Pada kasus ini, dilaporkan seorang laki-laki Tn. M, berusia 56 tahun dirawat di Ruang Edelweis RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya. Pasien datang dengan keluhan utama bagian wajah kiri bengkak mulai dari pipi kiri hingga leher kiri sejak 15 hari SMRS, berawal dari daerah belakang telinga kiri yang semakin lama semakin mebesar, diserta nyeri menelan. Riwayat sakit gigi dan pemakaian gigi palsu disangkal. Pasien mengaku demam hilang timbul dan pasien sudah pernah berobat ke Banjarmasin namun belum ada perubahan. Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus, paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik berupa nyeri dan pembengkakan diruang leher dalam yang terlibat. Berdasarkan anamnesis didapatkan bengkak dibagian pipi hingga leher kiri yang semakin lama semakin membesar disertai nyeri menelan + 15 hari SMRS. Pasien mengaku tidak dapat membuka mulutnya dengan lebar, mulut berbau busuk dan mengeluarkan nanah. Pasien sudah beberapa hari ini kehilangan nafsu makan. Riwayat sakit gigi dan penggunaan gigi palsu disangkal. Pasien mengaku badan terasa hangat dan tidak nyaman. Pada pemeriksaan fisik, diperoleh hasil terdapat edema pada buccal sinistra, teraba lunak, difus immobile, soliter disertai eritem. Pada saat pasien membuka mulut, ditemukan fistel muncul diantara kedua gigi molar ke-2 dan 3 kiri atas. Saat fistel ditekan menggunakan spatel tongue, keluar cairan kekuningan yang berbau busuk (pus). Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis penyakit pengarah pada abses maseter atau abses bukal karena letak abses berada pada bagian pipi kiri dan diduga sumber infeksi dari gigi molar ke-2 dan 3 kiri atas. Abses bukal (buccal space abscess) dilihat melalui arah jalur pergerakan pusnya yaitu superior dari perlekatan otot masseter (rahan atas) dan inferior perlekatan otot masseter (rahang bawah). Diperlukan tindakan segera yaitu evakuasi abses berupa dekompresi karena abses leher dapat terjadi penjalaran infeksi ke bagian danger area yang nantinya dapat memperburuk keadaan pasien. Komplikasi dapat terjadi akibat proses peradangan yang dapat menjalar secara hematogen limfogen atau langsung (perkontinuitatum) didaerah sekitarnya.
Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, ke bawah dapat menyusuri
selubung karotis mencapai mediastinum. Hal ini merupakan kasus emergency dibagian THT. Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila pembuluh karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur sehingga terjadi perdarahan hebat. Tindakan dekompresi tidak dilakukan di IGD karena pada saat itu belum abses belum tentuk sehingga diberikan terapi antibiotika dosis tinggi secara parenteral terhadap kuman anaerob dan antibiotik berspektrum luas (gram positif dan negatif). Evakuasi abses harus segera dilakukan bila tidak ada perbaikan antibiotika dalam 24-48 jam dengan cara eksplorasi dalam nekrosis. . Pada pasien ini dilakukan pemasangan jalur intravena, dimana infus yang digunakan adalah RL berbanding Dextrose 5% dan Futrolit, diberikan juga obat kumur betadine, Ceftriaxone 2x2 gram dan infus Metronidazol 3x500 gram, injeksi Ranitidin 2x1 ampul dan injeksi Ketorolac 3x30 gram, kemudian dilakukan observasi selama 24-48 jam. Pemberian infus RL bertujuan sebagai replacement therapy dan rehindrasi, diberikan infus Dextrose 5% untuk mencegah terjadinya ketosis dan meningkatkan glukosa dan infus Futrolit untuk rehindrasi dan meningkatkan elektrolit. Injeksi ranitidin dan ketorolac sebagai analgetik (anti nyeri). Apabila sudah muncul fistel dan terdapat pus dapat diberikan obat kumur betadine untuk mengurangi bau busuk dan mencegah infeksi, injeksi Infus Metronidazol 3x500 gram yang merupakan antibiotik baik pada kuman anaerob dan diberikan injeksi Ceftriaxone 2x2 gram merupakan antibiotik broad spektrum (gram positif dan gram negative), diharapkan akan terbentuk abses sehingga jelas tempat fluktuasinya dan dapat dilakukan dekompresi dengan cara pungsi abses, dalam hal ini gunakan spuit untuk mengeluarkan nanah. Tempat pungsi absesi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak. Pada saat dilakukan dekompresi, didapatkan pus sekitar 3 cc disertai darah, kemudian kembali diobservasi. Obat kumur betadine untuk mencegah infeksi pada mulut. Diet yang baik untuk pasien adalah diet lunak/cair atau makanan yang bisa dimakan semampunya. Pada kasus ini ditemukan adanya abses gingiva pada molar ke 2 dan 3 kiri, maka dilakukan rawat bersama dengan dokter gigi spesialis bedah mulut. Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Mei 2016 didapatkan leukosit 3,23x103/uL, Hb 10,7 g/dL, GDS 151 mg/dL dan kreatinin 1,18 mg/dl, dilakukan pemeriksaan laboratorium ulang pada tanggal 17 Mei 2015, didapatkan leukosit 13.000/uL, Hb 7,1 g/dL, GDS 111 mg/dl, ureum 84 mg/dl, kreatinin 1,00 mg/dl, SGOT/AST 33 u/L, SGPT/ALT 33 u/L. Hal ini mengarah pada diagnosa baru yaitu insufisiensi renal sehingga dilakukan konsul dengan dokter spesialis penyakit dalam.