Anda di halaman 1dari 2

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada kasus ini, dilaporkan seorang laki-laki Tn. M, berusia 56 tahun dirawat di Ruang
Edelweis RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya. Pasien datang dengan keluhan utama bagian
wajah kiri bengkak mulai dari pipi kiri hingga leher kiri sejak 15 hari SMRS, berawal dari
daerah belakang telinga kiri yang semakin lama semakin mebesar, diserta nyeri menelan.
Riwayat sakit gigi dan pemakaian gigi palsu disangkal. Pasien mengaku demam hilang
timbul dan pasien sudah pernah berobat ke Banjarmasin namun belum ada perubahan.
Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka
mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses
leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus, paranasal,
telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik berupa nyeri dan pembengkakan diruang
leher dalam yang terlibat.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bengkak dibagian pipi hingga leher kiri yang
semakin lama semakin membesar disertai nyeri menelan + 15 hari SMRS. Pasien mengaku
tidak dapat membuka mulutnya dengan lebar, mulut berbau busuk dan mengeluarkan nanah.
Pasien sudah beberapa hari ini kehilangan nafsu makan. Riwayat sakit gigi dan penggunaan
gigi palsu disangkal. Pasien mengaku badan terasa hangat dan tidak nyaman.
Pada pemeriksaan fisik, diperoleh hasil terdapat edema pada buccal sinistra, teraba
lunak, difus immobile, soliter disertai eritem. Pada saat pasien membuka mulut, ditemukan
fistel muncul diantara kedua gigi molar ke-2 dan 3 kiri atas. Saat fistel ditekan menggunakan
spatel tongue, keluar cairan kekuningan yang berbau busuk (pus).
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis penyakit pengarah pada
abses maseter atau abses bukal karena letak abses berada pada bagian pipi kiri dan diduga
sumber infeksi dari gigi molar ke-2 dan 3 kiri atas. Abses bukal (buccal space abscess) dilihat
melalui arah jalur pergerakan pusnya yaitu superior dari perlekatan otot masseter (rahan atas)
dan inferior perlekatan otot masseter (rahang bawah).
Diperlukan tindakan segera yaitu evakuasi abses berupa dekompresi karena abses
leher dapat terjadi penjalaran infeksi ke bagian danger area yang nantinya dapat
memperburuk keadaan pasien. Komplikasi dapat terjadi akibat proses peradangan yang dapat
menjalar secara hematogen limfogen atau langsung (perkontinuitatum) didaerah sekitarnya.

Penjalaran ke atas dapat mengakibatkan peradangan intrakranial, ke bawah dapat menyusuri


selubung karotis mencapai mediastinum. Hal ini merupakan kasus emergency dibagian THT.
Abses juga dapat menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila pembuluh karotis
mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur sehingga terjadi perdarahan hebat.
Tindakan dekompresi tidak dilakukan di IGD karena pada saat itu belum abses belum
tentuk sehingga diberikan terapi antibiotika dosis tinggi secara parenteral terhadap kuman
anaerob dan antibiotik berspektrum luas (gram positif dan negatif). Evakuasi abses harus
segera dilakukan bila tidak ada perbaikan antibiotika dalam 24-48 jam dengan cara eksplorasi
dalam nekrosis.
. Pada pasien ini dilakukan pemasangan jalur intravena, dimana infus yang digunakan
adalah RL berbanding Dextrose 5% dan Futrolit, diberikan juga obat kumur betadine,
Ceftriaxone 2x2 gram dan infus Metronidazol 3x500 gram, injeksi Ranitidin 2x1 ampul dan
injeksi Ketorolac 3x30 gram, kemudian dilakukan observasi selama 24-48 jam.
Pemberian infus RL bertujuan sebagai replacement therapy dan rehindrasi, diberikan
infus Dextrose 5% untuk mencegah terjadinya ketosis dan meningkatkan glukosa dan infus
Futrolit untuk rehindrasi dan meningkatkan elektrolit. Injeksi ranitidin dan ketorolac sebagai
analgetik (anti nyeri). Apabila sudah muncul fistel dan terdapat pus dapat diberikan obat
kumur betadine untuk mengurangi bau busuk dan mencegah infeksi, injeksi Infus
Metronidazol 3x500 gram yang merupakan antibiotik baik pada kuman anaerob dan
diberikan injeksi Ceftriaxone 2x2 gram merupakan antibiotik broad spektrum (gram positif
dan gram negative), diharapkan akan terbentuk abses sehingga jelas tempat fluktuasinya dan
dapat dilakukan dekompresi dengan cara pungsi abses, dalam hal ini gunakan spuit untuk
mengeluarkan nanah. Tempat pungsi absesi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak.
Pada saat dilakukan dekompresi, didapatkan pus sekitar 3 cc disertai darah, kemudian
kembali diobservasi. Obat kumur betadine untuk mencegah infeksi pada mulut. Diet yang
baik untuk pasien adalah diet lunak/cair atau makanan yang bisa dimakan semampunya.
Pada kasus ini ditemukan adanya abses gingiva pada molar ke 2 dan 3 kiri, maka
dilakukan rawat bersama dengan dokter gigi spesialis bedah mulut.
Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Mei 2016 didapatkan leukosit
3,23x103/uL, Hb 10,7 g/dL, GDS 151 mg/dL dan kreatinin 1,18 mg/dl, dilakukan
pemeriksaan laboratorium ulang pada tanggal 17 Mei 2015, didapatkan leukosit 13.000/uL,
Hb 7,1 g/dL, GDS 111 mg/dl, ureum 84 mg/dl, kreatinin 1,00 mg/dl, SGOT/AST 33 u/L,
SGPT/ALT 33 u/L. Hal ini mengarah pada diagnosa baru yaitu insufisiensi renal sehingga
dilakukan konsul dengan dokter spesialis penyakit dalam.

Anda mungkin juga menyukai