Artikel 10300035 PDF
Artikel 10300035 PDF
Universitas Indonesia
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur
atas. Struktur bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang
berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas
adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom,
balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda
di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat
rawan terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi
kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety),
dan umur rencana bangunan (durability) (Hartono, 1999).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load),
beban hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load)
menjadi bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan
besar dan arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian
dapat dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang
dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim,
1993).
Pada perencanaan struktur atas ini harus mengacu pada peraturan atau
pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton
bertulang, yaitu Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI
T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan
Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain
(Istimawan, 1999).
1.2.
desain penampang dan tulangan pada kolom, balok, plat, dan tangga, serta
penggunaan software SAP 2000 pada analisa struktur portal.
1.4.
Metodologi Penelitian
Analisa struktur pada perencanaan struktur gedung ini menggunakan
software SAP 2000. Sedangkan untuk analisa penampang kolom, balok, dan plat
menggunakan standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SK SNI T-15-1991-03).
Pada perencanaan pembebanan gedung tersebut berdasarkan pada
Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987, dan untuk
menentukan beban geser akibat gempa berdasarkan pada Pedoman Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung 1987.
1.5.
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN.
Berisi mengenai latar belakang masalah, tujuan Tugas Akhir, batasan
penulisan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
Berisi uraian sistematika tentang penelitian struktur atas sebelumnya,
dan teori-teori yang ada hubungannya dengan struktur atas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN.
Berisi mengenai langkah-langkah menganalisa data-data struktur yang
diperoleh dari proyek.
BAB IV
DATA-DATA PERENCANAAN.
Menguraikan tentang data-data perencanaan pada proyek, yaitu data
teknis dan data struktural.
BAB V
ANALISIS DATA.
Berisi tentang perencanaan kolom, balok, plat, dan tangga serta
analisis dari data-data struktur atas yang diperoleh dari proyek.
BAB VI
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.2.
termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau
mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya (PPI,
1983).
Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang senantiasa bekerja
sepanjang waktu selama bangunan tersebut ada atau sepanjang umur bangunan.
Pada perhitungan berat sendiri ini, seorang analisis struktur tidak mungkin dapat
menghitung secara tepat seluruh elemen yang ada dalam konstruksi, seperti berat
plafond, pipa-pipa ducting, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam menghitung berat
sendiri konstruksi ini dapat meleset sekitar 15 % - 20 % (Soetoyo, 2000).
Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang
dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Sedangkan pada
atap, beban hidup termasuk air hujan yang menggenang (Benny, 1996).
Beban gravitasi pada bangunan yang berupa beban mati dan beban hidup
ini akan diterima oleh lantai dan atap bangunan, kemudian didistribusikan ke
balok anak dan balok induk. Setelah itu akan diteruskan ke kolom dan ke pondasi.
Bentuk pendistribusian beban dari plat terhadap balok dalam bentuk
trapesium maupun segitiga dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
2.3.
Beban Lateral
Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur
rangka bangunan akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa. Pertama kali di
Indonesia ketetapan perencanaan gempa untuk bangunan dimasukkan dalam
Peraturan Muatan Indonesia 1970, lalu peraturan ini diperbaharui dengan
diterbitkannya Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
1983.
Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan Gempa, yaitu :
(Soetoyo, 2000)
a. Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis).
Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh gempa pada
struktur dianggap sebagai beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh
gempa yang sesungguhnya akibat gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk
bangunan struktur yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.
b. Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).
Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan.
Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari :
-
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya
karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini
ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif
(isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang
ditinjau (Benny, 1996).
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, besarnya
tekanan tiup angin ini harus diambil minimum 25 kg/m2 luas bidang bangunan
yang ditinjau. Sedangkan untuk di laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai
tekanan tiup angin ini diambil minimum 40 kg/m2, serta untuk daerah-daerah di
dekat laut dan daerah-daerah lain dimana kemungkinan terdapat kecepatan angin
yang mungkin dapat menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari yang
ditentukan di atas, maka tekanan tiup angin tersebut harus dihitung dengan rumus:
p=
Dimana:
V2
kg/m2... (2.1)
16
2.4.
Kombinasi Pembebanan
2.5.
ANALISA PENAMPANG
2.6.2. PLAT
Tangga merupakan suatu komponen struktur yang terdiri dari plat, bordes
dan anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya.
Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah
horizontal, tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah
(Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah., tangga spiral (Helical Stairs),
dan tangga melayang (Free Standing Stairs). Sedangkan tipe tangga yang
digunakan pada gedung kampus ini adalah tangga melayang (Free Standing
Stairs). Pemilihan tipe tangga seperti ini pada gedung kampus ini dikarenakan
tidak membutuhkan ruangan yang besar.
3.
DATA-DATA PERENCANAAN
4.1.
Data Teknis
1. Jumlah Lantai
2. Tinggi Bangunan
4.2.
a. Lantai Dasar
: 0,000 m.
b. Lantai 1
: + 4,000 m.
c. Lantai 2
: + 8,000 m.
d. Lantai 3
: + 12,000 m.
e. Lantai 4
: + 16,000 m.
d. Lantai Atap
: + 20,000 m
Data Struktural
1. Pondasi
a. Tipe
c. Besi Beton
: 8 ~ 16 U 24.
: 150 mm.
Notasi
K-400
K-400
K-250
K-250
K-250
K-250
b. Besi Beton.
Tipe
Notasi
Tegangan Leleh
Ulir
BJTD 40
Fy = 4000 kg/cm2
Polos
BJTP 24
Fy = 2400 kg/cm2
Adapun penentuan penggunaan mutu besi beton yang digunakan
5.
CARA MENGANALISA
10
Gedung-gedung Monumental
Fasilitas-fasilitas penting yang harus tetap berfungsi setelah gempa terjadi
Contoh: Rumah sakit, Pusat Pembangkit Tenaga, Bangunan
Air minum, Sekolah, dan lain-lain
Fasilitas distribusi bahan gas dan minyak bumi
Gedung-gedung yang menyimpan bahan-bahan berbahaya, seperti asam,
bahan beracun, dan lain-lain
Gedung-gedung lainnya
Faktor
Keutamaan
1,5
1,5
2,0
2,0
1,0
Portal daktail
Dinding geser berangkai
Dinding geser kantilever daktail
Dinding geser kantilever dengan
daktilitas terbatas
Portal dengan ikatan diagonal
Struktur kantilever tak bertingkat
Cerobong, tangki kecil
11
= faktor keutamaan.
Wi .hi
.V
Wi .hi
Wi
hi
Tabel Distribusi gaya geser dasar horizontal total akibat gempa ke sepanjang
tinggi gedung dalam arah X dan Y untuk tiap portal
Tingkat
Atap
4
3
2
1
hi
Wi
Wi.hi
Fix,y
(m)
(t)
(tm)
(t)
20.00
16.00
12.00
8.00
4.00
545.010
786.206
869.708
873.380
877.052
3951.356
10900.202
72.74
12579.296
83.94
10436.496
69.64
6987.040
46.62
3508.208
23.41
44411.242 296.352
12
5.2.
Analisa Balok
Mulai
b, h, d, Mu, fy, fc, Es
d = h - d
k=
min =
1,4
fy
Mu
.b.d 2
b =
Diperoleh :
0,85. 1 f c '
600
fy
600 + f y
maks = 0,75. b
min maks
As = .b.d
a=
As . f y
0,85. f c '.b
c=
d c
.(0,003)
c
s =
y =
1
fy
c d'
.(0,003)
c
s '=
Es
Ya
Selesai
13
Mulai
b, h, d, Vu, fy, fc
d = h - d
Vc = 1 / 6. f c '.bw .d
Vu
. .Vc
Tidak
Ya
Tidak diperlukan
tulangan sengkang
Selesai
Diperlukan
tulangan sengkang
Vs =
Vu
Vc
Menentukan
tulangan sengkang
Spasi pada
penampang kritis
s=
Av . f y .d
Vs
s > 50 mm
Tidak
Perbesar diameter
tulangan sengkang
Ya
Spasi untuk keseluruhan panjang
balok. Dipilih yang terkecil
s = 1 / 2.d
3. Av . f y
s=
b
Selesai
14
Mulai
bw, h, hf, d, Vu, Tu, fy, fc
Menentukan :
torsi keseimbangan
atau
torsi keserasian
Luas Balok:
x .y
2
[(
24
. fc '
) x . y ] < Tu
2
Tidak
Stop
Ya
Kuat momen torsi nominal
Tn =
Ct =
Tu
bw .d
x2.y
Tc =
1
15
. fc '
) x y
2
0,4.Vu
1 +
Ct .Tu
Ts = Tn Tc
Ts =
. f y ' . 3 .x . y Tc
1
Ya
Tu > .Tc
Tidak
Ts > 4 Tc
Ya
Penampang
diperbesar
Tidak
C
15
Vc =
1
y
1 = 2 + 1 < 1,5
3
x1
. f c ' bw .d
T
1 + 2,5.Ct u
Vu
Vs
At
Ts
=
s t .x1. y1. f y
Vu
Vc
Av
V
= s
s
f y .d
Avt 2 At Av
=
+
s
s
s
s = 1 4 .( x1 + y1 )
Dipilih spasi terkecil
Luas tulangan memanjang
x1 + y1
s
2,8.x.s T
u
2. A x1 + y1
Al =
s
f y Tu + Vu
3.Ct
Al = 2 At
2,8.x.s T
u
Al =
f y Tu + Vu
3.Ct
As
lapangan
1 . bw .s x1 + y1
3 f y s
. Al + As
Selesai
16
Hasil perhitungan dari balok induk no. 18 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Mu
Lapangan Tumpuan
(KNm)
(KNm)
72.33
164.61
Vu
Tu
(KN)
(KNm)
(m)
(m)
136.5
4.05
0.3
0.6
3 D19
4 D19
2 D8
2 D8
3 D19
3 D19
300
300
Lapangan
Tumpuan
Tulangan
Atas
Bawah
4 D19
3 D19
Tulangan
Sengkang
D10
600
Vu
Tu
(KN)
(KNm)
(m)
(m)
132.56
2.48
0.25
0.6
Lapangan Tumpuan
(KNm)
(KNm)
77.51
200.05
2 D19
4 D19
2 D8
2 D8
2 D19
3 D19
250
250
Lapangan
Tumpuan
Tulangan
Atas
Bawah
4 D19
3 D19
Tulangan
Sengkang
D10
150
600
17
5.3.
h f , bw , h, d ' , l 1 , l 2 , f y , f c '
ly
Tidak
lx
Ya
>2
Sistem plat
dua arah
Sistem plat
satu arah
l n1 = l 1 2(d )
l n 2 = l 2 2(d )
l n1
l n2
fy
0,8 +
fy
0,8 +
1500 (l )
n
36
be = 2(h h f ) + bw
y=
(b h )[
e
] [
] (h h )
) + [b (h h )]
h f (h h f ) + bw (h h f )
(b h
e
18
Is =
1
12
.h f .l
Kekakuan plat
i =
Ecb .I bi
Ecs .Isi
[2( i ) + 2( i +1 )]
m =
M0 =
Wu .l i +1 (lni )
M0 =
Wu .l i lni +1
Distribusi momen :
Mu = faktor distribusi x M0
Memeriksa tebal plat
berdasarkan syarat gaya geser
Vu = 1 .1,15.W .ln
2
u i
d = h - 20 -
Vc = (1/6 )bw . d
Vu < Vc
Tidak
Ya
Tebal plat cukup aman
dan
tahan terhadap gaya geser
Rencanakan
plat lebih tebal
Redesign
19
Mn = As.fy (d - a)
a=
As . f y
0,85. f c '.b
(d - a) = 0,9 d
Luas tulangan
As =
Mn
f y (d a 2 )
As batang tulangan
S=
x 1000
As
selesai
20
hmin =
l
28
Mu =
.Wu.l 2
d = h - 20 - (19)
k perlu =
min
1,4
=
fy
Mu
.b.d 2
Diperoleh :
b =
0,85. 1 f c '
600
fy
600 + f y
maks = 0,75. b
min maks
Tulangan pokok
As = .b.d
Tulangan susut,
- untuk baja mutu 30 :
As = 0,002.b.h
- untuk baja mutu 40 :
As = 0,0018.b.h
Selesai
21
0,3.ln
0, 25.ln
D10 250
D10 250
150
D10 250
0,125.ln
D10 250
3200
3500
Tulangan Pokok
D10-150
150 mm
20 mm
Panjang
dukungan
Bentang bersih
22
5.4.
Analisa Kolom
Mulai
b, h, d, lu, Pu, Mu, fy, fc
Menentukan kekakuan kolom
EI =
Tidak
Ec .I g
2,5.(1 + d )
M
k .lu
> 34 12 1b
r
M 2b
Kolom Pendek
Eksentrisitas
Mu
e=
> emin = 15 + 0,03h
Pu
Ya
Kolom Panjang
d = h - d
= '=
As % penulangan
=
b.d
2
As = .b.d
As
b.d
23
c=
600
600 + f
.d
y
a = 1.c
s '=
0,003( c 70)
c
f s ' = E s . s '
Pnb = 0,85.fc'.a.b + As'.fy - As .fy
Ya
.Pnb = 0,65.Pnb
Ya
fs' > fy
.Pnb > Pu
Tidak
m=
fy
0,85. f c '
2
h 2e
h 2e
d'
+
Pn = 0,85. f c .b.d
+ 2.m. .1
2d
d
2 d
Memeriksa tegangan
pada tulangan tekan
Pn
a=
0,85. f c '.b
a
c=
1
0,003(c 70 )
f s ' = Es .
c
fs' > fy
Tidak
Redesign
penampang
dan tulangan
Ya
Selesai
24
Pu
(KN)
Mu
(KNm)
(KNm )
(mm )
(mm )
450 x 550
2948,86
374,4
39,098,125
54.108
2592
EI
I
2
As
4
Tulangan Sengkang
2
6 D25
D10 - 400
As = 6 D25
20 D25
550 mm
480 mm
Penampang
As = 6 D25
450 mm
25
5.5.
Analisa Tangga
1. Bordes
Mulai
h, d, Mu, fy, fc
Mn =
Mu
l
d = h - d
M n = 0,85. f c '.b.a.d
2
0,85. f c '.b.a
fy
1,4.b.d
As min =
fy
As =
26
2. Tangga
Mulai
h, d, Mu, Pu, fy, fc
Cek eksentrisitas
e=
Mu > e = 15 + 0,03h
min
Pu
Menentukan
% penulangan
Menentukan rasio
penulangan
= 12 % penulangan
d = h - d
Menentukan luas
tulangan utama
As = As ' = .b.d
Memeriksa kekuatan penampang
Pn =
Tidak
As '. f y
b.h. f c '
+
l
3.h.l
+ 0,5
d d'
d2
Pn > Pu
Ya
27
LL
Kg/m
Kg/m
Momen
Luas Tulangan
Positif Negatif Utama
Bagi
Kgm
Kgm
mm2
mm2
Tangga
988
292,5
1814
2084
845
Bordes
601
292,5
269
2084
758,3
6.
6.1.
Kesimpulan
Tulangan Yg Digunakan
Utama
Bagi
375
D14-150
D10-200
375
D13-150
D10-200
1. Struktur gedung kampus ini dianalisis dengan metode analisa beban statik
ekivalen, karena bentuk bangunan gedung ini sangat beraturan dan memiliki
ketinggian kurang dari 40 m.
2. Momen, gaya geser, dan torsi terbesar yang didapat dari hasil analisis struktur
gedung kampus ini adalah akibat dari kombinasi pembebanan 2, yaitu :
Wu = 1,05 DL + 1,05 LL + 1,05 E.
3. Hasil dari cek regangan yang dilakukan baik pada balok maupun kolom,
tulangan baja tarik telah mencapai luluh sebelum beton mencapai regangan
maksimum 0,003.
4. Gaya geser cukup besar terjadi pada balok BI-24, maka setelah dilakukan
perhitungan didapatkan jarak spasi sengkang yang cukup rapat.
5. Besarnya torsi (puntir) yang terjadi pada balok hasil dari analisa struktur
cukup kecil. Setelah dilakukan perhitungan, momen torsi rencana yang
didapat lebih besar dibandingkan dengan momen torsi keseimbangan hasil
dari analisa struktur. Oleh karena itu, dampak torsi dalam perencanaan ini
dapat diabaikan dan diberikan tulangan torsi minimum.
6. Pada perhitungan perencanaan plat dua arah yang telah dilakukan, diperoleh
hasil tulangan minimum. Hal ini dikarenakan oleh jarak pusat ke pusat antara
balok cukup dekat. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan lagi dimensi
penampang balok yang digunakan.
28
6.2.
Saran
29