Anda di halaman 1dari 29

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kebugaran fisik


2.1.1. Pengertian Kebugaran Fisik
Beberapa definisi mengenai kebugaran fisik yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk
melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk
melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 2011).
Pengertian lain menyatakan kebugaran fisik adalah suatu keadaan
kemampuan fisik yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap
tugas fisik tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus di atasi dengan
cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna
sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya (Giriwijoyo dan Mucchtamaji,
2005).
Menurut Corbin dkk., kebugaran fisik atau physical fitnes adalah
kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul
kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.
Setiap orang membutuhkan kebugaran fisik yang baik, agar ia dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien tanpa mengalami kelelahan
yang berarti (Corbin Dkk., 2008).

10

11

Kebugaran fisik adalah kesanggupan kemampuan tubuh melakukan


penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja
yang di lakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan rasa kelelahan yang berlebihan
atau tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang
melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan
tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan
lainnya yang mendadak ( Anonim, 2012).
Kartina dkk., (2006) dalam buku sport medicine mendefinisikan
kebugaran fisik adalah salah satu kunci untuk tetap sehat dan merupakan
serangkaian karakteristik terhadap pekerjaan kapasitas jantung dan paru-paru,
kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas sendi terkait dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan fisik ( Kartina Dkk., 2006 ).
Kategori fisik merupakan cikal bakal dari kesegaran jasmani secara umum.
Jadi apabila orang dalam keadaan segar salah satu aspek pokok yang nampak
adalah keadaan penampilan fisiknya ( Pollowek dan Wilmore, 1990 ). Tidak
menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang
melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan
tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan
lainnya yang mendadak (Giriwijoyo dan Sidik, 2010), kebugaran fisik harus
ditingkatkan agar kemampuan cadangan untuk menghadapi tugas-tugas ekstra
khususnya bagi kesejahteraan keluarga, bagi kegiatan kemasyarakatan dan guna
menghadapi keadaan darurat dapat bertambah (Giriwijoyo dan Muchtamaji,
2005).

12

2.1.2. Kemampuan Kebugaran Fisik


Kemampuan biomotorik atau unsur biomotorik merupakan kemampuan
dasar gerak fisik atau aktifitas fisik dari tubuh manusia (Nala, 2011). Status
kebugaran fisik seseorang dijadikan dasar untuk menentukan tingkat beban
kinerja yang boleh dilakukan sehingga dapat mencegah hal yang tidak diinginkan
(Adiatmaja, 2002).
Menurut Depertemen Kesehatan RI (Anonim, 1994), kebugaran fisik
(physical fitnes) terdiri atas 10 komponen yaitu :
1) Daya tahan kardiovaskuler (cardiovasculer Endurance)
2) Daya tahan otot (Muscular Endurace)
3) Kekuatan otot (Muscular Streength)
4) Kelentukan (Flexibility)
5) Komposisi tubuh ( Body Composition)
6) Kecepatan (Speed)
7) Kelincahan (Agility)
8) Keseimbangan (Balance)
9) Kecepatan reaksi (Reaction time)
10) Koordinasi (coordination)
2.1.2.1. Daya Tahan Kardiovaskular (cardiovasculer Endurance)
Daya tahan kardiovaskular adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja
dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga

13

dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh (Boreham dkk., 2006; perry,
2008)
Saat beraktivitas kenaikan frekuensi denyut jantung lebih lama. Setelah
beraktifitas fisik, denyut jantung, pernapasan dan pembuluh darah akan lebih
cepat kembali ke keadaan normal dari pada orang yang tidak terlatih (Boreham
dkk., 2006). Efek akibat terciptanya peningkatan kebugaran fisik pada daya tahan
kardiovaskuler yaitu terjadinya pembesaran otot jantung sehingga ukuran jantung
meningkat, isi darah sekuncup perdenyut jantung bertambah sehingga volume
yang dipompakan keseluruh tubuh lebih banyak, (denyut jantung orang yang
terlatih 6-8 kali lebih sedikit dari yang tidak terlatih) dan peningkatan tekanan
darah lebih sedikit (Boreham, 2006 )
2.1.2.2. Daya tahan otot (Muscular Endurace)
Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan
ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus, dalam waktu yang relatif lama
dengan beban tertentu (Borcham, 2006). Jika otot tidak kuat dan daya tahannya
kurang baik maka tidak akan tercapai tujuan pelatihan (Chander dan Brown,
2008). Seseorang dengan keterampilan yang tinggi sekalipun tidak ada artinya
tanpa dukungan oleh daya tahan yang baik (Nala, 2011).
Faktor penentu daya tahan otot meliputi : jenis fibril otot, kualitas
pernapasan dan peredaran darah, proses metabolisme dalam otot dan kerja
hormon, pengaturan sistem saraf pusat maupun sistem saraf perifer, kekuatan
maksimal ledak dan power endurance, koordinasi gerakan otot, irama gerakan,
susunan serat otot, dan jenis kelamin (Tozeren, 2000 ).

14

2.1.2.3. Kekuatan otot (Muscle Streength)


Kekuatan merupakan komponen yang paling penting pada setiap pelatihan
olahraga. Boreham dkk., (2006 ) menjelaskan bahwa :
Strength training aims to increase the athletes competition performanced
by : (a) enhancing the neural component of muscle contraction, and (b)
augmenting the muscle fibre size. Exercise training causes an accumulation of
metabolites which specifically induce the adeptive synthesis of structural and
enzyme proteins resulting in larger and more efficient muscle.
Maksud dari penjelasan tersebut adalah pelatihan kekuatan bertujuan
untuk meningkatkan komponen saraf dan kontraksi otot, menambah serat otot,
menyebabkan akumulakasi metabolik yang secara khusus menginduksi sintesis
protein dan enzim dalam menghasilkan otot yang besar dan efisien.
Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal yang di hasilkan oleh otototot dan kemampuannya di titik beratkan pada otot tangan, kaki, bahu, dada,
perut, tungkai kaki, dan punggung agar dapat memegang, mengangkat, mengayun,
menarik, melempar, mendorong, dan menolak ( Juliantine, dkk., 2007).
Bompa (2009) kekuatan otot secara psikologis dapat di artikan sebagai
kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses sistem saraf dan perangkat
otot untuk melakukan gerakan dalam waktu tertentu.
2.1.2.4. Kelentukan (Flexibility)
Kelentukan adalah kemampuan tubuh mengulur dari seluas-luasnya yang
di tunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakkan
tubuh dan anggota tubuh seluas-luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan

15

gerakan kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya ( Chandler dan Brown,
2008 ). Semakin tua usia seseorang kelentukan akan semakin menurun yang di
sebabkan karena elastik otot semakin berkurang (Nala, 2011).
Ketentuan membuat sendi-sendi dapat digerakkan dengan baik dan
sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan (Chandler dan Brown, 2008).
Kehilangan kelentukan berarti mengurangi efisiensi gerakan dan kemungkinan
terjadi cidera sangat besar (Nala, 2011).
Menurut Parks dan Beverly (1990) pelatihan-pelatihan kelenukan sangat
penting dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki keluwesan dan
kekenyalan, mengembangkan aliran darah yang lebih efisien dalam jaringan
kapiler untuk mengurangi cidera. Pelatihan senam adalah pelatihan yang cocok
untuk meningkatkan ketentuan bergerak (Anonim, 2009).
2.1.2.5. Komposisi tubuh ( Body Composition)
Komposisi tubuh adalah komponen yang menggambarkan perbandingan
bagian tubuh yang secara metabolisme aktif terutama otot di bandingkan dengan
bagian yang kurang aktif yaitu lemak (Tozeren, 2000). Komponen tubuh dihitung
dengan menggunakan perhitungan IMT atau Indeks Massa Tubuh (Sudarssono,
2008; Tozeren, 2000). Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa
lemak dan berat lemak. Makin kecil persentase lemak makin baik kinerja
seseorang (Berger, 1982, Tozeren, 2000) membuktikan bahwa jumlah porsi
muscle mass dan lemak yang rapat akan menambah kekuatan.
Tubuh yang mempunyai berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya
banyak sedangkan kadar lemak relatif lebih kecil. Secara garis besar indeks massa

16

tubuh di pengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebugaran tubuh, ras, asupan nutrisi
serta rasio pinggang atlit yang sesuai dengan kesehatan estimasi tingkat minimum
dari lemak tubuh adalah 5% untuk pria dan 12% untuk wanita (Anonim, 2012).
2.1.2.6. Kecapatan (Speed)
Menurut torzern (2000) kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah
atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lainnya atau
untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Harsono (2003) mengatakan kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan yanng sejenisnya secara berturut-turut dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan merupakan komponen fisik yang erat
kaitannya dengan komponen biomotorik lain terutama kekuatan, kelincahan,
koordinasi, waktu reaksi dan daya tahan. (Nala, 2011).
2.1.2.7. Kelincahan (Agility)
Kelincahan (Agility) adalah kemampuan untuk mengubah posisi tubuh
atau arah gerakan tubuh dengan cepat ketika sedang bergerak cepat tanpa
kehilangan keseimbangan atau kesadaran orientasi terhadap posisi tubuh.
Komponen kelincahan ini erat sekali kaitannya dengan komponen kecepatan
(gerakan dan reaksi), keseimbangan dan koordinasi (Nala, 2011). Untuk dapat
meningkatkan kelincahan dibutuhkan kualitas dan latihan khusus terhadap tiga
komponen penting yaitu kelentukan (fleksibility), kecepatan gerak (speed), dan
ketepatan gerak (accuracy) dimana latihan yang dapat di berikan mencakup luas
pergerakan persendian untuk meningkatkan kelentukan, kekuatan otot, untuk

17

meningkatkan kecepatan gerak dan koordinasi fungsi otot untuk meningkatkan


ketepatan gerak dan memelihara keseimbangan (Giriwijoyo dan Zidik, 2010;
McGinnis, 2005).
2.1.2.8.

Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas


setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil terkendali (Nala, 2011;
McGinnis,2005). Keseimbangan adalah suatu kemampuan mempertahankan
posisi tubuh dalam keseimbangan pada situasi gerakan statis maupun dinamis dan
juga merupakan kemampuan statis atau mengontrol sistem neuromuskular dalam
kondisi statis maupun dinamis (Harson,2003).
2.1.2.9. Kecepaan reaksi (Reaction time)
Kecepatan reaksi adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk
bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor
somatik, kinestatik, atau vestibular atau kemampuan tubuh untuk melakukan
aktifitas kinatis secepatnya akibat suatu rangsangan yang diterima oleh reseptor
(Nala, 2011).
Rangsangan muncul dan diterima reseptor dan kemudian dialihkan melalui
saraf aferen sensoris menuju ke sistem saraf pusat dan menghasilkan pesan yang
akan dihantarkan kepada efektor (otot skeletal) melalui saraf eferenmotorik
sehingga munculah kontraksi, gerakan, aktifitas fisik atau kerja. Komponen waktu
reaksi ini sangat erat kaitannya dengan waktu bergerak atau waktu berpindah
(Nala, 2011: McGinnis 2005).

18

2.1.2.10.

Koordinasi (coordination)

Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistem motor dan


sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien. Koordinasi merupakan
gabungan berbagai gerakan yang dilakukan secara harmonis (Nala,2011).
Kontraksi dan relaksasi otot berjalan secara mulus bila terjadi koordinasi yang
tinggi keseimbangan tidak terganggu sasaran yang diinginkan tepat terjangkau,
tidak cepat lelah dan mengurangi kemungkinan cidera.
Bompa (2009) faktor yang berpengaruh terhadap koordinaasi adalah
intelegensia, semakin tinggi intelegensia akan semakin baik pengembangan
komponen koordinasinya, kepekaan organ sensoris yang tinggi terutama
dibutuhkan pada sensor analisis motorik dan kinestetik (Bompa, 2009).
2.2. Pelatihan Fisik
2.2.1. Pengertian Pelatihan Fisik
Pelatihan adalah suatu usaha atau proses yang sistematik terhadap organ
atau alat tubuh yang dilakukan berulang-ulang dengan penambahan beban
pelatihan dan pekerjaannya secara progresif dan fungsinya yang bertujuan untuk
mengoptimalkan penampilan dan kinerja. Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk
dan peraturan yang sistematik, dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara
progresif, yang harus ditaati dan harus dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan
( Parks dan Beverly, 1990).
Menurut Bompa (2009), pelatihan merupakan suatu aktivitas komplek,
suatu kinerja yang dilakukan secara sistematik dalam durasi yang panjang,
progresif dan berjenjang ( Bompa 2009;58) bahwa :

19

Physical training has two main goals, the first is to increase the athletes
physiological potential, and the second is to maximize sport-specipic biomotor
abilities .
Ia membagi dua tujuan yang akan dicapai dari pelatihan fisik, yaitu
meningkatkan potensi fisik serta meningkatkan kemampuan biomotor agar
mencapai hasil yang maksimal.
Pelatihan fisik merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental
yang dilakukan secara sistematik dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka
waktu (durasi) yang lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif
(Bertahap) dan individual, dengan tujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi
fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktifitas olahraga
dapat mencapai penampilan yang optimal ( Boreham dkk., 2006).
Pelatihan fisik yang akan di terapkan pada penelitian ini adalah pelatihan
Senam Ayo Sergerak dan Senam Kesegaran Jasmani 2012 pada mahasiswa
Poltekkes YRSU Dr. Rusdi Medan.
2.2.2. Tujuan pelatihan
Setiap pelatihan tentu mempunyai tujuan, jika tidak ditetapkan terlebih
dahulu dalam setiap pelatihan akan menuliskan penyusunan program pelatihan.
Menurut Bompa (2009) tujuan pelatihan secara garis besar adalah :
mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral, mengembangkan
komponen fisik khusus, meningkatkan derajat kesehatan dengan memberikan
takaran dan peningkatan yang sesuai dengan kemampuan, mencegah cedera
(lakukan pemanasan) sehingga dapat meningkatkan komponen kelentukan,

20

kekuatan otot, tendon dan ligamentum terlebih dahulu bagi pemula ( Bompa dan
Gregory, 2009).
2.2.3. Prinsip- Prinsip Dasar Latihan Senam
Latihan fisik pada olahraga senam dan cabang olahraga yang lain pada
prinsipnya adalah memberikan stress fisik terhadap tubuh secara teratur,
sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
kemampuan didalam melakukan kerja secara teratur atau meningkatkan
kebugaran fisik secara nyata (Boreham, 2006).
Kondisi fisik yang berbeda dalam keadaan baik akan menyebabkan
terjadinya peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, juga
terjadi peningkatan dalam komponen kekuatan, kelentukan, stamina, kelincahan,
ekonomisasi gerak yang baik serta pemulihan lebih cepat dalam organ-organ
tubuh setelah pelatihan. ( Harsono, 2003; Kenney dkk.,2012). Ada pun prinsip
latihan senam terdiri dari :
2.2.3.1. Pemanasan
Saat istirahat denyut nadi berada keadaan rendah, begitu juga dengan isi
sekuncup jantung atau volume jantung, sedangkan otot-otot skelet dalam keadaan
kaku. Pemanasan ditujukan agar otot-otot rangka yang akan di gerakkan mulai
beradaptasi sehingga mencegah terjadinya cedera otot. Oleh karena itu, otot tubuh
siap menerima pembebanan dan dengan meregangkan dan atau melemaskan otot
tubuh, maka jantung juga bereaksi (Suharno, 1993). Denyut jantung dan tekanan
darah akan meningkat sehingga isi (volume) jantung akan bertambah besar.
Volume jantung yang besar akan menghasilkan aliran darah yang besar dan dan

21

tekanan darah yang mulai naik. Bertambahnya denyut jantung dan tekanan darah,
maka aliran darah ke jantung dan otot jantung akan meningkat sehingga jantung
siap menerima pembebanan (Suharno, 1993). Peningkatan sirkulasi juga terjadi ke
otot-otot yang bergerak. Pembuluh darah jadi lebar pada otot yang bergerak
karena tahanan atau hambatan di tempat itu menurun (Kusmana, 2007).
Pemanasan merupakan upaya tubuh untuk menyesuaikan diri dengan
peningkatan sirkulasi secara bertahap serta meminimalkan kekurangan oksigen
dan pembentukan asam laktat.
2.2.3.2. Latihan Inti
Sesudah pemanasan, seseorang dapat diberikan latihan inti. Latihan ini
bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung dan masuk kedalam zona latihan,
menggerakkan seluruh otot, tulang dan persendian tubuh untuk mencapai
kebugaran fisik yang diinginkan (Kusmana, 2007).
2.2.3.3.

Pendinginan

Pada pendinginan akan terjadi penurunan tekanan darah dan denyut


jantung yang berangsur-angsur turun kembali, tidak menurun drastis dan tidak
melampaui tekanan darah dan denyut jantung sebelum latihan. pendinginan
berguna memulihkan dan melepaskan otot-otot yang digunakan dalam latihan dan
mengeluarkan sisa pembakaran (Kusmana, 2007).
2.2.4. Format Latihan Senam
Pada umumnya setiap olahraga prinsipnya harus memenuhi format latihan
yang benar yaitu FITT (Frekuensi, Intensitas, Time/waktu dan Tipe) serta

22

memiliki prinsip latihan PLP ( Pemanasan, Latihan dan Pendinginan)


(Kusmana,2007).
2.2.4.1. Frekuensi Latihan Senam
Frekuensi adalah beberapa kali dalam seminggu olahraga senam dilakukan
agar memberi efek latihan. Menurut Cooper (2005), olahraga senam minimal
dilakukan tiga kali dalam seminggu pada hari yang bergantian, artinya berselang
sehari dan tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam atau dua hari. Jika dilakukan lebih
dari 5 kali dalam seminggu maka akan menimbulkan komplikasi psikologis
maupun fisiologis, sering timbul beban mental kalau tidak berolahraga atau timbul
cedera pada tungkai bila olahraga cukup berat. Pada penelitian ini, peneliti
menerapkan latihan senam dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan selang 1 hari
di antara hari latihan (Cooper, 2005).
2.2.4.2. Intensitas latihan senam
Intensitas mengandung arti beban latihan yang diberikan agar memberi
efek yang tidak membahayakan (Kusmana, 2007). Intensitas latihan pada Senam
Ayo Bergerak di lakukan selama 42 menit 22 detik dengan gerakan pemanasan
dilakukan selama 15 menit 12 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit 40
detik dan pendinginan dilakukan selama 6 menit 30 detik. Sedangkan pada Senam
Kesegaran Jasmani dilakukan selama 37 menit 38 detik terdiri dari pemanasan
yang di lakukan selama 11 menit 4 detik, latihan inti dilakukan selama 20 menit
26 detik serta pendinginan dilakukan selama 6 menit 8 detik.

23

2.2.4.3. Time atau Waktu Latihan Senam


Waktu latihan mengandung arti jangka waktu atau lamanya latihan senam
diberikan agar memberi manfaat (Kumana, 2007). Menurut Nala (1998) target
kebugaran fisik akan tercapai mulai dari 6 8 minggu waktu latihan. Pada
penelitian ini waktu untuk pelatihan senam dilaksanakan selama 8 minggu.
2.2.4.4. Tipe Latihan
Tipe latihan merupakan jenis atau aktivitas fisik pada olahraga yang akan
dikembangkan atau dilatih (Sudarsono, 2011). Dalam hal ini tipe latihan yang
akan dilakukan adalah olahraga senam.
2.3. Kajian Senam dan Pelatihannya
Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan gerakan yang
membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur.
Senam biasa digunakan untuk prestasi, relaksasi ataupun rekreasi untuk
meningkatkan kebugaran fisik. Salah satu bentuk senam yang berkembang di
Indonesia adalah Senam Ayo Bergerak yang baru di rilis pada akhir tahun 2012
oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI),
Senam Kesegaran Jasmani 2012 ini beserta musik yang mengiringinya
menjadi sangat populer pada tahun '80-an dan '90-an saat masa pemerintahan
Orde Baru. Seri Senam Pagi Indonesia (SPI) diperkenalkan di akhir '70-an.
Senam Kesegaran Jasmani diperkenalkan pada awal 1984 berdasarkan Surat
Perintah Menpora untuk diajarkan ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia
dengan tujuan meningkatkan kebugaran fisik. Kedua senam tersebut akan
dijadikan bahan penelitian penulis.

24

Senam merupakan aktivitas fisik yang bisa dijadikan cabang olahraga atau
sebagai latihan untuk cabang olahraga lain. Senam mengacu pada bentuk gerak
yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu pada setiap anggota bagian tubuh dari
komponen-komponen

kemampuan

motoric

seperti

kekuatan,

kecepatan,

keseimbangan, kelentukan, kelincahan dan ketepatan (Anonim, 2009; Utomo


dkk., 2012). Dengan koordinasi yang sesuai tata urutan gerak yang selaras akan
terbentuk gerakkan yang menarik (Anonim, 2009).
Menurut Christopher Sommer dalam bukunya yang berjudul The Science Of
Gymnastic Strengeth Tranning (Sommer, 2008) ciri-ciri senam antara lain :
1.

Gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja.

2.

Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu


(kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah
keterampilan, meningkatkan keindahan gerak, dan meningkatkan kesehatan
tubuh).

3.

Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematik (Sommer, 2008).


Salah satu jenis senam yaitu senam aerobik. Aerobik adalah suatu cara

latihan untuk memperoleh oksigen sebanyak-banyaknya. Senam aerobik adalah


gerakan yang menggunakan seluruh otot terutama otot-otot besar, dilakukan terus
menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Senam aerobic adalah olahraga untuk
peningkatan kesegaran jasmani dan merupakan olahraga preventif yang dapat
dilakukan secara massal (Utomo dkk., 2012 ; Kushartanti, 2012).
Lynne Brick dalam bukunya yang berjudul Fitness Aerobic (bugar dengan
Senam Aerobik) (2001) menulis keuntungan dari senam aerobic untuk

25

meningkatkan kebugaran fisik terhadap peningkatan

komponen biomotorik

adalah sebagai berikut :


1.

Kardiovaskular : terjadi oeningkatan asupan oksigen ke dalam otot karena


beban kerja otot meningkat sehingga pengiriman oksigen ke jantung semakin
meningkat dan menyebabkan detak jantung dan frekuensi pernapasan
meningkat sampai terpenuhi kapasitas kebutuhannya, jantung memompa
darah lebih banyak keseluruh tubuh dan menghasilkan lebih banyak
pembuluh darah untuk membantu menyalurkan oksigen.

2.

Kekuatan otot : dengan prinsip beban berlebih, otot dilatih melebih beban
normalnya sehingga meningkatkan kekuatan otot. Hal ini terjadi setelah otot
dilatih dengan senam aerobic pada intensitas yang tinggi dalam waktu singkat
dengan tenaga maksimal dan berulang. Jika dipadu dengan latihan kekuatan
dan latihan aerobic otot akan menjadi semakin kuat.

3.

Daya tahan otot : Senam Aerobik meningkatkan daya tahan otot lewat
gerakan-gerakan ringan seperti melompat, mengangkat lutut, menendang dan
berjalan. Selama ini gerakan yang memanfaatkan bagian belakang bokong
dan tungkai (gluteal squeeses)dan dipadukan dengan aerobic steps, maka
akan menciptakan daya tahan otot yang kuat.

4.

Kelenturan : kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling sendi.


Dengan senam aerobic akan terjadi peningkatan kelenturan dari peregangan
yang dilakukan. Latihan peregangan yang dilakukan seusai senam aerobic
membuat otot semakin elastis sehingga lebih muda menjadi lentur.

26

5.

Komposisi tubuh : setelah melakukan latihan aerobic akan terjadi


perbandingan yang signifikan terhadap kumpulan otot, tulang, cairan tubuh
dan lemak tubuh. Kadar lemak akan berkurang, kekuatan dan densitas tulang
bertambah, masa otot bertambah serta menjadi pembentukan otot.

Berdasarkan bentuknya pada lantai dikenal tiga macam senam aerobic yaitu :
1. Senam aerobik non impact ( kedua kaki selalu bertumpu pada lantai)
2. Senam aerobik low impact (salah satu kaki bertumpu pada lantai)
3. Senam aerobik high Impact (kedua kaki adakalanya tidak bertumpu pada
lantai).
Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran Jasmani 2012
merupakan senam low impact aerobic atau senam dengan hentakan atau gerakan
ringan. Gerakan impact merupakan gerakan yang menekan kekuatan pergelangan
kaki, tulang kering, lutut dan pinggul (Brick, 2001). Low impact aerobic adalah
gerakan senam aerobik yang dilakukan secara kontinyu kurang lebih 30-60 menit
dimana gerakan kakinya tidak banyak melakukan lompatan-lompatan tetapi hanya
berupa variasi jalan di tempat sehingga aman dilakukan untuk segala usia dan
tidak menyebabkan cedera pada lutut dan punggung (Tilarso, 2008). Gerakan
pada Senam Aerobik ini merupakan hentakan ringan dimana setiap gerakan salah
satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk membatasi terjadi hentakan yang
keras pada kaki.
Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan
dengan takaran yang cukup. Menurut American College Of Sport Medicine
(Haskell, 2009) intensitas latihan aerobik harus mencapai target zone sebesar 60-

27

90% dari frekuensi denyut jantung maksimal atau maximal Heart Rate (MHR).
Intensitas latihan dikatakan ringan apabila mencapai 60-69% dari MHR, apabila
mencapai 70-79 % dari MHR, dan tinggi apabila mencapai 80-89 % dari MHR.
Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran Jasmani 2012 sangat
efektif bagi mahasiswa

yang ingin meningkatkan kebugaran fisik. Dengan

melakukan senam aerobik hentakan ringan ini maka akan memberikan


keuntungan bagi tubuh terutama pada jantung dan paru-paru. Otot jantung
bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa jumlah darah yang lebih
banyak. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat
(Kushartanti, 2012). Paru-paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan
otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Lemak dalam tubuh
akan dibakar menyebabkan metabolisme meningkat, bila pelatihan ini dilakukan
dengan intensitas sedang dan berlagsung lama ( Brick, 2001)
2.3.1. Pelatihan Senam Ayo Bergerak
Senam Ayo bergerak merupakan senam kebugaran fisik yang di rumuskan
oleh Federasi Olahraga Masyarakat indonesi (FORMI) dan baru di rilis pada akhir
tahun 2012. Sekarang Senam Ayo Bergerak sedang di sosialisasikan keberbagai
instansi pendidikan, pemerintah, swasta, organisasi masyaratak dan segenap
masyarakat Indonesia yang menyukai senam. Senam ini diciptakan dan dikemas
dengan memadukan gerakan otot yang kuat, kencang, lincah dan melibatkan otototot besar dan ruang lingkup persediaan yang cukup luas dengan tujuan
mengoptimalkan peningkatan kebugaran fisik, selain itu dinamika gerak dan
musik yang dikemas dalam senam ini merupakan bentuk nyata dari upaya

28

mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah tanah air yang
mencerminkan indahnya keberagaman budaya daerah dalam kesatuan gerak
olahraga kebugaran fisik yang unik, menyenangkan dan menyehatkan. Ini terlihat
dari berbagai gerakannya mengandung gerakan dasar senam, seni bela diri khas
berbagai daerah, disertai dengan alunan music yang mencerminkan lagu khas
daerah (Anonim , 2002).
Senam Ayo Bergerak termasuk senam aerobic low impact dan banyak
melibatkan anggota gerak tubuh dan persendian. Senam ini mengandung gerakan
inti yang banyak memuat variasi teknik bela diri khas berbagai daerah, dimana
gerakan-gerakan tersebut meningkatkan pelatihan kekuatan, kontraksi, otot dan
persendian. Banyak kontraksi otot yang terjadi , di setiap gerakan memiliki variasi
yang bertumpu pada berbagai otot tubuh, yaitu pada otot kaki, otot tangan, otot
dada, perut, tungkai kaki dan punggung. Hal ini selain memberi keuntungan pada
kekuatan otot, juga akan memberi keuntungan pada jantung dan paru. Otot
jantung akan bertambah kuat sehingga dapat memompa darah lebih banyak, curah
jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih banyak. Disamping itu
peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan perkembangannya
pembuluh darah baru pada jantung sehingga jantung mendapat lebih banyak
oksigen dan mengakibatkan fisik tidak mudah lelah (Balley, 1994).
Selain itu senam ini memiliki tempo lebih cepat atau intensitas lebih tinggi
dibandingkan dengan senam yang lain sehingga faktor ini dapat melatih kecepatan
gerak, kelentukan dan kelincahan sehingga pergerakan persediaaan semakin luas,
waktu reaksi dan waktu bergerak atau waktu berpindah semakin capat,

29

keseimbangan semakin terlatih sehingga kemampuan mengontrol gerak dan alat


tubuh bertambah, pembakaran energi dapat terjadi dengan cepat sehingga berguna
untuk menghasilkan energi bagi otot. Hal ini membantu membangun dasar
fisiologis yang kuat (Bompa, 2009).
Karena begitu banyak komponen biomotorik yang berjalan dalam pelatihan
ini, maka penulis memilih senam ayo bergerak untuk dijadikan bahan penelitian
sebab memenuhi syarat untuk meningkatkan kebugaran fisik. Struktur senam ini
terdiri dari pemanasan, latihan inti dan pendinginan.
2.3.1.1. Pengaruh Latihan Aerobik pada Organ Tubuh
Pelatihan yang dilakukan secara kontinyu, sistematis dan berulang akan
memberikan efek terhadap organ tubuh yang terkait dengan kebugaran fisik
sehingga tubuh mencapai penampilan yang optimal. Jika kebugaran fisik
meningkat dengan sendirinya organ-organ tubuh yang ada juga mempunyai
kebugaran yang maksimal. Organ tubuh yang dimaksud adalah organ tubuh yang
berhubungan langsung aktivitas fisik yaitu jantung dan pembuluh darah, paru-paru
sebagai sistem pernapasan, dan otot sebagai sistem pergerakan ( Bompa, 2009).
2.3.1.2. Pengaruh Latihan Aerobik pada Jantung dan Pembuluh Darah
Jantung merupakan alat untuk memompo darah dari kedua bilik menuju ke
paru-paru dan keseluruh tubuh. Jumlah darah yang dipompa tergantung dengan isi
sekuncup jantung. Sekali denyut jantung akan memompa darah sebanyak 70-90
ml kedua bilik jantung, sedangkan frekuensi denyut jantung 70 kali dalam satu
menit sehingga darah yang dipompa oleh jantung dari bilik kanan maupun dari
bilik kiri sebesar kurang lebih 5 liter (Ganong, 2002).

30

Aktivitas latihan aerobik akan menyebabkan perubahan penyebaran curah


jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah 4 kali lebih besar ke
jantung. Kemudian volume isi sekuncup meningkat, yaitu volume darah yang
dipompa pada sekali jantung berdenyut, sehingga hal ini dapat mengurangi
frekuensi jantung, meningkatkan ukuran bilik kiri jantung, menebalkan otot
jantung serta perbaikan kapasitas oksidasi enzim (Sharkey, 2003). Hal ini akan
mempengaruhi fungsi fisiologi jantung di mana jantung akan memompa lebih
baik dan dengan demikian akan dapat memompa darah lebih banyak sehingga
intake oksigen lebih banyak dan terjadi penurunan frekuensi denyut jantung baik
pada saat kondisi istirahat maupun kondisi pelatihan.
2.3.1.3. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Paru-Paru
Paru-paru adalah organ tubuh untuk pernapasan, dalam fisiologis yang
terjadi adalah penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh dan
penggunaan oksigen serta pembentukan karbondioksida oleh sel tubuh dan
pertukaran gas antar sel tubuh dengan media sekitarnya (Ganong, 2003).
Kebugaran aerobik paru-paru merupakan kapasitas maksimal untuk
menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen sebaik-baiknya. Kemampuan
kebugaran tubuh untuk hal ini dinyatakan dalam VO2Max. VO2Max adalah
volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan
kegiatan intensif. VO2Max merupakan tingkat kemampun tubuh atau indikator
untuk menentukan kebugaran fisik seseorang (Kenney dkk, 2012).
Pelatihan aerobik tidak merubah ukuran paru-paru tapi meningkatkan
efisiensi pernapasan dengan cara meningkatkan kondisi otot-otot pernapasan dan

31

mengurangi volume udara residu serta mengurangi frekuensi pernapasan untuk


menggerakan volume udara yang sama. Pernapasan yang lambat dan efisien akan
meningkatkan porsi pertukaran oksigen dan paru-paru sehingga. Selain itu
pelatihan aerobik meningkatkan jumlah dan besar alveoli sehingga mempercepat
suplai oksigen kedalam sel-sel tubuh (Balley, 1994). Hal ini mnyebabkan
peningkatan jumlah oksigen maksimal (VO2Max) yang dibutuhkan seseorang. Ini
dapat tercapai jika seseorang mampu menghirup, menyalurkan dan menggunakan
oksigen secara optimal ( Kenney 2012).
2.3.1.4. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Otot
Pengaruh pelatihan aerobik otot berkaitan dengan kemampuan otot
berkontraksi dan kemampuan otot mengkonsumsi oksigen. Otot memiliki
mekanisme kontraksi yang dijalankan oleh potensi aksi. Dengan tersedianya
cukup oksigen maka oksidasi dalam otot akan menghasilkan ATP (Adenosin Tri
Phospate) sebagai sumber energi kontraksi otot yang dibutuhkan otot untuk
bergerak. Mekanisme kontraksi yang berjalan terus-menerus akan meningkatkan
serat-serat otot untuk bekerja menjadi lambat dan lama kemudian akan
meningkatkan kandungan mioglobin otot serta meningkatkan jumlah pembuluh
darah yang mengitari serat otot. Lama kelamaan kekuatan otot (muscle strength)
dan ketahanan otot (muscle endurance) akan bertambah sehingga kondisi tersebut
memungkinkan terjadinya peningkatan kebugaran fisik (Sharkey, 2003).
2.4. Senam Kesegaran Jasmani
Senam Kesegaran Jasmani adalah rangkaian gerakan senam yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani. Sesuai dengan

32

kaedah dan ciri-ciri Senam Kesegaran Jasmani (SKJ), gerakan-gerakan


direncanakan, disusun secara sistematis, dan bertujuan untuk memperoleh
kesehatan dan kesegaran jasmani. Dalam melakukan Senam Kesegaran Jasmani
selalu diiringi musik yang telah ada.
2.4.1. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap Peningkatan
Komponen Daya Tahan Jantung Paru
SKJ 92 adalah termasuk senam aerobik. Menurut Keren (1986) latihan
senam aerobik dapat merangsang kerja jantung paru dan peredaran darah.
Peningkatan daya tahan jantung paru dapat dijadikan sebagai indicator tunggal
untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani seseorang antara lain dengan
pengukuran VO2 max secara tidak langsung. Begitu juga menurut Wilmore
(1994) pengaruh ltihan aerobik terhadap denyut jantung istirahat dapat menurun
30 sampai 40 enyutan permenit. Sedangkan menurut Astrand (1970) pada orang
terlatih sel darah merah lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak
terlatih dan aliran darah keseluruh tubuh meningkat. Menurut Fox (1987) latihan
dapat menyebabkan terjadinya hypertropi pada otot jantung, karena otot jantung
terdiri dari sejumlah serabut otot. Olahraga yang tergolong jenis olahraga aerobic
tersebut bermanfaat bagi peningkatan kesehatan jantung paru sebaiknya latihan
20-30 menit, dan frekuensi latihan olahraga dilakukan minimal 3x seminggu dan
maksimal 5x seminggu (A.Purba, 2002).

33

2.4.2. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap peningkatan


kekuatan otot.
Latihan aerobik dengan takaran yang cakup dapat

meningkatkan

kekuatan otot. Menurut Saltin dan Gollnick (1983),Fox dkk (1989) meningkatnya
kekuatan otot terjadi karena hypertropi serabut otot, peningkatan myoglobin,
peningkatan enzim-enzim oksidasi di dalam sacroplasmik otot, peningkatan
jumlah mithocondria dan bertambah kuatnya ligamentum. Hasil penelitian
Karpovich (1953) menunjukan bahwa orang terlatih 77% danya hipertropi serabut
otot dan dikuatkan oleh pendapat Linge (1962) dan Reitsma (1965) adanya
hubungan linier antara latihan, ukuran otot, dan kekuatan otot. Latihan beban
merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan kekuatan. Supaya
latihan mempunyai pengaruh, maka beban yang diberikan harus lebih berat
daripada beban yang dihadapi dalam kegiatan sehari-hari (Astrand, 1986).
Beban yang digunakan tidak selamanya merupakan beban dari luar saja, tetapi
beban latihan dapat pula berupa badan itu sendiri terutama bagi yang masih muda
dan pemula (Fox, 1988).
2.4.3. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap peningkatan
komponen daya tahan otot
Latihan senam aerobik menyebabkan terjadinya hypertropi otot disertai
dengan terjadinya peningkatan sirkulasidarah ke otot (Edugerton, 1978),
selanjutnya Pyke (1971) mengatakan latihan dengan pengulangan yang banyak
dapat meningkatkan daya tahan otot karena terjadi kapilerisasi didalam otot;
myoglobin, enzim-enzim oksidatif di dalam otot, ukran dan jumlah mithochondria

34

meningkat. Menurut Claudi (1992), Howley & Don Franks (1986) myoglobin
terdapat di dalam otot dan berfungsi sebagai hemoglobin dalam mengikat oksigen.
Dengan latihan, maka pengikatan oksigen oleh myoglobin dapat meningkat
sekitar 13-14% (Wilmore, 1991).
2.4.4. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani terhadap peningkatan
komponen fleksibilitas.
Setiap kali orang melakukan olahraga atau melakukan kegiatan fisik
dengan gerakan yang berulang-ulang seperti memantul-mantulkan anggota
badan, maka akan terjadi peningkatan elastisitas otot (Chew, 1985; Larry,S &
Frank, B 1986). Ross & Kinsman (1986) mengatakanbentuk latihan untuk sendi
dengan latihan peregangan yaitu dengan menggerakan anggota tubuh secara
berirama yang menyerupai latihan senam aerobik. Begitu pula dengan Pyke
(1980) latihan telah memperlihatkan perubahan terhadap kelentukan sendi setelah
melakukan selama satu bulan dengan lama latihan 10 menit setiap kali latihan.
2.5. Analisis Pelatihan Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran Jasmani
2012
Tujuan dari senam adalah untuk mencapai kebugaran fisik yang maksimal.
Oleh karena itu tata urutan senam dikemas sedemikian rupa sehingga
dimungkinkan dapat meningkatkan kebugaran. Hal itu dapat kita lihat dari
gerakan atau latihan-latihan senam yang kaya variasi dan melibatkan hampir
semua komponen biomotorik di dalamnya, dalam hal ini senam yang akan penulis
pakai sebagai bahan penelitian yaitu Senam Ayo Bergerak dan Senam Kesegaran
Jasmani. Senam Ayo Bergerak terdiri atas tiga bagian gerakan utama yaitu

35

pemanasan, latihan inti dan pendinginan serta masing-masing bagian mempunyai


gerakan-gerakan yang melibatkan semua unsur pergerakan otot, terutama otot-otot
besar. Meskipun tiap-tiap bagian latihan diselingi dengan selang waktu antara
gerakan, beban latihan yang ada cukup merangsang sistem kardiovaskular dan
respirasi. Untuk prinsip pembebanan, beban latihan untuk masing-masing otot
tidak terlalu tinggi sehinggga kelelahan tidak terjadi secara primer pada otot-otot
karena otot-otot tidak bekerja secara berlebihan, tetapi secara sekunder oleh
karena kurang mempunyai mekanisme penyediaan O2 dan menyingkirkan sisasisa metabolisme pada saat itu (Gregory, 2009).
Secara garis besar fungsi sistem kardiovaskular (jantung dan peredaran
darah) serta paru-paru dapat ditingkatkan demi mencukupi oksigen melalui
pelatihan senam ini. Di samping ini juga dapat meningkatkan sistem skeletal dan
neuromuscular, karena seluruh otot di pacu untuk aktif terlibat dalam gerakan
sehingga membantu peningkatan sistem kardiovaskular (Guyton dan Hall, 2006).
2.6. Kasch Step Test (Harvard Modified Step Test)
Kasch Step Test atau YMCA Step test atau dikenal juga dengan YMCA 3
Minutes Step atau 3 Minutes StepTest dan juga merupakan modifikasi dari tes naik
turun bangku Harvard (Harvard Modified Step Test) adalah metode mengukur
kapasitas daya tahan kardiovaskuler yang dilakukan dengan cara tes langkah naik
turun bangku selama 3 menit dan dipergunakan untuk mengukur kebugaran fisik
seseorang (Golding, 2000).
Tes ini merupakan modifikasi dari Harvard Step Test metode Brouha (1943)
yang banyak memiliki kekurangan seperti menghasilkan tingkat stress yang tinggi

36

dan tidak dapat dilakukan pada semua jenis umur terutama pada usia di atas 18
tahun, tidak efektif untuk wanita, tinggi bangku yang terlalu tinggi untuk wanita,
30 langkah permenit sulit dilakukan dengan teratur dan tepat, waktu pelaksanaan
yang cukup lama (5 menit) dan perhitungan 3 kali denyut nadi pemulihan yang
tidak efisien serta dapat menghasilkan saat perhitungan (Brouha.dkk., 1943 ;
Smotherman, 1996). Kasch Step Test merupakan metode yang sederhana dan
mudah pelaksanaannya, tidak memerlukan biaya yang besar dan bisa dilakukan
pada usia yang lebih tua(18-65 tahun) dibandingkan dengan Harvard Step Test (di
bawah 18 tahun) (Haskell, 2009).
Kennery dkk (2012) mengatakan bahwa daya tahan kardiovaskular
merupakan salah satu unsur kebugaran fisik yang penting di mana ketahanan
kardiovaskular mengacu pada kemampuan sistem peredaran darah dan pernapasan
darah dan pernapasan untuk memasok oksigen selama aktivitas fisik
berkelanjutan. American College of Sport Medicine (2009) merujuk bahwa tes ini
merupakan metode yang bagus untuk mengukur kebugaran dan ketahanan
kardiovaskular serta kemampuan tubuh untuk pulih dari olah raga berat (Haskell,
2009).
Prinsip dari Kasch Step Test adalah mengukur kebugaran kardiovaskular
dengan patokan perhitungan denyut jantung pemulihan atau recovery heart rate
segera setelah orang coba melakukan kerja naik turun bangku step test selama 3
menit dengan ketukan 96 bpm (beatperminute) atau 24 langkah dalam satu menit.
Recovery heart rate diukur selama 1 menit, dimulai 5 detik sesudah orang caba
selesai melakukan step test (Golding, 2000; Santo dan Golding, 2003).

37

Hasil yang didapat akan dilihat pada tabel berikut untuk menentukan status
kebugaran fisik seseorang :
Tabel 2.1 : Nilai Kebugaran Fisik Kasch Step Test
Age

18-25
26-35
36-45
46-55
56-65
65+
18-25
26-35
36-45
46-55
56-65
65+

Excelle
nt
Male
50-76
51-76
49-76
56-82
60-77
59-81
Female
52-81
58-80
51-84
63-91
60-92
70-92

Good

Above
Averag
e

Average

Below
Average

Poor

Very
Poor

79-84
79-85
80-88
97-93
86-94
87-92

88-93
88-94
92-98
95-101
97-100
94-102

95-100
96-102
100-105
103-111
103-109
104-110

102-107
104-110
100-105
103-111
103-109
104-110

111-119
114-121
116-124
121-126
119-128
121-126

124-157
126-161
130-163
131-159
131-154
130-151

85-93
85-92
89-96
95-101
97-103
96-101

96-102
95-101
100-104
104-110
106-111
104-111

104-110
104-110
107-112
113-118
113-118
116-121

113-120
113-119
115-120
120-124
119-127
123-126

122-131
122-129
124-132
126-132
129-135
128-133

135-169
134-171
137-169
137-171
141-174
135-155

Smotherman dalam penelitiannya pada 42 orang wanita sehat usia 28-58


tahun ini San Jose University (1996) dengan menggunakan Kasch Step Test
menemukan bahwa :
Kasch 3 minutes steps test provide effective estimates of VO2Max (Volume of
Oxygen Maximum) and could be use as VO2Max high probability predictor
(p0,05)
Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa penggunaan metode Kasch Step
Test dalam pengkuran kapasits VO2Max efektif sebagai predictor nilai VO2Max.
Chin-Mou dan Kuei-Fu (2007) dari National Hsinchu University of
Education Taiwan dalam penelitian pada 31 subjek terdapat recovery heart rate
atau denyut nadi pemullihan dan indeks kebugaran fisik dengan metode 3 minutes

38

step test menemukan bahwa dengan ukuran bangku 12 inchi (30,48 cm) dan 24
langkah permenit merupakan metode yang efektif untuk mengukur kebugaran
fisik pada orang sehat berbagai usia dengan estimasi standar eror yang rendah.
Recovery heart rate atau post-exercise heart rate (PHR) atau denyut nadi
pemulihan dalam berbagai step test merupakan parameter uama dalam
perhitungan dalam berbagai step test merupakan parameter utama dalam
perhitungan kapasitas aerobik. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
denyut nadi pemulihan yang dihitung pada 1 menit pertama (PHR60) setelah
melakukan tes naik turun bangku merupakan parameter yang valid dalam
perhitungan estimasi kapasitas aerobik (Bell dan Jacobs, 1992 ; Golding, 2000 ;
Chin-Mou dan Kuei-Fu, 2007 ; Santo dan Golding, 2003).
Beberapa alasan lain penggunaan step test menurut American College of
Sport Medicine (2009) yaitu membutuhkan gerakan yang tidak rumit (naik turun),
memerlukan waktu yang pendek, dapat mengukur orang yang banyak sekaligus,
mudah dipaparkan pada orang coba, murah, dan alat peraganya gampang
dipindahkan (Haskell, 2009).
Selain merupakan metode yang efektif dalam pengukuran kebugaran fisik,
penggunaan recovery heart rate sebagai parameter perhitungan kapasitas aerobik
dan ditambah alas an di atas maka penulis memilih metode Kasch Step Test
sebagai tes pengukuran kebugaran fisik dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai