pada
saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan, tetapi juga mungkin berat.
Mastalgia
Gejala mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid. Sebabnya edema
dan hiperemi karena peningkatan relatif dari kadar ekstrogen.
Anamnesis 1
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan
untuk diwawancarai, misalnya anak-anak atau sebagainya. Anamnesis terdiri dari identitas,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu. Beberapa pertanyaan
yang dapat kita tanyakan adalah:
Identitas Pasien: nama pasien, nama suami, alamat, tempat tanggal lahir, agama,
suku.
Menanyakan keluhan utama : keluhan yang menjadikan alasan pasien untuk datang
ke dokter. Pada kasus keluhan utama adalah ibu M mengalami haid yang lama dan
banyak.
Menanyakan keluhan tambahan:
Adakah cairan keluar dari vagina? Sifatnya bagaimana? Apakah berbau, encer
pinggang?
Kapan terakhir kali ibu menstruasi?
Apakah pernah ada pendarahan diluar siklus menstruasi?
Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya:
Sudah berapa kali ibu hamil?
Apakah saat hamil anak pertama ada komplikasi saat persalinan?
Apakah sebelum atau sesudah hamil anak pertama ibu sebelumnya pernah
penyakitnya?
Menanyakan riwayat penyakit keluarga:
Apakah di keluarga, baik itu ibu, kakak, nenek pernah menderita penyakit
yang sama?
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik 1, 2, 3,4, 9, 10
1. Keadaan umum pasien:
Sikap pasien saat datang, kesadaran pasien saat datang.
Lakukan pemeriksaan tanda vital: tekanan darah, nadi, frekuensi nafas, suhu
badan
2. Pemeriksaan abdomen dan panggul
Uterus yang amat membesar dapat terpalpasi pada abdomen. Pada pemeriksaan
bimanual akan teraba tumor padat, keras, teraba berbenjol-benjol, gerakan bebas, dan
tidak sakit.
Laboratorium
Anemia merupakan tanda umum dari myoma uteri. Anemia ini terjadi karena perdarahan
uteri yang banyak dan penurunan kadar zat besi. Kadang-kadang di dapatkan eritropoesis
pada pasien. Kadar hematokrit akan menjadi normal setelah rahim diangkat dan terjadi
peningkatan eritropoetin.
Leukositosis, panas dan kenaikan sedimentasi mungkin timbul apabila terdapat degenerasi
atau infeksi akut pada myoma. 2,4,9,10
Pemeriksaan Penunjang 2, 3,4, 9, 10
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya
mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil.
Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi
transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran akustik. Degenerasi kistik
ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
b. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya
kecil serta bertangkai. Hiteroskopi sangat membantu dalam intefikasi sekaligus
mengangkat myoma submukosa.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
9|Elsa Marliska 102009061
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat
dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Diagnosis
a. Diagnosis Kerja
Leiomioma adalah tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras,
berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri atas otot polos dengan
beberapa jaringan ikat. Sebagian besar (sekitar 2/3) wanita dengan leiomioma tidak
menunjukkan gejala. Munculnya gejala tergantung pada jumlah, ukuran, letak, keadaan
dan kondisi (biasanya suplai pembuluh darah) tumor.3 Gejala yang umum ditemukan
adalah perdarahan uterus abnormal, efek penekanan, nyeri dan infertilitas. Pada
pemeriksaan fisik (perut dan panggul) biasanya menunjukkan massa noduler keras,
bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. 1,2, 3,4, 9, 10
Pada temuan laboratorium terdapat anemia yang disebabkan oleh perdarahan uterus
yang abnormal dan kekurangan zat besi. Pada pemeriksaaan dengan USG, mioma uteri
secara
khas
menghasilkan
gambaran
ultrasonografi
yang
mendemonstrasikan
10 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Selain itu mioma subserosa
dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum
kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering parasitis
fibroid.
b. Diagnosis banding
Adenomyosis 1,8
Adenomyosis adalah penetrasi dan bertumbuhnya jaringan endometrium
(jaringan yang melapisi dinding dalam rahim) ke dalam myometrium (lapisan otot
rahim), sering disebut pula dengan endometriosis internal. Jadi penyakit ini sejenis
dengan endometriosis. Adenomyosis dapat ada bersamaan dengan endometriosis
eksternal.
Jaringan endometrium yang salah tempat ini, seperti endometrium yang normal,
akan mengikuti siklus menstruasi, jadi cenderung mengalami pendarahan pada saat
menstruasi. Darah yang terkumpul di dalam jaringan otot rahim ini akan
menyebabkan
pembengkakan
rahim
menjadi
lebih
besar.
Pembengkakan
(adenomyosis) ini dapat merata atau terfokus di satu tempat. Jika pembengkakan ini
terfokus di satu tempat maka disebut adenomyoma, yang menyerupai tumor rahim
lainnya.
Umumnya adenomyosis salah didiagnosa sebagai fibroid rahim. Sebenarnya
terdapat perbedaan mendasar diantara fibroid (suatu tumor yang jelas) dan
adenomyoma. Fibroid berasal dari satu sel yang abnormal, yang dibawah pengaruh
hormon estrogen akan membesar. Pertumbuhan tumor mungkin dapat menggeser
dan menekan jaringan sekitarnya, tetapi dia tidak pernah menyusup ke jaringan otot
rahim, oleh karena tidak menyusup ke jaringan otot rahim maka dimungkinkan
untuk mengangkat seluruh tumor ini tanpa mengganggu jaringan rahim yang normal
12 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
Etiologi
Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa faktor
yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain : 11
1. Faktor hormonal
Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri.
Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan
mengalami regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon
estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma
uteri.
2. Faktor genetic
Mioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi
antara kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12.
13 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
Epidemologi
Myoma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling umum ditemukan pada wanita.
Terlihat pada 20% diantara wanita berusia 35-45 tahun. Insidensnya meningkat seiring umur
hingga hampir 40% pada usia 45 tahun, jarang sekali ditemukan pada wanita berumur < 20
tahun. Beberapa penelitian USG menyatakan adanya sedikit satu myoma kecil pada 51%
wanita. 4,5
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39%-11,87% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat di Rumah Sakit. Di USA penduduk dengan warna kulit hitam 3-9
kali lebih tinggi frekuensinya untuk menderita mioma uteri. 1 Berdasarkan otopsi, Novak
menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, sedangkan pada
wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Myoma uteri lebih sering didapati pada wanita
nuliparra atau kurang subur dan pada wanita berkulit hitam. Faktor keturunan juga
memegang peranan. Setelah menopause hanya kira-kira 10% yang masih tumbuh.
Patofisiologi
14 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
Penyebab myoma uteri tidak diketahui. Ada bukti bahwa setiap sel myoma adalah
uniselular yang berasal dari penelitian glukosa-6-fosfat dihidrogenase. Hal ini sesuai dengan
teori dari Meyer dan De Snoo bahwa asal sel myoma adalah sel imatur, bukan dari sel otot
yang matur (teori cell nest atau teori genitoblast). Dipercaya bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. 1,4
Walaupun tidak ada bukti bahwa estrogen menyebabkan myoma uteri, tetapi estrogen
jelas berpengaruh terhadap pertumbuhan myoma (menjadi lebih besar). Sel-sel leiomioma
mempunyai reseptor endrogen yang lebih banyak daripada sel-sel myometrium yang normal,
akan tetapi sel-sel myoma yang tumbuh di endometrium mempunyai reseptor endrogen yang
lebih rendah. Sel-sel myoma tidak mempunyai reseptor progesteron. Estrogen mungkin
memperbesar ukuran myoma dengan peningkatan produksi matriks ekstraseluler. Leiomyoma
mungkin bertambah besar dengan terapi estrogen dan selama kehamilan, tetapi hal tersebut
tidak selalu terjadi. 1,4
15 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa yang tidak nyaman
pada regio pelvis.
3. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma
uteri pada vesika urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius,
seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan
keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang
besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan
edema tungkai.
4.
yang
Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan myoma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan
untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum, gejala serta ukuran, lokasi, serta jenis
mioma itu sendiri. 4
a.
dengan dosis sekecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan myoma atau
mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus diperiksa dengan pemeriksaan
pelvic dan USG pelvic setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita myoma uteri
sering mengalami keterlambatan menopause. Bila didapatkan pembesaran myoma
pada masa post menopause, harus dicurigai keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini
b.
17 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
wanita menghindarinya. 10
Pengobatan lain. Kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol,
perdarahan menstruasi tetapi tidak mengurangi ukuran fibroid. AINS, pengobatan
non hormonal, efektif terhadap perdarahan vaginal hebat yang tidak berkaitan
dengan myoma, mereka tidak mengurangi perdarahan yang disebabkan oleh
myoma. 10
lebih dari 4, atau jika letaknya dekat dengan tuba fallopii, myoma harus diangkat
dengan laparotomi. Myoma pedunculated dapat dieksisi dengan laparoskopi
Jika wanita itu menginginkan kehamilan, diijinkan setelah 4 bulan pengangkatan
myoma. Jika wanita sudah hamper menopause dan tidak keluhan, maka tidak
dibutuhkan penanganan.
b. Histeroskopi
Menggunakan pipa panjang dengan kamera, dimasukkan ke dalam vagina dan
uterus untuk melihat myoma, kemudian di potong dan di buang. Teknik ini tidak
dapat dilakukan pada myoma yang terdapat dalam dinding uterus atau pada
myoma yang bertangkai.
c. Miolisis
Merupakan teknik operasi terbaru di Amerika Srerikat, dengan menggunakan
jarum elektrik yang dimasukkan ke dalam myoma pada saat laparoskopi, yang
dapat menghentikan peredaran darah ke myoma, sehingga myoma mengecil.
d. Histrektomi
Merupakan teknik untuk mengangkatan atau membuang uterus. Teknik ini
merupakan cara terbaik untuk menyembuhkan mioma uteri, biasanya dilakukan
pada wanita dengan myoma besar, dan multipel, perdarahan yang banyak,
menjelang / sudah menopause dan tidak menginginkan anak.
The American College of Obstretricians and Gynecologist memiliki kriteria untuk
myoma untuk histrektomi, yaitu:
Perdarahan uteri yang berlebihan:
- Perdarahan berat
- Anemia
Perasan sakit yang disebabkan oleh myoma
- Akut dan berat
- Tekanan pada abdominal bawah dan punggung
- Tekanan pada kandung kemih yang menyebabkan frekuensi miksi
-meningkat yang bukan disebabkan infeksi.
Kriteria tambahan termasuk keinginan pasien untuk mempertahankan uterusnya
untuk kesuburannya atau keinginan pribadi untuk mempertahankan uterusnya.
Histerektomi dilakukan pada myoma yang besar dan multipel. Histerektomi total
umumnya
dilakukan
dengan
alasan
mencegah
karsinoma
servix
uteri.
19 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
d. Radioterapi 1
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan nantinya.
Syarat-syarat dilakukan radioterapi adalah:
- Hanya dilakukan pada wanita yang tidak di operasi (bad risk patient)
- Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
- Bukan jenis submukosa
- Tidak disertai radang pelvis atau penekanan rectum
- Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause
- Tidak ada keganasan uterus
-
Komplikasi 1
1. Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 70 % dari semua
sarkoma uteri. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila myoma uteri
cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang myoma sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tungkai)
Sarang myoma yang bertangkai dapat mengalami torsi (putaran), timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis dan akan nampak gambaran klinik dari
abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang dapat
melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada
kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
Pencegahan
Mengurangi paparan estrogen, jika menggunakan kontrasepi, maka gunakanlah kontrasepsi
yang mengandung kadar estrogen yang rendah.
Prognosis 10
Insiden kekambuhan setelah miomektomi sebesar 15-40% sekalipun jika semua leiomioma
secara makroskopik telah diangkat saat operasi. Pada sedikit separuh leiomioma berulang
memerlukan terapi pembedahan lagi. Histerektomi akan memberikan kesembuhan total.
20 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1
BAB III
PENUTUP
Myoma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling umum ditemukan pada wanita sering
ditemukan pada wanita usia reproduksi (35-45 tahun), nuliparra, faktor keturunan juga
berperan. Penyebab pasti tidak diketahui tetapi jelas estrogen mempengaruhi pertumbuhan
myoma.
Gejala klinisnya sebagian besar asimptomatik. Gejala myoma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Gejalanya antara lain adalah
perdarahan uteri yang abnormal, nyeri, efek penekanan, bahkan infertilitas dan abortus
spontan.
Penatalaksanaannya tergantung pada keadaan umum pasien, beratnya keluhan, karakteristik
myoma, faktor usia, dan keinginan memiliki anak.
Histerektomi dilakukan pada myoma yang besar dan multipel. Myomektomi dilakukan bila
masih menginginkan keturunan dan syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk
menghilangkan kemungkinan keganasan.
21 | E l s a M a r l i s k a 1 0 2 0 0 9 0 6 1