Anda di halaman 1dari 25

MASALAH KORUPSI DI

INDONESIA TERKAIT GOOD


PUBLIC GOVERNANCE :
Skandal BLBI dan Kasus Jaksa
Urip Tri Gunawan
KELOMPOK 2 :
FAJAR LINA
FITRIA SUSIANA

BLBI (Bantuan Likuiditas Bank


Indonesia)
Awal mula skandal BLBI disebabkan oleh

gejolak moneter tahun 1997 , yaitu


merosotnya kepercayaan terhadap rupiah
yang diikuti dengan rumor penutupan
perbankan yang kalah kliring.
Dampak
yang
ditimbulkan
adalah
pemerintah menutup 16 bank sehingga
kepercayaan
masyarakat
terhadap
perbankan menurun drastis dan akhirnya
masyarakat beramai ramai melakukan rush
menarik simpanannya dari berbagai bank
yang
diisukan
akan
ditutup
oleh

BLBI (Bantuan Likuiditas Bank


Indonesia)
31 Desember 1997
Keran uang Bank Indonesia mulai dibuka,
dan mengucurlah aliran dana besar besaran
ke bank-bank yang saat itu mengalami
masalah.
15 Januari 1998
Penandatanganan Letter of Intent. Dalam
LoI, pemerintah mendapat pembenaran
untuk memberikan bantuan likuiditas kepada
bank yang sekarat karena krisis ekonomi.
27 Januari 1998
BPPN (Badan Penjaminan Penyehatan Bank)

BLBI (Bantuan Likuiditas Bank


Indonesia)
Mei 1998
BLBI yang dikucurkan pada 23 bank
mencapai Rp 164 triliun, dana penjaminan
antarbank Rp 54 triliun, dan biaya
rekapitalisasi
Rp
103
triliun.
Adapun
penerima terbesar (hampir dua pertiga dari
jumlah keseluruhan) hanya empat bank,
yakni BDNI Rp 37,039 triliun, BCA Rp 26,596
triliun, Danamon Rp 23,046 triliun, dan BUN
Rp 12,067 triliun.
19 Februari 1999
Ketua BPKP (Badan Pengawasan Keuangan

BLBI (Bantuan Likuiditas Bank


Indonesia)
5
(lima)
Bank
yang
melakukan
penyimpangan terbesar hingga 74% dari
total BLBI penyimpangan 48 bank penerima
yaitu :
1. BDNI sebesar 24, 47 trilyun yaitu 28, 84%
dengan pemilik Syamsul Nursalim
2. BCA sebesar 15, 82 trilyun yaitu 18,64%
dengan pemilik Soedono Salim
3. Bank Danamon sebesar 13,8 trilyun yaitu
16,27% dengan pemilik Usman Admadjaya
4. Bank Umum Nasional sebesar 5,09 trilyun
yaitu 6,0 % dengan pemilik Bob Hasan

BLBI (Bantuan Likuiditas Bank


Indonesia)
KPK menelisik ada puluhan triliun uang

negara yang dipinjamkan untuk obligor


BLBI tak kembali. Tak hanya soal
triliunan uang negara raib, ada juga
yang lain. Mulai dari proses pemberian
surat keterangan lunas (SKL) kepada
para obligor BLBI, hingga terkait
penanganan kasus BLBI di Kejaksaan
Agung.
Penyelewengan
dana
kasus
BLBI
ditangani oleh Urip Tri Gunawan yang

Kasus Tindak Pidana Korupsi


Jaksa Urip
Perkara ini bermula dari tindakan Direktur PT

BDNI, Sjamsul Nursalim yang merupakan salah


satu direktur bank yang menyelewengkan dana
BLBI. Ia enggan berurusan dengan Kejaksaan
Agung (Kejagung). lantas ia meminta teman
dekatnya Artalyta Suryani untuk memainkan
"jurus" ampuhnya agar ia terhindar dari kejaran
Gedung Bundar
Guna menghindari pemanggilan itu, Artalyta
berusaha menembus Direktur Penyidikan Kejagung
Muhammad Salim dan Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus (Jampidsus) Kemas Yahya Rahman
Ternyata tidak mudah untuk menembus mereka
sehingga artalyta memanfaatkan Jaksa Urip. Di

Kasus Tindak Pidana Korupsi


Jaksa Urip
Urip

dengan sengaja membocorkan


proses
penyelidikan
perkara
BLBI
kepada Artalyta Suryani.
Hal ini memberikan kesempatan kepada
Direktur PT BDNI, Sjamsul Nursalim agar
tidak dihadirkan dalam proses penyelidikan
Sjamsul
kembali
dijadwalkan
akan
dipanggil,
mengetahui
informasi
pemanggilan tersebut dari Urip, Artalyta
lantas melobi Urip agar Sjamsul tidak
dipanggil lagi. Urip kembali termakan suap.
Bukannya
menolak,
Urip
justru

Kasus Tindak Pidana Korupsi Jaksa


Urip
Melalui Jaksa Agung Muda Pidana
Khusus (Jampidsus) Kemas Yahya
Rahman, Kejagung mengumumkan
menutup penyelidikan atas dua
kasus BLBI.
Alasannya, 35 jaksa pilihan yang
tergabung dalam tim jaksa kasus BLBI
tidak menemukan adanya pelanggaran
pidana yang dilakukan Sjamsul Nursalim
dan perbuatan melanggar hukum yang
mengarah pada tindakan korupsi. Jaksa

Kasus Tindak Pidana Korupsi Jaksa


Urip
2 Maret 2008
Publik makin berang terhadap korps
Kejaksaan, tatkala dua hari pasca
diumumkannya
penutupan
kasus
BLBI,
Jaksa
Urip
Tri
Gunawan
ditangkap KPK seusai bertandang ke
rumah milik pengusaha Syamsul Nursalim
di Jalan Hang Lekir, Jakarta Selatan.
Dari tangan Urip, penyidik KPK
menyita uang sebesar US$ 660 ribu
atau sekitar Rp 6 miliar. Uang ini diduga
sebagai uang suap terkait kasus BLBI.

Kasus Tindak Pidana Korupsi


Jaksa Urip
Urip Tri Gunawan Jaksa Ketua tim penyelidikan kasus
BLBI terbukti secara sah dan meyakinkan yaitu:
Menerima uang suap US$ 660 ribu dari Artalyta
Suryani dan
Memeras mantan Kepala BPPN Glen Surya
Yusuf sebesar
Rp 1 miliar dengan menyatakan bahwa ada
kemungkinan Glen menjadi tersangka dalam kasus
BLBI. Hal itu bisa disiasati jika Glen mau
berkoordinasi dan menyerahkan sejumlah uang.
Pemerasan itu dilakukan melalui perantaraan
pengacara Glen, Reno Iskandarsyah.

Kasus Tindak Pidana Korupsi


Jaksa Urip
Berdasarkan
Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Pada tanggal 4 September 2008
Jaksa Urip dinyatakan bersalah dan
dipidana penjara selama 20 tahun dan
denda Rp 500.000.000,00 subsider 1
tahun kurungan.

Berlainan
dengan
pidana
yang
diterima Jaksa Urip, Jampidsus Kemas
Yahya Rahman kemudian hanya
dikenai sanksi berupa penghentian

Telaah Kasus
langkah penyelesaian kasus BLBI secara

hukum yang dirintis Kejaksaan Agung


ternyata berakhir antiklimaks.
Kejagung
menghentikan
penyelidikan
kasus yang diduga melibatkan sejumlah
pengusaha kelas kakap dan adanya jaksa
yang tertangkap tangan menerima suap
Selain itu, ada unsur penipuan di
dalamnya, karena tidak ada niat dari
obligor nakal untuk melunasi utangnya.

Telaah Kasus
Guru Besar Hukum Pidana Internasional

Unpad Bandung, Romli Atmasasmita,


mengusulkan agar KPK mengambil alih
pengusutan BLBI. Menurutnya, kasus BLBI
telah masuk ranah pidana, karena obligor
yang tidak membayar menyebabkan
negara rugi.
Saran ini mengacu pada pasal 8 ayat 2 UU
KPK yang memberi wewenang KPK
mengambil
alih
penyidikan
atau
penuntutan pelaku tindak pidana korupsi
yang sedang dilakukan polisi atau jaksa.

Telaah Kasus
Vonis majelis hakim menegaskan adanya keterkaitan

jaksa Urip dengan mantan Jampidsus Kemas Yahya


Rahman, mantan Direktur Penyidikan Muhammad
Salim, dan anggota Tim Penyelidik BLBI Hendro
Dewanto (Kompas, 5/9). Keterkaitan itu berdasarkan
keyakinan hakim: jaksa Urip bersama-sama
dengan Kemas dan Salim mengatur penarikan
kesimpulan
untuk
menyatakan
hasil
penyelidikan skandal BLBI dalam kasus BDNI
tidak ditemukan unsur melawan hukum.
Jaksa Urip bukan pemain tunggal, tetapi menjadi
bagian dari lingkaran kejahatan yang tertata rapi
(organized crime) di lingkungan Kejaksaan Agung.

,
Transparency International
Transparancy
International
(TI)
merupakan
sebuah
organisasi
nonpemerintah internasional yang banyak
berusaha
untuk
mendorong
pemberantasan korupsi
Transparancy International Indonesia
(TII) merupakan salah satu chapter
transparancy international, dimana TII
berjuang membangun dunia yang bersih
dari praktek dan dampak korupsi di
seluruh dunia.

Corruption Perception Index


CPI Merupakan sebuah indeks
untuk
mengukur
tingkat/level
korupsi yang dirasakan (perceived)
di sektor publik pemerintahan.
CPI diperoleh dengan melakukan
survei opini dan penelitian bisnis
yang berbeda oleh institusi yang
bereputasi dan independen.

KNKG, Pedoman Umum Good Public Governance


Pelaksanaan

GPG
sangat
penting
melalui
penegakan kepatuhan terhadap hukum sehingga
dapat dicegah terjadinya praktik suap, korupsi dan
sejenisnya.

Dalam

proses demokratisasi good governance


pembagian peran dan kewajiban yang seimbang
dalam arti luas, termasuk peran partai politik,
masyarakat sipil, dan para pelaku usaha, sehingga
terciptanya
sifat
saling
menyeimbangi dan
melengkapi antara ketiga unsur tersebut, bukan
hanya memungkinkan terciptanya check and
balance, tetapi juga menghasilkan sinergi antar
ketiganya dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat

Good Public Governance


Good Public Governance (GPG) merupakan sistem atau

aturan perilaku terkait dengan pengelolaan kewenangan


oleh para penyelenggara negara dalam menjalankan
tugasnya secara bertanggung-jawab dan akuntabel.
Asas GPG yaitu Demokrasi, Tranparansi, Akuntabilitas,
Budaya Hukum, Kewajaran dan Kesetaraan
GPG pada dasarnya mengatur pola hubungan antara

penyelenggara negara dan masyarakat dan antara


penyelenggara negara dan lembaga negara serta antar
lembaga negara.
GPG wajib dilaksanakan di ranah legislatif, eksekutif

maupun yudikatif untuk menciptakan sistem birokrasi


yang baik.

Kaitan kasus Jaksa Urip dengan pedoman Good


Public Governance (KNKG) dan UU Tipikor

Aktualisasi GPG dalam Penyelenggaraan


Negara
Sesuai
dengan
GPG,
negara
berkewajiban memberikan perlindungan dan
pelayanan
kepada
semua
pemangku
kepentingan
dengan
memperhatikan
keberlanjutan negara. Antara negara dengan
pemangku
kepentingan
harus
terjalin
hubungan yang didasarkan pada asas good
public governance dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jika kasus ini ditelaah dengan pedoman
Umum GPG, kasus ini memiliki keterkaitan
dengan implementasi konsep GPG dan UU

KAITAN KASUS JAKSA URIP DENGAN


PEDOMAN GPG DAN UU TERKAIT TIPIKOR
PENYELENGGARAAN FUNGSI YUDIKATIF
a. Kejaksaan agung tidak dibebaskan dari ketentuan umum
yang mewajibkan institusi penyelenggara negara untuk
memiliki satuan pengawas internal (SPI) yang diakomodasi
untuk berperan secara efektif
b. Saat melakukan tugas sebagai ketua tim penyelidik kasus
BLBI, Jaksa urip diawasi oleh inspektur muda Intelijen dan
tindak pidana khusus di satu diantara kelima inspektorat
c. Fungsi kontrol dari pihak pengawas belum efektif. Jaksa
urip juga melanggar asas akuntabilitas dan budaya
hukum. Yaitu menerima dari pihak lain dalam bentuk uang
dan melaksanakan fungsi dan tugasnya secara tidak
profesional yang terkena praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme.

KAITAN KASUS JAKSA URIP DENGAN


PEDOMAN GPG DAN UU TERKAIT TIPIKOR
GRATIFIKASI
Etika penyelenggaraan negara yaitu setiap
penyelenggara negara tidak diperkenankan
meminta atau menerima sesuatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dalam
bentuk
apapun
apabila
berpotensi
menimbulkan benturan kepentingan.
Jaksa urip menerima imbalan jasa dari
Artalyta dan Glen sehingga timbul
benturan
kepentingan
dalam
menjalankan
proses
hukum,
dan
seharusnya jaksa Urip melaporkan pemberian
uang tersebut.

KAITAN KASUS JAKSA URIP DENGAN


PEDOMAN GPG DAN UU TERKAIT TIPIKOR
KERAHASIAAN INFORMASI
Penyelenggara

negara harus memiliki nilai


profesional,
mengutamakan
kepentingan
masyarakat dan negara, serta berwawasan ke
depan.
GPG menegaskan untuk tidak diperkenankan
menyalahgunakan informasi yang ada untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Jaksa
Urip
membeberkan
rencana
penyelidikan kepada Artalyta Suryani yang
memungkinkan sjamsul nursalim mangkir
dari penyelidikan

Kesimpulan

Pada tataran akuntansi pemerintahan, PP


71 Tahun 2010 akan terlaksana dengan lebih
lancar dan baik hanya apabila berlandas GPG.
Dalam rangka penerapan GPG, setiap
lembaga negara harus menyusun pedoman
GPG dengan mengacu pada pedoman umum
GPG. Pedoman GPG bagi masing-masing
lembaga
negara
tersebut
mencakup
sekurang-kurangnya memuat visi, misi, dan
nilai-nilai lembaga negara yang bersangkutan.
Agar pedoman GPG dapat diterapkan
dengan
baik
diperlukan
adanya
penyelenggara negara yang mendukung dan
menciptakan suasana agar GPG tidak hanya

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai