Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KLIPING PENJAS

ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS)

DISUSUN OLEH :
ARISMAN RAJAGUKGUK
GILBERT NADAPDAP
NATALIA SEMBIRING
OCHTA PASARIBU
PAHALA NAPITUPULU
RENITA NAPITUPULU

LAGUBOTI
2016

A. PENGERTIAN

Menurut Peraturan Daerah Jawa Timur (2004) ODHA adalah orang yang sudah
terinfeksi HIV baik pada tahap bergejala maupun sudah bergejala. HIV merupakan virus
yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh yang menimbulkan gejala
penyakit yang disebut AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome).
B. CIRI-CIRI DAN GEJALA

Ciri-ciri ODHA adalah tubuh yang rentan terhadap penyakit yang ditandai
dengan gejala sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan tanpa sebab (lebih dari 10 %) dalam sebulan.
2. Diare berlarut-larut lebih dari satu bulan.
3. Demam yang berfluktuasi tanpa sebab yang jelas lebih dari satu bulan.
4. Batuk lebih dari satu bulan dan tak kunjung sembuh.
5. Gatal-gatal di seluruh tubuh.
6. Herpes Zoster (mirip cacar air), ini disebabkan virus herpes.
7. Candidiasih, bintik-bintik merah atau ruam-ruam paa sebagian besar permukaan
kulit.
8. Pembengkakan kelenjar tubuh (ketiak, leher)
C. PENYEBAB DAN PROSES PERKEMBANGAN HIV/AIDS

Di Indonesia penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu
melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik untuk penggunaan
narkotika.
Entah terjadi gejala atau tidak, seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus
kepada orang lain. Orang yang positif mengidap HIV lebih mudah menularkan virus beberapa
minggu setelah mereka tertular. Pengobatan terhadap HIV akan menurunkan risiko penyebaran
kepada orang lain.

HIV tidak menular semudah itu ke orang lain. Virus ini tidak menyebar melalui udara
seperti virus batuk dan flu. HIV hidup di dalam darah dan beberapa cairan tubuh. Tapi cairan
seperti air liur, keringat, atau urin tidak bisa menularkan virus ke orang lain. Ini dikarenakan
kandungan virus di cairan tersebut tidak cukup banyak. Cairan yang bisa menularkan HIV ke
dalam tubuh orang lain adalah:

Darah

Dinding anus

Air Susu Ibu

Sperma

Cairan vagina, termasuk darah menstruasi


HIV tidak tertular dari ciuman, air ludah, gigitan, bersin, berbagi perlengkapan mandi,

handuk atau peralatan makan, memakai toilet atau kolam renang yang sama, digigit binatang
atau serangga seperti nyamuk. Cara yang utama agar virus bisa memasuki ke dalam aliran darah
adalah:

Melalui luka terbuka di kulit.

Melalui dinding tipis pada mulut dan mata.

Melalui dinding tipis di dalam anus atau alat kelamin.

Melalui suntikan langsung ke pembuluh darah memakai jarum atau suntikan yang
terinfeksi.
Penyebaran virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks melalui vagina

dan anal tanpa pelindung. Seks oral tanpa pelindung juga berisiko terinfeksi, tapi risikonya
cukup kecil. Penyebaran HIV melalui seks oral akan meningkat jika orang yang melakukan seks
oral sedang sariawan atau terdapat luka di mulut. Atau orang yang melakukan seks dengan orang
baru saja terinfeksi HIV dan punya banyak virus di tubuhnya.

Tinggi rendahnya risiko penularan HIV berbeda-beda, tergantung pada jenis hubungan
seks yang dilakukan.

Melakukan seks oral pada pria yang positif HIV, dan pria itu ejakulasi di mulut.

Penularan HIV bisa terjadi ketika kita lakukan seks oral pada wanita yang positif
mengidap HIV, terutama saat sang wanita sedang menstruasi, meski risikonya kecil.

Menerima seks oral dari orang yang menderita HIV, risikonya sangat rendah, karena HIV
tidak menular melalui air liur.

Selain melalui hubungan seks, HIV bisa menular melalui:

Tranfusi darah.

Dari ibu kepada bayi, baik saat kehamilan, melahirkan atau ketika menyusui.

Berbagi jarum, baik untuk menindik atau menato.

Berbagi suntikan, terutama bagi para panasun (pengguna narkotika suntik).


Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua bentuk infeksi. Pada tahap

akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bisa dilawannya
dengan mudah. Tubuh manusia memiliki sistem kekebalan yang kerap kita sebut sel darah putih.
Sistem kekebalan tubuh kita ini mempunyai 2 sel utama yang memiliki tugas yang tidak sama :
yakni sel cd4 positif bertugas sebagai sel yang mengetahui serta memberikan info bila ada benda
atau sel asing yang masuk ke dalam tubuh, dan sel yang lain bertugas untuk menyerang serta
melumpuhkan sel asing tersebut sesudah menerima info dari sel cd4 positif. Tetapi virus HIV
yaitu virus yang dengan spesial menjadikan sel cd4 positif sebagai tujuan dari serangannya.
Proses penyebaran HIV dalam melumpuhkan sistem kekebalan tubuh manusia yaitu :
1. HIV masuk ke dalam tubuh serta melacak beberapa sel cd4 positif, lantas virus ini masuk
ke sel cd4 positif, melumpuhkan serta menguasainya dengan langkah memperbanyak
dirinya didalam sel cd4 positif ini.
2. Lantas beberapa sel HIV yang baru yang sudah jadi banyak ini keluar serta melacak
beberapa sel cd4 positif yang lain serta mengulangi sistem yang sama.
3. Beberapa sel penyerang datang dan menghancurkan sel cd4 positif yang sudah terinfeksi
virus HIV, tetapi beberapa sel HIV yang baru sudah menjadi banyak dan dengan cepat
melacak beberapa sel cd4 positif serta memperbanyak diri lagi didalamnya.

4. Sesudah melalui sekian waktu makin banyak tubuh kehilangan beberapa sel cd4 positif
serta sistem kekebalan tubuh jadi melemah, dikarenakan tugas beberapa sel cd4 positif
yaitu mengenali beberapa sel asing yang masuk ke didalam tubuh serta mengirim info
supaya tubuh membentuk serta mengirim beberapa sel penyerang untuk melumpuhkan
sel asing tersebut, maka dengan amat menyusut nya beberapa sel cd4 positif didalam
tubuh, tubuh tidak menerima info yang cukup untuk bisa membentuk beberapa sel
penyerang yang di perlukan.
5. Didalam situasi layaknya inilah beragam type penyakit bisa masuk ke tubuh tanpa bisa di
ketahui serta di lawan, hingga selanjutnya akan membawa pada kematian.
D. PENGOBATAN

Adapun pengobatan ODHA adalah sebagai berikut.


a. terapeutik
b. profilaksis
c. penunjang.
Pengobatan terapeutik sebagaimana meliputi pengobatan ARV, pengobatan IMS, dan
pengobatan infeksi oportunitis. Sedangkan pengobatan profilaksis meliputi pemberian ARV
pasca pajanan dan kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis. Dan untuk pengobatan penunjang
meliputi pengobatan suportif, adjuvant dan perbaikan gizi. Yang paling berkembang saati ini
adalah pengobatan ARV, walaupun belum dapat menyembuhkan ODHA secara total,
pengobatan ini mampu memperpanjang waktu hidup ODHA. Adapun mekanisme pengobatan
ARV adalah sebagai berikut:
(1) Pengobatan ARV diberikan setelah mendapatkan konseling, mempunyai pengingat minum
obat (PMO) dan pasien setuju patuh terhadap pengobatan seumur hidup.
(2) Pengobatan ARV harus diindikasikan bagi:
a. penderita HIV yang telah menunjukkan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel Limfosit
TCD4 kurang dari atau sama dengan 350 sel/mm3
b. ibu hamil dengan HIV
c. penderita HIV dengan tuberkulosis.

E. KUALITAS HIDUP ODHA

Kualitas hidup merupakan suatu keadaan dimana fisik, kesehatan mental, kesenangan
dan lingkungan disekitar seseorang, kelompok atau populasi termasuk didalamnya kesempatan
dan realita untuk mencapai kesejahteraan, pertumbuhan seseorang dan meningkatkan
kesenangan. (Rhea, 1998). Kualitas hidup merupakan komponen penting dalam evaluasi
kesejahteraan dan kehidupan pasien ODHA. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup ODHA menurut WHO ( 2002 ) adalah:
a. Fisik
Dalam faktor fisik ini merupakan aktifitas sehari hari yang dilakukan oleh ODHA yaitu
rasa sakit dan ketidaknyamanan atas penyakit yang diderita, energi dan kelelahan dalam
melakukan aktifitas, tidur dan istirahat.
b. Psikologis
Apabila seseorang sudah dinyatakan HIV positif tentu secara otomatis bukanlah hak yang
mudah diterima. Seseorang akan merasa bahwa dirinya tidak berguna, tidak ada harapan, takut,
sedih, marah dan muncul perasaan lainnya. Adapun faktor faktor psikologis yang dapat
meningkatkan kualitas hidup adalah perasaan positif dan negatif, berfikir, belajar, memori,
konsentrasi, harga diri, citra tubuh dan penampilan. Kualitas hidup terdiri dari sebuah pendekatan
untuk meningkatkan kesenangan atau ke intervensi psikologi yang positif.
(Frisch. 2006)
c. Level ketergantungan
Level ketergantungan merupakan dimana penilaian secara biologis baik secara
pengobatan dan perawatan. Adapun faktor faktornya antara lain mobilitas seseorang untuk
menjalani kehidupan sehari hari, ketergantungan terhadap obat dan perawatan. Dengan
tersedianya ARV (Antiretroviral) menjadi lebih nyata hasilnya. ODHA yang mendapatkan terapi
berhasil mencapai kualitas hidup yang baik, mereka mengalami pemulihan hidup yang nyata dan
dapat hidup secara produktif. (DEPKES RI, 2007)

d. Hubungan sosial
Masalah sosial yang dapat timbul pada HIV dan AIDS adalah diskriminasi, stigmasasi,
pemberhentian dari pekerjaan, perceraian, serta beban finansial yang harus ditanggung ODHA.
Masalah psikososial dan sosioekonomi tersebut seringkali tidak saja dihadapi oleh keluarga dan
kerabat dekat ODHA. Akhirnya ODHA dilihat sebagai masalah dan bukan sebagai bagian dari
solusi untuk mengatasi epidemi HIV dan AIDS Nasronudin

( 2007 ). Hal tersebut secara

otomatis dapat menurunkan kualitas hidup ODHA dan dapat memperburuk keadaan fisiologis
ODHA. Dengan adanya masalah sosial maka yang dinilai dalam kualitas hidup adalah hubungan
pribadi, dukungan sosial dan aktifitas seksual.
e. Lingkungan
Lingkungan merupakan dunia luar yang tidak dikelola oleh suatu system tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem tersebut. Adapun aspek - aspek yang nantinya dinilai
dalam kualitas hidup ini adalah keselamatan dan keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber
keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan
keterampilan, partisipasi dalam kesempatan untuk rekreasi atau kegiatan diwaktu luang.

F. CONTOH KASUS

Kisah Pria yang Hidup Selama 21 Tahun dengan HIV


Endro Priherdityo, CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Apa yang akan Anda lakukan bila suatu hari mendapati bahwa
Anda memiliki virus yang dapat menyebabkan penyakit mematikan? Perasaan gamang itu
pernah dirasakan oleh EH, seorang pengidap HIV positif.
Sudah 21 tahun virus yang menyerang sistem imunitas tubuh tersebut berdiam diri dalam
tubuhnya. Ia tak pernah menyangka bahwa keisengan dirinya untuk tes HIV justru membuka
kenyataan pahit yang membuatnya tak dapat lepas dari obat anti-retroviral virus atau ARV.
"Saat itu Desember 1994, saya dan sahabat saya iseng untuk ikut tes HIV gratis yang
diadakan oleh sebuah yayasan di Jakarta. Siapa yang tahu HIV di 1994? Orang tahunya Freddie
Mercury meninggal karena AIDS. Setelah tes, kami mengambil tesnya sendiri-sendiri dan saya
tahu dari hasil bahwa saya positif HIV," kata EH, saat berbincang dengan CNN Indonesia.
"Ketika itu saya tidak diberi tahu maksudnya apa dengan hasil positif, tidak seperti saat ini.
Saya hanya merasa semuanya mendadak gelap saat itu, padahal lampu semuanya menyala.
Gelap...," kata dia.
EH secara terbuka menceritakan bahwa selama menjalani hubungan dengan kekasihnya
terdahulu, ia selalu 'bermain aman'. Kata 'polos' dan frasa 'tidak aneh-aneh' ia pilih untuk
menggambarkan hubungannya dengan sang pasangan yang terpaut usia cukup jauh itu.
Dia yang saat itu bekerja di bagian keuangan sebuah perusahaan swasta tak menyalahkan
sang pasangan. Sang pasangan pun keheranan, ia mengaku telah tes HIV tiga kali di Singapura
dan menunjukkan hasil yang negatif. Sang kekasih yakin dirinya 'bersih'.
"Semua yang diidentifikasi positif dalam hasil tesnya pasti mucul penolakan, saya juga
sama. Kenapa mesti saya? Kenapa bukan pekerja seks yang mangkal di Lapangan Banteng?
Mereka bisa gonta-ganti pasangan dua hingga tiga kali dalam semalam. Saya hanya dengan satu
pasangan," kata EH.
"Saya ikhlas menerima ini, tapi saya berdoa kepada Tuhan untuk mendapat bimbingan
menjalani ini semua. Ibarat kata, ular sudah masuk rumah, yang terpenting bukan dari mana ular
itu datang, tapi bagaimana ular itu pergi dan tidak kembali lagi," katanya.

EH merasa beruntung ia mendapat bimbingan dari sang dokter pribadi. Ia mengungkapkan


kegundahannya kepada dokter penyakit dalam tersebut atas sikap kebanyakan pasien HIV positif
yang ia anggap 'menjual simpati' kepada orang lain. EH beranggapan bahwa penyakit yang ada
di dalam tubuhnya tidak akan hilang walaupun sudah meminta belas kasihan. Ia menganggap
bahwa kehidupan harus tetap berjalan.
Pandangannya itu mendapatkan dukungan dari dokter. Sang dokter meminta EH untuk
menjadi motivator bagi sesama pengidap HIV untuk terus berjuang melawan virus yang ada di
dalam tubuhnya, meskipun saat itu tak banyak yang dapat mengonsumsi ARV lantaran harganya
dapat mencapai puluhan juta hanya untuk stok satu bulan dan hanya dapat diperoleh di
Singapura.

Anda mungkin juga menyukai