Anda di halaman 1dari 4

Babak Pembuka Ruang Kerja Zainuddin (Masa Depan)

Soundtrack: Musik menegangkan


Zainuddin sedang mengetik, dengan recorded voice.
Di dalam usia ini, masa darah muda cepat alirnya dalam diri.
Dan khayal serta sentimen masih memenuhi jiwa, waktu itu
telah hilang membuatku hidup susah. Kisah yang mungkin
nanti orang berkata Seakan Tuan menceritakan nasib sendiri.
Siapapun dia yang menjadi tokoh cerita ini, hidupnya telah
dirunggut kemalangan sejak kecil, dia yatim piatu, dan hanya
tinggal dengan pengasuhnya.
Babak 1 Ruang Tamu (Makassar)
Soundtrack: Sedih tanpa lirik
Narator:
Zainuddin : Sempit rasanya alam ku Ma, jika aku masih tetap
di alam Makassar ini. (memegang tangan Ma Base). Maafkan
aku Ma, Zainuddin pamit pada pusara Ayah dan Bunda dulu.
(mencium tangan Ma Base).
Ma Base : (mengambil sekotak uang koin) Sebelum
meninggal, ayahmu, Daengi Sutan. Menitipkan ini, ini uang
untuk biaya hidup kita dan sekolahmu selama ini. (mengusap
air mata)
Zainuddin : (mengambil sedikit koin) Ma pakai saja uang ini
seperti biasa, Aku hanya butuh untuk di perjalanan saja Ma,
dan beberapa ratus untuk hidup di sana. (tersenyum)
Zaainuddin pamit ya Ma
Ma Base : (tersenyum, mengangguk, dan mengusap kepala
Zainuddin) Semoga Allah selalu melindungi mu.
Babak 2 Rumah Mande Jamilah (Batipuh)
Narator:
Soundtrack: Jangkrik
Zainuddin

: (menegtuk pintu) Assalamualaikum

Mande Jamilah : Waalaikumsalam, siapa tuh? Mau cari sia?


Malam-malam begini! (membuka pintu)
Zainuddin

: Mande, saya mencari rumah Mande Jamilah.

Mande Jamilah : Saya Mande Jamilah. Engku sia?


Zainuddin

: Saya Zainuddin, dari Makassar.

Mande Jamilah : Zainuddin? Dari Makassar?


Zainuddin

: Iya iya iya, anak Pendekar Sutan.

Mande Jamilah : Zainuddin? Anakn si Sutan?


Zainuddin

: (tersenyum) Iye.

Mande Jamilah : Aaah. (mengangguk). Masuklah!


(membuka pintu dan muka jutek)
Zainuddin

: (masuk ke dalam rumah)

Mande Jamilah : Nda mengapa Zainuddin kemari. Apa ada


amanat ayah sebelum meninggal dan harus dismpaikan?
Zainuddin
: Tidak ada Mande, saya hanya ingin
menyambung tali silaturahim. Saya ingin menyambingi kerabat
ayah di Negeri Batipuh ini. (tersenyum)
Mande Jamilah Kalau begitu, lama Zainuddin tinggal di sisni?
(dengan nada jutek)
Zainuddin : (senyum hilang dan terdiam)
Mande Jamilah : Baiknya dibicarakan dulu dengan penghulu
adat suku Mande. Begitulah cara kami menerima tamu di sini.
Terus terang, Mande bukan orang yang . . . (perkataan Mande
terpotong oleh Zainuddin
Zainuddin : Saya bisa sedikit membantu Mande.
(mengeluarkan segulung uang lembaran dan menaruhnya di
meja) Yang penting bisa tinggal di sini, saya ingin melihat
tanah kelahiran Ayah, saya juga ingin belajar agama.
Mande Jamilah : (mengambil uang dan tersenyum) Jangan
salah paham Zainuddin, bukan maksud minta piti eh. Cuma
mande takut, tak mampu menjamu tamu. Eh, minum lah dulu!

Zainuddin

: Iya, Mande. (minum)

Babak 3 Alam Terbuka


Suami Mande : Beginilah keadaan dan suasana di sini.
Zainuddin

: Subhanallah, indah sekali.

Suami Mande : Kalau mau belajar agama, cobalah besok


malam selepas Isya, anak muda dating ke masjid. Sekalian
mendengar tabligh di sana.
Zainuddin

: Saya mau.

Soundtrack: Sumpah Mati


Tiba-tiba lewat seorang gadis cantik dan mempesona
serta anggun sedang menggandeng adiknya dan
membawa belanjaan. Zainuddin terpana serta terpaku
untuk melihat gadis tersebut.
Zainuddin

: (sambil melihat gadis) Siapa itu, pak?

Suami Mande : Dia diberi nama Hayati, kecantikan simpanan


alam. Orang sini menyebutnya Keindahan Gunung Merapi,
Kebanggan Keluarga. Hayati yatim-piatu, dia bersama adiknya
si Achmad ikut Mamaknya. Mamaknya itu penghulu adat di sini.
Mereka sekolah di Padang Panjang.
Zainuddin

: Cantik sekali

Suami Mande
: Ya cantik lah, bunganya Batipuh. Tapi
sayang, sang Datuk membuat Hayati meskur di jaman batipuh
ini. Di sini, tugas sang Datuk mampu menghitam-putihkan
kemenakan.
Zainuddin

: (terdiam dan melihat alam)

Soundtrack: musik daerah tenang

Anda mungkin juga menyukai