Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang proses pengolahan minyak bumi pada unit CDU.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang tentang proses
pengolahan minyak bumi pada unit CDU ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Medan, 12 Januari 2015

Penyusun

CRUDE DISTILLATION UNIT

Crude Distillation Unit (CDU) beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan


berdasarkan titik didih komponen penyusunnya. Kolom CDU memproduksi
produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume feed,
sedangkan produk lainnya sebesar 40-50% volume feed berupa atmospheric
residue. Distilasi Atmosferik berfungsi memisahkan minyak mentah (crude oil)
atas fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing pada
keadaan Atmosferik. Atmospheric residue pada kilang lama, yang tidak memiliki
Vacum Distillation Unit/VDU, biasanya hanya dijadikan fuel oil yang value-nya
sangat rendah atau dijual ke kilang lain untuk dioleh lebih lanjut di VDU.
Sedangkan pada kilang modern, atmospheric residue dikirim sebagai feed Vacuum
Distillation Unit atau sebagai feed Residuel Catalytic Cracking (setelah
sebagiannya di-treating di Atmospheric Residue Hydro Demetalization unit untuk
menghilangkan kandungan metal atmospheric residue).
Umpan dan Produk Crude Distilaion Unit

Jenis umpan CDU dapat berupa sour crude (impurities tinggi) atau
sweet crude (impurities rendah) tergantung dari desainnya. Penggunaan crude
non-disain tetap dimungkinkan namun terlebih dahulu harus dilakukan uji coba
pemakaian untuk mengetahui efeknya terhadap unit-unit dowstream. Adapun UP
II dumai mempunyai bahan mentah minyak dari Sumatera Light Crude dan Duri
Light Crude
Tabel 1. Karakteristik Produk Distilasi Atmosferik Minyak Bumi Mentah

Residu yang diperoleh akan rusak (terurai) jika terus didistilasi pada tekanan
atmosferik dengan temperatur yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, residu ini
didistilasi lagi pada tekanan vakum.
Aliran Proses Crude Distillation Unit (Distilasi Atmosferik)
Minyak mentah umpan masih mengandung kotoran garam dan pasir
sehingga perlu dibersihkan terlebih dahulu karena kehadiran zat-zat ini dapat
mempercepat laju korosi bahan konstruksi unit pengolahan, menyebabkan
pengendapan kerak serta penyumbatan pada peralatan kilang. Pengolahan awal
yang dilakukan adalah desalting atau pemisahan garam. Minyak bumi mentah
dipompa dan dipanaskan lalu dicampur dengan air sebanyak 3-10% volume
minyak mentah pada temperatur 90-150 oC. Garam-garam akan larut dan fasa air
dan minyak akan memisah dalam tangki desalter.
Minyak mentah yang tidak mengandung garam dan padatan tersebut dipanaskan
lagi dengan minyak residu panas lalu heater sebelum diumpankan ke kolom

distilasi atmosferik. Produk atas kolom distilasi utama (gas kilang dan straight run
gasoline) ini umumnya masih perlu distabilkan agar tidak terlalu banyak
mengandung hidrokarbon-hidrokarbon yang sangat mudah menguap seperti
butana di dalam kolom distilasi lain yang disebut kolom stabilisasi. Produk
samping dan bawah yang berupa cairan dilucuti oleh kukus dan diuapkan lagi
untuk menyempitkan rentang titik didihnya. Pelucutan ini diselenggarakan dalam
kolom-kolom pelucut kecil yang disusun setelah kolom distilasi utama.
Peralatan utama:
Crude Distillation Tower (CDU/ T-1), atmospheric sidestream stripper (T-2)
terdiri dari T-2A (kerosin), T-2B (LGO) dan T-2C (HGO).
Peralatan Pendukung :
Fraksionasi akumulator (D-1), KO drum (D-2, D-5 & D-3), heater (H-1 & H-2).

Gambar 1.Diagram Alir Proses Distilasi Atmosferik


Pada diagram alir diatas crude oil pada tangki penyimpanan dialirkan
dengan menggunakan pompa ke unit penukar panas E-1 sampai E-7 sehingga
temperaturnya mencapai 210oC dan dialirkan ke tungku pemanas, heater H-1
untuk memanaskannya sampai dengan temperature 330oC. Kemudian umpan
masuk ke kolom distilasi (T-1) untuk memisahkan crude oil tersebut berdasarkan
fraksi-fraksi titik didihnya. Proses pemisahan ini dilakukan pada tekanan

atmosferik. Produk atas menghasilkan fraksi minyak teringan berupa gas dan
naphtha dan dialirkan melewati penukar panas E-8 lalu masuk ke tangki
akumulator D-2, D-5 dan D-3 untuk memisahkan gas-gas yang ringan dengan
naphtha. Gas-gas tersebut dibuang ke flare sedangkan fasa cairnya sebagian
dikembalikan ke kolom distilasi dan sebagian lagi diambil sebagai produk
naphtha (Straight Run Naphtha).
Dari tray 32, dengan menggunakan pompa ditarik side stream yang disebut
TPA (Top Pump Around) yang setelah melalui penukar panas E-1 dan didinginkan
dengan menggunakan pendingin air laut dalam E-10 dan dikembalikan ke puncak
menara. Produk samping dari kolom distilasi tersebut dimasukkan ke kolom
stripper, T-2. Fraksi kerosene diambil dari tray 24 dan mengalir ke stripper T-2A
secara gravitasi. LGO (Light Gas Oil) diambil dari tray 12 dan mengalir ke
stripper T-2B secara gravitasi untuk dihilangkan fraksi ringannya. Sedangkan
HGO (Heavy Gas Oil) mengalir ke stripper T-2C. Di kolom ini, fraksi-fraksi
tersebut di-stripping dengan steam untuk mengambil fraksi-fraksi ringannya
sehingga diperoleh kerosin, LGO, dan HGO. Sebagian dari setiap aliran samping
ini dikembalikan ke kolom distilasi sebagai refluks dan sebagian lagi diambil
sebagai produk untuk komponen blending (pencampuran). Produk bawah (bottom
product) berupa long residu (LSWR) sebanyak 56% yang diumpankan ke dalam
Heavy Vacuum Unit( HVU -110 ).
Variabel Proses Crude Distillation Unit
1. Flash Zone Temperature
Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak yield produk
yang dihasilkan, dan sebaliknya semakin sedikit yield bottom CDU. Namun flash
zone temperatue tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan terjadinya
thermal

decomposition/cracking

umpan.

Temperature

thermal

decomposition/cracking tergantung jenis umpan. Pada umumnya temperature


thermal decomposition/cracking crude adalah sekitar 370oC (UOP menyebutkan
385oC). Flash zone temperature diatur secara tidak langsung, yaitu dengan
mengatur Combined Outlet Temperatur/COT fired heater.

2. Temperature Top Kolom CDU


Temperature top kolom CDU diatur dengan mengembalikan sebagian
naphtha yang telah dikondensasi sebagai reflux kembali ke top kolom CDU. Jika
temperature flash zone dinaikkan, maka reflux rate harus dinaikkan untuk
menjaga temperature top tetap. Temperature top kolom merupakan salah satu
petunjuk endpoint naphtha. Untuk memperoleh endpoint overhead produk yang
lebih rendah maka top temperature harus diturunkan dengan cara menambah
jumlah top reflux.
3. Tekanan Top Kolom CDU
Meskipun tekanan top kolom tidak pernah divariasikan, namun perubahan
kecil pada tekanan top kolom akan menghasilkan perubahan besar pada
temperature pada komposisi umpan yang tetap. Jika tekanan top kolom tidak
dapat dijaga tetap dan operasi CDU hanya mengandalkan quality control produk
hanya berdasarkan pengaturan temperature tray/temperature draw off, maka
komposisi produk akan berubah cukup signifikan. Pressure swing yang sangat
sering akan membuat operasi CDU menjadi tidak stabil. Untuk menjaga stabilitas
tekanan top kolom maka dipasang temperature controller yang di-cascade dengan
flow top reflux.
4. Stripping Steam
Jumlah stripping steam (superheated) yang dimasukkan ke bottom tiap
side cut product stripper digunakan untuk menghilangkan uap ringan yang terlarut
dalam produk, yang akan menentukan flash point produk. Stripping steam dapat
juga dimasukkan ke bagian bawah/bottom kolom CDU sebagai pengganti reboiler
dengan fungsi sama, yaitu menghilangkan fraksi ringan yang ada dalam produk
bottom kolom CDU.

Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting yang terjadi di Crude


Distillation
Tabel 2. Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting yang terjadi di Crude
Distilation
Permasalahan
Endpoint

Penyebab
Trobleshooting
produk Adanya fraksi kerosene Turunkan

naphtha tinggi.

terikut

dalam

produk temperture

naphtha.

top

kolom

CDU dengan menambah


jumlah top reflux.
-

Turunkan

temperature

draw

off

kerosene dengan tidak


sampai

mengganggu

spesifikasi
Derajat

pemisahan -

naphtha-kerosene

kerosene.
Perubahan komposisi Atur temperature

atau umpan.

kerosene-diesel rendah.

produk

flash zone.

Perubahan -

temperature flash zone.

Atur temperature

draw off masing-masing

Perubahan produk.

temperature

draw

off

produk.
Korosi pada overhead line kolom CDU.

Senyawa - senyawa -

garam tidak terpisahkan pemakaian


dengan

Supply

air

Evaluasi

sempurna

corrosion

di inhibitor/filming amine.

desalter.
laut Pompa supply di unit -

Turunkan

feed

pendingin
CDU

top

kolom utilities bermasalah.

bermasalah/tidak

hingga

temperature/

tekanan top kolom tidak

ada supply air laut.

terlalu tinggi. Jika tidak


dapat terkontrol, maka

Pompa feed kavitasi.

unit harus di-shutdown.


Terikutnya air dari Cek dan drain

tangki crude oil ke dalam tangki


umpan.

umpan

mengurangi

air

untuk
yang

mungkin ada di bagian


bawah tangki.
-

Over

tangki

umpan.
-

Jika tidak dapat

terkontrol,

maka

unit

harus di-shutdown.
Fraksi-fraksi yang diperoleh dengan distilasi minyak mentah umumnya memiliki
dua kelemahan yaitu :
a. Distribusi kuantitas fraksi-fraksi yang diinginkan tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar. Contohnya volume total fraksi-fraksi ringan (bensin, nafta,
kerosin dan minyak gas ringan) biasanya lebih kecil daripada volume total
campuran minyak gas atmosferik dan residu, padahal kebutuhan pasar akan
bensin dan BBM distilat jauh lebih besar daripada BBM residu.
b. Kualitas fraksi-fraksi tersebut sangat rendah dibandingkan dengan kualitas
yang disyaratkan oleh pasar. Contohnya bilangan oktan straight run gasoline
yang diperoleh langsung dari proses distilasi berkisar 67-70, sedangkan
bilangan oktan yang disyaratkan pasar minimal 87 (premium).
Selain menggunakan kolom destilasi, proses ini membutuhkan peralatan
pendukung lainnya agar proses tersebut dapat berjalan maksimal, peralatan utama
dalam proses pemisahan fraksi ini terdiri dari beberapa jenis seperti pompa,

furnace, pipa, heat exchager, kondensor, separator, cooler, kolom stripper,


instrumen dan tentunya kolom destilasi. Berikut gambar serta penjelasannya:

Gambar 2: proses serta peralatan industri pengolahan minyak bumi.

Pompa
Alat ini merupakan bagian penting dalam suatu instalasi pada kilang
minyak, digunakan untuk memindahkan liquid dari suatu tempat ke tempat lain.
pada proses destilasi, pompa digunakan untuk mentransferkan fluida dari dalam
tanki penampungan bahan baku menuju kolom destilasi, umunya pompa yang
digunakan ialah pompa jenis cenrifugal.
Heat Exchanger
Heat Exchanger merupakan alat penukar kalor (panas) antar liquid, pada
proses destilasi alat ini digunakan untuk memanaskan minyak mentah yang akan
dimasukkan ke dalam kolom destilasi serta untuk mendinginkan fraksi yang
keluar dari dalam kolom. Kedua zat yang memiliki temperatur yang berbeda
dibatasi oleh dinding sehingga kedua zat tersebut tidak akan bercampur pada zaat
terjadinya proses pertukaran panas.

Desalter

Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk menghilangkan garam


yang terdapat di dalam kandungan minyak bumi. Cara kerja dari alat ini yaitu
dengan mencampurkan minyak mentah dengan air agar mineral yang terkandung
di dalam minyak bumi akan terlarut dengan air, selanjutnya akan dikontakkan
dengan plat yang dialiri dengan tegangan listrik AC, maka secara otomatis ion-ion
yang terdapat di dalam minyak akan ditarik ke katup-katup plat, air yang telah
berisi mineral akan membesar dan jatuh ke bawah dasar tanki desalter.
Furnace
Furnace adalah proses dimana terjadinya pemanasan minyak mentah yang
mengalir di dalam pipa sebelum dimasukkan kedalam kolom destilasi. Panas yang
digunkan berasal dari hasil pembakaran fuel oil maupun gas dengan suhu sekitar
350C, di dalam furnace terdapat susunan pipa yang merupakan media yang
dipanaskan kemudian panas tersebut akan diserap oleh liquid yang mengalir di
dalam pipa, proses perpindahan panas terjadi dengan tiga cara yaitu konduksi,
radiasi dan konveksi.
Kolom Destilasi
Crude oil yang telah dipanaskan, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam
kolom destilasi, kolom ini berbentuk bejana silinder yang terbuat dari baja dan
memiliki tekanan 1 atm. Fungsi dari kolom ini ialah tempat terjadinya penguapan
molekul-molekul minyak bumi dan dipisahkan kedalam fraksi-fraksi sesuai
dengan titik didihnya dengan menggunakan tray-tray khusus sesuai dengan titik
didih fraksi tersebut. Molekul yang memiliki titik didih paling rendah yaitu gas
akan berada pada bagian puncak kolom dan fraksi berat (long residu) akan tetap
berada pada bagian bawah kolom. Hasil dari kolom destilasi ini terdiri dari gas
(20C), Naphta (40C), Kerosen (120C), Diesel (170C), Lubricating oil atau
pelumas (300C) dan residu (350C).
Kolom Stripper

Peralatan proses pengolahan minyak bumi selanjutnya yaitu kolom


stripper, kolom ini memiliki bentuk yang mirip dengan kolom destilasi hanya saja
ukurannya lebih kecil, alat ini berfungsi untuk mengeluarkan fraksi yang lebih
ringan dari dalam fraksi yang lebih berat, contohnya fraksi naphta yang terikut
masuk kedalam penampungan fraksi kerosen. Cara kerja dari alat ini yaitu
penguapan biasa dengan menggunakan injeksi steam dari dasar kolom sebagai
sumber panas.
Condensor
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk mencairkan fraksi gas
yang merupakan hasil dari kolom destilasi. Gas tersebut didapatkan dari bagian
atas kolom yang merupakan fraksi yang memiliki titik didih terendah. Cara kerja
dari kondensor ini yaitu pertukaran panas, dengan cara gas akan dimasukkan
kedalam ruangan pada alat tersebut, diamana di dalamnya terdapat pipa-pipa yang
berisi air ( sebagai pendingin), gas tersebut akan mengalami kontak dengan
permukaan luar pipa sehingga panasnya (panas latent) akan diserap oleh air
pendingin yang membuat temperatur dari gas tersebut akan menurun dan akan
terkondensasi.
Cooler
Cooler adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan suatu produk yang
memiliki panas yang tinggi sehingga tidak dapat ditampung di dalam tanki. Media
pendingin pada alat ini sama halnya dengan kondensor yaitu media air. Cara
kerjanya yaitu pipa-pipa yang berisi produk panas akan melewati media pendingin
air sehingga panas dari produk tersebut akan terserap dan menurunkan
temperaturnya hingga mencapai temperatur normal.

Separator

Separator digunakan untuk memisahkan dua zat yang tidak dapat melarut,
misalnya air dan minyak atau minyak dan gas. Cara kerjanya yaitu dengan cara
pengendapan, sehingga zat yang memiliki densitas yang tinggi (misalnya air) akan
berada pada bagian bawah sedangkan zat yang memiliki densitas yang rendah
akan berada pada bagian atas (minyak), selanjutnya salah satu zat tersebut akan
dikeluarkan baik itu minyak maupun air.
Perpipaan
Sistem perpipaan dalam indutri migas sangatlah diperlukan, tanpa adanya
pipa maka proses di dalam kilang tidak akan terjadi. Pipa berfungsi sebagai
tempat mengalirnya suatu fluida dari suatu tempat ke tempat lain. Pipa terbuat dari
berbagai jenis bahan tergantung dari karakteristik liquid yang akan dialirkan
didalamnya. Khusus untuk mengalirkan minyak, jenis pipa yang digunakan
biasanya terbuat dari baja dengan paduan serat carbon.
Instrument
Instrument ialah sistem control yang terdiri dari data-data suatu proses
yang sedang terjadi di lapangan. Fungsi dari instrument yaitu menjaga kestabilan
dan memantau suatu proses yang sedang terjadi sehingga proses tersebut dapat
berjalan sesuai dengan jalur yang ditetapkan. Contoh sederhana dari peralatan
instrumen yaitu control valve (katup) yang digunakan untuk mengatur jumlah
aliran yang mengalir di dalam pipa baik itu secara manual maupun dengan kendali
jarak jauh.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Distilasi.http://wikipedia.com.


Budhiarto, Adhi, 2008. Buku Pintar Migas Indonesia.
Junita. 2008. Evaluasi Performance Furnace Reformer 702 di Hidrogen Plant.
Hani, Ummu. 2008. Evaluasi Kinerja Kolom Fraksinasi Crude Distillasion Unit
(CDU) pada berbagai Operasi Over Kapasitas dengan Simulasi Hysis.
Putra, Zulfan Adi. 2008. Buku Pintar Migas Indonesia.
Operating Manual Crude Distillation Unit PERTAMINA Unit Pengolahan II
Dumai.
http://www.prosesindustri.com/2015/01/peralatan-proses-pengolahan-minyakbumi.html

Anda mungkin juga menyukai