Anda di halaman 1dari 30

PELAT

1. Jenis Tumpuan / Perletakan Pelat


(1)

Tumpuan Bebas, yaitu bila pelat dapat berputar (berotasi) bebas pada tumpuan.

(2)

Tumpuan Jepit Penuh, yaitu bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan
relatif sangat kaku terhadap momen puntir.

(3)

Tumpuan Jepit Elastis, yaitu bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah
rotasi sama sekali (pelat dalam kondisi terjepit sebagian)

Gambaran perbedaan jepit penuh dan jepit elastis :

Pada Gb. 1.4 : Balok tengah (yang lebih kecil) dibandingkan balok tepi akan memberi
jepitan yang lebih tinggi terhadap lantai apabila beban di kanan dan kiri balok adalah
permanen. Dengan demikian, balok tepi lebih konservatif bila tidak ditinjau sebagai jepit
penuh, dan dianjurkan sebagai tumpuan bebas. Jika diasumsikan sebagai jepit penuh
harus dijamin bahwa balok tepi tersebut mampu mencegah rotasi.

2. Jenis Pelat ditinjau dari Geometri dan Arah Tulangan


Ada 2 jenis, yaitu :

Pelat Satu Arah (One Way Slab)

Pelat Dua Arah (Two Way Slab)

2.1 Pelat Satu Arah

Cara menghitung momen lentur pada pelat satu arah


Analisis momen lentur pada pelat satu arah dapat dianggap sebagai balok di atas dua
atau banyak tumpuan.

Pelat satu bentang dapat dipandang sebagai struktur balok statis tertentu (simple
beam, balok sendi-roll).

Pelat dua bentang atau lebih dipandang sebagai struktur balok menerus (struktur
statis tak tentu).

Selain dengan prinsip di atas, dapat juga dilakukan dengan menggunakan koefisien
momen, asalkan dipenuhi syarat-syarat berikut ini :
1. Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang terpanjang
dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum 20%.
2. Beban hidup harus < 3 kali beban mati.
3. Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :

Untuk momen lapangan, L = bentang bersih di antara tumpuan.

Untuk momen tumpuan, L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri dan
kanan tumpuan.

Tabel 1 : Koefisien Momen (dikalikan qu L2 )


1/16

1/9

1/16

1/14

1/10

1/9

1/24

1/11

1/14

1/16

1/11

1/14

1/16

1/14

1/11

1/10

1/16

1/11

1/10

1/24

1/24
1/11

1/11
1/16

1/11
1/16

1/14

1/16

1/16

1/16

1/10

1/11

1/10
1/11

1/10
1/16

1/16

1/14

1/24
1/11

1/16

1/11

1/16

1/10

1/10

1/24

1/24
1/ 8

1/10

1/10

1/16

1/24

1/11
1/10

1/24

1/16

1/14

1/24

1/16

1/16

1/10
1/16

1/11
1/16

1/16
1/14

1/10
1/16

1/24
1/11

Keterangan

Tabel 2 :

Tebal minimum untuk balok non prategang atau pelat satu arah
bila lendutan tidak dihitung
Tebal minimum, h (mm)
Dua
Tumpuan

Komponen
struktur

Satu ujung
menerus

Kedua ujung
menerus

Kantilever

Komponen tidak mendukung atau tidak dihubungkan dengan partisi


atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak karena lendutan besar
Pelat masif satu
arah

L/20

L/24

L/28

L/10

Balok atau Pelat


Rusuk Satu Arah

L/16

L/18,5

L/21

L/8

Keterangan :

Panjang pelat) L dalam mm

Tabel di atas bentang (menggunakan beton normal (w c =2400 kg/m3) dan baja
tulangan fy = 400 MPa. Untuk kondisi lain, harus dimodifikasi sebagai berikut :

Untuk beton ringan ( wc = 1500 s/d 2000 kg/m 3) nilai dalam tabel di atas
harus dikalikan dengan (1,65 - 0,0003 . w c) dan tidak kurang dari 1,09 ; di
mana wc adalah berat jenis dalam kg/m3

Untuk baja tulangan dengan f y selain 400 MPa, nilai dalam tabel di atas
harus dikalikan dengan (0,4 + fy / 700)

Langkah analisis pelat satu arah (one way slab)


5

1. Tentukan tebal pelat, dengan syarat batas lendutan.


2. Hitung beban-beban : beban mati, beban hidup dan beban berfaktor.
3. Hitung momen akibat beban berfaktor (bisa dengan tabel koefisien momen)
4. Hitung Luas tulangan, dengan memperhatikan batas tulangan :

min < < maks

min = 0,0025

5. Tentukan diameter dan jarak tulangan, dengan memperhatikan lebar retak :


s < smaks smaks 2,0 h
smaks 250 mm

Contoh Perencanaan Pelat Satu Arah


Diketahui pelat lantai seperti pada Gambar 2.3 ditumpu bebas pada tembok bata,
menahan beban hidup 150 kg/m 2 dan finishing penutup pelat (tegel,spesi,pasir urug)
sebesar 120 kg/m2. Pelat ini terletak dalam lingkungan kering.
Mutu beton fc = 20 MPa, Mutu baja polos fy = 240 MPa.

Ditanyakan : Tebal dan penulangan pelat.


Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat minimum pelat hmin (berkenaan syarat lendutan).
Untuk fy = 240 MPa dan pelat ditumpu bebas pada dua tepi, maka
h min = ( L/20 ) x (0,4 + 240 / 700)
= (3600/20) x 0,743 = 133,7 mm
Tebal pelat ditetapkan h = 140 mm (= 0,14 m)
2. Hitung beban pelat (per satuan luas)
qD akibat berat sendiri = 0,14 m x 2,4 t/m 3

= 0,336 t/m2

qD finishing / penutup lantai

= 0,120 t/m2
+

Total beban mati qD

= 0,456 t/m2

Beban hidup qL = 0,150 t/m2


Beban berfaktor qU = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2 x 0,456 + 1,6 x 0,150 = 0,7872 t/m 2

3. Hitung momen akibat beban berfaktor.


Ditinjau per 1 m lebar, maka qU = 0,7872 t/m2 x 1 m = 0,7872 t/m
Dengan menggunakan Koefisien Momen, didapat :
1/24

1/24
1/ 8

Pada lapangan, Mu = 1/8 qu L2 = 1/8 x 0,7872 (t/m) x 3,62 (m2) = 1,2753 ton.m
Pada tumpuan (memperhitungkan jepit tak terduga)
Mu = 1/24 qu L2 = 1/24 x 0,7872 x 3,62 = 0,4251 ton.m
4. Hitung tulangan lentur
Tebal pelat h = 140 mm
Lebar (b) = 1000 mm (tinjauan per meter lebar).
Tebal penutup p = 20 mm
Misal diameter tulangan p = 10 mm
Tinggi efektif d = h p p
= 140 20 . 10 = 115 mm
f ' = 15 MPa = 0,85, untuk f ' < 30 MPa
c
1
c
f
= 240 MPa
y
0,85
f'
600
1
c

=
0,0323
b
f
600 + f
y
y

= 0,75 b 0,75 0,0323 = 0,024


max
= 0,0025 ( berlaku untuk pelat)
min

a) Tulangan pada lapangan


M u 1,2753 t.m = 1,2753 10 7 N.mm
M

Rn =

m =

u = 1,2753 10

0,8

= 1,594 10 7 N.mm

7
n 1,594 10
= 1,2053
b. d 2
1000 115 2
M

fy
0,85. f 'c
=

1
m

240
= 18,8235
0,85 15
1-

2 m Rn
0,0053
f y

max cukup tulangan tunggal.


8

> min (= 0,0025) dipakai = 0,0053


As = b d = 0,0053 x 1000 x 115 = 610 mm2 (per 1000 mm lebar)
p = 10 mm As 1 tulangan = 78,5 mm2.
Maka jarak antar tulangan maksimum = (1000 x 78,5) / 610 = 129 mm
Dipasang tulangan 10 - 125 mm
(Artinya, tulangan 10 mm dipasang pada setiap jarak 125 mm. Berarti dalam
1000 mm lebar terdapat 8 tulangan,shg total As = 78,5 x 8 = 628 mm 2 610 mm2)
b) Tulangan pada tumpuan, dengan formulasi yang sama, diperoleh :
Mu = 0,4251 x 107 N.mm
Mu
Mn = = 0,5314 x 107 Nmm

Rn = 0,4018
m = 18,8235
= 0,0017
max cukup tulangan tunggal.
min dipakai min = 0,0025 (untuk pelat)
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Dipasang tulangan 10 250 mm.
(dalam 1000 mm lebar terdapat 4 tulangan, shg total As = 78,5 x 4 = 314 mm 2)
c) Tulangan pembagi
Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus dipasang tulangan-bagi.
Untuk fy = 240 AS =

0,25 bh
100

Untuk fy = 400 AS =

0,18 bh
100

fy = 240 MPa AS =

0,25 1000 140


= 350 mm2
100

Dipasang tulangan bagi 10 - 220 mm (As = 357 mm2 350 mm2).


5. Gambar Sketsa Penulangan

(Gb. Denah Penulangan)

(Gb. Potongan A-A)

2.2 Pelat Dua Arah


Ditinjau suatu pelat lantai dengan balok-balok pendukungnya seperti gambar 2.5

10

Apabila Lx 0,4.Ly (Gambar 2.5.a), pelat dianggap tertumpu pada balok


B1,B2,B3,B4 (sebagai pelat tertumpu pada keempat sisinya). Pelat tersebut
dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y). Tulangan lentur pelat
dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen
setiap arah yang timbul.
Apabila Lx < 0,4.Ly (Gambar 2.5.b), pelat dianggap tertumpu pada balok B1 dan
B3. Kontribusi balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Pelat
dipandang sebagai pelat satu arah (arah x). Tulangan lentur utama dipasang pada
arah x saja, sedangkan pada arah y hanya sebagai tulangan-bagi.
Pada Tabel 3 (halaman berikutnya) ditunjukkan momen lentur per 1 meter lebar
yang bekerja pada masing-masing pada arah x dan arah y.
Mlx = momen lapangan per meter lebar di arah x.
Mly = momen lapangan per meter lebar di arah y.
Mtx = momen tumpuan per meter lebar di arah x.
11

Mty = momen tumpuan per meter lebar di arah y.


Mtix = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah x.
Mtiy = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah y.
Penerapan Tabel 3 ini dibatasi beberapa syarat :
a. Beban pelat terbagi rata.
b. Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan minimum antara
panel pelat.

qu, min > 0,4 qu,mak.


c. Perbedaan terbatas antara panjang bentang yang berbatasan.

Lx, terpendek 0,8 Lx, terpanjang.


Ly, terpendek 0,8 Ly, terpanjang.
Momen jepit tak terduga dianggap sama dengan setengah momen lapangan di panel
yang berbatasan, maka :
Pada arah x, Mtix = 1/2 MLx
Pada arah y, Mtiy = 1/2 MLy

12

Tabel 3 Momen per 1 meter lebar dalam jalur tengah akibat beban terbagi rata
Ly / Lx

Skema

Momen per meter


lebar

1,0

1,2

1,4

1,6

1,8

2,0

2,5

MLx = 0,001 qulx2 x

41

54

67

79

87

97

110

MLy = 0,001 qulx2 x

41

35

31

28

26

25

24

MLx = 0,001 qulx2 x

25

34

42

49

53

58

62

MLy = 0,001 qulx2 x

25

22

18

15

15

15

14

Mtx = 0,001 qulx2 x

51

63

72

78

81

82

83

Mty = 0,001 qulx2 x

51

54

55

54

54

53

51

MLx = 0,001 qulx2 x

30

41

52

61

67

72

80

MLy = 0,001 qulx2 x

30

27

23

22

20

19

19

Mtx = 0,001 qulx2 x

68

84

97

106

113

117

122

Mty = 0,001 qulx2 x

68

74

77

77

77

76

73

MLx = 0,001 qulx2 x

24

36

49

63

74

85

103

MLy = 0,001 qulx2 x

33

33

32

29

27

24

21

Mty = 0,001 qulx2 x

69

85

97

105

110

112

112

MLx = 0,001 qulx2 x

33

40

47

52

55

68

62

MLy = 0,001 qulx2 x

24

20

18

17

17

17

16

Mtx = 0,001 qulx2 x

69

76

80

82

83

83

83

MLx = 0,001 qulx2 x

31

45

58

71

81

91

106

MLy = 0,001 qulx2 x

39

37

34

30

27

25

24

Mtx = 0,001 qulx2 x

91

102

108

111

113

114

114

II

III

IV

VA

= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung bebas / tergantung)

Tabel 3 (lanjutan)

13

Skema
VB

VI

VIIA

VII

Momen per meter


lebar
M1x = 0,001 qulx2 x

1,0

1,2

1,4

Ly/Lx
1,6

1,8

2,0

2,5

39

47

57

64

70

75

81

M1y = 0,001 qulx2 x

31

25

23

21

20

19

19

Mtx = 0,001 qulx2 x


M1x = 0,001 qulx2 x

91
28

98
37

107
45

113
50

118
54

120
58

124
62

M1y = 0,001 qulx2 x

25

21

19

18

17

17

16

Mtx = 0,001 qulx2 x

60

70

76

80

82

83

83

Mty = 0,001 qulx2 x


M1x = 0,001 qulx2 x

54
14

55
21

55
27

54
34

53
40

53
44

51
52

M1y = 0,001 qulx2 x

30

39

47

56

64

70

85

Mtx = 0,001 qulx2 x

48

69

94

120

148

176

242

Mty = 0,001 qulx2 x


M1x = 0,001 qulx2 x

63
30

79
33

94
35

106
37

116
39

124
40

137
41

M1y = 0,001 qulx2 x

14

15

15

15

15

15

15

Mtx = 0,001 qulx2 x

63

69

74

79

79

80

82

Mty = 0,001 qulx2 x

48

48

47

47

47

46

45

= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung beban bebas/tergantung)

14

Contoh Perencanaan Pelat Dua Arah


Pelat lantai menumpu pada balok seperti Gambar 2.6, berada di lingkungan kering,
ditumpu pada balok beton yang tidak diperhitungkan menahan torsi.
Mutu beton fc = 15 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa, diameter tulangan 10 mm.

Pertanyaan : tebal pelat dan tulangan yang diperlukan, bila pelat memikul beban hidup
250 kg/m2 dan beban finishing penutup pelat (tegel, spesi, pasir urug, plafon) = 140
kg/m2.
Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat minimum (untuk fy = 240 MPa dan bentang pendek Lx = 4 meter
hmin = ( Lx/20 ) x (0,4 + 240 / 700)
= (4000/20) x 0,743 = 148 mm
ditetapkan h = 0,15 m (= 150 mm)
2. Hitung beban-beban
qD akibat berat sendiri = 0,15 x 2,4 = 0,360 t/m 2
qD dari finishing penutup lantai
Total qD

= 0,140 t/m2
---------------- +
= 0,500 t/m2

Beban hidup qL = 0,250 t/m2


Beban berfaktor, qU = 1,2 qD + 1,6 qL
qU = (1,2 x 0,500) + (1,6 x 0,250) = 1 t/m 2
15

3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor.


Ditinjau per 1 meter lebar, sehingga qu = 1 t/m2 x 1 m = 1 t/m
Tabel 3, untuk Ly / Lx = 4,8 / 4 = 1,2
Kasus I, tumpuan bebas didapat momen :
MLx = 0,054 qu Lx2

= 0,054 x 1,0 x 4,02

= 0,864 t.m

MLy = 0,035 qu Lx2

= 0,035 x 1,0 x 4,02

= 0,560 t.m

Mtx = 1/2 MLx

= 1/2 x 0,864

= 0,432 t.m

Mty = 1/2 MLy

= 1/2 x 0,560

= 0,280 t.m

4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 150 mm
Tebal penutup p = 20 mm
Diameter tulangan = 10 mm
Tinggi efektif :
dx = h - p - 1/2 = 150 - 20 - 1/2 x 10 = 125 mm
dy = h - p - - 1/2 = 140 - 20 - 10 -1/2 x 10 = 115 mm

fc = 15 MPa

1 0,85, untuk fc 30 MPa

fy = 240 MPa
b = 0,0323
max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0323 = 0,024
min = 0,0025 (syarat untuk pelat)
a) Tulangan lapangan arah x
b = 1000 mm, d = 125 mm
Mu = MLx = 0,864 tm = 0,864 x 107 N.mm
Mu
Mn =

= 1,08 x 107 N.mm


16

Rn

m =
=

Mn
bd 2 = 0,6912
fy
0,85 fc '

= 18,8235

1
m

1 1

2mRn
= 0,003
f y

perlu max cukup tulangan tunggal


perlu > min dipakai = 0,003
As = b d = 0,003 x 1000 x 125 = 375 mm2
Dipasang tulangan 10 - 200 mm (As = 392 mm2 375 mm2)
b) Tulangan lapangan arah y
b

= 1000 mm, d = 115 mm

Mu = MLy = 0,560 t.m = 0,560 x 107 N.mm


Mu
Mn = = 0,700 x 107 N.mm

Rn

m =
=

Mn
bd 2 = 0,5293
fy
0,85 fc '
1
m

= 18,8235

1 1

2mRn
fy

= 0,0023

max cukup tulangan tunggal.


min dipakai min = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Dipasang tulangan 10 - 250 mm (As = 314 mm2 288 mm2)
c) Tulangan tumpuan arah x
b

= 1000 mm, d = 125 mm

Mu = Mtx = 0,432 tm = 0,432 x 107 N.mm


Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas, diperoleh
= 0,0015 min dipakai min = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 125 = 313 mm2
Diperlukan tulangan 10 - 250 mm (As = 314 mm2 313 mm2)
17

d) Tulangan tumpuan arah y


b

= 1000 mm, d = 115 mm

Mu = Mty = 0,280 t.m = 0,280 x 107 N.mm


Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas,
didapat :
= 0,0011 min dipakai min = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Diperlukan tulangan P 10-250 mm (As = 313 mm2 > 288 mm2)
5. Gambar Sketsa Penulangan
Sketsa penulangan diperlihatkan seperti Gambar 2.7.
Pada tumpuan arah x maupun arah y, tulangan (atas) dihentikan pada jarak 1/5
Lx dari muka balok.
Pada lapangan arah x, sesuai hitungan diperlukan tulangan P10-200, tulangan
tersebut dihentikan sampai jarak 1/10 L x dari muka tumpuan. Selanjutnya
tulangan yang masuk ke balok paling sedikit 50 % dari jumlah tulangan yang
diperlukan di lapangan. Dalam denah penulangan terlihat 2 macam potongan
tulangan (masing-masing berjarak 400 mm)
Demikian pula tulangan pada lapangan arah y.
Kode tulangan :
Lapisan terluar (dari atas)
Lapisan kedua (dari atas)
Lapisan terluar dari bawah
Lapisan kedua dari bawah
Segitiga menunjuk kedalam pelat

18

19

Contoh
Diketahui Pelat Lantai untuk Ruang Kuliah seperti gambar 2.12. Mutu beton f c = 20
MPa, Mutu baja fy = MPa.
Diminta : Tentukan tebal Pelat dan Rencana Penulangan.

Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat
Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk
fy = 240 MPa dan bentang pendek Lx = 3,00 meter adalah :
20

- Pelat tipe a, satu ujung menerus, tebal minimum :


hmin =

L
3,0
=
= 0,09375 m = 93,75 mm
32
32

- Pelat tipe b, kedua ujung menerus, tebal minimum :


hmin =

L
3,0
=
= 0,08108 m = 81,08 mm
37
37

Ditentukan tebal pelat 0,10 m = 100 mm.


2. Pembebanan
Pelat lantai digunakan untuk Ruang Kuliah, dengan finishing penutup pelat
ditentukan sebagai berikut :
- tegel teraso, tebal

= 2 cm,

- spesi pasangan

= 2 cm,

- pasir urug bawah lantai

= 2 cm,

- plafon, eternit

= asbes pelat,

sesuai tabel 2.1 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG1983), dapat di hitung besarnya beban mati dan beban hidup sebagai berikut :
- Beban mati :
berat sendiri pelat = 0,10 x 1 x 2400
tegel tebal 2 cm = 2 x 24
spesi pasangan = 0,02 x 1 x 2100
pasir urug = 0,02 x 1 x 1600
Plafond, eternit = 11 + 7
Total beban mati qd
- Beban hidup :

= 240 kg/m2
= 48 kg/m2
= 42 kg/m2
= 32 kg/m2
= 18 kg/m2
= 380 kg/m2

Dari Tabel 3.1 Peraturan PPIUG 1993, untuk ruang kuliah ditentukan sebesar
q1 = 250 kg/m2
- Beban berfaktor :
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
= 1,2 x 380 + 1,6 x 250 = 856 kg/m 2
3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor.
Ditinjau pias selebar 1 meter, jadi qu = 0,856 t/m.

Ly = 4,5 m
Lx = 3,0 m Ly /Lx = 1,5
Dengan menggunakan Tabel 2.2, untuk Ly/Lx = 1,5
21

- Pelat tipe a, Kasus VIA : (interpolasi linier)


MLx = 0,052 qu Lx2 = 0,052 x 0,856 x 3,02 = 0,400 tm
MLy = 0,022 qu Lx2 = 0,022 x 0,856 x 3,02 = 0,169 tm
Mtx = 0,094 qu Lx2 = 0,094 x 0,856 x 3,02 = 0,724 tm
Mty = 0,075 qu Lx2 = 0,075 x 0,856 x 3,02 = 0,724 tm
Mtix = 1/2 Mlx

= 1/2 x 0,400

= 0,200 tm

Mtiy = 1/2 Mly

= 1/2 x 0,169

= 0,085 tm

- Pelat tipe b, Kasus VIB : (interpolasi linier)


MLx = 0,048 qu Lx2 = 0,048 x 0,856 x 3,02 = 0,370 tm
MLy = 0,019 qu Lx2 = 0,019 x 0,856 x 3,02 = 0,147 tm
Mtx = 0,078 qu Lx2 = 0,078 x 0,856 x 3,02 = 0,600 tm
Mty = 0,055 qu Lx2 = 0,055 x 0,856 x 3,02 = 0,424 tm
Mtiy = 1/2 Mly

= 1/2 x 0,147

= 0,074 tm

4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 100 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter P = 8 mm
Tinggi efektif :

dx = h - p - 1/2 P
= 100 - 20 - 1/2 x 8 = 76 mm
dy = h - p - P -1/2 P
= 100 - 20 - 8 - 1/2 x 8 = 68 mm

d = 76 mm

d y = 68 mm

100
8
8
20

Gambar 2.13 Penentu dx dan dy


fc = 20 MPa

1 = 0,85, untuk fc 30 MPa

fy = 240 MPa
22

b =

0,85 1 f ' c
fy

600
600 f y

600
0,85x 0,85x 20
x 600 240
240

= 0,043

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,043 = 0,03225


min = 0,0025 (berlaku untuk pelat )
1. Tulangan Pelat tipe (a)
a) Pada lapangan arah x
b

= 1000 mm, d = 76 mm

Mu = Mlx = 0,400tm = 0,400 x 107 Nmm


Mu
Mn =

Rn

m =
=

0,400 x10 7
0,8
=

= 0,500 x 107 Nmm

Mn
0,500 x10 7
bd 2 = 1000 x 76 2
fy
0,85 fc

240

'

= 0,85x 20 = 14,1176

1
m

= 0,8656

1 1

= 14,1176

2mRn

f y

2 x14,1176 x 0,8656

240

= 0,0037
max diperlukan tulangan tunggal.
min dipakai = 0,0037
As = b d = 0,0037 x 1000 x 76 = 281 mm2
Diperlukan tulangan P 8-150 = 333 mm2 281 mm2
memenuhi syarat
b) Pada lapangan arah y
b

= 1000 mm, d = 68 mm

Mu = MLy = 0,169 tm = 0,169 x 107Nmm


Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas, didapat :
= 0,0011 max dipakai min = 0,0025
23

As = min b d = 0,0025 x 1000 x 68 = 170 mm2


Diperlukan tulangan P 8-200 = 250 mm2 170 mm2
memenuhi syarat
c) Pada tumpuan arah x (tumpuan tengah)
b

= 1000 mm, d = 76 mm

Mu = Mtx = 0,724 tm = 0,724 x 107Nmm


Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas,
didapat :
= 0,0067 min dipakai
As = b d = 0,0067 x 1000 x 68 = 456 mm2
Diperlukan tulangan P 8-1000 = 500 mm2 456 mm2
memenuhi syarat
d) Pada tumpuan arah y (tumpuan tengah)
b

= 1000 mm, d = 68 mm

Mu = Mty = 0,578 tm = 0,578 x 107Nmm


Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas,
didapat :
= 0,0053 min dipakai
As = b d = 0,0053 x 1000 x 68 = 360 mm2
Diperlukan tulangan P 8-120 = 416 mm2 360 mm2
memenuhi syarat
e) Pada tumpuan tepi (arah x dan arah y)
Mtix = 0,200 tm = 0,200 x 107 Nmm
Mtiy = 0,085 tm = 0,085 x 107Nmm
Diberikan tulangan sama dengan lapangan, maka :
Arah x : P 8-150
Arah y : P 8-200

24

2. Tulangan Pelat tipe (b).


Dengan melihat besarnya momen pada pelat tipe (b) relatif lebih kecil dari pada pelat
tipe (a), dengan tujuan praktis dan untuk menghindarkan banyaknya tipe tulangan yang
sering berakibat kesalahan didalam pelaksanaan, maka tulangan yang terpasang
disamakan dengan tulangan pada pelat tipe (a), yaitu sbb:
Lapangan arah x,

M1x = 0,370 P 8-150

Lapangan arah y,

M1y = 0,147 P 8-200

Tumpuan tengah arah x, Mtx = 0,600 P 8-100


Tumpuan tengah arah y,

Mty = 0,424 P 8-120

Tumpuan tepi arah y,

Mtiy = 0,074 P 8-200

Gambar Penulangan pelat lantai diperlihatkan pada gambar 2.14.

25

26

2.6 Distribusi Beban


Ditinjau pelat tipe (a) seperti pada gambar 2.15. Pelat tersebut didukung oleh
balok-balok B1,B2 dan B4

B4

Beban pelat didistribusikan ke balok-balok pendukungnya melalui garis-garis yang


berarah 45o dari sudut panel seperti gambar 2.15b.
Balok bentang pendek memikul beban trapesium masing-masing setinggi 1/2 L x seperti
gambar 2.16.

L
1/2

L
1/2

Ly

(a) Bentang pendek

(b) Bentang panjang

Gambar 2.16 Beban yang dipikul balok akibat pelat


Untuk balok yang hanya terdiri dari satu bentang, adalah tidak mengalami
kesulitan di dalam menghitung gaya-gaya dalam yang timbul (momen lentur dan gaya
geser), jika diterapkan langsung beban segitiga dan trapesium seperti di atas, tetapi jika

27

balok-balok ini merupakan balok menerus yang terdiri dari dua bentang atau lebih,
perhitungan mekanika akan menjadi rumit.
Langkah konservatip telah diambil oleh para perancang di dalam mengubah
beban segitiga/trapesium ini ke dalam beban merata equivalen, yaitu dengan
mendasarkan bahwa momen maksimum bentang akibat beban merata equivalen,
dengan asumsi balok bertumpu bebas pada kedua ujungnya (lihat gambar 2.17).

(a). Beban segitiga menjadi beban merata.

Leq = 1/6 Lx {3 4(Lx/2Ly)2}


(b) Beban trapesium menjadi beban merata
Gambar 2.17 Lebar equivalen pelat yang dipikul oleh balok
Ditinjau gambar 2.17a, dengan hukum kesetimbangan momen maksimum akibat
beban segitiga yang terjadi ditengah bentang di titik T sebesar :
Mmax = 1/24 Lx3
Momen maksimum akibat beban terbagi merata equivalen
Meq = 1/8 Leq Lx2
Dengan cara yang telah disebutkan di depan, M max = Meq maka
1/8 Leq Lx2 = 1/24 Lx3
Leq = 1/3 Lx
Untuk beban trapesium seperti gambar 2.17b, momen maksimum di tengah
bentang di titik T adalah :
2
Mmax = 1/48 Lx Lx2 3 4( Lx / 2 L y )

28

Momen ini harus sama dengan momen akibat beban merata equivalen yaitu : 1/8 L eq
Lx2, maka :
2
1/48 Lx Lx2 3 4( Lx / 2 L y ) = 1/8 Leq Lx2 sehingga :

Leq = 1/6Lx

3 4( L

/ 2 Ly ) 2

Perlu dicatat bahwa perhitungan beban/lebar equivalen seperti di atas membawa


hasil yang relatip boros, sebagai gambaran diberikan contoh sebagai berikut :
Diketahui :
Pelat lantai tipe (a) dengan lebar L x = 3,00 m, Ly = 5,00 m seperti gambar 2.18 memikul
beban terbagi rata sebesar qu = 0,800 t/m2
Diminta : Hitung beban yang dipikul balok B1,B2,B3,B4. akibat pelat tersebut.
Penyelesaian :
Pada balok bentang pendek Leq = 1/3 Lx2
= 1/3 x 3,00 = 1,00 m
Beban equivalen yang dipikul oleh balok B 2 dan B4 adalah
qbalok = Leq qu = 1,00 x 0,800 = 0,8 t/m.

3 4( L

Pada bentang panjang Leq = 1/6Lx

Leq = 1/6 x 3,00 x 3 4(

/ 2 Ly ) 2

300 2
)
2 x5,00

= 1,320 m
Beban yang dipikul oleh balok B1 dan B3 adalah
qbalok = Leq qu = 1,32 x 0,800 = 1,056 t/m
L

= 3,00

B2
1,00

L y = 5.00

1,32
Gambar 2.18 Contoh distribusi beban pelat
Total beban sebelum didistribusikan = 0,80 x 3,00 x 5,00
29

= 12 ton.
Total beban setelah didistribusi

= 2 (0,8 x 3,0 + 1,056 x 5,0)


= 15,36 ton 12 ton.

Dari uraian tersebut dianjurkan, bahwa untuk kasus-kasus struktur yang


sederhana seyogyanya dihitung berdasarkan cara pembebanan yang sesungguhnya
(beban segitiga/trapesium), sedangkan untuk struktur yang komplek dapat dilakukan
dengan pembebanan equivalen.

30

Anda mungkin juga menyukai