Artikel MEA-MS. Wahyudi S PDF
Artikel MEA-MS. Wahyudi S PDF
PENDAHULUAN
Salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara adalah
mengenai pertumbuhan ekonomi. Karena itu, kebijakan makro ekonomi suatu negara
pasti akan diarahkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi. Sukirno (2006: 10)
Makalah ini disampaikan pada acara Diskusi Akhir Tahun 2013 Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih (skilled labor), serta aliran
investasi yang lebih bebas. Berdasarkan laporan perekonomian Bank Indonesia
(2012), Dalam penerapannya MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas, yaitu
perikanan, e-travel, e-ASEAN, automotif, logistik, industri berbasis kayu, industri
berbasis karet, furnitur, makanan dan minuman, alas kaki, tekstil dan produk
tekstil, serta kesehatan.
Bentuk integrasi ekonomi yang semakin kuat tentu diharapkan akan mengakibatkan
arus perdagangan internasional dan foreign direct investment (FDI) semakin bebas dan
meningkat. Dengan demikian diharapkan peningkatan perdagangan internasional dan FDI
akan mampu meningkatan pendapatan nasional atau gross domestic product (GDP)
sebagaimana perhitungan pendapatan nasional pada umumnya. Adapun sejumlah
penelitian untuk mengkaji kemungkinan hubungan antara perdagangan internasional, FDI
dan pertumbuhan ekonomi sudah banyak dilakukan.
Makki dan Somwaru (2001) melakukan penelitian mengenai dampak FDI dan
perdagangan pada pertumbuhan ekonomi dengan sampel 66 negara pada tahun 1960
2000 dan menggunakan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR) menghasilkan
bahwa FDI dan perdagangan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Negara Sedang Berkembang.
Hasil empiris dari Krisharianto dan Hartono (2007) mengenai hubungan antara
pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, dan foreign direct investment di
Indonesia dengan pendekatan granger causality dan VAR menghasilkan bahwa hubungan
yang terjadi antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi adalah bi-directional causation
yaitu growth driven export dan export led growth; antara FDI dan perdagangan
internasional dan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa pertumbuhan ekonomi,
perdagangan internasional menyebabkan atau mempengaruhi FDI.
Ahmed, dkk (2008) meneliti mengenai peran Ekspor, FDI dan Impor terhadap
pembangunan pada dari Sub-Saharan Negara-Negara Afrika dengan pendekatan
autoregressive distributed lag (ARDL), Estimasi Pedroni dan granger causality diperoleh
hasil bahwa ekspor dan FDI memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Jawas (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh penanaman modal asing
dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara muslim dengan
menggunakan model panel data menghasilkan variabel penanaman modal asing (PMA)
ekonomi di Indonesia tidak begitu parah sebagaimana yang terjadi pada tahun 1998.
Beberapa gambaran tersebut menunjukkan bahwa pada era globalisasi ini, kondisi di
negara lain akan menimbulkan imbas pada negara lainnya sebagai akibat adanya
hubungan ekonomi antar negara.
Selain itu, pangsa total perdagangan terhadap GDP dari masing-masing negara
ASEAN juga cukup tinggi, yang menunjukkan aktifnya kawasan ini dalam perdagangan
internasional. Seberapa jauh peran perdagangan luar negeri terlihat dari rasio antara
ekspor ditambah impor terhadap GDP. Pangsa Ekspor ditambah Impor dalam GDP
negara-negara ASEAN khususnya ASEAN-5 berdasarkan data Swindi, 2009 (Basri,
2010) dapat diketahui bahwa pangsa ekspor dan impor terbesar diantara negara ASEAN-5
yaitu Singapura sebesar 330%, kemudian diikuti Malaysia sebesar 179%, Thailand
sebesar 122%, Filipina sebesar 84%, dan Indonesia sebesar 51%.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak di ASEAN merupakan pasar
potensial untuk aliran masuk barang, jasa, dan tenaga kerja bagi negara lainnya di
ASEAN. Indonesia sebagai pasar konsumen terbesar di ASEAN sangat berpotensi untuk
dibanjiri barang-barang konsumsi. Membanjirnya barang-barang tersebut memang
memiliki nilai posistif bagi konsumen akibat semakin banyaknya alternatif pilihan.
Namun demikian, nilai tambah akan lebih dirasakan bagi perekonomian, jika produkproduk Indonesia yang justru dapat menginvasi negara-negara di ASEAN. Jika hal
tersebut terjadi, produksi domestik akan bertambah, yang berimplikasi positif terhadap
penyerapan tenaga kerja, peningkatan realisasi investasi dan berdampak akhir terhadap
pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan penduduk.
Implementasi ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) 2010 dapat menjadi
pelajaran berharga bagi Indonesia, dimana ketika penerapan ACFTA banyak pihak yang
belum siap akibat lemahnya koordinasi dan upaya perencanaan sebelum diberlakukannya
ACFTA. Dengan implemetasi MEA yang semakin dekat, sudah saatnya Indonesia
berbenah dan mengambil tindakan sedini mungkin untuk menghadapi persaingan yang
akan semakin sengit. Kerjasama dan prioritas kepentingan nasional harus dikedepankan
oleh berbagai pihak untuk mendukung terciptanya Indonesia menjadi negara yang
mendapatkan keuntungan terbesar dengan diterapkannya MEA 2015. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mengkaji mengenai kesiapan dan strategi Indonesia dalam
menghadapi MEA 2015 meliputi posisi kinerja ekonomi, keterbukaan ekonomi, daya
saing, dan kualitas SDM Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Selain
itu juga akan dikaji kesiapan UMKM di Indonesia dalam menghadapi MEA 2015.
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data diperoleh dari
dokumentasi yang diambil dari berbagai situs instansi tekait, buku, maupun artikel
yang dipublikasikan yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Adapun
penulisan artikel ini diawali dengan mengumpulkan data-data dan informasi yang
terkait dengan masalah yang akan dikaji. Data-data dan informasi yang telah
terkumpul kemudian dievaluasi guna memberikan keakuratan informasi dan
analisis yang akan ditulis. Tahapan selanjutnya adalah menganalisis data-data dan
informasi yang telah terkumpul.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dan
deskriptif. Analisis data panel digunakan untuk mengetahui pengaruh keterbukaan
ekonomi yang direpresentasikan perdagangan internasional dan foreign direct
investment (FDI) terhadap Gross Domestic Product (GDP) di negara ASEAN-5.
Pemilihan ASEAN-5 dikarenakan lima negara yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia,
Thailand dan Filipina merupakan pelopor terbentuknya ASEAN. Adapun analisis
deskriptif digunakan untuk menunjang hasil regresi yang dilakukan serta mengenai
kesiapan Indonesia menghadapi MEA 2015 dalam aspek daya saing, ketenagakerjaan dan
UMKM.
ASEAN meliputi wilayah daratan seluas 4.46 juta km atau setara dengan 3% total
luas daratan di Bumi, dan memiliki populasi yang mendekati angka 600 juta orang atau
setara dengan 8.8% total populasi dunia. Luas wilayah laut ASEAN tiga kali lipat dari
luas wilayah daratan. Pada tahun 2010, kombinasi nominal GDP ASEAN telah tumbuh
hingga 1.8 Triliun Dolar AS. Jika ASEAN adalah sebuah entitas tunggal, maka ASEAN
akan duduk sebagai ekonomi terbesar kesembilan setelah Amerika Serikat, Cina, Jepang,
Jerman, Perancis, Brazil, Inggris, dan Italia.
Berikut ini akan dibahas mengenai perbandingan kondisi ekonomi negara
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina yang merupakan negara-negara
pemrakarsa terbentuknya ASEAN.
Pertama, Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang
besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas.
Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah
mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk
yaitu beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.
Kedua, Malaysia merupakan negara diberkati dengan sumber daya alam semisal
sektor pertanian, kehutanan, dan pertambangan. Di sektor pertanian, Malaysia adalah
salah satu pengekspor terbesar karet alam dan minyak sawit, yang bersama-sama dengan
damar dan kayu gelondongan, kakao, lada, nenas, dan tembakau mendominasi
pertumbuhan sektor itu. Minyak sawit juga merupakan pembangkit utama perdagangan
internasional Malaysia.
Timah dan minyak bumi adalah dua sumber daya mineral utama yang menjadi
penyokong ekonomi utama Malaysia. Malaysia pernah menjadi penghasil timah terbesar
di dunia hingga runtuhnya pasar timah di permulaan tahun 1980-an. Pada abad ke-19 dan
ke-20, timah memainkan peran dominan di dalam ekonomi Malaysia. Pada 1972 minyak
bumi dan gas alam mengambil alih timah sebagai komoditas utama sektor pemurnian
mineral. Sementara itu, kontribusi timah semakin menurun. Penemuan minyak bumi dan
gas alam di ladang minyak lepas pantai Sabah, Sarawak, dan Terengganu memiliki
sumbangan penting bagi ekonomi Malaysia. Mineral lain menurut tingkat kepentingan
dan keberartiannya adalah tembaga, bauksit, besi, dan batu bara bersama-sama dengan
mineral industri seperti tanah liat, kaolin, silika, batu gamping, barit, fosfat, dan bebatuan
dimensi seperti granit juga blok dan lempengan marmer. Sejumlah emas dengan kadar
minimalis juga diproduksi.
Ketiga, Singapura memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis
berputar di sekitar perdagangan entrept. Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan
Taiwan, Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia. Ekonomi Singapura termasuk di
antara sepuluh negara paling terbuka, kompetitif dan inovatif di dunia. Dianggap sebagai
negara paling ramah bisnis di dunia, Ratusan ribu ekspatriat asing bekerja di Singapura di
berbagai perusahaan multinasional. Terdapat juga ratusan ribu pekerja manual asing.
Keempat, Thailand. Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia
dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per tahun - tekanan spekulatif yang meningkat
terhadap mata uang Thailand, Baht, pada tahun 1997 menyebabkan terjadinya krisis yang
membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa pemerintah untuk mengambangkan
Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu dolar AS, Baht mencapai
titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya melemah
sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia.
Thailand memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2%
dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat yang meningkat sekitar 20% pada tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi
dunia yang melunak pada tahun 2001, namun kembali menguat pada tahun-tahun
berikutnya akibat dari pertumbuhan yang kuat di RRC dan beberapa program stimulan
dalam negeri serta kebijakan yang ditempuh pemerintah.
Kelima, Filipina terkenal dengan pertanian padi bukitnya, yang diperkenalkan kirakira 2.000 tahun lalu oleh suku Batad. Padi-padi bukit tersebut terletak di lereng-lereng
Gunung Ifugao dan berada di ketinggian 5.000 kaki dpl. Luasnya mencakup 4.000 mil
serta diusahakan secara tradisional tanpa penggunaan pupuk. Ia dinyatakan sebagai
Warisan Dunia oleh UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan) pada tahun 1995.
Perkembangan perekonomian negara merupakan salah satu indikator keberhasilan
pemerintah. Untuk mengetahui kondisi perekonomian Indonesia dengan negara lainnya
dapat dilihat dari seberapa besar jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Indikator hasil ekonomi pemerintah selain dilihat dari besarnya jumlah PDB, perlu juga
dilihat dari distribusi sektoralnya. kondisi perekonomian Indonesia juga bisa dilihat dari
kontribusi masing-masing sektor dan kelompok sektor ekonomi terhadap total PDB.
Berikut ini gambaran kontribusi masing-masing sektor ekonomi yang ada di Indonesia
dan negara ASEAN lainnya dalam dua tahun terakhir.
berada di peringkat kedua setelah Singapura. Akan tetapi untuk tahun terakhir,
pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati posisi pertama jika dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya. Hal ini berarti dalam kondisi krisis keuangan global, Kinerja
ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara ASEAN-5 lainnya.
Gambar 2. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN-5
Selama 10 Tahun Terakhir
Indonesia
6,00
5,33
4,00
Philipina
2,00
Malaysia
4,69
0,00
4,61
Thailand
4,46
Singapura
5,98
317.882.210.505,17
174.289.450.837,40
153.322.831.230,52
110.715.421.634,65
51.253.926.036,38
Indonesia
Malaysia
Singapura
Thailand
Philipina
10
analisis regresi data panel dengan pendekatan Fixed effect. Adapun model hasil analisis
masing-masing negara dapat diinterpretasinya sebagai berikut :
Model
Indonesia
Malaysia
Singapura
Thailand
Filipina
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui nilai 0 untuk Indonesia = 1,874 berarti GDP
(Ln Y) sebesar 1,874% pada saat ekspor (Ln X1) dan FDI (Ln X2) sama dengan atau
dianggap nol (konstan). Nilai 0 untuk Malaysia = 1,665 berarti GDP (Ln Y) sebesar
1,665% pada saat ekspor (Ln X1) dan FDI (Ln X2) sama dengan atau dianggap nol
(konstan). Nilai 0 untuk Singapura = 1,537 berarti GDP (Ln Y) sebesar 1,537% pada
saat ekspor (Ln X1) dan FDI (Ln X2) sama dengan atau dianggap nol (konstan). Nilai 0
untuk Thailand = 1,800 berarti GDP (Ln Y) sebesar 1,800% pada saat ekspor (Ln X1)
dan FDI (Ln X2) sama dengan atau dianggap nol (konstan). Nilai 0 untuk Filipina =
1,779 berarti GDP (Ln Y) sebesar 1,779% pada saat ekspor (Ln X1) dan FDI (Ln X2)
sama dengan atau dianggap nol (konstan).
Nilai 1 merupakan koefisien regresi variabel ekspor (Ln X1) untuk semua negara
ASEAN-5 sebesar 0,311 berarti ada pengaruh positif antara ekspor terhadap GDP sebesar
0,331%. Apabila ekspor (Ln X1) naik sebesar 1% maka GDP (Ln Y) juga akan
mengalami kenaikan sebesar 0,331%. Sebaliknya apabila ekspor (Ln X1) turun sebesar
1% maka GDP (Ln Y) juga akan turun sebesar 0,331%. Sedangkan nilai 2 merupakan
koefisien regresi variabel FDI (Ln X2) untuk semua negara ASEAN-5 sebesar 0,010
berarti ada pengaruh positif antara FDI terhadap GDP sebesar 0,010%. Apabila FDI (Ln
X2) naik sebesar 1% maka GDP (Ln Y) juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,010%.
Sebaliknya apabila FDI (Ln X2) turun sebesar 1% maka GDP (Ln Y) juga akan turun
sebesar 0,010%. Berdasarkan hasil regresi data panel tersebut dapat disimpulkan bahwa
11
ekspor (X1) dan FDI (X2) berpengaruh positif terhadap variabel terkait (GDP). Hal ini
juga terbukti signifikan melalui uji t dan f.
R 2 / k 1
Berdasarkan Rumus uji F adalah sebagai berikut:F test =
,
1 R 2 / n k 1
12
Dengan menggunakan alat bant program Eviews dapat diperoleh nilai Hausman
sebesar -14,1251 sedangkan nilai kritis chi-squared dengan df sebesar 2 pada = 5%
sebesar 5,9915. Dengan demikian berdasarkan uji Hausman model yang tepat untuk
analisis adalah model Fixed Effect daripada model Random Effect.
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan sebelumnya dapat diketahui Besarnya
pengaruh ekspor (X1), FDI (X2), terhadap GDP (Y) di negara ASEAN-5. Jika diamati,
nilai constant masing-masing Negara yang berbeda menunjukkan karakteristik masingmasing Negara memiliki perbedaan. Nilai constant Negara Indonesia sebesar 1,874,
Thailand sebesar 1,800, Filipina sebesar 1,779, Malaysia sebesar 1,665, dan Singapura
sebesar 1,537. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi variabel ekspor dan FDI
terbesar terdapat di Negara Singapura, sedangkan yang terkecil di Negara Indonesia.
Sebagai data penunjang mengenai hal tersebut, maka berikut disajikan data pangsa
Ekspor dalam GDP di Negara ASEAN-5.
Tabel 3. Perbandingan Nilai Constant dengan Pangsa Ekspor dalam
GDP
Negara
Constant
Indonesia
1,874
26,51%
Malaysia
1,665
91,56%
Singapura
1,537
208,95%
Thailand
1,800
76,94%
Filipina
1,779
31,02%
Seberapa jauh peran perdagangan luar negeri terlihat dari rasio antara ekspor
impor terhadap GDP. Berdasarkan tabel 4.13, dapat diketahui bahwa pangsa ekspor
terbesar diantara negara ASEAN-5 yaitu Singapura sebesar 208,95%, kemudian diikuti
Malaysia sebesar 91,56%, Thailand sebesar 76,94%,
Indonesia sebesar 31,02%. Pangsa ekspor terhadap GDP dari masing-masing negara
ASEAN-5 ini cukup tinggi, yang menunjukkan aktifnya kawasan ini dalam perdagangan
internasional.
Apabila dilakukan pemeringkatan keterbukaan ekonomi diantara negara ASEAN5, maka yang paling terbuka yaitu negara Singapura disusul Malaysia, Thailand,
Indonesia dan Filipina. Meskipun demikian, peringkat keterbukaan ekonomi jika
13
Indonesia
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
Ekspor
FDI
4
2
5
1
3
4
3
5
1
2
Rasio
Perdagangan Keterbukaan Pertumbuhan
Internasional
Ekonomi
Ekonomi
dalam GDP
5
2
4
1
3
4
2
5
1
3
2
4
3
1
5
Berdasarkan pada tabel 3 dan 4, Peran ekspor dan FDI di Negara Indonesia masih
sedikit jika dibandingkan Negara ASEAN-5 lainnya. Oleh karena itu, khususnya Negara
Indonesia harus mengoptimalkan peran dua variabel tersebut sebagai efek dari adanya
globalisasi dan juga akan dilaksanakannya MEA pada tahun 2015. Hal ini tidak bisa lagi
dihindari, tetapi harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia dikarenakan ekspor dan FDI terbukti secara signifikan mampu mempengaruhi
GDP (PDB).
Hasil penelitian ini mendukung temuan Nurkse dalam Salvatore (1997) yang
menyatakan bahwa perdagangan internasional memang terbukti mampu berfungsi sebagai
suatu mesin pertumbuhan (engine of growth) bagi negara-negara berkembang. Hasil ini
juga mendukung pendapat Sukirno (2006) bahwa penanaman modal asing dapat
memberikan sumbangan yang berharga bagi pembangunan ekonomi. Bagaimana
variabel-variabel berpengaruh terhadap GDP di negara ASEAN-5 dapat terlihat pada
gambar 4.
14
X1
0,311 *
0,010 *
X2
Keterangan:
Y = Gross Domestic Bruto
X1 = Net Ekspor
X2 = Foreign Direct Investment
* = signifikan pada 5%
R2 = 0,7421 atau 74,21%
F-stat
= 52,09
15
Indonesia
Malaysia
Singapura Thailand
Filipina
Peringkat Keseluruhan
38
24
37
59
Kinerja Makroekonomi
26
38
18
31
40
Efisiensi Pemerintah
67
29
78
79
Efisiensi Bisnis
37
20
17
40
49
Kondisi Infrastruktur
61
29
47
96
tercatat sebanyak 121,2 juta orang atau meningkat sekitar 780.000 orang
dibandingkan Februari 2012 yang mencapai sebanyak 120,41 juta orang. Adapun
jumlah pekerja dengan usia 15 tahun ke atas dilaporkan sebanyak 114,02 juta
orang dan penganggur sekitar 7,17 juta orang.
Berdasarkan data yang dipublikasikan BPS, terdapat empat sektor utama
yang menjadi motor pembuka lapangan pekerjaan atau sektor yang paling
dominan menyerap tenaga kerja, yakni sektor pertanian menyumbang sekitar
39,96%, perdagangan tercatat 24,81%, jasa kemasyarakatan 17,53%, dan industri
berkontribusi 14,78%. Sektor lainnya yang juga memberi kontribusi signifikan di
antaranya sektor konstruksi 6,89%, diikuti sektor transportasi, pergudangan, dan
komunikasi 5,23%, serta sektor keuangan sekitar 2,78%.
Sektor pertanian yang mengakomodasi tenaga kerja paling banyak,
berkorelasi langsung dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Lebih detail
terungkap bahwa sepanjang periode Februari 2012 hingga Februari 2013, tenaga
kerja yang terserap dengan status pendidikan SD ke bawah sebanyak 54,6 juta
orang atau 47,90%, diikuti tingkat SMP sekitar 20,3 juta orang atau 17,8%.
Sementara itu, angka pengangguran mengalami penurunan sebanyak
440.000 orang atau sekitar 5,7% dari sebanyak 7,61 juta orang pada Februari 2012
menjadi sebanyak 7,17 juta orang pada Februari 2013. Kualitas pekerja yang
masih rendah tersebut sangat memprihatinkan bila dikaitkan dengan terealisasinya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, bahkan kualitas
SDM Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya
seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Tabel 5. Peringkat Sumber Daya Manusia Negara ASEAN-5 Tahun 2013
Versi
World Economic Forum
Indonesia
Malaysia
Singapura Thailand
Filipina
53
22
44
66
121
64
18
103
114
(Human Capital)
UNDP
(Indeks Pembangunan Manusia)
17
Pada era MEA 2015, maka keluar-masuknya tenaga kerja antar negara
ASEAN tidak terbendung lagi dan akan saling berkompetisi merebut lapangan
kerja di tiap negara. Bagi tenaga kerja dari negara anggota yang memiliki
kompetensi kerja yang lebih tinggi dari anggota lainnya tentunya akan memiliki
kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi di dalam MEA.
Hal inilah yang harus diwaspadai SDM Indonesia setahun ke depan. Pemerintah
harus menyiapkan kebijakan peningkatan kualitas SDM agar mampu bersaing
dengan negara ASEAN lainnya.
Pembenahan kurikulum dunia pendidikan dengan dunia kerja harus juga
dilakukan, hal ini dikarenakan seringkali link and match antara dunia pendidikan
dan dunia kerja di Indonesia masih kurang. Bila hal ini terus dibiarkan, maka
pengangguran intelektual akan menambah daftar kesulitan pemerintah mengatasi
persoalan tenaga kerja yang semakin rumit.
Kesiapan UMKM Indonesia Menghadapi MEA: Kasus Jawa Timur dan Bali
Salah satu kebijakan MEA 2015 adalah bentuk pasar tunggal dan basis
produksi regional, hal ini tentu menjadi peluang dan tantangan UMKM di
Indonesia. Cakupan wilayah pemasaran memang terbukti mempengaruhi laba
suatu perusahaan tidak terkecuali UMKM, akan tetapi jumlah UMKM yang
mampu menembus pasar internasional masih dalam kategori rendah. Seperti
halnya yang terjadi pada UMKM bidang pengolahan ikan di Provinsi Bali.
Sebagian besar pasar UMKM bidang ini hanya untuk memenuhi pasar lokal atau
wilayah kabupaten dan regional.
Gambar 5. Cakupan Wilayah Pemasaran UMKM Bidang Pengolahan Ikan
di Provinsi Bali
18
Seperti halnya provinsi Bali, provinsi Jawa Timur juga mengalami hal yang
serupa. Berdasarkan peta tipologi jumlah UMKM Agroindustri yang melakukan
19
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Rendah
Rendah
Keterangan:
1. Pacitan
2. Ponorogo
3. Trenggalek
4. Tulungagung
5. Blitar
6. Kediri
7. Malang
8. Lumajang
9. Jember
10. Banyuwangi
11. Bondowoso
12. Situbondo
13. Probolinggo
14. Pasuruan
15. Sidoarjo
16. Mojokerto
17. Jombang
18. Nganjuk
19. Madiun
20. Magetan
21. Ngawi
22. Bojonegoro
23. Tuban
24. Lamongan
25. Gresik
26. Bangkalan
27. Sampang
28. Pamekasan
29. Sumenep
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Abdullahi. D, E. Cheng dan G. Messinis. 2008. The Role of Exports, FDI and
Imports in Development: New Evidence from Sub-Saharan African Countries.
CSES Working Paper No. 39.
22
Aminian, Nathalie, K.C. Fung, H. Iizaka dan A.Siu. 2008. Foreign Direct Investment,
Intraregional Trade and Production Sharing in East Asia. Macao Regional
Knowledge Hub. Working Papers, No. 11, December 2008
Athukorala, P.P.A. Wasantha. 2003. The Impact of Foreign Direct Investment for
Economic Growth: A Case Study in Sri Lanka. Makalah disampaikan pada 9th
International conference on Sri Lanka Studies, Matara, Sri Lanka tanggal 28
30 November 2003.
Bank Indonesia. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia 2008 2012, Integrasi Ekonomi
ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional.
Basri, Faisal dan Haris M. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional. Jakarta: Kencana.
Faini, Ricardo. 2004. Trade Liberalization in a Globalizing World. Roma: Centro Studi
Luca Dagliano
Flexner, Nikolai. 2000. Foreign Direct Investment and Economic Growth in Bolivia,
1990-1998. Bank Sentral Bolivia.
23
Jawas, Musleh. 2008. Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Negara Negara Muslim: 2004-2005. Skripsi.
Sarjana Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Kadin Indonesia. 2009. Butir-Butir Pemikiran Perdagangan Indonesia 2009 2014.
Karimi, M.Sharif dan Z. Yusop. 2009. FDI and Economic Growth in Malaysia. Online
at http://mpra.ub.uni-muenchen.de/14999/MPRA Paper No. 14999, posted 03.
May 2009 / 17:54
Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. (2nd ed.).
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Lloyd, Peter dan P. Smith. 2004. Global Economic Challenges to ASEAN Integration
and Competitiveness: A Prospective Look. REPSF Project 03/006a: Final
Report.
Makki, S.Shiva dan A. Somwaru. 2001. Impact of Foreign Direct Investment and Trade
on Economic Growth. World Bank
24
Sarwedi.
2002.
Investasi Asing
Langsung
di Indonesia
dan
Faktor yang
Schwab, Klaus (Editor). 2013. The Global Competitiveness Report 20132014. World
Economic Forum.
19
Desember 2007.
Thomsen, Stephen. 1999. Southeast Asia : the Role of Foreign Direct Investment
Policies in Development. Directorate for Financial, Fiscal and Enterprise
Affairs. OCDE OECD.
Urata, Shujiro. 2002. Globalization and the Growth in Free Trade Agreements, dalam
Asia-Pacific Review, Vol. 9, No. 1, 2002: 20-32.
Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: Ekonisia.
Worth, Thomas. 1997. Regional Trade Agreements and Foreign Direct Investment.
Economic Research Service/USDA-Regional Trade Agreements and U.S.
Agriculture/AER-771: 77-83.
www.worldbank.org
25
26