Anda di halaman 1dari 4

2.

5 Antiseptik dan Antibakteri


Antibakteri ialah obat pembasmi mikroba atau bakteri, khususnya
bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif (daya
kerjanya), ada antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba
dikenal sebagai aktivitas bakterostatik, dan ada yang bersifat membunuh
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid (Setyabudy dan Gan, 1995).
Aktivitas antibakteri diantaranya dipengaruhi oleh faktor potensi dari
obat antibakteri dan faktor yang menyangkut sifat dari bakteri itu sendiri
khususnya susunan kimia dinding sel bakteri tersebut. Mekanisme kerja
antibakteri dan antiseptik dapat dijelaskan sebagai berikut.
Mekanisme kerja antibakteri adalah mengganggu bagian bagian yang
ada di dalam sel, yaitu :
a. Sintesis dinding sel
Mencegah sintesis dinding sel dan merusak dinding sel, menyebabkan
tekanan osmotik dalam sel lebih tinggi daripada lingkungan luar sel sehingga
sel akan mengalami lisis. (Anonim1,1994).
b. Fungsi membran
Merusak atau memperlemah satu atau lebih dari fungsi membran.
Sehingga berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri akan keluar
yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida. (Anonim1,1994).
c. Sintesis Protein
Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua subunit yang berdasarkan
konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Untuk
berfungsi pada sintesis protein kedua komponen ini akan bersatu pada
pangkal rantai mRNA yang menjadi ribosom 70S. Sintesis protein merupakan
hasil akhir dari dua proses utama yaitu : 1. Transkripsi atau sintesis asam

ribonukleat yang DNA-dependent dan 2. Translasi atau sintesis protein yang


RNA- dependent. Apabila salah satu dari dua proses ini dihambat maka tidak
akan terjadi sintesis protein. (Anonim1,1994).
d. Metabolisme asam nukleat
DNA dan RNA memegang peranan penting di dalam proses kehidupan
normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan
kerusakan total pada sel (Anonim1,1994).
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan

atau

membunuh

mikroorganisme

pada

jaringan

hidup,

mempunyai efek membatasi dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih
parah. Antiseptik digunakan pada permukaan mukosa, kutan dan luka yang
terinfeksi. Antiseptika yang ideal adalah dapat menghambat dan merusak sel
sel bakteri, spora bakteri jamur, virus dan protozoa, tanpa merusak
jaringan tubuh (Siswandono dan Soekardjo, 2000
Mekanisme kerja antiseptik sebagai berikut :
a. Penginaktifan enzim tertentu.
Penginaktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa
antiseptika, seperti turunan aldehid, etilen oksida. Aldehida dan etilen oksid
bekerja dengan mengalkilasi secara langsung gugus nukleofil seperti gugus
gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol dari protein sel bakteri
(Siswandono dan Soekardjo, 2000).
b. Denaturasi protein
Turunan alkohol, turunan fenol bekerja sebagai antiseptik dengan cara
denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Senyawa alkohol dapat
menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan proses tersebut memerlukan
air. Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolut, yang tidak

mengandung air, mempunyai aktivitas

antibakteri jauh lebih

rendah

disbanding alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga
menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria,
yaitu pada hubungan substrat nikotinamid adenine nukleotida (NAD).
Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses absorbsi yang
melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel menyebabkan presipitasi serta denaturasi
protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel
membran mengalami lisis. (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
c. Mengubah permeabilitas
Turunan fenol dapat mengubah permeabilitas membran sel bakteri,
sehingga

menimbulkan

kebocoran

konstituen

sel

yang

esensial

dan

mengakibatkan bakteri mengalami kematian (Siswandono dan Soekardjo,


2000).
d. Interkalasi ke dalam ADN
Beberapa zat warna, seperti turunan trifenilmetan dan akridin,
bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat,
menghambat sintesis ADN dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi
pada sintesis protein. Turunan trifenil metan seperti gentian violet adalah
kation aktif, dapat berkompetisi dengan ikatan hidrogen membentuk
kompleks yang tak terionisasi dengan gugus bermuatan negatif dari
konstituen sel, terjadi pemblokan proses biologis yang penting untuk
kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami kematian (Siswandono dan
Soekardjo, 2000).
e. Pembentukan kelat

Beberapa turunan fenol seperti heksaklorofen dan oksikuinolin, dapat


membentuk kelat dengan ion Fe danCu, kemudian bentuk kelat tersebut
dialihkan ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion ion logam
didalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim enzim sehingga
mikroorganisme mengalami kematian (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Anda mungkin juga menyukai