Anda di halaman 1dari 3

PERCOBAAN I

KESETIMBANGAN KIMIA
1. Tujuan
Menentukan pengaruh konsentrasi dalam suatu reaksi kesetimbangan
2. Dasar Teori
Suatu reaksi dikatakan pada keadaan setimbang bila kecepatan reaksi dari kiri ke
kanan sama dengan kecepatan reaksi dari kanan ke kiri, seperti dalam persamaan reaksi
kimia berikut ini
V1
A +
B C , pada kesetimbangan V1=V2
V2
Kesetimbangan reaksi dibedakan atas kesetimbangan homogen dan kesetimbangan
heterogen. Kesetimbangan homogen adalah sistem kesetimbangan yang komponennya
mempunyai wujud yang sama sedangkan kesetimbangan heterogen adalah kesetimbangan
yang komponennya terdiri dari zat dengan wujud berbeda-beda.
Menurut prinsip Le Chatelier, usaha untuk mengubah konsentrasi pereaksi dalam
suatu sistem dalam kesetimbangan dapat mengakibatkan terjadinya reaksi untuk
mengembalikan kesetimbangan pada sisitem tersebut. Jika salah satu komponen pada
sistem kesetimbangan ditambah maka akan terjadi pergeseran ke arah yang berlawanan.
Sebaliknya, bila pada sistem kesetimbangan salah satu komponen dikurangai maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah komponen tersebut.
3 Metodologi
3.1 Alat: Tabung reaksi, gelas ukur 100 mL, corong pemisah
3.2 Bahan: NH4OH, NH4Cl, HCl, NaOH, kertas indikator, universal indikator, akuades,
indikator metil jingga, CH3COOH, CH3COONa, K2CrO4, Fe(NO3)3, K
CNS,
NaF,
K2HPO4, KI, CuSO4, K2Cr2O7, CCl4
3.3 CARA KERJA
Sistem amonia dalam air
Ambil larutan NH4OH 2 M sebanyak 10 mL kemudian tabahkan 4 tetes indikator
PP. Selanjutnya masukkan larutan tersebut ke dalam dua tabung reaksi masing masing 5
mL. Tambahkan NH4Cl padat sedikit demi sedikit ke dalam salah satu tabung reaksi pada
langkah sebelumnya kemudian kocok hingga zat padat larut. Catat hasil pengamatan
saudara.
Sistem asam asetat dalam air
Masukkan larutan CH3COOH 2 M masing masing 5 mL ke dalam 2 buah tabung
reaksi yang diikuti dengan menambahkan 2 tetes indikator metil jingga. Tambahkan
CH3COONa padat sedikit demi sedikit ke dalam salah satu tabung reaksi pada langkah
sebelumnya kemudian kocoklah tabung dengan hati-hati agar zat padat larut. Catat hasil
pengamatan saudara.
Sistem kromat bikromat dalam air
Tambahkan larutan K2CrO4 0,1 M masing masing 5 mL ke dalam 2 buah tabung
reaksi dan ukurlah pH larutan tersebut dengan kertas indikator universal. Tambahkan HCl
0,1 M sebanyak 2,5 mL ke dalam salah satu tabung reaksi pada langkah sebelumnya.
Tambahkan larutan K2Cr2O7 masing-masing 5 mL ke dalam 2 buah tabung reaksi pada
langkah sebelumnya. Ukurlah pH larutan tersebut dengan kertas indikator universal.
Tambahkan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 2,5 mL ke dalam salah satu tabung reaksi pada

langkah sebelumnya dan ukurlah pH larutannya. Catatlah hasil pengamatan saudara


tentang adanya perubahan warna indikator dan pH larutannya.
Sistem Fe(III) dan ion Tiosianat dalam air
Isilah dua buah tabung reaksi masing-masing dengan akuades hingga setengahnya.
Tambahkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M sebanyak 2 tetes kemudian ke dalam salah satu tabung
reaksi dan kepada tabung reaksi yang lain tambahkan larutan KCNS 0,2 M sebanyak 2
tetes kemudian kocoklah masing-masing tabung. Pindahkan larutan dalam kedua tabung
reaksi pada langkah sebelumnya ke dalam 5 tabung reaksi yang lain hingga volumenya
sama. Tambahkan larutan Fe(NO3)3 0,2 M beberapa tetes kepada bagian 1, larutan KCNS
0,2 M beberapa tetes kepada bagian 2, larutan NaF 0,2 M beberapa tetes kepada bagian 3,
larutan K2HPO4 0,2 M beberapa tetes kepada bagian 4. Masukkan larutan NaF 0,2 M
beberapa tetes dan larutan K2HPO4 0,2 M beberapa tetes masing-masing dalam tabung
reaksi yang berisi larutan Fe(NO3)3 0,2 M. Catatlah hasil pengamatan saudara.
Sistem ion Cu (II) iodida dalam air
Tambahkan larutan KI 0,2 M sebanyak 20 mL ke dalam larutan CuSO4 0,2 M
(jangan dikocok). Catatlah hasil pengamatan saudara. Masukkan CuSO4 0,2 M sebanyak
20 mL larutan dan akuades sebanyak 80 mL ke dalam corong pisah 250 mL. Kemudian
tambahkan larutan KI 0,2 M sebanyak 10 mL secara perlahan-lahan dan biarkan beberapa
waktu agar dapat terjadi suatu keseimbangan. Catat hasil pengamatan saudara. Tambahkan
larutan CuSO4 0,2 M sebanyak 40 mL ke dalam larutan pada langkah kedua. Catat hasil
pengamatan saudara. Tambahkan CCl4 sebanyak 20 mL ke dalam larutan pada langkah
ketiga lalu kocoklah. Catat hasil pengamatan saudara.Tambahkan larutan NH 4OH 5 M
sebanyak 10 mL ke dalam larutan pada langkah empat lalu kocoklah. Catat hasil
pengamatan saudara.

Berangkat dari pertimbangan bahwa, sebagai suatu tetapan, harga kf dan kb selalu mempunyai
harga yang konstan (pada T tetap) selama reaksi berlangsung dan hukum laju reaksi maju dan
balik pada reaksi kesetimbangan tidak berbentuk pecahan dengan penjumlahan pada
penyebutnya, maka kb seharusnya dapat juga ditentukan pada awal-awal reaksi. Bahkan, mungkin
lebih baik karena, pada kondisi ini, perubahan konsentrasi pereaksi dan produk, relatif linear
terhadap waktu (Patiha,2013)
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa
terkonsentrasinya suatu zat pada permukaan zat
lain. Sistem adsorpsi adalah suatu sistem yang
memanfaatkan kemampuan zat padat untuk
menjerap suatu zat dan penjerapan tersebut
hanya berlangsung pada permukaannya saja.
Zat yang menjerap disebut adsorben sedangkan
ion, atom atau molekul yang dijerap disebut
adsorbat. Adsorpsi pada padatan telah banyak
diterapkan pada berbagai permasalahan
lingkungan karena kemampuannnya dalam
menghilangkan polutan dari suatu aliran cairan
ataupun gas.
Adsorpsi terbagi atas dua tipe ( Treyball,

1981), yaitu :
1. Physical adsorption atau van der waals
adsorption
Adsorpsi terjadi karena adanya tarik menarik
antar gaya inter molekuler antara molekulmolekul
padatan dengan material yang
melayang
2. Chemisorption
Adsorpsi terjadi akibat adanya interaksi
proses kmia antara padatan dengan
material yang terserap
Dalam keadaan nyata, fenomena
adsorpsi merupakan kombinasi dari adsorpsi
kimia dan fisika. Kecepatan adsorpsi tidak
hanya tergantung pada perbedaan konsentrasi
dan pada luas permukaan adsorben, melainkan
juga pada suhu, tekanan (untuk gas), ukuran
partikel dan porositas adsorben, juga tergantung
pada ukuran molekul bahan yang akan
diadsorpsi dan pada viskositas campuran yang
akan dipisahkan .( Alberty & Daniels, 1992)
Model Kesetimbangan adsorpsi
Kualitas material adsorben dipertimbangkan
sesuai dengan berapa banyak adsorbat ( logam
berat ) yang dapat ditarik dan tersisa
(Volesky,1999). Untuk itu biasanya ditentukan
logam yang diambil oleh biosorben sebagai
jumlah satuan berat adsorbat per satuan berat
kering adsorben. Perhitungan logam yang
terambil berdasarkan pada neraca massa sistem
adsorpsi, yaitu logam yang berkurang dari
larutan keseluruhan berpindah ke dalam
adsorben.
(1)
a. Model Kesetimbangan Henry
Makin lama waktu adsorpsi, makin tinggi
kadar solut di padatan. Hal ini tidak
berlangsung tidak terus menerus. Jika
proses sudah berlangsung cukup lama
kadar solut dalam padatan akan relatif tetap,
karena kesetimbangan cair-padat telah
tercapai. Pada keadaan tersebut terdapat
hubungan matematis antara kadar solut
dalam cairan dengan kadar solut dalam
padatan yang dapat dianalogikan dengan
hukum Henry (Bird dkk, 1976 ).
Kriswiyanti A. E K U I L I B R I U M Vol. 6 No. 2 Juli 2007: 47-52

Anda mungkin juga menyukai