Elemen Lentur Pelat
Elemen Lentur Pelat
Tumpuan Bebas, yaitu bila pelat dapat berputar (berotasi) bebas pada tumpuan.
(2)
Tumpuan Jepit Penuh, yaitu bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan
relatif sangat kaku terhadap momen puntir.
(3)
Tumpuan Jepit Elastis, yaitu bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah
rotasi sama sekali (pelat dalam kondisi terjepit sebagian)
Pada Gb. 1.4 : Balok tengah (yang lebih kecil) dibandingkan balok tepi akan memberi
jepitan yang lebih tinggi terhadap lantai apabila beban di kanan dan kiri balok adalah
permanen. Dengan demikian, balok tepi lebih konservatif bila tidak ditinjau sebagai jepit
penuh, dan dianjurkan sebagai tumpuan bebas. Jika diasumsikan sebagai jepit penuh
harus dijamin bahwa balok tepi tersebut mampu mencegah rotasi.
Pelat satu bentang dapat dipandang sebagai struktur balok statis tertentu (simple
beam, balok sendi-roll).
Pelat dua bentang atau lebih dipandang sebagai struktur balok menerus (struktur
statis tak tentu).
Selain dengan prinsip di atas, dapat juga dilakukan dengan menggunakan koefisien
momen, asalkan dipenuhi syarat-syarat berikut ini :
1. Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang terpanjang
dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum 20%.
2. Beban hidup harus < 3 kali beban mati.
3. Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :
Untuk momen tumpuan, L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri dan
kanan tumpuan.
1/9
1/16
1/14
1/10
1/9
1/24
1/11
1/14
1/16
1/11
1/14
1/16
1/14
1/11
1/10
1/16
1/11
1/10
1/24
1/24
1/11
1/11
1/16
1/11
1/16
1/14
1/16
1/16
1/16
1/10
1/11
1/10
1/11
1/10
1/16
1/16
1/14
1/24
1/11
1/16
1/11
1/16
1/10
1/10
1/24
1/24
1/ 8
1/10
1/10
1/16
1/24
1/11
1/10
1/24
1/16
1/14
1/24
1/16
1/16
1/10
1/16
1/11
1/16
1/16
1/14
1/10
1/16
1/24
1/11
Keterangan
Tabel 2 :
Tebal minimum untuk balok non prategang atau pelat satu arah
bila lendutan tidak dihitung
Tebal minimum, h (mm)
Dua
Tumpuan
Komponen
struktur
Satu ujung
menerus
Kedua ujung
menerus
Kantilever
L/20
L/24
L/28
L/10
L/16
L/18,5
L/21
L/8
Keterangan :
Tabel di atas bentang (menggunakan beton normal (w c =2400 kg/m3) dan baja
tulangan fy = 400 MPa. Untuk kondisi lain, harus dimodifikasi sebagai berikut :
Untuk beton ringan ( wc = 1500 s/d 2000 kg/m 3) nilai dalam tabel di atas
harus dikalikan dengan (1,65 - 0,0003 . w c) dan tidak kurang dari 1,09 ; di
mana wc adalah berat jenis dalam kg/m3
Untuk baja tulangan dengan f y selain 400 MPa, nilai dalam tabel di atas
harus dikalikan dengan (0,4 + fy / 700)
min = 0,0025
= 0,336 t/m2
= 0,120 t/m2
+
= 0,456 t/m2
1/24
1/ 8
Pada lapangan, Mu = 1/8 qu L2 = 1/8 x 0,7872 (t/m) x 3,62 (m2) = 1,2753 ton.m
Pada tumpuan (memperhitungkan jepit tak terduga)
Mu = 1/24 qu L2 = 1/24 x 0,7872 x 3,62 = 0,4251 ton.m
4. Hitung tulangan lentur
Tebal pelat h = 140 mm
Lebar (b) = 1000 mm (tinjauan per meter lebar).
Tebal penutup p = 20 mm
Misal diameter tulangan p = 10 mm
Tinggi efektif d = h p p
= 140 20 . 10 = 115 mm
f ' = 15 MPa = 0,85, untuk f ' < 30 MPa
c
1
c
f
= 240 MPa
y
0,85
f'
600
1
c
=
0,0323
b
f
600 + f
y
y
Rn =
m =
u = 1,2753 10
0,8
= 1,594 10 7 N.mm
7
n 1,594 10
= 1,2053
b. d 2
1000 115 2
M
fy
0,85. f 'c
=
1
m
240
= 18,8235
0,85 15
1-
2 m Rn
0,0053
f y
Rn = 0,4018
m = 18,8235
= 0,0017
max cukup tulangan tunggal.
min dipakai min = 0,0025 (untuk pelat)
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Dipasang tulangan 10 250 mm.
(dalam 1000 mm lebar terdapat 4 tulangan, shg total As = 78,5 x 4 = 314 mm 2)
c) Tulangan pembagi
Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus dipasang tulangan-bagi.
Untuk fy = 240 AS =
0,25 bh
100
Untuk fy = 400 AS =
0,18 bh
100
fy = 240 MPa AS =
10
12
Tabel 3 Momen per 1 meter lebar dalam jalur tengah akibat beban terbagi rata
Ly / Lx
Skema
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
2,5
41
54
67
79
87
97
110
41
35
31
28
26
25
24
25
34
42
49
53
58
62
25
22
18
15
15
15
14
51
63
72
78
81
82
83
51
54
55
54
54
53
51
30
41
52
61
67
72
80
30
27
23
22
20
19
19
68
84
97
106
113
117
122
68
74
77
77
77
76
73
24
36
49
63
74
85
103
33
33
32
29
27
24
21
69
85
97
105
110
112
112
33
40
47
52
55
68
62
24
20
18
17
17
17
16
69
76
80
82
83
83
83
31
45
58
71
81
91
106
39
37
34
30
27
25
24
91
102
108
111
113
114
114
II
III
IV
VA
= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung bebas / tergantung)
Tabel 3 (lanjutan)
13
Skema
VB
VI
VIIA
VII
1,0
1,2
1,4
Ly/Lx
1,6
1,8
2,0
2,5
39
47
57
64
70
75
81
31
25
23
21
20
19
19
91
28
98
37
107
45
113
50
118
54
120
58
124
62
25
21
19
18
17
17
16
60
70
76
80
82
83
83
54
14
55
21
55
27
54
34
53
40
53
44
51
52
30
39
47
56
64
70
85
48
69
94
120
148
176
242
63
30
79
33
94
35
106
37
116
39
124
40
137
41
14
15
15
15
15
15
15
63
69
74
79
79
80
82
48
48
47
47
47
46
45
= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung beban bebas/tergantung)
14
Pertanyaan : tebal pelat dan tulangan yang diperlukan, bila pelat memikul beban hidup
250 kg/m2 dan beban finishing penutup pelat (tegel, spesi, pasir urug, plafon) = 140
kg/m2.
Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat minimum (untuk fy = 240 MPa dan bentang pendek Lx = 4 meter
hmin = ( Lx/20 ) x (0,4 + 240 / 700)
= (4000/20) x 0,743 = 148 mm
ditetapkan h = 0,15 m (= 150 mm)
2. Hitung beban-beban
qD akibat berat sendiri = 0,15 x 2,4 = 0,360 t/m 2
qD dari finishing penutup lantai
Total qD
= 0,140 t/m2
---------------- +
= 0,500 t/m2
= 0,864 t.m
= 0,560 t.m
= 1/2 x 0,864
= 0,432 t.m
= 1/2 x 0,560
= 0,280 t.m
4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 150 mm
Tebal penutup p = 20 mm
Diameter tulangan = 10 mm
Tinggi efektif :
dx = h - p - 1/2 = 150 - 20 - 1/2 x 10 = 125 mm
dy = h - p - - 1/2 = 140 - 20 - 10 -1/2 x 10 = 115 mm
fc = 15 MPa
fy = 240 MPa
b = 0,0323
max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0323 = 0,024
min = 0,0025 (syarat untuk pelat)
a) Tulangan lapangan arah x
b = 1000 mm, d = 125 mm
Mu = MLx = 0,864 tm = 0,864 x 107 N.mm
Mu
Mn =
Rn
m =
=
Mn
bd 2 = 0,6912
fy
0,85 fc '
= 18,8235
1
m
1 1
2mRn
= 0,003
f y
Rn
m =
=
Mn
bd 2 = 0,5293
fy
0,85 fc '
1
m
= 18,8235
1 1
2mRn
fy
= 0,0023
18
19
Contoh
Diketahui Pelat Lantai untuk Ruang Kuliah seperti gambar 2.12. Mutu beton f c = 20
MPa, Mutu baja fy = MPa.
Diminta : Tentukan tebal Pelat dan Rencana Penulangan.
Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat
Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk
fy = 240 MPa dan bentang pendek Lx = 3,00 meter adalah :
20
L
3,0
=
= 0,09375 m = 93,75 mm
32
32
L
3,0
=
= 0,08108 m = 81,08 mm
37
37
= 2 cm,
- spesi pasangan
= 2 cm,
= 2 cm,
- plafon, eternit
= asbes pelat,
sesuai tabel 2.1 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG1983), dapat di hitung besarnya beban mati dan beban hidup sebagai berikut :
- Beban mati :
berat sendiri pelat = 0,10 x 1 x 2400
tegel tebal 2 cm = 2 x 24
spesi pasangan = 0,02 x 1 x 2100
pasir urug = 0,02 x 1 x 1600
Plafond, eternit = 11 + 7
Total beban mati qd
- Beban hidup :
= 240 kg/m2
= 48 kg/m2
= 42 kg/m2
= 32 kg/m2
= 18 kg/m2
= 380 kg/m2
Dari Tabel 3.1 Peraturan PPIUG 1993, untuk ruang kuliah ditentukan sebesar
q1 = 250 kg/m2
- Beban berfaktor :
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
= 1,2 x 380 + 1,6 x 250 = 856 kg/m 2
3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor.
Ditinjau pias selebar 1 meter, jadi qu = 0,856 t/m.
Ly = 4,5 m
Lx = 3,0 m Ly /Lx = 1,5
Dengan menggunakan Tabel 2.2, untuk Ly/Lx = 1,5
21
= 1/2 x 0,400
= 0,200 tm
= 1/2 x 0,169
= 0,085 tm
= 1/2 x 0,147
= 0,074 tm
4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 100 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter P = 8 mm
Tinggi efektif :
dx = h - p - 1/2 P
= 100 - 20 - 1/2 x 8 = 76 mm
dy = h - p - P -1/2 P
= 100 - 20 - 8 - 1/2 x 8 = 68 mm
d = 76 mm
d y = 68 mm
100
8
8
20
fy = 240 MPa
22
b =
0,85 1 f ' c
fy
600
600 f y
600
0,85x 0,85x 20
x 600 240
240
= 0,043
= 1000 mm, d = 76 mm
Rn
m =
=
0,400 x10 7
0,8
=
Mn
0,500 x10 7
bd 2 = 1000 x 76 2
fy
0,85 fc
240
'
= 0,85x 20 = 14,1176
1
m
= 0,8656
1 1
= 14,1176
2mRn
f y
2 x14,1176 x 0,8656
240
= 0,0037
max diperlukan tulangan tunggal.
min dipakai = 0,0037
As = b d = 0,0037 x 1000 x 76 = 281 mm2
Diperlukan tulangan P 8-150 = 333 mm2 281 mm2
memenuhi syarat
b) Pada lapangan arah y
b
= 1000 mm, d = 68 mm
= 1000 mm, d = 76 mm
= 1000 mm, d = 68 mm
24
Lapangan arah y,
25
26
B4
L
1/2
L
1/2
Ly
27
balok-balok ini merupakan balok menerus yang terdiri dari dua bentang atau lebih,
perhitungan mekanika akan menjadi rumit.
Langkah konservatip telah diambil oleh para perancang di dalam mengubah
beban segitiga/trapesium ini ke dalam beban merata equivalen, yaitu dengan
mendasarkan bahwa momen maksimum bentang akibat beban merata equivalen,
dengan asumsi balok bertumpu bebas pada kedua ujungnya (lihat gambar 2.17).
28
Momen ini harus sama dengan momen akibat beban merata equivalen yaitu : 1/8 L eq
Lx2, maka :
2
1/48 Lx Lx2 3 4( Lx / 2 L y ) = 1/8 Leq Lx2 sehingga :
Leq = 1/6Lx
3 4( L
/ 2 Ly ) 2
3 4( L
/ 2 Ly ) 2
300 2
)
2 x5,00
= 1,320 m
Beban yang dipikul oleh balok B1 dan B3 adalah
qbalok = Leq qu = 1,32 x 0,800 = 1,056 t/m
L
= 3,00
B2
1,00
L y = 5.00
1,32
Gambar 2.18 Contoh distribusi beban pelat
Total beban sebelum didistribusikan = 0,80 x 3,00 x 5,00
29
= 12 ton.
Total beban setelah didistribusi
30