Sasbel
1. Memahami dan menjelaskan Anatomi Gaster
1.1 Makroskopis Gaster
1.2 Mikroskopis Gaster
2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi Gaster
3. Memahami dan menjelaskan Biokimia Pencernaan
4. Memahami dan menjelaskan Dispepsia
4.1 definisi
4.7 diagnosis&DD
4.2 etiologi
4.8 tatalaksana
4.3 epidemiologi
4.9 komplikasi
4.4 klasifikasi
4.10 pencegahan
4.5 patofisiologi
4.11 prognosis
4.6 MK
1. Memahami dan menjelaskan Anatomi Gaster
1.1 Makroskopis Gaster
f.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
f.
i.
ii.
iii.
iv.
g. Sel APUD
i. Amine Precursor Uptake and Decarboxyltion cells
ii. Mensintesa polipeptida
iii. Dengan mikroskop elektron: granula sekresi sangat halus
(100-200 nm), retikulun endoplasmik jarang dan apparatus
Golgi sedikit
iv. Sel APUD gastro intestinal terdapat pada fundus, antrum
pilorikum, duodenum, yeyunum, ileum dan colon
v. Mensekresi: gastrin, sekretin, kolesistokinin, glukagon
and somatostatin like substance
vi. APUD sel pada manusia:
a) Sel C dan M pada hipofisis (adrenokorticotropin dan
melanotropin)
b) Sel A pulau
Langerhans
(glukagon)
c) Sel
non-B
pulau
Langerhans
(insulin)
d) Sel D pulau
Langerhans
(somatostatin)
e) Sel
AL
lambung
(glukagon)
f) Sel G lambung
(gastrin)
g) Sel EG usus
(glukagon)
a.
b.
c.
d.
e.
FUNGSI LAMBUNG
Fungsi Motorik
Fungsi menampung : menyimpan makan dengan kapasitas
lambung normal 50 ml pada saat kosong dan dapat mencapai
1000m saat makan yang memungkinkan adanya interval yang
panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan
makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat
terakomodasi di bagian bawah saluran cerna.
Fungsi mencampur : adanya sel-sel pemacu depolarisasi spontan
ritmik yang berada di fundus yaitu irama listrik dasar (basic
electric rhythm/BER) menyebabkan adanya kontraksi otot polos
sirkuler lambunggelombang peristaltik dan menyapu isi
lambung dalam bentuk kimus. Gelombang peristaltik pada
fundus lemah sehingga fundus dan korpus banyak berperan utk
menampung makanan. Sedangkan pada daerah antrum kimus
didorong lebih kuat kebagian sfingter pylorus. Sfingter pylorus
yang tidak terbuka seluruhnya menyebabkan kimus tertolak
kembali ke antrum mekanisme pencampuran (retropulsi)
Fungsi pengosongan: terbukanya sfingter pylorus yang
dipengaruhi keasaman,viskositas,volume,keadaan fisik,emosi
dan obat-obatab. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor
saraf dan hormona seperti kolesistokinin
MEKANISME MUNTAH
Muntah, atau emesis, yaitu ekspulsi secara paksa isi lambung
keluar melalui mulut, secara umum dianggap disebabkan oleh
motilitas lambung yang abnormal. Namun, muntah tidak
ditimbulkan oleh peristalsis terbalik (reverse peristalsis), seperti
yang semula diperkirakan. Sebenarnya, lambung itu sendiri tidak
berpartisipasi aktif dalam tindakan muntah. Lambung,
oesophagus, sphincter gastroesophagus, dan sphincter pylorus
semua melemas sewaktu muntah. Gaya utama yang mendorong
keluar isi lambung, secara mengejutkan, datang dari kontraksi
akan dikirim dan bekerja di lumen usus halus sekitar 15-30 menit
setelah makanan masuk ke usus halus. Amilase bekerja dengan
cara mengkatalisis ikatan glikosida (14) dan menghasilkan
maltosa dan beberapa oligosakarida.
Setelah polisakarida dipecah oleh amilase menjadi disakarida,
maka selanjutnya ia kembali dihidrolisis oleh enzim-enzim di
usus halus. Berbagai disakaridase (maltase, laktase, sukrase, dekstrinase) yang dihasilkan oleh sel-sel epitel usus halus akan
memecah disakarida di brush border usus halus. Hasil
pemecahan berupa gula yang dapat diserap yaitu monosakarida,
terutama glukosa.
Sekitar 80% karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, sisanya
galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh usus
halus melalui transportasi aktif sekunder. Dengan cara ini,
glukosa dan galaktosa dibawa masuk dari lumen ke interior sel
dengan memanfaatkan gradien konsentrasi Na+ yang diciptakan
oleh pompa Na+ basolateral yang memerlukan energi melalui
protein pengangkut SGLT-1. Setelah dikumpulkan di dalam sel
oleh pembawa kotranspor, glukosa dan galaktosa akan keluar
dari sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi untuk masuk
ke kapiler darah. Sedangkan frukosa diserap ke dalam sel
melalui difusi terfasilitasi pasif dengan bantuan pengangkut
GLUT-5.
b.
Lemak
Lemak merupakan suatu molekul yang tidak larut air, umumnya
berbentuk trigliserida (bentuk lain adalah kolesterol ester dan
fosfolipid). Pencernaan lemak dilakukan oleh lipase yang
dihasilkan oleh sel eksokrin pankreas. Lipase yang dihasilkan
pankreas ini akan dikirim ke lumen usus halus dan
menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan
monogliserida. Selain dihasilkan oleh sel lipase pankreas, juga
diketahui bahwa lipase juga dihasilkan oleh kelenjar lingual dan
enterosit, namun lipase yang dihasilkan oleh bagian ini hanya
mencerna sedikit sekali lemak sehingga tidak begitu bermakna.
Protein
Natrium dapat diserap secara pasif atau aktif di usus halus maupun di
usus besar. Secara pasif Na+ dapat berdifusi di antara sel-sel epitel
melalui taut erat yang bocor. Secara aktif, Na+ menembus sel
dengan bantuan pompa Na+ bergantung ATPase. Pompa ini akan
memindahkan Na+ melawan gradien konsentrasinya dan proses
tersebut memerlukan energi. Setelah berada di dalam sel, Na+ akan
dipompa secara aktif ke ruang lateral dan berdifusi ke dalam kapiler
untuk selanjutnya diangkut menuju sistem sirkulasi. Perpindahan
Na+ tersebut dapat mempengaruhi perpindahan zat-zat lain seperti
Cl-, glukosa, dan asam amino, hal ini disebut sebagai transpor aktif
sekunder.
e.
Vitamin
Ion bikarbonat
a.
4.2 Etiologi
Penyebab dari sindrom dispepsia adalah (Djojoningrat,
2006b) :
1. Adanya gangguan atau penyakit dalam lumen saluran
cerna seperti tukak gaster/duodenum, gastritis, tumor,
infeksi Helicobacter pylori.
2. Obat-obatan: seperti Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin
dan sebagainya.
3. Penyakit pada hepar, pankreas, sistem billier: hepatitis,
pankreatitis, kolesistitis kronik.
4. Penyakit sistemik seperti: diabetes melitus, penyakit
tiroid, dan penyakit jantung koroner.
5. Bersifat fungsional, yaitu: dispepsia yang terdapat pada
kasus yang tidak didapat adanya kelainan/gangguan organik
yang dikenal sebagai dispepsia funsional atau dispepsia non
ulkus.
4.3 Epidemiologi
Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam
waktu tertentu dapat dialami oleh seseorang. Berdasarkan
penelitian pada populasi umum didapat bahwa 15-30% orang
dewasa pernah mengalami dispepsia dalam beberapa hari.
Dari data di negara barat didapat angka prevalensinya
a.
Dispepsia organik
Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi
banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Istilah
dispepsia organik baru dapat digunakan bila penyebabnya
sudah jelas, antara lain:
1) Dispepsia tukak (ulcer-like dyspepsia). Keluhan
penderita yang sering diajukan adalah rasa nyeri di ulu
hati. Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada
hubungannya dengan makanan, pada tengah malam
sering terbangun karena nyeri atau pedih di ulu hati.
Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi
dapat menentukan adanya tukak lambung atau di
duodenum.
2) Dispepsia bukan tukak. Mempunyai keluhan yang
mirip dengan dispepsi tukak. Biasa ditemukan pada
gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan endoskopi
tidak ditemukan tanda-tanda tukak.
3) Refluks gastroesofageal. Gejala yang klasik dari
refluks gastroesofageal yaitu rasa panas di dada dan
regurgitasi asam, terutama setelah makan. Bila
seseorang mempunyai keluhan tersebut disertai dengan
4)
5)
6)
7)
8)
9)
b.
4.5 patofisiologi
1. Penyakit asam lambung
Perihal bagaimana individu tertentu dapat merasakan asam tanpa
kerusakan nyata pada lambung bisa jadi karena mereka juga
menderita GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Individu
ini akan merasakan pajanan terhadap keasaman esofagus sebagai
nyeri epigastrik, daripada sebagai heartburn pada substernal.
Namun, masih belum diketahui apakah dispepsia pada pasien
adalah konsekuensi nyeri alih dari esofagus ke epigastrium atau
Diagnosis banding
4.8 tatalaksana
Dietetik
Tidak ada dietetik baku yang menghasilkan penyembuhan keluhan
secara bermakna. Prinsip dasar menghindari makanan pencetus
serangan merupakan pegangan yang lebih bermanfaat. Makanan
Komplikasi dari dispepsia yaitu luka pada lambung yang dalam atau
melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam
lambung dan dapat mengakibatkan kanker pada lambung.
4.10 pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol,
dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,