Lapak Sensosi Kedua
Lapak Sensosi Kedua
Disusun oleh :
Ika Winda Wati
240210130069
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2016
I.
TUJUAN
Tujuan khusus dari praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat mengenali
II.
TEORI DASAR
2.1
Menurut Rosa (2015) ukuran dan bentuk merupakan faktor mutu yang
dapat dilihat nyata dan biasanya dapat diukur dan diawasi dengan mudah.
Penggolongan mutu bahan berdasarkan ukuran dan bentuk biasanya merupakan
tahap pertama dalam mengelompokkan tingkat mutu bahan hasil pertanian.
Penggolongan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tangan (manual) dan
dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis misalnya saringan
dan sortasi mekanik.
Penggolongan bahan berdasarkan ukuran dan bentuk dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh keseragaman, ukuran suatu bahan hasil pertanian dan
merupakan petunjuk tentang tingkat kematangan bahan tersebut, misalnya bahan
yang mempunyai ukuran lebih kecil mungkin menunjukkan sifat kurang tua bila
dibandingkan dengan bahan yang sama dengan ukuran yang lebih besar. Beberapa
kriteria yang termasuk ukuran adalah berat, volume, kerapatan, berat jenis,
panjang, lebar dan garis tengah (diameter).
Sedangkan bentuk bahan dapat dilihat secara langsung, misalnya bulat,
lonjong, simetris, melengkung dan sebagainya. Pengukuran bentuk secara
kwantitatif ditentukan berdasarkan perbandingan antara panjang dengan lebar,
atau tinggi dengan diameter.
antosianin memberikan warna biru tua, jingga atau ungu pada bit dan
buah kopi.
2. Reaksi karamelisasi yang terjadi apabila gula dipanaskan membentuk
warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula karamel, atau
roti yang dibakar.
3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara
gugus amino protein, dengan gugus karbonil gula pereduksi, misalnya
sate dibakar.
4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna
coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta
enzim; misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang
dipotong.
5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat wrna sintetik,
yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan.
Pigmen-pigmen alam biasanya akan mengalami perubahan kimia, misalnya
yang terjadi pada pematangan buah-buahan atau curing daging. Pigmen juga sangat
sensitif terhadap pengaruh kimia dan fisik selama pengolahan. Terutama panas sangat
berpengaruh terhadap pigmen bahan pangan, pukulan mekanik dan penggilingan juga
mempengaruhi perubahan warna bahan pangan. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar pigmen tanaman dan hewan terkumpul di dalam sel-sel tenunan dan dalam
pigment body, misalnya klorofil yang terdapat dalam kloroflast. Jika sel-sel ini pecah
karena penggilingan atau pukulan, maka pigmen akan keluar dan sebagian akan
teroksidasi karena kontak dengan udara.
Warna berasal dari cahaya. Sinar matahari, seperti yang kita rasakan, adalah
tidak berwarna. Pada kenyataannya, pelangi adalah bukti bahwa semua warna dari
spektrum yang hadir dalam cahaya putih. Cahaya putih memiliki 3 unsur warna, yaitu
warna Red Green Blue (RGB).
Kita dapat melihat benda, karena adanya cahaya yang memantul dari benda
tersebut menuju mata sehingga mata kita dapat melihat bentuk benda tersebut. Namun
tidak hanya bentuk, sebenarnya warna juga dapat ditangkap mata karena adanya
pantulan dari cahaya karena tiga unsur warna tersebut (RGB).
Seperti contoh skema di bawah ini:
Kita dapat melihat kertas berwarna putih karena ketiga unsur cahaya RGB
dipantulkan semua. Sedangkan kita melihat warna hitam, karena ketiga unsur cahaya
tersebut diserap semuanya.
2.3
Kilap
Sifat yang menyangkut sinar atau yang disebut dengan sifat spectral pada
bahan pangan. Berlaku juga untuk kejernihan. Kilap dan sifat spectral dapat
menentukan karakteristik fisik lain dari bahan pangan yaitu rasa, derajat
kematangan, nilai gizi dan sebagainya.
2.4
Kekentalan Cairan
Berdasarkan bentuknya, bahan pangan dapat dibagi tiga jenis yaitu padat,
cair dan semipadat. Bahan pangan yang berbentuk cair atau semipadat termasuk
ke dalam golongan fluida. Fluida merupakan zat yang dapat mengalir dan
menyesuaikan diri dengan bentuk wadahnya. Contoh bahan pangan yang masuk
ke dalam kategori fluida adalah kecap, saos tomat, sirup dan lain-lain.
Salah satu cirri dari fluida adalah mengalir. Parameter yang dapat kita
gunakan untuk melihat mudah tidaknya suatu fluida untuk mengalir adalah
viskositas. Viskositas merupakan ukuran kekentalan yang menandakan besar
kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar nilai viskositas suatu bahan
pangan, maka semakin kental dan semakin susah bahan pangan tersebut mengalir.
Nilai viskositas dari produk dapat ditentukan dengan menggunakan
viscometer Brookfield. Di industri pangan, nilai viskositas dari produk antara
(intermediate Product) dan produk yang diproduksi sangat penting sekali untuk
diketahui karena :
Menentukan Biaya Produksi
Proses produksi di industri pangan dilakukan dengan mentransfer produk antara
atau produk dari suatu tahap produksi ke tahap produksi lain. Proses perpindahan
tersebut dilakukan dengan menggunakan pipa dan pompa. Nilai viskositas dari
bahan akan menentukan jumlah energi yang diperlukan untuk mentransfer produk
antara atau produk tersebut. Semakin tinggi nilai viskositas, maka akan semakin
susah produk antara atau produk tersebut untuk dipindahkan, sehingga energi
yang diperlukan akan besar. Besarnya energi yang digunakan untuk mentransfer
produk antara atau produk akan menentukan besarnya biaya produksi dari
perusahaan tersebut.
Menentukan Mutu dari Produk Pangan
Mutu pangan adalah nilai suatu pangan yang ditentukan berdasarkan kriteria fisik,
kimia atau mikrobiologi. Salah satu parameter mutu penting untuk produk cair
atau semipadat adalah viskositas. Viskositas akan menentukan penerimaan
konsumen terhadap produk tersebut. Contohnya adalah susu kental manis (SKM)
yang umumnya mempunyai viskositas sekitar 21 cP. Jika SKM mempunyai nilai
viskositas yang lebih rendah dari 2i cP maka produk tersebut cenderung encer dan
tidak
disukai
konsumen,
sehingga
nilai
viskositas
dijadikan
sebagai
Kerusakan Mikrobiologis
Pada umumnya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan
mentah, tetapi juga pada bahan setengah jadi maupun pada bahan hasil olahan.
Cara
perusakannya
dengan
menghidrolisa
atau
mendegradasi
Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis.
Kerusakan ini terjadi pada : benturan antar bahan, waktu dipanen dengan alat,
selama pengangkutan (tertindih atau tertekan) maupun terjatuh, sehingga
mengalami bentuk atau cacat berupa memar, tersobek atau terpotong.
2.6.3
Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik. Misalnya
Kerusakan Biologis
Yang dimaksud dengan kerusakan biologis yaitu kerusakan yang
autolisis, karena itu daging mudah rusak dan busuk bila disimpan pada suhu
kamar. Keadaan serupa juga dialami pada beberapa buah-buahan.
2.6.5
Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya : coating
atau enamel, yaitu terjadinya noda hitam FeS pada makanan kaleng karena
terjadinya reaksi lapisan dalam kaleng dengan HS yang diproduksi oleh
makanan tersebut. Adanya perubahan pH menyebabkan suatu jenis pigmen
mengalami perubahan warna, demikian pula protein akan mengalami denaturasi
dan penggumpalan. Reaksi browning dapat terjadi secara enzimatis maupun nonenzimatis. Browning non-enzimatis merupakan kerusakan kimia yang mana dapat
menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan.
III.
3.1
Alat
1.
2.
3.
4.
3.2
Gelas
Piring
Pisau
Sendok
Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Apel
Kentang
Kacang Merah
Susu
Beras
Minyak Goreng
IV.
PROSEDUR
1. Sampel produk yang disajikan diamati dan diberi penilaian terhadap
kenampakannya baik bentuk, keseragaman bentuk, warna, kilap,
kerusakan, misalnya layu, noda, belah, pecah, dan lain-lain.
2. Kentang dan apel dipotong, diamati apakah mengalami perubahan
warna dan tekstur? Pemotongan harus dilakukan secara langsung untuk
menentukan adanya perubahan warna akibat kontak atau reaksi dengan
udara.
3. Susu dan minyak goring, masing-masing diambil satu sendok cairan
kemudian dituang kembali ke dalam wadah. Kekentalan dan
keencerannya diamati, dan dibandingkan dengan air.
V.
dengan sampel apel, kentang, kacang merah, selada, susu, beras, dan minyak
goreng. Dalam hal ini tiap sampel akan diamati ukuran dan keseragamannya,
bentuk dan keseragamannya, warna dan keseragamannya, kilap dan suram, jernih
atau keruh, kekentalan cairannya, dan kerusakan fisik berupa noda, layu, dan
retaknya. Berikut adalah hasil pengamatan praktikum kali ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Jenis Makanan
Kenampakan
Ukuran dan
keseragaman
ukuran
Bentuk dan
keseragaman
bentuk
Apel
Kentang
Kacang
Merah
Beras
1,95/ 1,1 /
0,05 /
5,5
1,8
0,2
Oblate
cukup
seraga
m
3
Irregular
tidak
seragam
Elliptical
seragam
Selada
Susu
Minyak
Goreng
14 / 14,5
Long
Irregular
tidak
tidak
seragam
seragam
Luar
coklat
Warna dan
keseragaman
merah
warna
hijau
dalam
kuning,
kuning
transpar
mengala
kecoklata
an,
mi
seragam
Suram
suram
pencokla
hijau
muda
Putih
Kuning
hijau
kekun transpara
kekunin
ingan
kilap
Kilap
gan
tan
Kilap atau
suram
kilap
suram
Kilap +
+
Putih
Jernih atau
susu
keruh
Jernih
keruh
Kekentalan
encer
cairan
Noda, layu,
Bitnik
Bintik
Bitnik
Noda
Bintik
retak
coklat
hitam
coklat
putih
dan
Kental
dan
luka
permuka
an
noda
hitam
robek
cekung
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
dihidroksifenilalanin
(dopa)
dan
dioksidasi
kentang memiliki permukaan yang lengkung dengan bitnik hitam. Sampel kacang
merah memiliki bitnik coklat dan noda hitam. Sampel beras memiliki noda putih
dengan cekungan dibagian ujung. Sampel terakhir adalah selada yang memiliki
noda bintik, dan adanya robek dibagian pinggirnya. Dilihat dari karakteristiknya
kerusakannya dapat disebabkan oleh mikroba, perlakuan mekanis yang buruk, dan
juga juga serangan hama.
VI.
6.1
Kesimpulan
1. Sampel apel memiliki ukuran a = 4.5 cm, b = 5.5 c,. dan c =5.5 cm serta
memiliki bentuk yang oblate. Sampel lain yaitu kentang memiliki ukuran a
= 3,5 cm , b = 2,6 cm, dan 3 cm dengan bentuk oblong tidak seragam.
selada memiliki ukuran a = 10 cm, dan b = 14,5 cm dengan bentuk pipih
irregular (tidak beraturan) dan cukup seragam. Bentuk kacang merah
berdasarkan hasil pengamatan adalah ellips yang seragam. Sampel beras
memiliki ukuran a = 0,15 cm, dan b = 0,2 cm dengan bentuk long.
2. Berdasarkan hasil pengamatan warna, kilap dan kejernihan pada sampel
apel memiliki warna merah dan hijau dengan kilap pada
permukaannya. Sampel kentang memiliki warna yang tidak seragam
dengan warna coklat dan krem, dan bagian dalamnya berwarna kuning,
selain itu kentang tidak memiliki kilap (suram). Sampel kacang merah
memiliki merah dan kuning kecoklatan yang tidak seragam dari tiap
sampelnya, sampel kacang juga tidak memiliki kilap. Sampel beras
memiliki warna putih transparan yang seragam tanpa kilap. Sampel selada
memiliki hijau muda, dan hijau kekuningan dengan kilap.
3. Sampel cair berupa sampel susu memiliki warna putih kekuningan dengan
kilap serta keruh, dan sampel minyak goreng berwarna kuning transparan
dengan kilap serta jernih
4. Susu memiliki karakteristik kekentalan yang encer, sedangkan minyak
goreng bersifat kental.
5. Tiap sampel padat memiliki kerusakan fisik baik berupa noda, layu,
maupun keretakan termasuk juga bintil hitam.
6.2
Saran
1. Sebaiknya, perlu diperbaiki kembali standarisasi laboratorium sensori.
2. Perlu dilakukan pelatihan terlebih dahulu sebelum uji sensori dilakukan.
3. Pengujian sensori sebaiknya dilakukan dalam keadaan yang kondusif.
DISKUSI
1. Bila Saudara panen padi, kacang merah, ataupun apel, apakah setiap
tanaman atau rumpun akan menghasilkan produk yang mempunyai
kenampakan seragam?
Jawaban :
Setiap tanaman yang dipanen tidak akan menghasilkan produk
yang mempunyai kenampakan seragam. Hal ini
dikarenakan kondisi
penanaman yang berbeda pada tempat yang berbeda pula, meskipun pada
lahan yang sama, terdapat faktor lain yang mempengaruhi penanaman,
yaitu berupa iklim cuaca, suhu, kesuburan tanah dan perlakuan penanaman
yang berbeda. Faktor lainnya adalah dalam setiap tahapan dari panen
sampai pengkonsumsian bahan dapat mengalami kerusakan berupa
kerusakan
mikrobiologi,
fisika,
kimia,
maupun
mekanik
yang
dipajang
dengan
penumpukan maksimum
untuk
cara
bertumpuk,
produk-produk
ada
yang
disusun berdasarkan
harga
yang
JAWABAN PERTANYAAN
Audina,
R.
2015.
Sensori.
Available
at
:
http://documents.tips/documents/laporan-praktikumsensori-menguji-kenampakan-makanan.htm (Diakses pada
8 Maret 2016 pukul 5.49 WIB)
Dimas, R. 2015. Bentuk, Ukuran, dan Warna Bahan Pangan.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Dwayne. 2012. Bagaimana Mata Dapat Menangkap Warna.
Available
at
:
http://edupaint.com/warna/ragamwarna/1709-bagaimana-mata-dapat-menangkapwarna.html (Diakses pada 8 Maret 2015 pukul 5.02 WIB)
George, J. 2009. Food Dairy Product. CRC Press. New York.
Hui, Y. dan Sherkat. 2005. Handbook of Food Science, Technology,
and Engineering. CRC Press. New York.
Rosa.
Sellitasari,
S.
2013.
Tanaman
Apel.
Available
at
:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus-gdlnenithresi-6248-3-babii.pdf (Diakses pada 8 Maret 2016
pukul 6.48 WIB)
Susiwi, S. 2016. Kerusakan Bahan Pangan. Available at :
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19510
9191980032-SUSIWI/SUSIWI-28)._Kerusakan_Pangan.pdf
(Diakses pada 8 Maret 2016 pukul 5.24 WIB)
Sutanto.
2012.
Pewarna
Alami.
Available
at
:
ejournal.uajy.ac.id/370/3/2BL01022.pdf (Diakses pada 8 Maret 2016
pukul 6.59 WIB)