Anda di halaman 1dari 33

PEMBETONAN MANUAL DAN

MASINAL
PARTEMEN TEKNIK SIPIL

ULTAS TEKNIK
VERSITAS SUMATERA UTARA
6

ANGGOTA KELOMPOK
ANDRI KURNIA NST 130404003
M.ALI HUSEIN HB 130404009
ZAKI FIKRI 130404014
HARTONO HIMAWAN 130404022
IRPANURROSYID 130404033
LINTONG T SITUMORANG 130404047

BETON
beton yaitu campuran antara agregat
kasar (batu split & batu screening),
agregat halus (pasir), semen, air,
admixture dan udara yang bersifat
plastis untuk sementara waktu lalu
berubah mengeras seiring dengan
berjalannya waktu dan semakin
padat yang dipakai untuk kebutuhan
pengecoran atau pembetonan suatu
bangunan

Material Pengisi Beton

AGREGAT
SEMEN
AIR
Admixture (Bahan Tambahan)

AGREGAT
Agregat dari kesemua campuran beton cor
tadi agregat kasar mempunyai komposisi
atau kandungan terbesar yaitu 65%
sampai dengan 70% dari volume beton.
Agregat sendiri terdiri dari agregat kasar
dan agregat halus.
Agregat Kasar :
Gravel / batu bulat (batu kali)
Crushed stone (batu pecah) atau yang biasa
disebut batu split.

Agregat Halus :
Pasir
Abu batu

SEMEN

Selain agregat kasar dan halus, didalam


beton juga terdapat semen yang berfungsi
sebagai pengikat semua material, sesuai
dengan sejarah ditemukannya semen oleh
Joseph Aspden (tahun 1824) seorang
berkebangsaan Inggris, bahan penyusun
semen adalah :
Kalsium
Alumina
Besi
Silika

Menurut ASTM C-150 (American Standard Testing and


Material) yaitu sebuah organisasi Internasional yang
mengembangkan standarisasi teknik untuk material,
produk, sistem, jasa dan bermarkas di Amerika Serikat,
jenis semen dibagi menjadi 5 (lima) tipe sesuai dengan
fungsi dan peruntukan atau penggunaannya :
Type I => standard, Penggunaan => Bangunan Biasa
Type II => Tahan Sulfat dan Panas Hidrasi Sedang,
Penggunaan => Pembetonan Massal & Biasa
Type III => Kekuatan Awal Tinggi, Penggunaan =>
Pembetonan suhu rendah
Type IV => Panas hidrasi rendah, Penggunaan =>
Pembetonan Massal
Tipe V => Ketahanan terhadap sulfat tinggi,
Penggunaan => Air mengandung Sulfat / Air Laut.

Air
Dalam pembuatan beton cor, air merupakan
salah satu faktor yang penting, dikarenakan
air bereaksi dengan semen dan akan menjadi
pasta yang berfungsi sebagai pengikat
agregat. Penggunaan air untuk beton
sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Tjokrodimulyo, 2007):
Tidak mengandung lumpur atau benda
melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter.
Tidak mengandung kadar garam yang dapat
merusak seperti asam, zat organik dengan
kandungan lebih dari 15 gram/liter.
Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5
gram/liter

Admixture (Bahan Tambahan)

Admixture adalah bahan selain semen, air dan aggregat


yang digunakan dan ditambahkan dalam campuran
segera atau sebelum atau selama proses pengadukan.
Jenis jenis admixture untuk beton cor : Air Entraining
Admixture Chemical Admixture Mineral Admixture Jenis
jenis admixture berdasarkan tipe dan fungsinya adalah :
Type A (water reducing), Fungsi : Mengurangi jumlah
pemakaian air
Type B (retarding), Fungsi : Memperlambat pengikatan /
memperlambat cor-an mengeras.
Type C (Accelerating), fungsi : Mempercepat
pengikatan.

Type D (Water Reducing & Retarding), fungsi :


Mengurangi jumlah pemakaian air &
memperlambat pengikatan.
Type E (Water Reducing & Accelerating), fungsi :
Mengurangi jumlah pemakaian air & mempercepat
pengikatan.
Type F (High Range Water Reducing), fungsi :
Mengurangi jumlah pemakaian air lebih dari 12 %
Type G (High Range Water Reducing & Retarding),
fungsi : Mengurangi jumlah pemakaian air lebih
dari 12 % & memperlambat pengikatan beton.

Kekurangan Beton
Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik,
sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu di beri baja
tulangan sebagai penahan gaya tarik.
Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi
perubahan
suhu,sehingga
perlu
dibuat
dilatasi
(expansion joint) untuk mencegah terjadinya retakanretakan akibat terjadinya perubahan suhu.
Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna,
harus dilakukan dengan pengerjaan yang teliti.
Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus
dihitung dan diteliti secara seksama agar setelah
dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa

Kelebihan Beton
Beton mampu menahan gaya tekan
Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai
dengan keinginan. Cetakan dapat pula dipakai
berulang kali sehingga lebih ekonomis.
Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan
beton lama yang retak maupun dapat diisikan
kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
Beton
segar
dapat
dipompakan
sehingga
memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat
yang posisinya sulit.
Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga
perawatannya lebih murah.

Faktor-faktor penting yang harus


diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan
beton
1. Faktor air semen, yaitu perbandingan berat air
adukan dengan berat semen di dalam campuran
beton, harus tetap sesuai dengan yang
direncanakan. Tidak boleh ada tambahan air
adukan atau pengurangan air adukan selama
pembetonan.
2. Pembetonanan harus dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga campuran
seragam (uniform),
baik sewaktu pengadukan maupun penuangan
sampai penyelesaian akhir.
3. Beton harus mudah dikerjakan, meliputi mudah
diisi ke cetakan dengan baik, mudah dituang dan
mudah dipadatkan (tidak terjadi segregasi
ataupun bleeding).

Pelaksanaan faktor-faktor di atas


ditentukan oleh
1. Pekerjaan bekisting (form
work),
2. Pekerjaan penulangan,
3. Pekerjaan pembetonan,
4. Perawatan (curing).

PEMBETONAN
PEMBETONA dapat dilakukan dengan
2 cara:
1. Cara manual
2. Cara masinal

PEMBETONAN MANUAL
Mengaduk beton secara manual adalah
mengaduk beton dengan menggunakan
peralatan yang sederhana yang tenaga
penggeraknya dipakai tenaga manusia. Cara
pengadukan seperti ini samapai sekarang
masih tetap dilakukan, karena disamping
murah juga cara kerja yang sangat mudah.
Akan tetapi pengadukan secara manual,
hanya boleh dilakukan untuk pembuatan
mutu beton kurang dari Bo dan volume yang
kecil. Banyaknya volume aduk untuk sekali
aduk dibatasi pula, yaitu tidak boleh melebihi
M3 ini bertujuan agar pengerjaan dan
kerataan aduk mudah dicapai.

PERSYARATAN PENGADUKAN
Bahan-bahan aduk harus tercampur merata
Lama pengadukan dibatasi sampai adukan
terlihat merata dan mengental
Pengadukan beton untuk semua mutu beton,
kecuali mutu Bo harus dilakukan dengan mesin
pengaduk. Mesin pengaduk untuk membuat
beton kelas III harus dilengkapi dengan alat
pengukur jumlah air pencampur .
Selama pengadukan berlangsung, pengawasan
pelaksanaan harus diperhatikan benar-benar,
misalnya : memeriksa slump dari setiap
campuran beton yang baru.
Adukan yang tidak memenuhi syarat minimal,

PERALATAN ( PEMBETONAN
MANUAL)

Cangkul
Sekop
Bak kayu/dolak
Ember
Alat pemadat besi atau kayu

LANGKAH KERJA ( PEMBETONAN MANUAL


Sediakan
tempat/area
utnuk
pembuatan pengadukan
Siapkan semua peralatan yang
diperlukan
Ambil dan tuangkan bahan-bahan
ketempat pengadukan sesuai dengan
ketentuan perbandingan campuran

Dalam penuangan bahan, kerikil harus


dudahulukan, kemudian diatasnya
dibuangpasir dan terakhir kerikil.
Timbunan bahan dibuat menyerupai
bentuk gunung
Aduk bahan-bahan tersebut higga
tercampur merata (warna campuran
bahan sama)
Setelah adukan merata. Siram airuntuk
perawatan.
Bersama dengan penyiraman air, aduk
beton dibolak balik seperti Nampak pada

PROSES PEMBETONAN MANUAL

PEMBETONAN MASINAL
Pengadukan beton secara masinal
dilakukan dengan menggunakan
mesin pengaduk (molen/mixer).
Dibandingkan dengan pengadukan
manual hasil pengadukan secara
masinal lebih baik, karena
homogenitas adukan lebih merata,
volume pengadukan lebih banyak
serta nilai kekokohannya 20-50%
;lebih besar.

Peralatan :
Mesin pengaduk
Bak penampung adukan dari kayu/metal
( dolak )
Sekop
Ember.

Langkah kerja

Persiapkan
semua
bahan
dan
peralatan yang diperlukan.
Letakan
mesin
pengaduk
pada
kedudukan yang stabil dan strategis.
Jalankan mesin sesuai dengan tenaga
penggeraknya.
Dengan
menggunakan
ember
masukkan 50% air pencampur
beton kedalam tromol
Masukan pula seluruh pasir kedalam
teromol

LANGKAH KERJA ( LANJUTAN


) Tambahkan seluruh semen kedalam
teromol
Tambahkan pula sedikit air tujuannya
untuk mempermudah tercampurnya
bahan
Dengan
menggunakan
dolak,
masukan seluruh kerikil kedalam
teromol
Masukan sisa air kedalam teromol
Biarkan seluruh bahan tercampur
selama 5-6 menit
Kosongkan
teromol
dengan

LAMA PENGADUKAN

Ketentuan lamanya pengadukan, dalam mengaduk secara


manual kurang diperhatikan, jadi sebagai pedoman bahwa
adukan telah selesai (jadi) ialah berdasarkan visual saja,
yang mana bila terlihat adukan sudah mengental dan
merata pencampuran bahannya. Pengamatan secarea
visual ini kadang kala dilakukan dalam pengadukan secara
manual akan tetapi dengan persyaratan bahwa adukan
yang dikerjakan mutunya rendah. Sedangkan untuk mutu
beton yang tinggi waktu pengadukan ditentukan lamanya
pengadukan berdasarkan :
Jenis/type mesin
Kapasitas adukan
Jenis dan gradasi agregat
Slump yang dipakai
Akan tetapi pada umumnya waktu pengadukan harus
diambil paling sedikit 1,5 menit setelah semua bahan
dimasukan kedalam teromol.

Kapasitas

Mesin

Waktu pengadukan Minimum (menit)

Pengaduk

American
Bureau of Reclamation

M3

Institute

Concrete
and

Standard C 94-72
0,8 sampai 1

1,5 sampai 2

2,3 sampai 3

3,1 sampai 4

3,8 sampai 5

4,6 sampai 6

7,6 sampai 10

A.S.T.M

PENGARUH WAKTU PENGADUKAN TERHADAP MUTU


BETON

Terlalu sebentar
Pencampuran bahan kurang merata, sehingga berakibat
berkurangnya pengikatan antara bahan-bahan beton.
Terlalu lama
Suhu beton naik
Terjadinya keausan/pecahnya agregat akibat
pergesekan yang lama
Diperlukan pertambahan air
Nilai slump bertambah
Kekerasan akan berkurang.

PROSES PEMBETONAN
MASINAL

Kelas dan Mutu Beton

Kelas dan mutu beton mulai dari K-100 sampai K-500,


dimana
K = kekuatan tekan beton per cm2, angka 100 dan 500
menunjukan kg.
Beton K-100 artinya mutu beton yang memiliki kekuatan
tekan 100 kg/cm2.
Mutu beton digolongkan ke dalam 3 kelas mutu, yaitu beton
kelas I, beton kelas II, dan beton kelas III.
Beton kelas I : K-100, K125, K-150, K-175, dan K-200
digunakan untuk bukan pekerjaan struktur.
Beton Kelas II : K-225, K-250, dan K-275 digunakankan untuk
pekerjaan struktur seperti lantai, jalan, pondasi, sloof,
kolom, dll.
Beton Kelas III : K-325, K-350, K-375, K450, dan K-500
adalah beton khusus, misalnya untuk balok dan lantai
jembatan, landasan pesawat, dll.

Komposisi campuran untuk membuat mutu beton K225 dan K-275 adalah sebagai berikut:
1 M3 Beton Mutu K-225 memerlukan bahan
material, sbb:
7.76 Zak Semen Portland (@ 50 Kg)
0.65 M3 Pasir Beton
0.65 M3 Koral Beton 2/3
215 ltr Air
1 M3 Beton Mutu K-275 memerlukan bahan
material, sbb:
8 Zak Semen Portland (@ 50 kg)
0.4 M3 Pasir Beton
0.82 M3 Koral Beton 2/3
215 Ltr Air

Slump

slump pada beton berarti kekentalan. Slump normal beton


adalah 12 2cm. Slump berpengaruh terhadap workability
(kemudahan untuk dapat mengerjakan beton tersebut).
Adukan yang kering dan kaku akan sulit untuk dikerjakan,
dituang, dipadatkan dan dirapihkan sehingga memiliki
ketahanan dan kekuatan yang kurang bila nantinya
mengeras. Kelecakan beton biasanya diukur dengan uji
slump. Kelecakan atau slump dipengaruhi oleh : Jumlah
pasta semen Pasta semen merupakan bagian halus atau
cair dari adukan beton yang juga berfungsi sebagai
pelumas, selain itu nantinya setelah mengeras slump akan
menjadi selimut campuran beton itu tadi. Semakin banyak
pasta dalam campuran beton semakin lecak adukan itu.
Pengaruhdari agregate. Bentuk butiran dari agregate,
perbandingan agregate halus dan agregate kasar atau
gradasi dari agregate mempengaruhi kelecakan beton.

Anda mungkin juga menyukai