Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
KATA PENGANTAR
Jambi,
Oktober 2015
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Saat ini kurikulum pendidikan Indonesia sudah semakin berkembang. Banyak
tuntutan yang ditujukan kepada guru atau penyelenggara pendidikan. Salah satu kegiatan
pendidikan
adalah
menyelenggarakan
proses
pembelajaran.
Tujuan
utama
model-model
tersebut
dalam
proses
pembelajaran.
Model
pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap
perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas, terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang
tersedia, kondisi kelas dan factor lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran. Tanpa
pemahaman tersebut, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat memberikan
sumbangan yang besar terhadap proses pembelajaran.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran?
2. Bagaimana hubungan antara model, pendekatan, strategi, metode pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran discovery?
4. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran cooperative?
5. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran problem based learning?
6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran active learning?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Model Pembelajaran
1. Pengertian pengelolaan pembelajaran
Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran
pengelolaan media dan pengelolaan kelas. Sudah menjadi tugas guru untuk mengelola
waktu dengan baik, hal ini sesuai menurut Ali M bahwa salah satu hambatan sering dialami
dalam mengajar adalah soal waktu. Seringkali seorang mengajar tidak dapat mengendalikan
waktu. Akibatnya bisa terjadi bahan pelajaran sudah selesai, namun waktu masih panjang.
Atau sebaliknya, waktu sudah habis, bahan belum tuntas. Hal ini membawa pengaruh
terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA
guru harus mengelola media pembelajaran dengan baik, dengan kata lain ketepatan guru
dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran akan menentukan keberhasilan
pembelajaran.1
Karena secara tidak langsung belajar IPA dengan media pembelajaran akan menimbulkan
keingintahuan siswa untuk belajar IPA dan juga memunculkan ide baru dalam memecahkan
masalah. Selain itu juga dalam pelaksanaan dengan baik, hal ini sesuai dengan yang
dikemukan oleh Milan bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan dengan
kondisi yang terbangun selama pembelajaran.2
2. Pengertian model pembeajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan di gunakan,
termasuk di dalamnya tujuan tujuan pengajaran, tahapan tahapan dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.3
Enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam
mengajar, masing masing adalah :
- Presentasi
- Pengajaran langsung
- Pengajaran
- konsep
- Pembelajaran kooperatif
- Pengajaran berdasarkan masalah
- Diskusi kelas.
Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu,
pembelajaran yang lebih baik dari pada model pembelajaran lainnya. Berarti untuk setiap
model pembelajaran harus di sesuaikan dengan komsep yang lebih cocok dan dapat
digunakan dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan pertimbangan, seperti materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan
kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah di tetapkan dapat tercapai.4
Fungsi model pembelajaran disini adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan
para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Model mengajar mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode,
atau prosedur. Ciri ciri tersebut ialah :
-
Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembang
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan
dengan berhasil.
Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
3 Trianto, Model pembelajaran terpadu, bumi aksara, jakarta, 2014, hlm. 51.
4 Ibid, hlm. 51.
6
adalah suatu proses yang kompleks yang di dalamnya melibatkan berbagai unsur yang
dinamis.6
Pengalaman diantara pengajar dalam proses pembelajaran menunjukkan, bahwa ada pada
beberapa sekolah model pengajarannya mengkodiikan muridnya disibukkan oleh kegiatan
kegiatan yang kurang perlu seoerti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku,
menceritakan hal hal yang tidak perlu dan sebagainya. Sering pula ditemukan waktu kontak
antara guru dengan murid tidak dimanfaatkan secara baik, guru lebih suka memaksakan
kehendaknya dalam belajar muridnya sesuai keinginan nya dan ada juga guru untuk
memudahkan kerjanya meminta salah seorang muridnya untuk mencatat di papan tulis
kemudian murid lainnya mencatat apa yang di catat di papan tulis dan kegiatan lainnya yang
kurang perlu. Hal ini menunjukkan kurang nya pengelolaan pembelajaran.7
Dilihat dari segi pemanfaatan sumberdaya, seringkali sarana dan prasarana proses belajar
mengajar di kelas, laboratorium, perpustakaan dan di tempat praktek kerja dengan berbagai
alasan belum di manfaatkan secara baik. Artinya keterampilan guru dalam menggunakan
sarana dan prasarana belajar secara optimal adalah penting.8
2.2. Hubungan antara Model, Pendekatan, Strategi, Metode Pembelajaran
Isilah model sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari , seperti model baju, model
sepatu, model rumah, dan yang lain. Didalam sains juga dikenal dengan model atom
thomson, atau model atom bhor, yang semuanya adalah tujuan untuk memfitualisasikan
benda peristiwa juga yang bersifat mikroskopis maupun bersifat makroskopis. Model juga
biasa dikenal pola. Model atau pola biasanya juga dikenal sebagai acuan atau pedoman untuk
membuat, merancang, atau melaksanak suatu kegiatan agar hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar juga diperlukan suatu model agar pelaksanaan
dan hasilnya efektif dan efisien.model ini kita sebut sebgai model pembelajaran.9
6 Aunurrahman. Op. Cit, hlm. 143.
7 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2013,
hlm. 174-175)
8 Ibid. hlm. 174-175.
9 Sutarto, dkk,Strategi Belajar Mengajar Sains. UPT Penerbitan UNEJ,
Kalimantan,2013
8
Sebelum anda memahami apa itu model pembelajaran, anda perlu memahami beberapa
komponen proses daklam kegiatan belajar mengajar. Dalam setiap kegiatan belajar
menmgajar ada hubungan hirarkis antara komponen proses pembelajaran, yaitu komponen
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Hubungan proses tersebut dapat dibagankan
Model
Pembelajaran
Pendekatan
Strategi
Metode
Pada bagan mengambarkan kegiatan semakin operasional atau semakin konkret,
sebaliknya semakin ke atas semakinj abstrak atau cenderung bersifat teoritik. Pendekatan
pembelajaran dapat dimaknai sebagai titik tolak atau suduk pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses pembelajaran
yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan pembelajaran dapat secara teoritis mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran. Misalnya pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa atau yang biasa dikenal student centered learning
(SCL)
atau dikenal dengan scl approach, metode yang digunakan pasti dipilih yang
mengarah agar siswa aktif belajar, yang menuntut untuk menggunakan beberapa metode.
Startegi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (senjaya, 2008).
Stategi pembelajaran sifatnya masih konseptual. Artinya keputusan-keputusan yang diambil
untuk melaksanakan pembelajaran masih berupa rencana yang belum dapat dioperasikan
secara langsung. Misalnya srategi pembelajarn kelompok, strategi pembelajaran individual
dan
strategi
pembelajaran
induktif
dan
srategi
pembelajaran
deduktif.
Dalam
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang memuat kegiatan guru dan siswa
dengan memperhatikan lingkungan dan sarana prasarana yang tersedia dikelas atau tempat
belajar.10
2.3 Jenis-jenis model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika
1). Discovery
Dalam pembelajaran penemuan (Bergstrom & OBrien, 2001; Wilcox, 1993), siswa
didorong untuk untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsepkonsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa memeroleh pengalaman dan
melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan sendiri prinsip-prinsip.
Bruner (1996), pendukung pembelajaran penemuan (discovery learning), mengungkapkannya
seperti ini: Kita mengajarkan mata pelajaran bukan untuk mengahasilkan perpustakaan
hidup kecil tentang mata pelajaran tersebut, melainkan lebih-lebih untuk mengupayakan
siswa berpikir bagi diri sendiri, mempertimbangkan persoalan seperti dilakukan sejarawan,
mengambil bagian dalam proses perolehan pengetahuan. Mengetahui adalah proses, bukan
produk-produk (1966, hal. 72).11
Pembelajaran penemuan (discovery learning) mempunyai beberapa keunggulan . Hal
itu membangkitkan keingitahuan siswa, dengan memotivasi mereka terus bekerja hingga
mereka menemukan jawaban. Siswa juga mempelajari kemampuan penyelesaian masalah dan
pemikiran kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi
informasi.12
2). Cooperative
Pembelajaran Kooperatif
10 Sutarto, dkk, Op. Cit, hlm. 16.
11 Trianto, Model pembelajaran terpadu, bumi aksara, jakarta, 2014, hlm.
12 Ibid, hlm.
10
yang lain. Supaya individu dalam kelompok termotivasi untuk belajar dengan baik, maka
proses pembelajaran kooperatif hendaknya dirancang dengan tujuan pembelajaran yang jelas
sesuai dengan indicator kompetensi yang harus dicapai.15
Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan benar akan dapat menimbulkan saling
ketergantungan positif antar anggota kelompok. Anggota kelompok yang satu membutuhkan
anggota yang lain, sehingga secara otomatis akan terjalin kerjasama yang saling
menguntungkan. Selain itu, aktivitas kelompok dilakukan bersama-sama sehingga terjadi
interaksi langsung dengan tatap muka. Interaksi langsung dalam tatap muka dapat
membangun kebersamaan diantara anggota kelompok disertai dengan ikatan emosional yang
lebih erat. Sikap simpatik dan empatik diantara para siswa dapat timbul karena adanya
interksi langsung yang lebih intens. Demikian pula, pembagian tugas dalam kelompok akan
berdampak terhadap tumbuhnya tanggung jawab pribadi masing-masing anggota. Hal itu
terjadi karena dalam cooperative learningsetiap individu mendapat tugas untuk belajar dan
berkewajiban menyampaikan kepada anggota yang lain. Pada akhirnya, dalam cooperative
learning juga terjadi proses interaksi antar-individu yang menuntut kemampuan komunikasi
interpersonal yang baik, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan kondusif dalam
kelas.16
Dengan demikian, jika dicermati secara teliti, pembelajaran kooperatif sangat bermanfaat
dalam :
1.
2.
3.
4.
5.
kelompok kerja
Tahap 2 : merencanakan investigasi dalam kelompok
Tahap 3 : melaksanakan investigasi
Tahap 4 : mempersiapkan laporan
Tahap 5 : mengevaluasi
investigasi kelompok ini diwujudkan di dalam aktivitas saling bertukar pikiran melalui
komunikasi yang terbuka dan bebas serta kebersamaan mulai dari kegiatan merencanakan
sampai pada pelaksanaan pemilihan topik-topik investigasi. Kondisi ini akan memberikan
dorongan yang besar bagi para siswa untuk belajar menghargai pemikiran-pemikiran dan
kemampuan orang lain serta saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman-pengalaman
masing-masing. Karna itu diyakini bahwa melalui model pembelajaran investigasi kelompok
yang di dalamnya sangat menekankan pentingnya komunikasi yang bebas dan saling bertukar
pengallaman ini akan memberikan lebih banyak manfaat di bandingkan jika mereka
melakukan tugas secara sendiri-sendiri.22
Dalam pandangan Tsoi, Goh dan Chia (2001), model investegasi kelompok secara
filosofil beranjak dari paradigma konstruktivis, di mana terdapat suatu situasi yang di
dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan berbagai
informasi dan melakukan pekerjaan secara kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah,
merencanakan, mempresentasikan serta mengevaluasi kegiatan mereka. Karena itu model ini
sangat sesuai untuk merespon kebutuhan-kebutuhan siswa akan pentingnya pengembangan
kemampuan collaborative learning melalui kerja kelompok beranjak dari pengalamanpengalaman masing-masing siswa guna mewujudkan interaksi sosial yang lebih baik. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa pembelajaran melalui investigasi kelompok akan memuat 4 hal
esensial, yaitu ; kemampuan melakukan investigasi, kemampuan mewujudkan interaksi,
kemampuan menginterprestasi serta mampu menumbuhkan motivasi instrinsik (intrinsic
motivation).23
Joyce, Weil dan Calhoun (2000:16) mengungkapkan bahwa model investigasi
kelompok menawarkan agar dalam mengembangkan masalah moral dan sosial, siswa
diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama atau cooperative inquiry
terhadap masalah sosial dan moral, maupun masalah akademis. Pada dasarnya model ini
dirancang untuk membinbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai
cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan
mengetes hipotesis.
22 Aunurrahman. Op. Cit, hlm. 150-151.
23 Ibid, hlm. 151.
16
Kajian dan pembahasan berkenaan dengan model investigasi kelompok ini juga
dikemukakan oleh Killen (1998), yang berpandangan bahwa model investegasi kelompok
merupakan cara yang langsung dan efisien untuk mengajarkan pengetahuan akademik
sebagai suatu proses sosial. Model ini akan mampu menumbuhkan kehangatan hubungan
antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam
belajar serta hormat terhadap harga dan martabat orang lain. Dan yang lain lebih penting lagi
adalah bahwa investegasikelompok dapat dipergunakan pada seluruh areal subjek yang
mencakup semua anak pada segala tingkatan usia dan peristiwa sebagai model sosial inti
untuk semua sekolah. Oleh sebab itu penerapan model ini yntuk proses pembelajaran bagi
siswa diyakini penting untuk dilakukan serta akan memberikan manfaat langsung bagi siswa
dalam menggali pengalaman belajar mereka.24
Seorang guru dapat menggunakan investigasi kelompok di dalam proses pembelajaran
dengan beberapa keadaan anatara lain sebagai berikut ;
1. Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswa mencapai studi yang mendalam yang
tertawa tentang isi atau materi, yang tidak dapat di pahami secara memadai dari
sajian-sajian informasi yang berpusat pada guru,
2. Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skaeptis tentang ide-ide yang
disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan
3. Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik dan
memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan di luar kelas,
4. Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan
pencegahan yang di perlukan atas interpretasi informasi yang berasal dari penelitianpenelitian oramg lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang kurang
positif,
5. Bilamana guru bermaksud mengembangkan ketrampilan-ketrampilan penilitian, yang
selanjutnya dapat mereka gunakan dalam situasi belajar yang lain, seperti halnya
cooperative learning ,
6. Bilamana guru menginginkan peningkaytan dan perluasan kemampuan siswa.
Killen (1998:146) memaparkan beberapa ciri esensial investigasi kelompok sebagai
pendekatan pembelajaran adalah;
ide
pokok
dari
materi
pembelajaran,
memecahkan
persoalan,
atau
mengaplikasikan apa yag baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajran, tidakhanya mental, akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini
biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil
belajar dapat maksimal.27
Beberapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan dalam
pembelajaran model ALIS (Active Learning In School, 2009) adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran berpusat kepada siswa
2. Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata
3. Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi
4. Pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda
5. Pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru)
6. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar
7. Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar
8. Guru memantau proses belajar siswa
9. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak
Untuk menciptakan pembelajaran aktif, beberapa penelitian (Uno Hamzah, 2009)
menemukan salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain anak harus belajar
memecahkan masalah yang dia peroleh. Anak-anak dapat belajar dengan baik dari
pengalaman mereka. Mereka belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera mereka,
menjelajahi lingkungan, baik lingkungan berupa benda, tempat, serta peristiwa-peristiwa di
sekitar mereka. Keterlibatan yang aktif dengan objek-objek ataupun gagasan-gagasan tersebut
dapat mendorong aktifitas mental mereka untuk berpikir, menganalisa, menyimpulkan, dan
menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah
mereka ketahui sebelumnya.28
Mengajar untuk Active Learning dianggap lebih menarik bagi peserta didik, untuk
memudahkan koneksi dari belajar dengan kebutuhan dan minat siswa, dan untuk
memungkinkan anak-anak untuk belajar keterampilan yang semakin penting dalam dunia
modern dengan apa yang sering digambarkan sebagai ekonomi pengetahuan (Simons 1997).
Meskipun ada variasi yang luas dari makna yang melekat pada pembelajaran aktif,
istilah dari respon individu hanya lebih ke pertanyaan untuk kerja kelompok kontrol siswa
lebih besar dari karakteristik pembelajaran-kunci mereka sendiri belajar aktif termasuk
keterlibatan siswa di lebih dari mendengarkan lebih menekankan pada pengembangan
keterampilan.. Hal ini sering didefinisikan berbeda dengan metode yang lebih tradisional
27 Hisyam Zaini, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif , Pustaka Insan Madani,
Yogyakarta, 2008, hlm. Xiv.
28 Hamzah, dkk. Belajar dengan Pendekatan Pailkem, Bumi Aksara, Jakarta,
2014, hlm.76.
20
pengajaran di mana pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang ditransmisikan dari guru ke
siswa (Bolhuis dan Voeten 2001).
2.4 Hasil Diskusi
Pengelolaan pembelajaran yakni pengelolaan waktu, media dan kelas yang di barengi dengan
model pembelajaran yang tepat. Menurut kami model pembelajaran yang cocok untuk mata
pelajaran fisika yakni aktif learning, dikarenakan aktif learning adalah suatu pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif,
berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran, dengan lebih aktif mereka dapat
memahami konsep konsep dan materi materi fisika. Di tambah dengan penggunaan media
yang mendukung serta kelas yang kondusif membuat kegiatan belajar dan pembelajaran
berjalan dengan semestinya. Namun yang lebih baik lagiadalah perpaduan dari ke 6 model
pembelajaran di atas. Dimana mereka di tuntun untuk bekerja sama, aktif, berfikir keras, dan
bisa belajar mandiri.
21
BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
1.
4. Model pembelajaran cooperatifve , bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja
sama dengan teman
5. Model pembelajaran PBL, pembelajaran yang menggunakan masalah autentik
sebagai sumber belajar, sehingga peserta didik dilatih berpikir tingkat tinggi dan
mengembangkan kepribadian lewat masalah yang dalam kehidupan sehari-hari
6. Model pembelajaran Active learning, adalah suatu pembelajaran yang mengajak
peserta didik untuk belajar aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti
mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran
7. Model pembelajaran sinektik , merupakan pola belajar-mengajar yang dirancang
unuk melatih siswa mengembangkan keterampilan memecahan masalah secara
kreatif.
22
8. Model pembelajaran group investigation, Model ini berasal dari premis bahwa
dalam bidang sosial maupun intelektual proses pembelajaran di sekolah
menggabungkan nilai-nilai yang didapatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyadati. 2012. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13. No. 1.
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Moedjiono, dkk., 1992. Strategi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan: Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaram. Bandung :
Alfabeta.
Suherman, Andri, dkk. 2011. Active Learning to Improve Fifth Grade
Mathematics Achievement in Banten, Vol 2.
Sutarto, dkk,. 2013. Strategi Belajar Mengajar Sains. Kalimanatan : UPT
Penerbitan UNEJ.
Sutirman. 2013. Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Trianto. 2014. Model pembelajaran terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. 2014. Belajar dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta : Bumi Aksara.
Zaini, Hisyam, dkk., 2008. Srategi Pembelajaran Aktif.Yogyakartam: Pustaka Insan Madani.
23