Laporan 5
Laporan 5
240210130017
IV.
Biuret
Reaksi biuret digunakan untuk mengetahui ada tidaknya ikatan peptida
pada protein. Reaksi ini positif apabila suatu protein yang diuji memiliki dua atau
lebih ikatan peptida, hasil yang menunjukan positif yaitu apabila sampel yang
diuji menghasilkan warna ungu. Reaksi negatif untuk protein dengan satu atau
tidak ada ikatan peptida.
Eka Wahyuni
240210130017
Prinsip dari reaksi biuret adalah :
Protein
Cu2+
Komplex Cu-NaOH
Sampel yang diuji dalam percobaan ini yaitu albumin dan urea. Dalam
percobaan kali ini albumin ditambahkan NaOH sebagai pencipta suasana basa,
karena reaksi pembentukan Cu2+ dengan gugus OH dan NH dari ikatan peptida
bekarja dalam suasana basa. Hal ini disebabkan karena dalam suasana basa pada
proses pembentukan kompleks, ligan yang terlibat dapat melepaskan proton
seluruhnya sehingga kesempatan ligan untuk berikatan dengan ion logam lebih
besar dibandingkan dalam suasana asam yang pengikatan proton oleh ligan cukup
besar.
Biuret juga dapat dihasilkan dari dimerisasi senyawa urea, penggabungan
dua senyawa urea dengan pemanasan akan menghasilkan biuret dan melepaskan
bau amoniak.Penambahan CuSO4 dimaksudkan sebagai sumber Cu2+ yang
bertindak sebagai logam akseptor elektron dari gugus NH dari peptida dan
oksigen dalam air, yang membentuk ikatan koordinasi dan membentuk warna
ungu. Penambahan CuSO4 ini harus diperhatikan, tidak boleh terlalu sedikit
karena akan kekurangan Cu2+ dan tidak boleh terlalu banyak karena akan
menyebabkan denaturasi protein oleh logam berat.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Biuret (Albumin 2 %)
Kelompok
Warna awal
Warna akhir
1
2
3
Bening
Ungu
4
5
(Sumber: dokumentasi pribadi, 2014)
Berdasarkan tabel di atas Uji biuret ini positif apabila terbentuk kompleks
berwarna ungu. Dimerisasi dari dua senyawa urea dibentuk agar terbentuk suatu
senyawa dengan dua ikatan peptida yang dapat terdeteksi oleh pereaksi biuret dan
beeaksi dengan CuSO4 membentuk kompleks warna ungu.
Dapat ditarik
kesimpulan bahwa kedua sampel, albumin dan urea, mengandung ikatan peptida
di antara molekul penyusunnya.
Eka Wahyuni
240210130017
2.
Ninhidrin
Ninhidrin adalah suatu senyawa oksidator kuat yang dapat bereaksi
dengan asam amino pada pH 4-8 dan dihasilkan senyawa berwarna ungu. Uji ini
bertujuan untuk menidentifikasi adanya asam-asam amino bebas dalam molekul
protein. Uji ninhidrin positif ditandai dengan terbentuknya senyawa berwarna biru
atau ungu setelah dipanaskan.
Tabel 2. Hasil pengamatan Ninhidrin
Kelompok Warna Awal
Warna Akhir
1
Bening
2
Keruh
3
Putih
Bening
4
Keruh
5
Putih
(Sumber: dokumentasi pribadi, 2014)
Keterangan
Ada endapan
dalam pelarut
Eka Wahyuni
240210130017
warna biru keunguan. Dan larutan yang berwarna putih pada hasil percobaan
menandakan albumin merupakan asam amino.
3.
larutan. Protein bersifat mengendap dalam asam mineral pekat seperti asam
klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), dan asam asetat glacial (CH3COOH).
Sebaliknya,
basa
tidak
dapat
mengendapkan
protein
namun
mampu
Endapan
Akhir
Ada +++
Tidak ada
ada
Tidak ada
Tidak ada
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa endapan hanya terjadi pada
albumin yang direaksikan dengan asam klorida serta pada NaOH yang direaksikan
dengan gelatin. Berdasarkan teori, dapat diketahui
mengendapkan protein hanyalah asam mineral pekat tidak dengan basa ataupun
asam lemah (Tejasari, 2005). Albumin merupakan protein dengan berat molekul
kecil yang biasa terdapat dalam telur, serum dan susu. Karena albumin termasuk
protein itulah albumin dapat diendapkan oleh asam mineral pekat. Sedangkan
gelatin yang merupakan protein dari jaringan kolagen tidak mengendap karena
kadar proteinnya yang rendah.
Warna bening dari albumin yang direaksikan dengan basa NaOH dan asam
lemah
CH3COOH
yang
terlihat
pada
percobaan
pertama
dikarenakan
Eka Wahyuni
240210130017
4.
koagulasi protein
dimana protein akan membentuk endapan apabila ditambah dengan suatu zat
garam. Pengendapan tersebut diakibatkan karena daya larut protein yang
berkurang. Garam-garam logam berat dan asam-asam mineral kuat ternyata baik
digunakan untuk mengendapkan protein. Seperti yang dilakukan oleh asam,
logam berat juga mampu mengendapkan protein, namun tergantung pada suhu
dan jenis elektrolitnya.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pembentukan Endapan Garam Dan Logam Berat
Kelompok Larutan Garam Warna Awal Warna Akhir
1
CuSO4 0,1 %
Keruh +
Putih
2
CuSO4 0,2 %
Bening
Putih
3
PbAC
Keruh ++
Orange
4
FeCl3
Bening
Putih keruh
5
HgCl2
Bening
Bening
6
CuSO4 0,2 %
Bening
Bening
7
FeCl3
Bening
Orange
8
HgCl2
Bening
Bening
9
PbAC
Bening
Bening
10
CuSO4 0,1 %
Bening
Bening keruh
(Sumber : Data Hasil Pengamatan TIP A1, 2014)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Endapan Garam Logam Berat
Larutan
Warna
Warna
Sampel
Endapan
Garam
sebelum
sesudah
CuSO4 0,1% Keruh +
Putih +
CuSO4 0,2 % Bening
Putih +
Albumin
PbAl
Keruh ++
Keruh +
2%
FeCl3
Kuning
Orange
HgCl2
Bening
Keruh
Ada
CuSO4 0,1% Keruh +
Bening
Tidak ada
CuSO4 0,2 % Bening
Bening
Ada
Gelatin
PbAl
Keruh ++
Bening
Tidak ada
2%
FeCl3
Kuning
Bening
Tidak ada
HgCl2
Bening
Bening
Tidak ada
(Sumber : Data Hasil Pengamatan TIP A2, 2014)
Endapan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Busa
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Eka Wahyuni
240210130017
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 4, baik albumin maupun gelatin
yang direaksikan dengan logam berat mengalami perubahan menjadi terdapatnya
tidaknya endapan pada akhir percobaan. Logam berat yang digunakan untuk
percobaan ini adalah CuSO4, FeCl3, HgCl2 dan PbAc. Jumlah tetesan yang
diberikan hingga menghasilkan endapan pada tiap perlakuan berbeda-beda.
Albumin ditambahkan CuSO4 dan gelatin ditambahkan CuSO4 hanya memerlukan
10 tetesan untuk menghasilkan endapan, hal ini disebabkan logam CuSO4
bereaksi sangat cepat. Sedangkan pada albumin ditambahkan FeCl3 dan gelatin
ditambahkan PbAc memerlukan tetesan lebih banyak yaitu 20 tetes untuk
mengendapakan albumin dan 100 tetes untuk gelatin. Logam FeCl dan PbAc
merupakan logam yang bereaksi lambat dengan sampel.
Terdapatnya endapan setelah ditambahkan logam berat adalah disebabkan
protein memiliki gugus dengan muatan positif dan negatif. Garam dari logam
berat yang mengandung muatan positif seperti Cu2+ dan Fe3+ akan berikatan
dengan gugus yang bermuatan negatif pada protein sehingga protein tersebut akan
mengendap.
5.
Eka Wahyuni
240210130017
sedangkan bagian yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam. Hal ini dapat terjadi
dengan adanya endapan dalam larutan karena kelarutannya berkurang. Faktorfaktor yang menyebabkan denaturasi protein pemanasan, pembekuan, perubahan
pH, pengocokan, penambahan detergen, penambahan zat pelarut, penambahan
garam(Winarno,1992).
Tabel 6. Hasil pengamatan denaturasi dan koagulasi protein
0
10
20
Keruh
Keruh
Keruh
+++
+++
++
5,3
Keruh
Keruh
Keruh
+++
+++
++
4,7
Keruh
Keruh
Keruh
++++
+++
++
3,8
Keruh
Keruh
Keruh
++++
+++
++
5
Keruh
Keruh ++ Keruh
++
+++
Sumber: dokumentasi pribadi, 2014
pH
6
30
Keruh +
Setelah dipanaskan
Ada gumpalan +
Keruh +
Ada gumpalan +
Keruh +
Keruh
++
Keruh +
Ada
dipermukaan
gumpalan
Eka Wahyuni
240210130017
6.
Titik Isoelektrik
Adanya gugus amino bebas pada gugus karboksil bebas pada ujung-ujung
rantai molekul protein menyebabkan protein bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi
dengan asam maupun basa. Pada pH tertentu muatan gugus amino dan karboksilat
saling menetralkan sehingga molekul protein tidak bermuatan. Nilai pH dimana
molekul protein tidak bermuatan disebut titik isoelektris.
Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka muatan
partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik
isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi
negatif. Endapan akan larut dengan penambahan asam encer. Terjadinya endapan
menandakan bahwa gugus amino dan karboksil saling menetralkan. Sedangkan
pada larutan yang tidak mengalami endapan ataupun mengalami kekeruhan ini
berari gugus asam amino dan karboksilatnya tidak saling menetralkan
Tabel 7. Hasil Pengamatan Isoelektrik
Kel
10 Menit
Warna
Endapan Kekeruhan
Warna
20 Menit
Endapan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Ada, putih
Ada, putih
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
++
+
++
+
++
++
+
+
Tidak ada
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
10
Putih
Ada
Tidak ada
Putih
Ada
Kekeru
han
+
+
+
++
++
++
+
+
Tidak
ada
Tidak
ada
Eka Wahyuni
240210130017
7.
Salting Out
Salting out adalah prinsip ukuran kelarutan protein setelah diberi garam.
Protein akan berkurang kelarutannya apabila telah ditambahkan dengan garam dan
protein tersebut akan terpisah lalu membentuk endapan. Protein yang telah
mengalami salting out akan berikatan dengan garam lalu membentuk endapan.
Apabila proses salting outnya berjalan sempurna, maka apabila disaring dalam
filtrat tidak terdapat protein. Namun, apabila proses salting outnya tidak berjalan
sempurna maka dalam filtrat masih terdapat beberapa protein.
Tabel 8. Salting Out
Garam
(NH4)2SO4
MgSO4
MgCl2
NaCl
Endapan
Ada, putih
Ada, putih
Ada, putih
Tidak ada
NaSO4
Ada, putih
MgCl2
Ada, putih
Amonium Sulfat
Ada, putih
MgSO4
Ada, putih
NaCl
Ada, putih
NaSO4
Ada, putih
(Sumber : Data Hasil Pengamatan TIP A, 2014)
Eka Wahyuni
240210130017
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
antara lain sebagai berikut.
1. Albumin mengandung ikatan peptida di antara molekul penyusunnya.
2. Hasil yang didapat pada uji ninhidrin adalah bahwa pada albumin positif
ditemukan asam amino.
3. Endapan protein hanya terjadi pada albumin yang direaksikan dengan
asam klorida dan pada natrium hidroksida dengan gelatin.
4. Albumin menunjukkan endapan putih hanya dalam larutan HgCl2 saja.
5. Berdasarkan pengujian, pada pH 5 terdapat endapan dan kekeruhan pada
kasein dari susu yang menyatakan bahwa kasein tersebut terdenaturasi.
6. Hasil dari percobaan titik isoelektrik, pada sampel asam asetat yang
memiliki normalitas yang berbeda-beda dihasilkan titik isoelektrik yang
berbeda pula dengan ditunjukkan adanya kekeruhan yang berbeda pada
setiap kelompok.
7. Berdasarkan praktikum, larutan garam yang baik untuk mengendapkan
protein adalah Na2SO4 dan (NH4)2SO2
8. pengujian salting out, jika larutan berwarna ungu menunjukkan bahwa
garam tidak sepenuhnya dapat mengendapkan protein.
5.2
Saran
Alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum diharapkan dapat
Eka Wahyuni
240210130017
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Buckle, K.A. R.A. Edwards,dll. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah : Hari Purnomo
& Adiono. UI Press. Jakarta
De man, John M. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB Bandung. Bandung
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta