Keramik PDF
Keramik PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia
perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Bentonit merupakan mineral
alumina silikat hidrat yang termasuk dalam pilosilikat, atau silikat berlapis yang terdiri
dari jaringan tetrahedral (SiO 4 )2- yang terjalin dalam bidang tak hingga membentuk
jaringan anion (SiO 3 )2- dengan perbandingan Si/O sebesar 2/5. Rumus kimia umum
bentonit adalah Al2 O 3 .4SiO 2 .H 2 O. 85 % . (Megawati, 2008)
1,63
4,60
1,39
Silika (SiO 2 )
56,10
Sumber : (Sitorus, 2010 )
2.2
Keramik
Keramik adalah semua benda-benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang
mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi. Pengertian
keramik yang lebih luas dan umum adalah Bahan yang dibakar tinggi termasuk
didalamnya semen, gips, metal dan lainnya. (kamusilmiah.2010 )
Keramik bersal dari bahasa yunani keramos, yang artinya adalah sesuatu yang
dibakar. Pada mulanya diproduksi dan mineral lempung yang dikeringkan di bawah
sinar matahari dan dikeraskan dengan pembakaran pada temperatur tinggi.
Penggunaan keramik ini berkembang dari bahan pecah belah (dinnerware), keperluan
rumah rumah tangga, dan untuk industry. Keramik jenis ini dikenal sebagai keramik
tradisional.
Sedangkan keramik modern atau yang disebut keramik teknik (fine ceramics,
penggunaannya misalnya dalam bidang elektronika (elemen pemanas, dielektrik
semikonduktor), tranduser, bidang otomotif, komponen turbin.
(Joelianingsih, 2004)
2.2.5.1
Bata Konstruksi
Batu bata, bersama dengan batu bangunan, bahan yang umum digunakan. Kuat tekan
adalah antara 20-50 MPa dan dapat mencapai 70 MPa untuk bata padat, dibandingkan
dengan 15 MPa sampai 100 MPa dan tuf batu yang banyak digunakan dalam
konstruksi. Kekuatan tarik jauh lebih rendah, mencapai 5 % dan, jarang, 10% dari
kuat tekan. Batu bata memiliki keuntungan di atas reruntuhan, untuk dibentuk menjadi
bentuk yang teratur, yang dengan sendirinya menyebabkan meningkatnya kekuatan
seluruh dari batu bata.
Batu bata dalam konstruksi akan menggunakan jenis berikut:
Light blok untuk lantai dan untuk membangun semua bekerja di permukaan
horizontal atau sedikit miring;
2.2.5.2
dinding bata.
Ubin
Ubin keramik (floor title) adalah termasuk jenis badan keramik porcelain
stoneware yang mempunyai performa teknis yang sangat baik ditinjau dari sifat-sifat
ketahanan terhadap aspek mekanis, pemakaian, bahan kimia dan sebagainya.. Pada
umumnya sistem bubuk badan ubin keramik dibuat dari campuran beberapa bahan
baku mineral (mixed powders) dan beberapa bahan tambahan lain. Berdasarkan
perpindahan massa yang terjadi, secara tradisional sintering pada fasa padat akan
melalui beberapa tahap proses yang berbeda dengan beberapa mekanisme difusi atau
(ii)
(iii)
(iv)
Bata klinker
Disebut juga pelapisa jalan (paving block) adalah jenis bata keramik bakaran
keras dimana bata ini dibakar pada suhu hampir mencapai titik lelehnya.
Bahan bakunya adalah tanah liat api dicampur dengan atau tanpa serpih yang
bermutu baik
Pembuatan dibentuk proses lempung dengan pres tekanan tinggi sehingga
kepadatan optimal
Suhu pembakarannya 1200 oC
Bata klinker dipakai untuk permukaaan jalan raya
Syarat mutu
2.2.6.2
Pembentukan Keramik
a) Die Prsseing
Pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga membentuk bubuk, lalu dicampur
dengan pengikat (binder) organic kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan ditekan
hingga mencapai bentuk padat yang cukup kuat. Metode inilah yang digunakan
peneliti untuk membuat keramik dari bahan baku bentonit. Metode ini umumnya
digunakan dalam pembuatan ubin, keramik elektronik atau produk dengan cukup
sederhana karena metode ini cukup murah.
Metode ini dilakukan untuk menghasilkan bubuk padat yang tidak seragam dan
disebut rubber mold pressing karena dalam pembuatannya ini menggunakan sarung
yang terbuat dari karet. Bubuk dimasukkan ke dalam sarung karet kemudian dibentuk
dalam cetakan hidrostatis.
c) Extrusion Molding
Pembentukan keramik pada metode ini melalui lobang cetakan. Metode ini biasa
digunakan untuk membuat pipa saluran, pipa reactor atau material lain yang memiliki
suhu normal untuk penampang lintang tetap.
d) Slip Casting
Metode ini dilakukakn untuk memperkeras suspensi dengan air dan cairan lainnya,
dituang ke dalam plestere berpori, air akan diserap dari daerak kontak kedalam
cetakan dan lapisan lempung yang kuat terbentuk.
e) Injection Molding
Bahan yang bersifat plastis diinjeksikan dan dicampur dengan bubuk pada cetakan.
Metode ini banyak digunakan untuk memproduksi benda benda yang mempunyai
bentuk yang kompleks. (Debora. 2008)
2.2.6.3
Pengeringan
Sampel keramik yang telah dibentuk dari butiran, akan dikeringkan pada ruang
dengan suhu ruangan. Pengeringan akan mempengaruhi produk akhir dari keramik.
Pengeringan bahan harus dikrontol dengan baik. Pengeringan sample keramik berguna
untuk mengurangi resiko keretakan. Akan tetapi proses keretakan yang terjadi pada
saat pengeringan dapat disebabkan butiran yang dicampur tidak homogen, dan
menyebabkan
pengeringannya
tidak
merata
disetiap
bagian-bagian
ataupun
permukaan sample keramik. Kelebihan air pada saat pembentukan keramik seringkali
juga menjadi masalah pada proses pengeringan sample keramik.
2.2.6.4
Pembakaran/sintering
Sintering adalah proses perlakuan termal untuk menghasilkan ikatan antar partikel
sehingga koheren dimana struktur padat yang terbentuk didominasi oleh mekanisme
perpindahan massa yang terjadi pada skala atomic. Transport massa berupa gerakan
atomic yang
berbanding lurus dengan luas permukaannya. Karenanya partikel halus, dengan luas
spesifik yang tinggi, memiliki energi permukaan yang lebih tinggi karena memiliki
tingkat energi yang tinggi.
Proses sintering fasa padat memiliki beberapa kandidat mekansime transport yang
dapat dibagi menjadi dua kelas, yaitu transport permukaan dan transport ruah.
Transport permukaan tidak menyebabkan densifikasi, sedangkan transport ruah
menyebabkan densifikasi. Beberapa mekanisme transport uap dari permukaan padat,
difusi batas butir, aliran viskos, dan aliran plastis. Tiga mekanisme pertama termasuk
dalam kelas transport permukaan.
1. Difusi permukaan
2. Difusi volume
Ada tiga jalur yang diambil oleh kekosongan pada difusi volume, yaitu:
a. Adhesi volum : kekosongan bergerak dari permukaan neck area melalui
interior partikel menuju permukaan partikel. Hasilnya dalah deposisi massa
pada permukaan neck area. Pada adhesi volume tidak terjadi densifikasi
atau penyusutan.
b. Densifikasi difusi volume : aliran kekosongan dari permukan neck area
menuju batas butir antara partikel. Jalur ini menyebabkan densifikasi dan
penyusutan.
2.2.6.5
Penyusutan
Penyusutan dapat terjadi pada saat pengeringan dan pembakaran sample. Besar
penyusutan pada saat pembakaran dapat dipengaruhi oleh temperatur/suhu
pembakaran dan waktu lamanya pembakaran. Penyusutan sangat berhubungan dengan
keadaan awal porositas sampel.
2.3
Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun dosmetik (tumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak di kehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi empat
bagian:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3
(Palar, 2008)
2.3.1
Limbah padat
Limbah padat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan
berbentuk padatan atau semi padatan. Limbah padat merupakan campuran dari
berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang
berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang berasal dari industri.
(Ricki, 2005)
2.3.1.
mengandung serat antara lain dari bagian batang, kulit akar, daun dan buah. Kayu
sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen antara
lain
1. Selulosa, tersusun atas molekul rantai lurus dan panjang yang merupakan
komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas karena panjang, kuat
2. Hemiselulosa,
tersusun
atas
glukosa
rantai
pendek
dan
bercabang.
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam
proses pulping.
3. Lignin adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi
merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses
pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat slulosa secara
signifikan.
4. Ekstraktif, meliputi hormone tumbuhan tumbuhan, resin, asam lemak dan
unsur lain.. (Rini,. 2002)
Limbah padat pulp adalah limbah yang diperoleh dari sisa-sisa pengolahan industry
pulp. Limbah padat pulp terdiri dari:
1. Dreg
Dreg adalah material padat yang berwarna abu-abu kecoklatan yang
merupakan bahan endapan dari green liquor yaitu smelt yang dilarutkan dengan weak
wash dari lime mud washer. Bentuk serbuk limbah dreg ditunjukkan pada Gambar
lampiran II. Kandungan silica dan karbon residu organic yang tidak sempat terbakar
dalam boiler. Komposisinya ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.2 Komposisi Limbah Padat Pulp Dreg
Parameter
Komposisi (%)
Al2 O 3
12.02
SiO 2
41.61
MgO
6.98
CaO
15.94
Fe 2 O 3
1.47
(Sumber : Sitorus, 2010 )
2. Grit
Grit berasal dari proses recoustisizing yang tidak bereaksi antara green liquor dan
kapur tohor, berwarna abu-abu kekuningan, kandungan utamanya hidroksida. Bentuk
serbuk limbah grit ditunjukkan pada Gambar lampiran II. Komposisinya ditunjukkan
pada Tabel 2.4 dibawah ini:
Tabel 2.4 Komposisi Limbah Padat Pulp Grit
Parameter
Komposisi (%)
Al2 O 3
SiO 2
1.78
MgO
5.83
CaO
53.11
Fe 2 O 3
0
Sumber : Sitorus, 2010
3. Biosludge
Biosludge merupakan limbah dari proses pembuatan pulp dan industri kertas yang
bagus yang berupa campuran dari endapan limbah cair, berwarna coklat kehitaman,
kandungan utamanya adalah selulosa dan bakteri yang mati. (Arnol, 2009. Bentuk
serbuk limbah padat pulp biosludge ditunjukkan pada Gambar lampiran II. Komposisi
kimia dari biosludge ditunjukkan pada Tabel 2.5.
Tabel. 2.5. Komposisi Limbah Padat Pulp Biosludge
Parameter
Komposisi (%)
Al2 O 3
SiO 2
2.68
MgO
1.07
CaO
12.38
Fe 2 O 3
0.29
(Sumber : Sitorus,2010)
Dari ketiga jenis limbah padat pulp diatas, yakni dreg, grit dan biosludge.
Ketiga limbah ini yang digunakan peneliti sebagai bahan pengisi dalam pembuatan
sampel keramik konstruksi. Adapun alasan peneliti menggunakan limbah ini adalah
dengan alasan bahan limbah ini mengandung silika (bahan pengisi), dimana dreg
Simbol
Alumunium
Al
660,4
Besi
Fe
1538
Calsium
Ca
839
Magnesium
Mg
649
Oksigen
-218,4
Silikon
1414
2.4
Karakteristik Bahan
do di
x100%
do
(2.1)
2.4.1.2 Porositas
Porositas dalam suatu keramik dinyatakan dalam % rongga atau fraksi volume
dari suatu rongga yang ada dalam bahan tersebut. Porositas sangat dipengaruhi oleh
bentuk dan distribusinya. Porositas dintakan dalam % yang menghubungkan antar
volume pori terbuka terhadap volume benda keseluruhan, secara persamaan dapat
dilihat :
Porositas (%) =
mk mk
1
x
x100%
Vt
air
(2.2)
Dimana :
mk = massa kering sampel setelah dibakar (gram)
m b = massa basah sampel setelah direndam selama 1 x 24 jam (gram)
V t = volume sampel setelah dibakar
2.4.1.3 Densitas
(2.3)
Dimana
= densitas ( gram / cm 3 );
m= massa (gram);
v = volume (cm3)
Berbagai jenis keramik termasuk semen, bata untuk bangunan, bata tahan api
dan gelas dipergunakan sejak lama sebagai bahan konstruksi bangunan. Bidang
penggunaan baru bagi keramik sebagai bahan konstruksi telah dikembangkan,
sebagaimana telah terlihat dalam studi yang luas mengenai karbida silicon dan nitride
silicon sebagai bahan untuk turbin adan motor yang sangat efisien. Pada umumnya
keramik memiliki sifat-sifat yang baik yaitu : keras, kuat dan stabil pada temperatur
tinggi, tetapi keramik bersifat getas dan mudah padah seperti halnya porselen, keramik
cina ataupun gelas. Dalam bab ini dikemukakan penejelasan dasar yang diperlukan
agar sifat-sifat mekanik dari keramik diketahui lebih baik. (Surdia,2005). Adapun sifat
mekanik bahan keramik dapat ditinjau dari kuat tekan dan kekerasan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
2.4.2.1 Kuat Tekan
P
A
(2.4)
Dengan
f c = tekanan (Pascal)
P = Beban Maksimum (N)
A = Luas Permukaan (m2)
2.4.2.2 Kekerasan
Kekerasan adalah salah satu ciri khas bahan keramik dengan kekerasannya
yang sangat tinggi. (Surdia,2005). Besarnya kekerasan keramik normal/konvensional
adalah sebesar 2600 MPa. (Kenneth, 1996).
(2.5)
Dengan:
Hv = kekerasan Vickers (kgf/mm2)
P
Pengujian
Nilai
Densitas
2,71 g/cm3
Porositas
47,22 %
Kuat tekan
62,9 MPa
Susut bakar
1,919 %
Jenis
Mutu A
35-40
Mutu B
17-20
Mutu C
12,5 - 15