Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi di Indonesia sedang mengalami peningkatan yang
besar dari tahun ketahun. Peningkatan ini dapat dilihat dari banyak dan bermacam
macamnya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Salah
satu aktivitas ekonomi yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia ini adalah
kegiatan perdagangan.
Struktur pertumbuhan ekonomi Kota

sesuai kondisinya secara sektoral

dipengaruhi 9 (sembilan) sektor utama dan masing - masing sektor mempunyai


ruang dan proporsi yang berbeda - beda, dimana sasaran akhirnya akan
memberikan

dampak

yang

signifikan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi,

peningkatan pendapatan, kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan yang lebih


baik,

dan

pembangunan

kemasyarakatan

sehingga

dapat

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.
Hal ini terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami
peningkatan, Laju pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2001 hingga tahun 2005
mengalami peningkatan rata-rata mencapai 8,15 % pertahun, atau diatas rata-rata
pertumbuhan ekonomi provinsi yang berkisar 6 - 7 %, PDRB perkapital tahun
2005 atas harga dasar berlaku mencapai sebesar 8,74 juta rupiah dan kontribusi
terbesar dalam pembentukan PDRB masih berasal dari sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 24,22 %, disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 19,37 %, ini menandakan bahwa pembentukan PDRB telah didominasi
oleh sektor-sektor perkotaan.
Peningkatan aktivitas ekonomi ini perlu diimbangi dengan peningkatan mutu
pelayanan sarana dan prasarana umum yang dikelola oleh pemerintah seperti
sarana jalan umum, sistem pengaturan lalu lintas, pengelolaan sarana dan
prasarana perdagangan umum yang modern dan pasar tradisional. Hal tersebut
dapat terus dikembangkan dengan cara merenovasi bangunan-bangunan yang
kurang layak dan rusak agar semakin lebih baik atau dengan menciptakan wadah
baru dengan fasilitas dan sarana yang lengkap.

Trade Fair Center merupakan salah satu sarana yang dapat mewadahi aktivitas
ekonomi suatu kota. Trade Fair Center merupakan sebuah pusat bisnis
perdagangan yang menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa dengan
menyatukan agen bisnis yang terlibat dalam perdagangan dan diharapkan dapat
memicu perkembangan ekonomi di daerah pelayanannya. Sedangkan fungsi
utamanya adalah menyediakan layanan infomasi, promosi dan transaksi yang
berhubungan dengan kegiatan perdagangan.
Trade Fair bertujuan untuk perbaikan penghidupan produsen melalui hubungan
dagang yang sejajar, mempromosikan peluang usaha dan kesempatan bagi
produsen lemah atau termarjinalisir meningkatkan kesadaran konsumen melalui
kampanye Trade Fair, mempromosikan model kemitraan dalam perdagangan
yang adil, mengkampanyekan perubahan dalam perdagangan konvensional yang
tidak adil, melindungi HAM, pendidikan konsumen dan melakukan advokasi bagi
terciptanya kondisi yang lebih baik, khususnya yang berpihak kepada produsen
kecil sehingga mereka dapat berpartisipasi di pasar.
Dengan melengkapi fasilitas Trade Fair dengan fasilitas perkantoran yang
sinergi dan menunjang aktifias pada Trade Fair sehingga mampu menciptakan
konsep one stop service pada bangunan. Konsep one stop service ini akan
memberikan kemudahan serta efektitas bagi penggunan bangunan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
- Bagaimana Perencanaan Trade Fair and Rental Office Center di kota
sebagai pusat pameran perdagangan, jual-beli dan pusat perkantoran dapat
-

mendukung aktivitas penggunan bangunan?


Bagaimana menciptaan sinergi antara fungsi

pameran dagang dan

perkantoran pada Trade Fair and Rental Office Center?

3. Tujuan dan Sasaran


Adapun proposal ini diajukan bertujuan untuk:

Perencanaan Trade Fair and Rental Office Center di kota sebagai pusat
pameran perdagangan dan pusat perkantoran dapat mendukung aktivitas

penggunan bangunan.
Menciptakan sinergi antara fungsi pameran dagang dan perkantoran pada
Trade Fair and Rental Office Center.

Sasaran:
Sasaran yang ingin dicapai dari perencanaan Trade Fair and Rental Office
Center dikota Kendari ini dapat mewadahi dan menfasilitasi seluruh rangkaian
kegiatan pameran dagang hingga fasilitas perkantoran dengan fasilitas one stop
servise di Kota Kendari dengan pendekatan arsitektur
4. Batasan dan Lingkup
Batasan:
Batasan pembahasan hanya ditekankan pada permasalahan yang terkait dengan
perencanaan dan perancangan Trade Fair and Rental Office Center, yang
berfungsi hanya sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan pameran, jual beli
serta perkantoran.
Lingkup Pembahasan:
-

Disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah dikemukakan

sebelumnya.
Membahas tentang fungsi dari bangunan sebagai wadah untuk kegiatan
pameran dagang, jual-beli, dan perkantoran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Trade Fair
1.1.Pengertian Trade Fair
Trade Fair berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata Trade dan
Fair. Di dalam Oxford Learners Pocket Dictionary (1991) disebutkan bahwa
trade adalah business of buying, selling, or exchanging good or service
atau dalam bahasa Indonesia bermaksud : usaha menyangkut pembelian,
penjualan atau pertukaran barang atau jasa. Sedangkan pameran adalah
show off activity atau dalam bahasa Indonesia bermaksud : suatu kegiatan
menampakan atau memamerkan suatu objek.
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Trade berarti perdagangan,
sedangkan Fair berarti pameran. Secara rinci menurut WJS Poerwadarminta
(1976), pusat berarti pokok, pangkal atau yang menjadi pimpinan, sedangkan
dagang sama dengan perdagangan.
Adapun perdagangan seperti yang tercantum dalam Ensiklopedia Umum
Indonesia berarti keseluruhan kegiatan (aktivitas) yang bersangkutan dengan
kegiatan melancarkan arus barang dan jasa dari penghasil kepada pemakai.
Jadi, pusat perdagangan (Trade Fair Center) dapat diartikan menjadi tempat
yang digunakan untuk melakukan perdagangan sebagai kegiatan utama untuk
melancarkan

arus

barang

dan

jasa.

Barang

yang

dipamerkan

dan

diperdagangkan di Trade Fair Center ini dapat barang elektronik, kuliner


maupun retail.
Adapun Trade Fair Center adalah pusat pameran dagang dan jual beli yang
berada di Kota Kendari yang mewadahi kegiatan perdagangan beserta kegiatan
pendukung dalam konteks wilayah Kendari dan pihak lain yang berkaitan
dengannya.
Trade FairFair Center ini nantinya merupakan suatu pusat perdagangan,
dari kegiatan utamanya yaitu jual beli, pameran dan workshop kemudian
berkembang menjadi pusat kegiatan yang berhubungan dengan jual beli. Di
antara kegiatan penunjangnya antara lain kafetaria, game center, , ATM serta

aktivitas penunjang maupun pengelolaan lainnya yang dapat mendukung fungsi


utama dari Kendari Trade Fair Center.
1.2.Konsep Kegiatan Trade Fair Center
Trade Fair Center merupakan sebuah pusat bisnis perdagangan yang
menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa dengan menyatukan agen bisnis
yang terlibat dalam perdagangan dan diharapkan dapat memicu perkembangan
ekonomi di daerah pelayanannya. Sedangkan fungsi utamanya adalah
menyediakan layanan infomasi, promosi dan transaksi yang berhubungan
dengan kegiatan perdagangan.
Trade Fair adalah perdagangan yang berdasarkan pada dialog, keterbukaan
dan saling menghormati, yang bertujuan menciptakan keadilan, serta
pembangunan berkesinambungan. Melalui penciptaan kondisi perdagangan
yang lebih fair dan memihak pada hak-hak kelompok produsen yang
terpinggirkan, terutama di negara-negara miskin akibat praktek kebijakan
perdagangan internasional.
Trade Fair bertujuan untuk perbaikan penghidupan produsen melalui
hubungan dagang yang sejajar, mempromosikan peluang usaha dan
kesempatan bagi produsen lemah atau termarjinalisir meningkatkan kesadaran
konsumen melalui kampanye Trade Fair, mempromosikan model kemitraan
dalam

perdagangan

yang

adil,

mengkampanyekan

perubahan

dalam

perdagangan konvensional yang tidak adil, melindungi HAM, pendidikan


konsumen dan melakukan advokasi bagi terciptanya kondisi yang lebih baik,
khususnya yang berpihak kepada produsen kecil sehingga mereka dapat
berpartisipasi di pasar.
1.3. Sejarah
Bibit-bibit gerakan Trade Fair lahir di dunia barat akhir tahun 40-an.
Gerakan dilandasi semangat solidaritas dunia barat terhadap negara dunia
ketiga. Perintisnya adalah kelompok keagamaan dan LSM. Menurut
sejarahnya, Trade Fair adalah sebuah gerakan sosial yang muncul akibat
adanya ketidakadilan antara produsen dan konsumen. Seringkali terjadi,
konsumen merasa bahwa produsen harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi

terhadap suatu produk dari yang seharusnya. Sementara itu, hal yang sama pun
juga dirasakan oleh produsen, terutama produsen yang skala usahanya masih
kecil. Di sinilah kemudian muncul konsep Trade Fair yang berusaha untuk
mengupayakan sebuah kemitraan perdagangan yang didasarkan pada dialog,
transparansi dan respek dari kedua belah pihak. Seiring dengan berjalannya
putaran waktu, konsep Trade Fair ini pun semakin berkembang pula (merujuk
pada definisi dan prinsip-prinsip yang ada dari The International Trade Fair
Association IFAT ).
Ten Thousand Villages dan SERRV International adalah dua LSM yang
memulai pengembangan rantai perdagangan Trade Fair di negara berkembang.
Produknyaanyaman dan rajutandijual di gereja atau bazar di Amerika.
Saat itu, gerakan ini dipandang sebagai donasi dunia barat bagi penduduk
miskin negara berkembang.
Inisiatif ini terus berkembang, bahkan konsep dasarnya mengalami
pergeseran. Tak hanya sebagai donasi, ketika sebagian kecil masyarakat dunia
barat menilai telah terjadi eksploitasi harga dalam perdagangan antara negara
mereka dan negara dunia ketiga, mereka ingin memperbaikinya dengan
memberi harga lebih adil. Sekitar tahun 70-an, sejumlah petani kopi skala
kecil di Meksiko yang sangat bergantung pada pihak lain (pengumpul,
pedagang, dan pengolah) dalam rantai perdagangan kopi mengembangkan
label/sertifikasi Trade Fair untuk kopi mereka. Nama yang diberikan adalah
Max Havelaar. Dalam percobaan awal ini, dibuka hubungan langsung antara
pengolah kopi dan pengecer di Belanda dengan koperasi petani kopi di
Meksiko. Kini selain sebagai sebuah gerakan, Trade Fair populer sebagai
label/sertifikat yang disematkan pada produk yang dijual. Ini menjadi semacam
jaminan dan transparansi lebih bagi konsumen bahwa produsen skala kecil
mendapatkan harga yang adil. Dari sisi produsen, sertifikasi memperbesar
akses mereka terhadap pasar ekspor.
Sejak pertengahan 80-an, gerakan Trade Fair telah berkembang secara
signifikan di dunia barat yang menjadi pasar utamanya. Tahun 2005, penjualan
produk Trade Fair di tingkat global mencapai 1,1 milyar euro. Ini
menunjukkan pertumbuhan sebesar 30 persen lebih selama tahun 2004. Saat

ini, produk-produk berlabel Trade Fair tak hanya dijual di toko khusus tetapi
mulai juga dipajang di rak supermarket. Jenis produknya pun makin beragam.
Meski permintaan untuk produk-produk berlabel Trade Fair lebih banyak
tumbuh di dunia barat, saat ini kita bisa melihat bahwa pada pasar lokal di
seluruh dunia sudah mulai ada upaya menciptakan perdagangan yang lebih adil
bagi produsen.
Pada periode yang sama, pasar produk organik juga mengalami
pertumbuhan yang stabil. Perdagangan barang-barang organik dengan label
Trade Fair sering disebut sebagai fair and green trade.
1.4.Prinsip-Prinsip Trade Fair
Trade Fair sebagai sebuah alternatif menawarkan kondisi perdagangan yang
lebih baik bagi produsen kecil dan melindungi hak mereka yang selama ini
terpinggirkan. Trade Fair membantu produsen kecil untuk memperoleh
kehidupan yang layak melalui peningkatan pendapatan, melindungi hak
produsen kecil atas akses ke pasar, menyalurkan aspirasi & pendapat mereka,
tidak diskriminatif terhadap perempuan yang selama ini menjadi warga kelas
dua dan korban langsung atas perdagangan yang tidak adil, juga melindungi
lingkungan dari kerusakan karena minimnya penggunaan bahan-bahan
kimiawi.
Dengan mekanisme Trade Fair, konsumen bersedia menghargai jerih payah
produsen yang selama ini tidak pernah diperhitungkan (misal: pemeliharaan
tanaman, mengusir burung, menjemur padi, dsb) sebagai komponen biaya
produksi dalam sistem perdagangan konvensional. Sebagai salah satu bentuk
apresiasi konsumen atas jerih payah produsen, mereka tidak keberatan untuk
membeli harga premium (yang meliputi biaya produksi ditambah biaya untuk
reinvestasi) yang ditawarkan oleh produsen.
Diperlukan sebuah kemitraan perdagangan yang dilandaskan pada dialog,
transparansi dan respek yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan yang
seimbang (bagi Dunia Ketiga) di dalam perdagangan internasional. Trade Fair
memberikan sumbangan bagi pembangunan yang berkelanjutan dengan
menawarkan kondisi perdagangan yang lebih baik dan melindungi hak dari
produser dan buruh yang terpinggirkan, terutama di Selatan.

Sebagai gerakan, Trade Fair terwujud dalam bentuk organisasi International


Federation of Alternative Trade (IFAT). Organisasi payung gerakan Trade Fair
sedunia ini bermain di advokasi kebijakan internasional. Pada pertemuan
tahunan World Trade Organisation (WTO), IFAT selalu muncul. Sejak di
Cancun, Mexico hingga di Hongkong tahun lalu mereka hadir sebagai suara
alternatif untuk mewujudkan perdagangan yang lebih adil.
Dalam halaman situs International Trade Fair Association, Asosiasi
Internasional Perdagangan yang Adil menyebut sembilan syarat agar sebuah
perdagangan dapat disebut adil.
1.
2.
3.
4.
5.

Membuka peluang bagi produsen dari kalangan ekonomi lemah


Transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
Meningkatkan keahlian produsen
Mendorong terbentuknya perdagangan yang adil dan merata
Pembayaran dengan harga yang pantas melalui dialog dan prinsip

partisipasi sesuai dengan perkembangan pasar


6. Menghormati kesetaraan gender
7. Membentuk situasi dan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat
bagi pekerja dan masyarakat
8. Tidak melibatkan pekerja anak
9. Tidak merusak lingkungan hidup dan memberikan dampak bagi
pembangunan lokal, secara berkala mengurangi tingkat ketergantungan
impor dan membudidayakan produk lokal.
1.5. Perbedaan Trade Fair Center dan Mall
Trade Fair Center menjadi populer sejak kesuksesan Duta Pertiwi
memperkenalkan kawasan Mangga Dua dan Roxy dengan International Trade
Fair Center, dan disusul dengan Cempaka, Fatmawati, Kuningan, Harco, dan
Permata Hijau serta Cipulir yang sebelumnya plaza. Merek dagang Trade Fair
Center sangat diminati oleh pedagang yang berjualan barang-barang fashion
maupun konsumen yang senang berbelanja dengan suasana banyak toko
dengan harga yang bisa ditawar.
Perbedaan prinsip antara Trade Fair Center, Mall, dan Plaza adalah status
kepemilikan ruangan/kios (Suwito Santoso, 2004). Kepemilikan ruangan di
plaza/mall adalah pengembang. Para pedagang menyewa dalam jangka waktu
tertentu. Adapun Trade Fair Center, kepemilikan ruangan/kios adalah milik

pedagang, seperti Hak Guna Bangunan pada rumah atau ruko, sehingga tidak
mempunyai kendala waktu. Sistem yang diberlakukan adalah sistem strata
dengan menjual per-meter persegi maka ruangan toko yang disediakan tidak
terlalu besar, karena semakin besar akan semakin mahal harga jualnya.
Akibatnya, ruangan yang disediakan lebih banyak berukuran 10 m2 agar harga
jualnya tidak terlalu mahal.
Ukuran kios yang kecil mengakibatkan jumlah unit yang tersedia juga
banyak sehingga efisiensinya rendah, tetapi jumlah unit akan lebih banyak.
Plaza/mall mempunyai fungsi sebagai saluran distribusi terakhir dan target
konsumen terakhir. Barang dagangan yang dijual satuan dan siap dipakai.
Adapun Trade Fair Center adalah sebagai saluran distribusi dari produsen ke
pedagang atau produsen lainnya, jadi barang yang dijual dalam jumlah besar
bisa bahan mentah, setengah jadi atau barang jadi. Harga yang langsug dari
produsen/pabrik, mengakibatkan harga jual menjadi berbeda dari toko-toko di
mall/plaza sampai lebih dari 50%. Begitu juga untuk barang impor, karena
banyak importir yang membeli toko di Trade Fair Center berpeilaku sebagai
pedagang juga. Sistem kepemilikan yang berstatus hak milik, dengan harga
yang relatif masih terjangkau serta biaya perawatan/service charge lebih
rendah dari plaza/mall, begiitu juga luas toko yang lebih kecil, membuat harga
jual produk menjadi lebih murah. Pada tahun 1970 sampai awal 1980,
bermuculan pusat perbelanjaan yang disebut plaza dengan menyediakan
ratusan toko yang disewakan kepada pengusaha supermarket, departement
store serta toko-toko untuk berdagang sepatu, garmen, tekstil dan restoran fast
food yang masuk Jakarta, yang dilengkapi cinema yang dikenal dengan Cinema
21.
Plaza yang dibangun cenderung memakai koridor/selasar. Adapun atrium
sebagai pusat aktivitas berada di tengah gedung dan dikelilingi toko-toko yang
menjadi lokasi srategis. Toko-toko di selasar kedua kurang dikunjungi
pengunjug sehingga banyak toko di selasar ini menutup usahanya. Melihat
rancangan plaza yang kurang efektif, menimbulkan perubahan arus pengunjung
yang merata ke setiap toko. Pada awal tahun 1990-an dibangun Pondok Indah

Mall di kawasan bergengsi bagi masyarakat Jakarta, dan ternyata mendapat


respon positif bagi masyarakat Jabotabek.
Mall adalah sebuah bangunan pusat perbelanjaan yang mempunyai satu
selasar/single coridor yang dikelilingi toko-toko. Pada ujung-ujung selasarnya
terdapat toko-toko besar yang serig disebut anchor tenant, seperti department
store, toko buku atau supermarket. Jadi arus pengunjung tidak terpusat di
atrium, tetapi akan berjalan di sepanjang selasar untuk menuju ke anchor
tenant yang menjadi salah satu tujuan berbelanja. Pembangunan mall relatif
membutuhkan tanah yang lebih luas. Mall biasanya dibangun lebih dari tiga
lantai, sehingga untuk menyediakan jumlah toko yang cukup banyak
dibutuhkan tapak lantai lebih luas.
Konsep yang berasal dari negara Paman Sam ini tidak hanya memakai
selasar tunggal sehingga memudahkan pengunjung mencapai toko yang dituju,
tetapi juga memberi suasana dan kehangatan saat berbelanja. Persamaan plaza
dan mall adalah keduanya dibangun oleh para pengembang untuk disewakan
ruagannya kepada para penyewa/pedagang dalam waktu 5 atau 10 tahun,
adanya penyewa besar yang sering disebut anchor tenant dan penyewa eceran
yang biasanya pemegang merek produk fashion. Selain sebagai pusat
perbelanjaan, plaza dan mall dapat juga dinikmati sebagai pusat jajan dan
hiburan keluarga.
Terdapat perbedaan paling mendasar antara konsep Trade Fair Center
sebagai pusat perdagangan dengan mall atau pusat perbelanjaan. Oleh sebab
itu, di dalam pusat perdagangan seharusnya tidak ada tenant utama yang sangat
besar (anchor tenant). Keberadaan peritel besar sebagai tenant utama,
dikhawatirkan akan mengancam keberadaan pedagang ritel kecil lainnya. Di
dalam mall atau plaza, selalu ada tenant utama atau terbesar, sementara di
dalam Trade Fair Center diharapkan semua pedagang memiliki kesempatan
yang sama. Seandainya Trade Fair Center ada tenant besar yang menjual
produk fashion misalnya, pasti akan terjadi persaingan tidak sehat. Mereka
pasti akan mengancam pedagang grosir. Selain itu hal mendasar dari Trade

Fair Center adalah aktifitas pameran dagang yang mana menjadi aktivitas yang
paling menonjol dan membedakan pada konsep mall maupun plaza.
2. Tinjauan Pameran
2.1. Pengertian Pameran
Secara harfiah pameran berarti pertunjukan atau hal memperlihatkan.
Sehingga dapat diartikan bahwa pameran merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memperlihatkan atau mempromosikan suatu barang hasil
produksi kepada konsumen sebagai target pemasaran.
2.2. Fungsi Pameran
Fungsi dari ruang pameran adalah sebagai tempat untuk mengadakan
pertunjukan atau memamerkan suatu barang dan jasa dengan tujuan
mempromosikan dan memberikan informasi tentang produk tersebut, sehingga
orang lain menjadi tertarik dan menggunakannya. Secara khusus, fungsi dari
ruang pameran dapat dijabarkan sebagai berikut :
-

Sarana bagi pengusaha untuk mempromosikan barang hasil produksi

kepada konsumen.
Sarana informasi akurat yang mudah diakses oleh konsumen mengenai

suatu obyek yang sedang dipamerkan.


- Sarana untuk menambah fasilitas hiburan bagi masyarakat.
2.3. Jenis Pameran
Jenis pameran dapat ditinjau berdasarkan :
a. Barang yang dipamerkan :
-

General Exhibition, yaitu kegiatan pameran yang memamerkan

berbagai barang dalam waktu yang bersamaan.


Solo Exhibition, yaitu kegiatan pameran yang hanya memamerkan

satu atau beberapa jenis barang dari suatu perusahaan saja.


Specialized Exhibition, yaitu kegiatan pameran yang

hanya

memamerkan satu jenis barang dan diikuti oleh beberapa perusahaan.


b. Menurut skala pelayanannya, terbagi menjadi :
-

Skala Internasional, penyelenggaraan pameran ini strategis untuk


komunikasi internasional serta memiliki sarana dan prasarana yang
lengkap.

Skala Nasional, strategis untuk komunikasi nasional dan memiliki


sarana serta prasarana dengan mempertimbangkan kemungkinan

keikutsertaan negara asing.


Skala Regional, penyelenggaraan pameran ini biasanya mempunyai
ciri kedaerahan.

c. Menurut transaksi penjualan produk, dibedakan menjadi :


-

Pameran Konvensional, yaitu kegiatan yang memperjualbelikan


produk yang dipamerkan secara langsung dan dapat langsung dibawa

oleh pembeli.
Pameran Modern (pameran murni), yaitu pameran yang tidak
memperjualbelikan produk yang dipamerkan secara langsung, jadi
transaksi hanya melalui pesanan atas barang yang dipamerkan.

d. Menurut lama penyelenggaraan, dapat dibedakan menjadi :


-

Pameran temporer, yaitu kegiatan pameran yang penyelenggaraannya


sewaktu-waktu, tidak kontinyu tiap tahunnya. Waktu penyelenggaraan
biasanya disesuaikan dengan peringatan-peringatan tertentu seperti
hari besar nasional atau tema yang diciptakan oleh pihak

penyelenggara.
Pameran berkala, yaitu pameran yang penyelenggaraannya berkala
setiap tahunnya dan biasanya dilaksanakan selama satu mingu setiap

tahun atau setiap tiga bulan sekali.


Pameran tetap, yaitu pameran yang sifatnya tetap berupa showroom.
Pameran seperti ini menyewa ruang sepanjang tahun dan lebih
didasarkan pada keinginan meningkatkan promosi perdagangan dan
industri.

e. Menurut bentuk display, dibedakan menjadi :


-

Display produk, biasanya dilakukan oleh para produsen tunggal


permanen di suatu tempat dengan tujuan mempromosikan produk,
biasanya berupa contoh produk berskala kecil (miniatur) dalam suatu

ruang pamer.
Display per stan, Beberapa pengusaha kecil yang memproduksi
barang sejenis/produkproduk yang masih berkaitan, di antaranya

memamerkan produknya dalam stan-stan yang disediakan oleh


-

penyelenggara pameran.
Trade show, Yaitu kegiatan pameran yang dilaksanakan untuk tujuan
dagang murni. Biasanya dilakukan oleh suatu asosiasi dan punya
sasaran pengunjung khusus. Kegiatannya diselenggarakan di pusatpusat konvensi/gedung serbaguna dan penyelenggaranya diikuti

dengan kegiatan konvensi.


Pameran konsumen, Merupakan suatu pekan raya besar-besaran yang
diselenggarakan dalam suatu kompleks area pameran. Dalam keadaan
tertentu, pameran jenis ini merupakan penggabungan dari dua atau
lebih jenis pameran di atas. Contohnya adalah pekan raya yang
diselingi stan-stan pameran berskala kecil.

f. Menurut setting
Menurut setting-nya, ada dua jenis pameran, yaitu :
-

Pameran diruang terbuka (open air exhibition)


Settingnya seringkali tidak diencanakan, dan suasana pameran
sangat dipengaruhi lingkungan/setting walaupun dapat juga dibuat
kontras, tanpa memasukkan unsur alam sekitarnya. Obyek pameran
pada umumnya berupa barang-barang yang dipakai untuk
kepentingan-kepentingan di luar bangunan, contohnya peralatan
konstruksi dan alat-alat pertanian. Pameran ini pelaksanaannya

bersifat tidak tetap dalam waktu yang relatif singkat.


Pameran dalam ruang (indoor exhibition), dibagi menjadi :
Permanen, yaitu jenis pameran dengan rentang waktu
pelaksanaan yang lama.
Semi permanen.
Non Permanen, yaitu pelaksanaannya singkat.

Gambar 2.1. Jenis pameran


Sumber: Lawson, Fred, 1981, Conference, Convention and Exhibition Facilities,
The ArchitecturalPress, London

2.4.

Aktivitas
a. Aktivitas utama

Gambar 2.2. Aktivitas utama


Sumber: Pribadi

b. Aktivitas Penunjang :
Aktivitas penunjang merupakan kegiatan pelayanan, yang dapat
dikelompokkan menjadi :
Aktivitas pelayanan umum:

Makan dan minum (restaurant).


Lavatory
Ibadah
ATM
Memberikan fasilitas komunikasi seperti warnet dan wartel.
Kegiatan penyimpanan: up/download, pergudangan.

Aktivitas Pengelolaan :
Promosi kepada pihak luar yang berkepentingan dengan segala hal
mengenai perdagangan.
Melakukan kerjasama dengan Profesional Exhibition Organizer
sebagai penyelenggara pameran.
Memberikan pelayanan kepada pengguna pusat perdagangan

2.5.

berupa informasi maupun fasilitas yang diperlukan.


Menciptakan suasana aman dan tertib.
Melakukan pemeliharaan gedung dan segala fasilitasnya.
Pelaku dan Kegiatan
Pelaku kegiatan yang ada di Trade Fair Center ini antara lain adalah:
a. Pengelola
Pihak yang tergabung dalam struktur badan usaha yang melakukan
kegiatan perkantoran dengan memberikan layanan informasi, promosi, dan
transaksi mengenai ruang sewa serta pengelolaan gedung.

Gambar 2.1. Diagram Struktur Organisasi Pengelola


Sumber: Lawson, Fred, 1981, Conference, Convention and Exhibition Facilities,

The ArchitecturalPress, London

b. Penyewa
Pihak individu atau badan usaha yang menggunakan ruang dan fasilitas
komersial untuk usaha maupun pameran yang disediakan dengan sistem
sewa. Penyewa terbagi atas 3 macam :
a. penyewa kecil (sMalll tenant)
b. penyewa sedang (medium tenant)
c. penyewa besar (large tenant), yang sekaligus dapat berfungsi
sebagai anchor. Penyewa ini menempati ruang untuk kegiatan antara
lain perdagangan komputer, pameran komputer dan teknologi,
kegiatan kursus program komputer, warnet, dan kegiatan penunjang
lain seperti pujasera, game center, bank (ATM).
c. Pengunjung
Pihak yang mengunjungi gedung dengan tujuan masing-masing antara
lain:
-

pengunjung yang datang untuk berbelanja


pengunjung yang datang untuk mencari hiburan/refresing
pengunjung yang datang untuk mencari informasi terbaru tentang
komputer.

2.6.

Layanan dan fasilitas


Layanan dan fasilitas yang tedapat dalam Trade Fair Center meliputi:
1. Fasilitas pameran, suatu fasilitas ruang pamer yang terdapat di
tengah atrium gedung yang disediakan untuk mempromosikan
produk-produk seputar komputer yang terbaru dan terkini.
2. Fasilitas bisnis dan konsumen, suatu fasilitas yang terdapat dalam
Trade Fair Center meliputi ruang sewa, pujasera, bank, toko buku.
3. Fasilitas penunjang dan pendukung, suatu fasilitas yang disediakan
oleh pengelola Trade Fair Center untuk mendukung kegiatan yang
ada. Jenis fasilitas tersebut meliputi ruang multi media/warnet,
game center, ruang seminar, restaurant/cafe, gudang, lavatory,

tempat parkir dan fasilitas lain yang penting untuk mendukung


penyewa dan pengunjung.
3. Tinjauan Kantor Sewa
3.1.Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008, kantor didefinisikan
sebagai balai (gedung, rumah, ruang) tempat tulis-menulis atau mengurus suatu
pekerjaan (perusahaan).
Menurut Hunt 1980, hal 381, ditulis ulang oleh Nur Cahya Sutikna, Kantor
sewa adalah suatu bangunan yang didalamnya terjadi interaksi bisnis dengan
pelayanan serta profesional. Didalamnya terdiri dari ruang-ruang dengan fungsi
yang sama yaitu fungsi kantor dengan status pemakai sebagai penyewa atas
ruang yang digunakan.
3.2.Fungsi
Pembuatan maupun pengambilan keputusan menjadi pekerjaan yang
utama. (Alvin 17) .Pada umumnya gedung perkantoran tidak berpindah-pindah
tempat, karenanya dilengkapi pula dengan ruang arsip, ruang fotokopi, ruang
rapat, ruang meeting, dan cafe bar ayng menyita 1/3 luas ruang yang
dibutuhkan oleh suatu organisasi.
Organisasi perkantoran cenderung berubah dengan cepat dan dalam
berbagai situasi, maka perlu perhatian guna menghindari kemungkinan
tertinggalnya karakter bangunan yang lama dengan yang sedang berkembang
dan menjadi trend. (Retno,Dwi, Office Interior Design, staff.uny.ac.id, diakses
7 Januari 2014)
3.3.Klasifikasi
a. Menurut Peruntukannya
Berikut klasifikasi kantor menurut peruntukannya:
-

Tenant Owned Office Building, kantor yang direncanakan dan


dibanguna oleh pemilik yang biasanya tergabung dalam yayasan atau
institusi untuk digunakan oleh perusahaan yang dibawahi, dilindungi,
atau yang memiliki hubungan erat dan disewakan kepada siapa saja
yang membutuhkan.

Bangunan Investasi, kantor yang direncanakan dan dibangun oleh


suatu perusahaan berupa pengembang untuk disewakan kepada

beberapa penyewa (Multy Tenancy Building).


Bangunan Kantor Spekulatif, kantor yang direncanakan dan dibangun
oleh perusahaan untuk disewakan secara spekulatif (dengan

perencanaan jangka panjang) kepada penyewa yang berminat.


b. Menurut Sistem Persewaan
Berikut klasifikasi kantor menurut sistem persewaannya:
a. Service Floor Area, kantor yang disewakan dengan area service yang
tidak termasuk, areaarea tersebut antara lain elevator, lift, tangga,
central AC, dan fire tower court.
b. Rentable Floor Area, kantor yang disewakan dengan pembagian
area-area menjadi dua bagian, yaitu:
-

Useable floor area, merupakan area privat yang dipergunakan oleh

para penyewa.
Common floor area, merupakan area yang disewakan sebagai

penunjang meliputi elevator, lift, hall, koridor, lavatory, toilet, dll.


d. Menurut Jumlah Penyewa
- Single Tenancy Building, bangunan kantor yang disewakan kepada
-

satu penyewa atau perusahaan dengna jangka waktu tertentu.


Single Tenancy Floor, luas kotor ruang satu lantai bangunan dikurangi
ruang-ruang fasilitas seperti elevator umum, ruang mesin, dan tangga

umum yang disewakan kepada penyewa atau perusahaan.


Multy Tenancy Floor, satu lantai bangunan kantor yang disewakan
kepada beberapa penyewa atau perusahaan. Luas ruang yang
disewakan tidak termasuk fasilitas umum seperti lift, elevator, ruang

mesin, dsb.
e. Menurut Bentuk Denah
- Cellular System, bangunan berbentuk memanjang dengan koridor
sepanjang bangunan. Sistem ini memiliki privasi yang tinggi pada
-

ruang-ruangnya.
Group Space System, bangunan terdiri dari ruang-ruang yang
berukuran sedang yang mampu menampung 5 15 orang pegawai
yang saling berkerja sama. Pembagian ruang-ruang umumnya

diterapkan pada bangunan yang memiliki jarak koridor dengan


dinding terluar kantor 15 20 m.
Open Plan Office System, bangunan dengan susunan ruang-ruang

yang

fleksibel

menurut

kebutuhan

pemakainya

sehingga

menggunakan sekat partisi, furniture, dan vegetasi yang dapat menjadi


pembatas atau penanda rute sirkulasi.
f. Menurut Kedalamannya
- Shallow Space, bangunan kantor dengan jarak koridor hingga dinding
-

terluar <8m
Medium Depth Space, bangunan kantor dengan jarak koridor hingga

dinding terluar 8 10 m
Deep Space, bangunan kantor dengan jarak koridor hingga dinding

terluar 11 19 m.
Very Deep Space, bangunan kantor dengna jarak koridor hingga

dinding terluar 20m.


3.4.Persyaratan Ruang Kantor
a. Fleksibilitas
Dinding penyekat fleksibel dan dapat memenuhi adanya perubahan
fungsi ruang. Dalam perancangan kantor sewa, pemilihan layout tata ruang
bergantung pada instansi yang menyewa karena kebutuhan privasi dan
luasan lantai (modul) yang disewa berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
jenis kegiatannya. Dalam perancangan kantor sewa, biasanya hanya
ditawarkan modul-modul ruang sehingga konsumen dapat memilih sesuai
kebutuhan kantornya.
b. Akustika dan Kebisingan
Pengendalian kebisingan dalam kantor mencakup:
-

Perlindungan terhadap sumber kebisingan eksternal (lalu lintas dan

kegiatan di sekitar kantor)


Insulasi horisontal dan vertikal antar masing-masing ruang untuk

menjamin kerahasiaan pembicaraan (speech privacy).


Reduksi kebisingan internal pada ruang kantor (alat mekanik seperti
sistem pemanas, ventilasi, pengkondisi udara, pipa air ledeng,
elevator, eskalator, komputer, tabung angin, dan alat-alat lainnya;

kegiatan di dalam kantor seperti pembicaraan, sirkulasi, serta


membuka dan menutup pintu).
Berikut persyaratan penting dalam perancangan akustika kantor:
-

Daerah lantai harus diberi karpet untuk menyerap bunyi dan


menghindari bising langkah kaki. Karpet harus tebal dan dipasang di

lapisan bawah (underlay) yang elastis.


Langit-langit harus dilapisis dengan bahan penyerap bunyi dengan

koefisien serap yang baik.


Luas total dari kaca jendela tidak boleh melebihi 40% luas tembok
luar, dipandang dari ruang kantor bagian dalam. Tirai penyerap

bunyi harus digunakan di sepanjang bukaan dinding.


Seluruh permukaan dinding yang mengelilingi ruang kantor harus

dilapisi karpet dengan daya serap bunyi yang tinggi.


Pembagian ruang atau peletakan partisi sebagai pemisah visual harus
dilapisi

dengan

bahan

penyerap

bunyi

untuk

menghindari

penyebaran gelombang bunyi berfrekuensi rendah.


Distribusi peralatan kantor yang menimbulkan kebisingan (mesik tik,

telepon, printer, dll) harus serata mungkin di semua ruang kantor.


Perlengkapan kantor yang tidak berhubungan secara langsung
dengan pekerjaan kantor (genset, mesin photocopy, dll) yang
menimbulkan kebisingan harus diletakan dalam ruang tertentu serta

terpisah secara visual pada bagian yang tersisa dari kantor.


Tanaman dan bunga di dalam ruang kantor dapat memberikan

pengaruh menenangkan secara psiko-akustik.


c. Pencahayaan
Permasalahan pencahayaan yang dapat muncul pada perancangan
kantor adalah glare atau silau, pembayangan, maupun pemantulan cahaya
yang terlalu terang.
Frekuensi Pemakaian Nilai Maks Indeks Silau
Sering dan rutin
16
Rutin
19
Rutin untuk waktu yang singkat 22
Tidak rutin
25
Sirkulasi
28
Tabel 2.1Rekomendasi Nilai Maksimum Indeks Silau
Sumber: Data Arsitek Jilid 1, hal 17

Kegiatan pada kantor adalah kegiatan rutin sehingga maksimum indeks


silau pada kantor adalah 19. Berikut pencahayaan yang dibutuhkan ruang
menurut kegiatan:
Fungsi

Kebutuhan Pencahayaan
Lux

Foot Candle

Sirkulasi

150

13,935

Pekerjaan dalam waktu singkat

200

18,581

Pekerjaan rutin (orang muda)

300

27,871

Pekerjaan rutin lainnya (contoh: perkantoran)

500

46,451

Pekerjaan khusus (contoh: ruang gambar)

750

69,677

Pekerjaan halus (contoh: penenun kain)

1000

92,903

Pekerjaan sangat halus (contoh: mengukir)

1500

139,355

Pekerjaan lebih halus lagi (contoh: pemeriksaan hasil 3500


rakitan)

278,709

Tabel 2.2 Penghitungan Cahaya Rata-rata


Sumber: Data Arsitek Jilid 1, hal 17

d. Penghawaan
Penghawaan untuk kegiatan rutin di perkantoran pada umumnya
menggunakan sistem penghawaan buatan yaitu AC (Air Conditioner),
karena dalam pengaturan suhu dapat diatur sesuai kebutuhan dan tidak
dipengaruhi faktor eksternal seperti iklim dan cuaca. Namun untuk faktor
kesehatan pekerja kantor, maka ruang kantor memiliki bukaan yang
memungkinkan terjadinya pertukaran udara secara berkala.
4. Tinjauan Studi Banding
Hong Kong Convention and Exhibition Center6
Hong Kong Convention dan Exhibition Centre (HKCEC) adalah salah satu
tempat dari dua tempat konvensi dan pameran terbesar di Hong Kong, terletak
di Wan Chai Utara, Pulau Hong Kong. Hong Kong Convention dan Exhibition
Centre ini, dibangun di sepanjang Victoria Harbour. Hong Kong Convention
dan Exhibition Centre ini, terhubung dengan fasilitas pejalan kaki yang dimana
terdapat hotel dan bangunan komersial di sekitarnya. Bangunan ini dirancang
oleh Skidmore, Owings & Merrill LLP.

Gambar 2.1 Hong Kong Convention and Exhibition Centre


sumber: http//wikipedia.id

Awalnya, Bangunan pertama dihubungkan bangunan kedua dengan jalan tengah


atau jembatan langit, dan untuk ke Jalan Konvensi di hubungkan dengan dua
jembatan , tapi sekarang bangunan ke dua dihubungkan oleh sebuah ruang
pameran yang luas. Secara keseluruhan, Konstruksinya dibiayai oleh New World
Development. HKCEC membuat ekspansi kedua selama 2006-2009. Setelah
selesai, dengan 1,4 trilyun Dollar Hongkomg ruang pameran ditambah 19.400 m2
untuk HKCEC, hal ini membawa ruang pameran total hampir 83.000 m2 dan
ruang fungsi total disewakan lebih dari 92.000 m2.
Fasilitas Konvensi
6 ruang pameran: 53.292 m
2 konvensi ruang: 5.699 m dengan 6.100 tempat duduk
2 bioskop: 800 m dengan 1.000 tempat duduk
52 ruang pertemuan: 6.004 m
Pra-fungsi area: 8.000 m
7 restoran: Tempat duduk total 1.870
Pusat bisnis: 150 m
Parkir tempat parkir: untuk 1.300 mobil dan 50 mobil van
Jumlah total ruang sewa yang tersedia: 92.061 m
Kapasitas: 140.000 pengunjung per hari.

Anda mungkin juga menyukai