EASLICK PASTA
merupakan antiseptik yang memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum luas. Bahan ini
mudah mengiritasi kulit dan mata dan juga dapat diinaktivasi oleh debris organik.
Bahan lain yang dapat digunakan untuk devitalisasi gigi sulung selain Easlick Pasta
adalah:
1. Gysi Triopaste, yang memiliki komposisi yaitu.
a. Tricresol 10 ml
b. Cresol 20 ml
c. Glycerin 4 ml
d. Paraformaldehid 20 ml
e. Zinc Oxide 60 gr
2. Paraform Devitalizing Paste, yang memiliki komposisi yaitu.
a. Paraformaldehid 1 gr
b. Lignocaine 0,06 gr
c. Prophylene Glicol 0,5 ml
d. Carbowax 1500 1,3 gr
e. Carmine
Dibandingkan dengan dua bahan ini, Easlick Pasta menjadi yang paling sering digunakan oleh
dokter gigi sebagai bahan devitalisasi. Adapun bahan lain sebenarnya memiliki komposisi yang
hampir sama dengan Easlick Pasta sehingga jika menggunakan bahan yang lain pun tidak ada
perbedaan yang berarti.
Penggunaan pasta ini pada devitalisasi gigi sulung dengan cara pasta ditempatkan di atas
bagian yang terbuka dan ditutup rapat pada gigi sulung selama 1 atau minggu. Gas
paraformaldehid merembes melalui pulpa bagian mahkota dan akar sehingga jaringan terfiksasi.
Pada kunjungan pertama, bahan diletakkan pada gulungan kapas, diletakkan di atas daerah
perforasi dan kemudian di dalam kamar pulpa selama 10-14 hari. Bila bahan langsung diletakkan
di atas daerah perforasi, tindakan ini perlu dilakukan secara berhati-hati agar tidak menekan
pulpa. Namun, pasien tetap saja akan mengalami rasa tidak enak sehingga perlu diberikan
analgesik yang sesuai. Kemudian kavitas ditutup dengan bahan dressing ZnOE. Pada kunjungan
kedua, dressing dilepas dan pasta formokresol-ZnOE atau pasta Kri II dapat dimasukkan ke orifis
saluran akar, setelah sisa puloa yang nekrotik dibersihkan dan diirigasi serta dikeringkan
kavitasnya.
Komplikasi dari Easlick Pasta ini adalah setelah kunjungan pertama, nyeri mungkin dapat
timbul jika pasta devitalisasinya terlalu menekan pulpa. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberian
analgesik dengan dosis yang tepat untuk anak, misalnya aspirin atau ibuprofen. Selain itu, pulpa
di mahkota juga dapat tidak seluruhnya menjadi non vital seperti yang diharapkan setelah 1
minggu aplikasi bahan devitalisasi. Hal ini bisa terjadi jika bahan devitalisasi tersebut bergeser
dari tempat yang seharusnya ketika meletakkan semen sementara atau efek bahan devitalisasi
yang kurang akibat pulpa terbuka yang kurang besar. Jika keadaan ini terjadi, operator dapat
mengulangi tindakan pada kunjungan pertama dan melakukan prosedur pulpotomi vital pada
kunjungan ketiga.
2
3
4
5
yaitu antibiotik dan antiseptik. Kelebihan dari antibiotik adalah antibiotik mempunyai indeks
terapeutik yang luas, tetapi kekurangannya adalah efeknya hanya mengenai organisme tertentu.
Antiseptik mempunyai spektrum aksi yang lebih luas tetapi umumnya lebih toksik terhadap
host.5
Adapun syarat suatu medikamen intrakanal yang ideal adalah:
-
Tidak mengiritasi
Sangat efektif sebagai germisid dan fungisid
Tidak mempengaruhi jaringan periapikal
Tidak merusak struktur gigi
Dapat memasuki jaringan-jaringan yang lebih dalam
Stabil dalam larutan
Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
Anodyne (obatperedasakit)
Efek mikrobial lama dan dapat menyerang mikroorganisme dengan baik
perawatan pulpa. Bahan ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1904 dan sejak saat itu telah
digunakan sebagai medikasi untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Teknik pulpotomi dengan menggunakan formokresol digunakan oleh Sweet sebagai suatu
modifikasi metode perawatan pulpa pada tahun 1930. Saat itu, Sweet melaporkan bahwa adanya
keberhasilan penggunaan bahan ini sebesar 97 % pada 16.651 kasus.
Komposisi Bahan
Larutan formokresol yang memiliki tujuan dasar untuk memfiksasi jaringan pulpa yang
mengalami inflamasi dan mencegah masuknya mikroorganisme ini, terdiri atas beberapa
komponen, diantaranya yaitu:2-3
Trikresol (35 % )
Formaldehid (19 % )
Gliserin ( 15 % )
Aqua
Komponen aktif dari formokresol adalah formaldehid dan kresol. Formaldehid
memiliki sifat yang dapat mengiritasi jaringan, sehingga penggunaannya dalam rongga
mulut harus hati-hati. Para peneliti menyimpulkan bahwa formokresol tidak
menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia apabila penggunaannya masih dalam
jumlah yang tepat.
Bahan kresol yang ditambahkan pada formaldehid bertujuan untuk mengurangi
aksi iritan formaldehid terhadap jaringan. Selain itu, kresol sendiri dapat berperan sebagai
desinfeksi yang cukup efektif. Kedua bahan ini, formaldehid dan kresol, merupakan
bahan zat antiseptik yang efektif terhadap bakteri. Dimana zat antiseptik tersebut dapat
bersifat bakterisid atau bakteriostatik yang dapat ditentukan dari konsentrasinya. Zat
mencegah
polimerisasi
formaldehid
menjadi
paraformaldehid.
Dimana
paraformaldehid yang terbentuk jika tidak ada gliserin ini, dapat menyebabkan larutan
menjadi keruh.
Kelebihan Formokresol
Dengan adanya kandungan kresol dalam larutan formokresol, maka larutan ini memiliki efek
antiseptic yang dapat membunuh bakteri dengan baik. disamping itu, formokresol ini dapat
mengkoagulasi protein sehingga dapat berperan sebagai bakterisid yang kuat dan kaustik. Sifat
kaustik inilah yang dapat menyebabkan fiksasi bakteri dan jaringan pada sepertiga bagian atas
pulpa yang terlibat.
Penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan pulpotomi
pada gigi sulung beberapa tahun ini semakin meningkat. Formokresol tidak membentuk
jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi
yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai
pencegah terhadap infiltrasi mikroba. Keuntungan lain dari formokresol pada perawatan pulpa
gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung
dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan.
Kekurangan Formokresol
Beberapa penelitian klinis menyatakan bahwa medikamen yang tergolong aldehid ini
tidak terlalu efektif untuk mencegah atau mengendalikan rasa nyeri pada pemakaian
medikamen intrakanal. Larutan ini juga dikhawatirkan tingkat toksisitasnya baik secara local
maupun sistemis.
Dikatakan pula bahwa meskipun zat ini dapat memfiksasi jaringan, tapi aldehid tidak
begitu efektif dalam memfiksasi jaringan nekrotik atau jaringan yang mengalami
dekomposisi. Bahkan pada kenyataannya, ketika jaringan nekrotik terfiksasi oleh aldehid,
jaringan tersebut akan lebih toksik dan antigenic. Disamping itu, Menurut Ansari & Ranjpour
(2010), kegagalan formokresol lebih tinggi dibandingkan mineral trioxide aggregate sebab
pada penggunaan formokresol akan terjadi resorpsi internal.
3. GLUTARALDEHYDE
Komposisi Glutaraldehyde
Glutaraldehid atau 1,5-pentanedial adalah sebuah dialdehid yang sedikit asam didalam
keadaannya yang biasa. Pada alkaline buffer (PH 7,5-8,5), ini merupakan sebuah agen mikrobial
yang sangat efektif. Glutaraldehid alkaline merupakan bahan yang sangat umum dipakai pada
sterilisasi dingin pada medikal, surgikal dan peralatan kedokteran gigi (contoh produk: Cidex,
Aldesen, Hospex, Wavicide, Procide, Omnicide, dan Sonacide).
Glutaraldehid merupakan iritan yang kuat terhadap kulit, mata dan sistem respiratori. Kontak
langsung dapat menyebabkan kulit tersensitifitas yang dapat menyebabkan dermatitis kontak.
Menghirup uapnya dapat menyebabkan asma.
Indikasi Penggunaan Glutaraldehid
Glutaraldehid diindikasikan pada tindakan pulpoptomi gigi sulung, sebagai alternatif lain dari
formokresol. Glutaraldehid lebih dapat diharapkan sebagai medikamen pada terapi pulpa
dibandingkan dengan formokresol karena merupakan reagen bifungsional yang membentuk
ikatan intra dan intermolekular protein yang kuat.
1870C, soluble dan memproduksi keasaman yang ringan bila berkontaminasi. Glutaraldehid
merupakan reagen yang bingfusional, yang membentuk ikatan intra dan inter protein molekular
yang kuat, menyebabkan fiksasi yang unggul oleh cross linkage.
Penetrasi ke sekeliling jaringan periapikal terbatas oleh formasi protein dari cross linkage.
Distribusi sistemik Glutaraldehid juga terbatas. Glutaraldehid menyebabkan berkurangnya sifat
nekrotik, distropik, sitotoksi dan antigenin, adalah sebuah bakteriosit yang lebih baik, dan dapat
memperbaiki jaringan dengan cepat. Glutaraldehid memperlihatkan ikatan jaringan yang lemah
dan secara siap dimetabolisme. Sayangnya, larutan buffer pada Glutaraldehid tidak stabil
dikarenakan pendeknya shelf life dan harus freshly prepared.
Gravemade merasa bahwa Glutaraldehid mungkin dapat menggantikan formocresol pada
terapi endodonti karena komponen nya yang fiksatif dan juga keefektifan bakterisidal dan tidak
banyak merusak jaringan. Pada perbandingan formokresol dengan Glutaraldehid in vitro dengan
antimicrobial dan efek antitoksiknya , konsentrasi antimikrobial minimalnya
3.125% untuk
Glutaraldehid dan 0.75% untuk formkresol. Lebih pentingnya lagi, pada konsentrasi seperti ini
terlihat Glutaraldehid mengurangi sitotoksik ketika digunakan sebagai agen pulpotomi.
Indikasi
bahan fiksasi
antimikroba saluran akar
Kelebihan
Kekurangan
Komposisi Bahan
Liquid formaldehid
Cresol
Desinfektan
yang
lebih
kuat
daripada
phenol,
dapat
membasmi
dan
menghilangkan bau
Dapat dicampur dengan formaldehid dalam semua perbandingan
Menghilangkan rasa sakit, mengurangi efek rangsangan dari formaldehid
Bersifat saponifikasi, lemak dan asam lemak diubah menjadi antiseptik.
Sumber:
Harty FJ. 1992. Endodonti Klinis. 3rd ed. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates.
Ingle Jl. 2002. Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Ontario: BC Decker Inc.
Mathewson, Richard and Robert E. Primosch. 1995. Fundamental of Pediatric Dentistry.3rd
edition. USA; Quintessence Publishing Co, Inc
Tandon, Shobhan. 2008. Textbook of Pedodontics. 2nd ed. India:Paras Medical Publisher
Hyderabad.
Tarigan R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1st ed. Jakarta: Widya Medika.
Yagiela, J.A. Dowd, F.J., Neidle E.A. 2005. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry.
5th ed.
durairaj, samueal. 2015. Makalah IKGA, Sterilisasi Pulpa.
http://dokumen.tips/documents/makalah-ikgadocx.html. 28 April 2016