Anda di halaman 1dari 46

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI

PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

Pasal 1
UMUM
1.1

Pelaksanaan pemasangan Jaringan Tegangan Menengah meliputi tambah daya listrik PLN,
pemasangan Trafo, pengadaan genset, Panel, penggelaran Kabel dan Instalasi Jaringan
serta kelengkapannya harus memenuhi standar yang memenuhi persyaratan tertentu
sehingga jaringan dapat berfungsi juga dapat terpenhuinya unsur keselamatan dan
keamanan kerja serta terpenuhinya kelangsungan aliran catu daya sehingga kehandalan
jaringan dapat dicapai untuk mendukung operasional.

1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan Pekerjaan " Optimalisasi Sistem Kelistrikan
Bandara Vol = 1 Paket", sesuai dengan BoQ.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketersediaan dan keandalan catu daya listrik di
Bandara udara, dalam rangka meningkatkan pelayanan Jasa Lalu lintas Udara dan Jasa
Kebandar Udaraan di Kantor UPBU Mathilda Batlayeri-Saumlaki.

1.3

Pada DIPA tahun anggaran 2016 Kantor UPBU Mathilda Batlayeri-Saumlaki terdapat
pekerjaan Optimalisasi Sistem Kelistrikan Bandara Vol = 1 Paket.

1.4

Maksud Pedoman Teknis adalah sebagai Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam
melaksanakan pekerjaan teknis Optimalisasi Sistem Kelistrikan Bandara Vol = 1 Paket
dengan tujuan agar dalam pengadaan dan pemasangan peralatan tersebut memenuhi
standar teknis yang dipersyaratkan.

1.5

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini merupakan rencana kerja dan syarat-syarat
teknis pekerjaan, sebagai satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan
dokumen lelang. RKS ini dapat dijadikan sebagai pedoman teknis dalam pelaksanaan
pekerjaan Optimalisasi Sistem Kelistrikan Bandara Vol = 1 Paket.

1.6

Dalam melaksanakan pekerjaan ini Penyedia/Kontraktor bertanggung jawab terhadap


semua tenaga kerja dan lingkungan kerja atas :

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

1.6.1 Keselamatan.
1.6.2 Keamanan.
1.6.3 Ketertiban.
1.6.4 Kebersihan.
1.6.5 Dan kerusakan akibat pekerjaan ini.

1.7

Lingkup pekerjaan :
1.7.1

Pekerjaan persiapan

1.7.2

Pekerjan pengadaan material

1.7.3

Pekerjaan Sipil

1.7.4

Pekerjaan Instalasi

1.7.5

Line Up Test / Commisioning

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

Pasal 2
PERATURAN DAN SYARAT SYARAT TEKNIS.
2.1. Peraturan - peraturan
2.1.1

Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)

2.1.2

Standart Perusahan Listrik Negara (SPLN)

2.1.3

Standart Industri Indonesia (SII)

2.1.4

Standart Nasional Indonesia (SNI)

2.1.5

International Elechtrical Comunity (IEC)

2.1.6

Verband der Elektrotechnik (VDE)

2.1.7

Deutsches Institut Fur Normung (DIN)

2.1.8

National Electrical Manufacturers Association (NEMA).

2.1.9

British Standards (BS)

2.1.10

Japanese Industrial Standards (JIS)

2.2. Syarat - syarat Teknis


2.2.1.

Trafo
1. Konstruksi transformator
a. Sirkit magnetis dari laminasi baja silikon atau baja amour phose ( amour
phose steel) dengan rugi-rugi yang rendah. Harus dicegah adanya
harmonik, khususnya yang ke 3 dan 5.

Arus magnetisasi harus sekecil

mungkin. Inti harus tahan terhadap tekanan mekanis


b. Susunan lilitan dan saluran sirkulasi minyak harus dapat memberikan
pendinginan yang efisien. Klemklem sirkit magnetis dan pasak-pasak
belitan harus tahan terhadap tekanan hubung-singkat.
c. Busing transformator harus didesain untuk dapat dipasang pada pasangan
luar maupun pasangan dalam. Busing dari pasangan luar dapat dilepas
tanpa membuka tangki. Busing terbuat dari bahan-bahan porselin atau
jenis plug in bushing. Untuk hal-hal khusus seperti penyarnbungan

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

transformator dengan kabel, dimungkinkan adanya kotak sambungan


kabel. Jarak rambat busing tegangan menengah minimum 500 mm. Untuk
transformator yang akan digunakan pada sistem 3 fase 4 kawat, YNyn0
bushing pada sisi netral boleh mempunyai kelas isolasi tegangan yang
lebih rendah dari busing fase.
d. Tangki terbuat dari pelat dengan permukaan yang halus yang dilas dan
diperkuat dengan lipatan-lipatan atau seksi-seksi. Konstruksi tangki adalah
hermetically sealed untuk transformator dengan daya pengenal sampai
dengan 800 kVA. Untuk daya pengenal di atas 800 kVA dapat hermetically
seuled atau konvensional. Bagian luar harus dicat dengan cat yang tahan
cuaca, dengan ketebalan minimum 70 mm, tidak mudah hilang dan
berkualitas baik.
e. Transforrnator yang dilengkapi dengan radiator yang padu harus tetap
memudahkan

pengangkutan

dalam

keadaan

terkait

lengkap

dan

dimensinya sesuai dengan peraturan lalu lintas setempat. Bila diminta


dapat dilengkapi dengan katup pelepas radiator.
f.

Tingkat bising transformator distribusi maksimum sesuai dengan nilai yang


tercantum dalam Tabel 1.

g. Penandaan terminal dan sadapan. Penandaan terminal dan sadapan


transformator distribusi harus mengikuti Publikasi IEC No.616:1978 yaitu :
Primer : lU; lV; IW; ( lN) * ), Sekunder 2U;2Y;2W; 2N
h. Untuk transformator yang menggunakan pengaman jenis pemutus tenaga
pada sisi tegangan rendah, karakteristik pemutus tenaga terhadap beban
lebih harus mengacu kepada SPLN 95:1994.

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

i.

Tabel 1.
Tingkat Bising Transformator
Daya pengenal

Tingkat bising

(KVA)

dalam dB(A)

25

50

50

50

100

51

160

55

200

55

250

55

315

56

400

56

630

56

800

57

1000

58

1600

60

2000

61

2500

62

2. General Characteristics :
a. Design standars

: IEC 76

b. Transformer type

: Hermatically Sealed Totally Oil Filled

a. Service Condition

: In door / out door

b. Type of Oil

: Mineral Oil Class 1, acc to IEC 296

c. Number of phase

: 3 phase

d. Frequency

: 50 Hz

e. Bahan

: Copper

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

3. Technical Specification :
a

Capacity

......... kVA (sesuai kebutuhan)

Primary Voltage

......... kVA (sesuai kebutuhan)

Secondary Voltage

......... kVA (sesuai kebutuhan)

Vector Group

vektor Yzn5 untuk kapasitas


160 kVA dan

vektor Dyn5

200 kVA
f

Cooling

ONAN

Temperatur rise Oil

< 60 C

Winding
h

< 65 C

No load losses at nominal Sesuai rekomendasi pabrikan


voltage

(...watt)

On load losses at principal

Sesuai rekomendasi pabrikan

tapping

(...watt)

Impedance Voltage

<7%

Off load current at nominal Sesuai rekomendasi IEC


voltage

Temperature

Insulation A

Class
L

Noise

Lihat Tabel 1

Off Circuit Tapping Value

Sesuai rekomendasi IEC

Insulation

Sesuai rekomendasi IEC

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

4. Efficiency dan voltage regulation


Effisiensi %
4/4 load

3/4 load

2/4 loat

1/4 load

Pf 0.8

> 98 %

> 98 %

> 98 %

> 98 %

Pf 1.0

> 98 %

> 98 %

> 99 %

> 99 %

5. Accessories :
a. Name plate and Rating plate
b. HV dan LV Porcelain Bushings
c. Off Circuit Tap Changer
d. Oil filling plug
e. Oil draine plug
f. Lifting plug
g. Grounding Terminal
h. Bidirectional Roller
i.

Pressure relief device without contact

j.

Oil level and thermometer with contact.

6. Pengaman pada Transformator :


a. Rele Buchholz
Rele Bucholz adalah rele alat/rele untuk mendeteksi dan mengamankan
terhadap gangguan di dalam trafo yang menimbulkan gas
b. Pengaman tekanan lebih
Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau
katup berpegas, berfungsi sebagai pengaman tangki trafo terhadap
kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan pecah pada
tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangi trafo

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

c. Rele tekanan lebih


Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni mengamankan
terhadap gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh
kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan P.M.T
d. Rele Diferensial
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain
flash over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan
tangki atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda
kumparan
e. Rele Arus lebih
Befungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang
diperkenankan lewat dari trafo terseut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau gangguan hubung singkat
f.

Rele Tangki tanah


Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat
satu phasa ke tanah

g. Rele Termis
Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan isolasi
kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih.
Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan temperatur
7. Data-data teknis pada pelat nama / Name plate
Pelat nama yang kuat dan tahan karat, bernomor seri dan mudah dikenali.
Tulisan pada pelat ini harus jelas dan tidak mudah hilang, luntur, data yang
tertulis pada pelat nama sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
a. Jenis transfomator (transformator distribusi);
b. Nomor Spesifikasi/standar,
c. Nama pabrikan dan merk perniagaan;
d. Nomor seri Pembuatan;
e. Tahun pembuatan:

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

f.

Jumlah fase.

g. Daya pengenal ( untuk transformator belitan banyak ganda, daya


pengenal tiap betitan harus diberikan, Kombinasi pembebanan harus
ditunjukkan pula, jika tidak daya pengenal salah satu belitan merupakan
jumlah daya pengenal belitan lainnya);
h. Frekuensi pengenal;
i.

Tegangan pengenal;

j.

Arus pengenal;

k. Lambang hubungan kelompok vektor;


l.

Tegangan impedans nilai terukur pada arus pengenal dan pada suhu
acuan;

m. Nilai kenaikan suhu beli tan dan minyak bagian atas;


n. Berat keseluruhan;
o. Berat minyak isolasi;
p. Jenis minyak yang digunakan misal Shell Diala B ;
q. Diagram

hubungan

memberikan

(dalam

informasi

hal

lengkap

lambang

hubungan

mengenai

tidak

hubungan

dapat
didalam

transformator). Bila hubungan dapat diubah dalam transformator, maka


hubungan yang telah dibuat harus diperlihatkan
2.2.2.

Spesifikasi Teknis Genset


1. Suatu Mesin Diesel Generator Set terdiri dari :
a. Prime mover/Engine atau pengerak mula, dalam hal ini mesin diesel.
b. Generator
c. AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch)
d. Baterai dan Battery Charger
e. Panel ACOS (Automatic Change Over Switch)
f.

Pengaman untuk Peralatan

g. Perlengkapan Instalasi Genset.

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

2. Spesifikasi Engine
Peralatan Engine
Masing-masing mesin diesel minimal harus dilengkapi

dengan berbagai

accessories yang dipasang dimesin panel atau lainnya, antara lain sebagai
berikut :
a. Governor/engine speed control type hydraulics atau electronic, dilengkapi
dengan electrical speed fine adjustment.
b. Engine Starting Equipment
c. Lubrication Oil System
d. Stroke = 4 strokes
e. Lube oil pump
f.

Lube oil tank

g. lube oil cooler


h. lube oil filter
i.

thermostat

j.

electric lube oil pumping set untuk Automatic Prelubrication lengkap


dengan timer switch

k. fuel oil shut down solenoid dipasang pada panel control diesel genset.
l.

Peralatan Sistem Pengawasan Engine


1) Dipasang pada engine antara lain sebagai berikut :
a)

Thermometer untuk air pendingin

b)

Thermometer untuk exhaust

c)

Thermometer untuk lube oil

d)

Thermometer untuk charging udara

2) Dipasang pada panel diesel :


a)

Lube oil pressure gauges pada sebelum dan sesudah lube oil filter

b)

Pressure gauge untuk fresh water

c)

Pressure gauge untuk charging udara

d)

Tachometer

e)

Elapsed time meter

10

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

m. Peralatan Sistem Monitoring / Protection Engine, antara lain :


1) Sensors untuk lube oil level (alarmed dan stopped engine)
2) Sensors untuk lube oil pressure (alarmed dan stopped engine)
3) Sensors untuk lube oil temperature (alarmed dan stopped engine)
4) Sensors untuk fresh water pressure (alarmed dan stopped engine)
5) Sensors untuk fuel pressure (alarmed)
6) Sensors untuk high turbo charging air temperature (alarmed)
7) Overspeed relay (stopped engine)
8) Ratio differential relay (alarmed and stopped engine)
9) Over voltage relay (alarmed and stopped engine)
10) Under voltage relay (alarmed and stopped engine)
3. Spesifikasi Generator
Generator terdiri dari
a. Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar, pada bagian ini terdapat kutub-kutub
magnet dengan lilitannya yang dialiri arus searah, melewati cincin geser
dan sikat-sikat
b. Stator
Rangka Stator Terbuat dari besi tuang, rangka stator maerupakan rumah
dari bagian-bagian generator yang lain. Stator memiliki alur-alur sebagai
tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi sebagai tempat
GGL induksi
c. Cincin geser
Terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang yang dipasang pada
poros dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersama-sama
dengan poros dan rotor.
d. Generator penguat
Generator penguat merupakan generator arus searah yang dipakai sebagai
sumber arus.
11

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

e. Automatic Voltage Regulator (AVR)


4. AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch)
AMF merupakan alat yang berfungsi menurunkan downtime dan meningkatkan
keandalan sistem catu daya listrik. AMF dapat mengendalikan transfer Circuit
Breaker (CB) atau alat sejenis, dari catu daya utama (PLN) ke catu daya
cadangan (genset) dan sebaliknya. Dan ATS merupakan pelengkap dari AMF
dan bekerja secara bersama-sama.
AFM minimal terdiri dari :
a. Start / stop genset
b. Digital input untuk deteksi switch oli, temperature, fuel dsb
c. Analog input untuk pembacaan sensor tekanan oli, temperature, fuel
dsb
d. pengukuran tegangan, dan frekwensi pada sisi main dan genset
e. Timer internal
f.

dapat dikonfigurasi dengan PC

g. dapat dioperasikan dengan mode manual, remote start, dan auto


h. pengukuran tegangan battrey
i.

Automatic transfer switch

j.

dipasang pada front panel

k. Back-lit icon LCD display


l.

Front panel editing

m. LED and LCD alarm indication


n. Power Save mode
o. 4 Digital inputs
p. 3 Analogue inputs (2 fixed, 1 flexible)
q. 6 configurable outputs
r. Configurable timers and alarms
s. Alternative configuration
t.

Event Log (5)

u. CAN and Magnetic Pick up / Alt. sensing

12

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

v. 3 Phase generator monitoring


w. Current monitoring and protection
x. 3 Phase Mains (Utility) monitoring
y. Test button
z. Automatic load transfer
aa. Battery voltage monitoring
bb. Engine pre-heat
cc. Hours counter
dd. Comprehensive shutdown or warning on fault condition
ee. Backed-up real-time clock
ff. Fully configurable via DSE Configuration Suite PC software
gg. USB connectivity
hh. Remote SCADA monitoring via DSE Configuration Suite PC software.
1) Timer (Time delay)
a) Main failure time delay yang digunakan untuk penundaan ketika
terjadi pemadaman yang mungkin saja terjadi karena drop
tegangan sesaat yang tidak memerlukan panel AMF - ATS untuk
bekerja
b) Cranking time delay, yang digunakan untuk pengaturan starting
genset
c) Main transfer time delay, yang digunakan untuk penundaan
pemindahan transfer switch/contactor ke posisi main/PLN
d) Genset transfer time delay, yang digunakan untuk penundaan
pemindahan transfer switch/contactor ke posisi genset, biasanya
digunakan untuk memberikan kesempatan melakukan pemanasan
sesaat sebelum menerima beban
e) Recooling time delay, biasanya setelah tegangan Main/PLN pulih
dan transfer switch pindah ke posisi Main lagi maka genset akan
mati setelah proses recooling
13

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

2) Smart relay (dalam bentuk soft wire)


3) Panel
dilengkapi Grounding arde / hubung tanah menggunakan elektroda
tanah rod tembaga masip 5/8 panjang penanaman elektroda tanah
sesuai kebutuhan untuk mencapai tahanan 2 Ohm
5. Baterai dan Battery Charger
a. Battery accu 12 Vdc . AH
b. Automatic battery charger kapasitas Amper dan Voltage sesuai kebutuhan.
c. Peralatan Over current charger.
6. Panel ACOS (Automatic Change Over Switch)
Panel ACOS minimal terdiri dari :
a. Automatic Main Failure (AMF)
b. 2 (dua) unit Autimatic Circuit Breaker (ACB) kapasitas

mensesuaikan (

type solenoid, atau type Motorize)


c. 2 (dua) unit ACB kapasitas mensesuaikan.
d.

Proteksi Over load, Over current, Over temperatur.

e. Meter Reading meliputi (Volt meter, Amper meter, Watt meter, Frekuensi,
Power factor, Hour Counter)
f.

Volt Selector.

g. Bush bar kapasitas sesuai kebutuhan.


Panel harus mempunyai 5 busbar dari bahan tembaga/Cu terdiri dari 3
busbar phase R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding,
ukuran busbar harus diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir
dalam busbar tersebut, beban busbar tidak boleh mencapai suhu lebih
dari 65 C. Setiap busbar harus diberi warna dan jarak sesuai peraturan
PLN ( PUIL 2000 tabel 66-1), lapisan yang dipergunakan untuk memberi
warna busbar harus dari jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang
diperbolehkan.
14

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

h. Selector Switch pengoperasian genset minimal Auto, Manual, Test Run,


Test Load dan Off
i.

Push button /Touch Screen Start/Off Genset, Push Button Emergency stop.

j.

Over Under Voltage Relay (OUVR)

k. Pilot Lamp

l.

1)

Warna Merah phase R

2)

Warna Biru phase S

3)

Warna Kuning phase T

Baby Sirine

m. Door Switch
n. Battery Charger
o. Current Transformer
p. Over Voltage Arrester 4P surja .
q.

Lampu TL 10/20 Watt.

r. Panel Cat Dark Grey


s. Material panel minimal tebal 2 mm
t.

Dimensi sesuai kebutuhan.

u. Panel dilengkapi Grounding arde / hubung tanah menggunakan elektroda


tanah rod tembaga masip 5/8 panjang penanaman elektroda tanah sesuai
kebutuhan untuk mencapai tahanan 2 Ohm
7. Pengaman untuk Peralatan
Sistem proteksi berfungsi untuk melindungi generator dari adanya gangguan,
baik gangguan luar maupun gangguan dalam.
Jenis-jenis proteksi pada generator meliputi:
a. Stator
1) Overvoltage protection
2) Overcurrent protection
3) Overload protection
4) Differential protection
15

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

5) Distance protection
6) Earth-fault protection
b. Rotor
1) Negative sequence protection
2) Protection for loss of excitation
3) Rotor earth-faulth protection
c. Protection of prime mover
d. Reverse-power protection
2.2.3.

Panel
1. Kerangka Panel :
a. Panel tegangan rendah harus mengikuti standard VDE/DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL.
b. Panel-panel (Free Standing atau Wall Mounted) pada siku-sikunya harus
dibuat dari plat besi tebal minimal 2 mm dengan rangka besi.
c. Panel-panel tersebut harus dibuat dari plat baja tebal 2 mm dan harus
dizinchromat dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat Power Coating,
warna cat abu-abu. Pintu dari panel-panel tersebut harus dilengkapi
dengan master key dan handel yang dapat di kunci.
d. Penggunaan baut dan mur tidak diperkenankan menggunakan baut seng,
harus menggunakan baut yang tidak menimbulkan nilai tahanan konduktor
naik melebihi 1 Ohm. Dianjurkan mempergunakan mur dan baut dari
bahan yang tahan karat untuk kerangka panel dan untuk busbar
menggunakan bahan tembaga.
e. Panel untuk type Free standing dinding bagian belakang harus dapat di
buka, dengan menggunakan baut atau mur.
f.

Konstruksi di dalam panel dan peletakan komponen-komponen


harus

diatur

sedemikian

rupa,

sehingga

apabila

panel

dilaksanakan

pemasangan, perawatan dan perbaikan pada panel tersebut tanpa


mengganggu komponen-komponen lainnya.
16

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

g. Panel harus dilengkapi lubang Ventilasi udara yang peletakannya di


utamakan di bagian atas dan bentuknya sirip.
h. Panel harus dilengkapi lubang yang jumlahnya

minimal 4 buah untuk

tempat pemasangan/penguncian dyna bolt, ukuran dyna bolt sesuaikan


dengan beban panel.
i.

Ukuran Panel
1) Panel Free standing
a) Tinggi 180 cm s/d 210 cm.
b) Lebar menyesuaikan dengan kebutuhan.
c) Tebal 60 cm s/d 100 cm.
2) Panel wall Mounted
a) Tinggi menyesuaikan dengan kebutuhan.
b) Lebar menyesuaikan dengan kebutuhan.
c) Tebal minimal 25 cm.

2. Isi panel
a. Panel Incoming PLN
Panel Incoming PLN adalah panel utama yang mendistribusikan power
supply ke Panel ACOS, Panel Kontrol genset atau ke panel Distribusi
langsung sebagai pilihan. Panel Incoming PLN terdiri dari :
1)

Breaker ACB / MCCB / MCB / NFB / ELCB jumlah dan kapasitasnya


sesuai kebutuhan.

2)

Breaker Incoming terdiri dari 3 pole 3 trip atau 4 pole 4 trip.

3)

Metering instrumen (Current Transformer, Volt meter, Amper meter,


Frequency meter, kW meter dan Power factor/Cos phi meter)
ketelitian 1%. Ukuran meter instrumen minimal 96 x 96 mm.

4)

Control relay,

5)

Over Voltage Arrester 4P surja,

6)

Pilot lamp meliputi :


a) Warna Merah phase R
b) Warna Biru phase S
17

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

c) Warna Kuning phase T


7)

Panel harus mempunyai 5 busbar dari bahan tembaga/Cu terdiri dari


3 busbar phase R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk
grounding, ukuran busbar harus diperhitungkan untuk besar arus
yang akan mengalir dalam busbar tersebut, beban

busbar tidak

boleh mencapai suhu lebih dari 65 C. Setiap busbar harus diberi


warna dan jarak sesuai peraturan PLN ( PUIL 2000 tabel 66-1),
lapisan yang dipergunakan untuk memberi warna busbar harus dari
jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
8)

Untuk mempermudah pengoperasian ON Off pada panel Incoming


dapat ditambah Saklar pemutus ( 2 pilihan) yang peletakkannya
sebelum breaker.

9)

Panel

Incoming yang memiliki 2 Feeder dapat dilengkapi 1 unit

Automatic Transper Switch (ATS) atau sebuah Change Over Switch


(COS)
10) Panel Incoming PLN untuk kapasitas maksimal 200 Amp dapat
menggunakan type wall mounted dan diatas 200 Amp harus
menggunakan panel type free standing.
11) Kapasitas Panel dibawah atau sama 100 Amp menggunakan BC 35
dan panel kapasitas diatas 100 Amp menggunakan BC 50.
12) Panel dilengkapi lampu penerangan, yang bila pintu panel di buka
lampu panel akan menyala.
b. Panel Automatic Transper Switch (ATS).
1)

Modul kontrol yang digunakan untuk mengoperasikan perpindahan


Main power ke back up dan sebaliknya.

2)

Magnetic Contactor ACB 2 unit, 3 Phase, 4 Pole, 4 Trip kapasitas


sesuai beban.

3)

Breaker ACB / MCCB / MCB / NFB / ELCB, jumlah dan kapasitas


breaker sesuai kebutuhan.

4)

Breaker Incoming terdiri dari 4 pole 4 trip.

18

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

5)

Metering instrumen (Current Transformer, Volt meter, Amper meter,


Frequency meter, kW meter dan Power factor/Cos phi meter)
ketelitian 1 %. Ukuran meter instrumen minimal 96 x 96 mm.

6)

Control relay.

7)

Over Voltage Arrester 4P surja.

8)

Panel dilengkapi Grounding arde / hubung tanah menggunakan


elektroda tanah rod tembaga masip 5/8 panjang penanaman
elektroda tanah sesuai kebutuhan untuk mencapai tahanan 2 Ohm

9)

Pilot lamp :
1. Warna Merah phase R
2. Warna Biru phase S
3. Warna Kuning phase T

10) Panel harus mempunyai 5 busbar dari bahan tembaga/Cu terdiri dari
3 busbar phase R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk
grounding, ukuran busbar harus diperhitungkan untuk besar arus
yang akan mengalir dalam busbar tersebut, beban

busbar tidak

boleh mencapai suhu lebih dari 65 C. Setiap busbar harus diberi


warna dan jarak sesuai peraturan PLN ( PUIL 2000 tabel 66-1),
lapisan yang dipergunakan untuk memberi warna busbar harus dari
jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
11) Battery Charger.
12) Hour Counter.
13) Sirine.
14) Emergency Stop.
15) Sakelar Pilih minimal Auto, Manual, Test Run, Test Load dan Off.
16) Push Button/Touch Screen untuk Pengoperasian AMF/ACOS.
17) Minimal Indicator dan sensor protection untuk :
a)

Low oil pressure.

b)

Over speed.

c)

Emergency Stop.

19

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

d)

Auto Start/Stop.

e)

Over coolant temperature.

f)

Failure to start (over crank).

g)

Under and Over frequency.

h)

Under and Over voltage.

i)

Over current.

j)

Engine cooling down dengan timer.

18) Panel dilengkapi lampu penerangan, yang bila pintu panel di buka
lampu panel akan menyala.
c. Panel Distribusi :
1)

2)

Ohm saklar
a)

Ohm saklar untuk 3 posisi harus dilengkapi 4 pole,

b)

Ohm saklar untuk 2 posisi dilengkapi 3 atau 4 pole.

Breaker ACB / MCCB / MCB / NFB / ELCB jumlah dan kapasitasnya


sesuai kebutuhan. Jumlah Pole Breaker Incoming pada panel
distribusi :

3)

a)

Untuk 1 incoming terdiri dari 3 pole atau 4 pole.

b)

Untuk 2 Incoming harus terdiri 4 pole 4 Trip

Metering instrumen (Current Transformer, Volt meter, Amper meter,


Frequency meter, kW meter dan Power factor/Cos phi meter)
ketelitian 1 %. Ukuran meter instrumen minimal 96 x 96 mm.

4)

Control relay.

5)

Over Voltage Arrester 4P surja.

6)

Pilot lamp meliputi :

7)

a)

Warna Merah phase R

b)

Warna Biru phase S

c)

Warna Kuning phase T

Panel harus mempunyai 5 busbar dari bahan tembaga/Cu terdiri dari


3 busbar phase R-S-T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk
grounding, ukuran busbar harus diperhitungkan untuk besar arus

20

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

yang akan mengalir dalam busbar tersebut, beban

busbar tidak

boleh mencapai suhu lebih dari 65 C. Setiap busbar harus diberi


warna dan jarak sesuai peraturan PLN (PUIL 2000 tabel 66-1),
lapisan yang dipergunakan untuk memberi warna busbar harus dari
jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
8)

Panel Incoming PLN untuk kapasitas maksimal 200 Amp dapat


menggunakan type wall mounted dan diatas 200 Amp harus
menggunakan panel type free standing.

9)

Kapasitas Panel dibawah atau sama 100 Amp menggunakan BC 35


dan panel kapasitas diatas 100 Amp menggunakan BC 50.

10) Panel dilengkapi lampu penerangan, yang bila pintu panel di buka
lampu panel akan menyala.
2.2.4. Kabel
1. Kabel NYY atau sejenisnya kekuatan Tegangan Kerja 0,6/1 kV untuk kabel
penerangan.
2. Kabel NYY atau sejenisnya 0.6/1 kV untuk kabel power dari Panel Utama ke
sub panel yang berada di dalam gedung.
3. Kabel NYFGbY atau sejenisnya untuk kabel power dari Panel Utama ke sub
panel yang berada di luar gedung dan melalui jalur ground.
4. Ukuran kabel disesuaikan dengan kapasitas beban.
5. Pemasangan kabel ke breaker harus menggunakan Scoen cable yang
ukurannya sesuai dengan peruntukan ukuran kabel.
6. Semua kabel harus memiliki sertifikat SNI,SPLN dan memenuhi persyaratan
PUIL.
2.2.5. Komponen-komponen pengaman yang dapat dipakai
1. Breaker
a. Air Circuit Breaker (ACB)
1)

Kapasitas

: Sesuai kebutuhan.

2)

Rated continous current

: Sesuai gambar.

3)

Type

: Fixed mounted.

21

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

4)

Number of pole

: 3 pole 3 Trip atau 4 pole 4 Trip.

5)

Rated operating voltage

: 415 Volt.

6)

Frequency

: 50 Hz.

7)

Permitted ambient temp.

: max. 55 C.

8)

Rated short time current

: maksimal 0.5 s.

9)

Operator Mechanism

: Motorize, Selenoid dan Vacum.

10) Over load release

: adjustable.

11) Instantenous over current

: adjustable

b. Moulded Case circuit Breaker (MCCB)


1)

Kapasitas

: Sesuai kebutuhan.

2)

Type

: Fixed mounted.

3)

Number of pole

: 3 pole 3 Trip atau 4 pole 4 Trip.

4)

Rated operating voltage :

: 415 Volt.

5)

Rated Frequency

: 50 Hz.

6)

Permitted ambient temp.

: max. 55 C.

7)

Rated short time current

: Maksimal 0.5 s

8)

Operator Mechanism

: Manual,

Motorize,

Selenoid

Vacum (for incoming).


9)

Over load release

: Adjustable.

10) Instantenous over current

: Adjustable.

c. No Fuse Breaker (NFB) Non Adjustable


1)

Kapasitas

: Sesuai kebutuhan.

2)

Type

: Fixed mounted.

3)

Number of pole

: 3 pole 3 Trip atau 4 pole 4 Trip.

4)

Rated operating voltage

: 415 Volt.

5)

Rated Frequency

: 50 Hz.

6)

Permitted ambient temp.

: max. 55 C

7)

Rated short time current

: Maksimal 0.5 s.

8)

Operator Mechanisem

: Manual Operation

22

dan

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

d. Miniatur Circuit Breaker (MCB).


1)

Kapasitas

: Sesuai kebutuhan

2)

Type

: Fixed mounted

3)

Rate operating voltage

: 240 Volt / 415 Volt

4)

Number of pole

: 1 pole 1 Trip, 2 pole 2 Trip, 3 pole

3 Trip atau 4 pole 4 Trip


5)

Rated operating voltage

: 415 Volt.

6)

Permitted ambient temp.

: max. 55 C.

e. Electric Leakage Circuit Breaker (ELCB).


Digunakan untuk melindungi peralatan yang sensitiv terjadi arus
gangguan.
2. Termal Overload Relay
3. Surger ARRESTER
2.2.6. Syarat-syarat umum

galian tanah, urugan pasir, pemasangan batu bata,

pelindung kabel terhadap petir, urugan tanah dan penyempurnaan bekas galian
dan pemasangan patok tanda kabel.
1. Galian tanah.
Ukuran type galian tanah untuk penanaman ground cable disesuaikan
dengan jumlah jalur kabel yang ditanam, dengan ketentuan sbb :
JUMLAH JALUR KABEL

TYPE GALIAN TANAH

1 s/d 5

CT Size 1

6 s/d 10

CT Size 2

11 s/d 14

CT Size 3

15 s/d 16

CT Size 4

17 s/d 20

CT Size 5

23

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

Detail ukuran galian tanah dan ketentuan lainnya dapat dilihat pada gambar
nomor : ST.01.01./01/.
Penanaman ground cable yang memotong parit, jalan mobil, ground cable
lain dan pipa air, maka galian tanah dibuat dengan kedalaman 100 cm, lebar
bagian bawah dan lebar bagian atas disesuaikan dengan ketentuan di atas.
Khusus untuk penanaman ground cable yang memotong parit atau jalan
mobil, maka pada lubang galian harus dipasang pipa sebagai pipa pelindung
kabel.
2. Urugan pasir.
Penanaman cable dalam lubang galian harus disertai dengan penimbunan
pasir urug setebal 10 cm dibawah dan 10 cm diatas tarikan kabel.
3. Pemasangan batu bata.
Sebelum galian ditimbun tanah kembali, terlebih dahulu diatas timbunan
pasir sepanjang seluruh galian kabel, harus dipasangkan batu bata yang
dipasang dengan jumlah batu bata sesuai dengan daftar pada gambar
nomor : ST.01.01..........Batu bata dapat diganti dengan bahan lain yang
lebih baik, disesuaikan dengan material yang tersedia dilokasi dan minimal
mutunya sama dengan batu bata. Perubahan spesifikasi tersebut harus
mendapat persetujuan Direksi.
4. Pelindung kabel terhadap petir.
Pada setiap tiang lampu, kawat BC ini dihubungkan dengan sebuah
elektroda tanah yang terbuat dari batang tembaga atau pipa galvanis
sepanjang minimum 1.2 m, sesuai kondisi tanah setempat.
5. Urugan tanah dan penyempurnaan bekas galian
1. Tanah urugan harus dipadatkan sesuai dengan kepadatan tanah semula.
2. Untuk galian yang melalui jalan mobil, maka setelah tanah dipadatkan,
harus dibuat konstruksi jalan diatasnya dan diaspal sehingga dicapai
kembali keadan seperti semula.
24

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

6. Pemasangan patok tanda kabel.


a. Sepanjang route penanaman kabel harus dipasangkan patok-patok tanda
kabel, yang dibuat dari beton cor 1:2:3 dengan ukuran 10x10x60 cm
ang ditanamkan sedalam 45 cm.

Khusus untuk tanda kabel yang

dipasang didaerah shoulder, maka pemasangan tidak boleh menonjol


sehingga bentuknya disesuaikan dengan persyaratan tersebut diatas.
b. Tanda-tanda kabel tersebut dipasang pada route galian kabel dengan
jarak 60 meter satu dengan yang lain, atau pada tempat-tempat dimana
kabel berbelok, serta pada tempat sambungan kabel.
c. Tanda-tanda kabel mana harus bertuliskan yang sesuai dengan
keperluannya (TR, TM, SAMBUNGAN dan sebagainya, sesuai gambar
ST.01.01/01/.
2.2.7. Persyaratan lain - lain
1. Pelaksana
Pelaksana pekerjaan ini haruslah pelaksana pekerjaan yang ahli dalam
bidang pekerjaannya dan memiliki sertifikat dari Instansi Pemerintah/badan
yang terakreditas/pabrik pembuat yang bersangkutan, dan untuk pekerjaan
listriknya harus memiliki sertifikat sebagai Instalatur PLN, dengan Klasifikasi
yang sesuai.
Sebelum melaksanakan pekerjaan ini pelaksana pekerjaan harus melakukan
Studi Final dan melaporkan hasilnya.
Di dalam melaksanakan pekerjaan ini harus ada koordinasi yang sebaikbaiknya antara pelaksana dengan pelaksana pekerjaan, sehingga sesuai
dengan

ketentuan-ketentuan

ditetapkan.

25

atau

persyaratan-persyaratan

yang

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

2. Pimpinan pelaksana pekerjaan


a. Pimpinan pelaksana pekerjaan harus seorang Ahli Teknik sesuai bidang
pekerjaan yang dilaksanakan dan yang berpengalaman

sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun.


b. Pimpinan pelaksana pekerjaan dapat menyerahkan pelaksanaan seharihari pada seorang Pelaksana yang berpengalaman mengerjakan dan
mengetahui pelaksanaan pekerjaan yang ada didalam Kontrak.
c. Penunjukan

Pimpinan

pelaksana

pekerjaan

dan

Pelaksana

oleh

Perusahaan pelaksana pekerjaan harus mendapat pertimbangan dan


persetujuan Direksi.
3. Pelaksana pekerjaan pelaksana wajib membuat Shop drawing sebagai acuan
pelaksanaan kerja meliputi jadwal perkerjaan, metode pekerjaan dan bahan
evaluasi Bill Of Quantity serta membuat dokumentasi aktifitas kegiatan dan
laporan harian, mingguan, bulanan

terhadap pekerjaan yang telah

dilaksanakan dan menyerahkan setiap laporan tersebut kepada pengawas


pekerjaan tepat pada waktunya.
4. Bilamana pada aktifitas ditemukan penjelasan serta uraian yang disampaikan
kurang dimengerti atau ada pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai
dengan Bill Of Quantity, maka pelaksanaannya terlebih dahulu harus
dikoordinasikan dengan pengawas pekerjaan dengan persetujuan direksi.
a. Peralatan ex import harus dijamin keasliannya dengan dukungan
sertifikat keaslian dari pabrik.
b. Peralatan ex import harus mempunyai agen representative di Indonesia
untuk memudahkan garansi bilamana terjadi kerusakan.
5. Rapat-Rapat dan Koordinasi
a. Pelaksana pekerjaan wajib melaksanakan rapat-rapat terkait dengan
progres pekerjaan, minimal dilaksanakan sekali setiap bulan bersama
Pengawas dan Direksi pekerjaan.

26

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

b. Pelaksana

pekerjaan

wajib

melakukan

koordinasi

dalam

rangka

kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan unit-unit terkait dibawah


koordinasi Direksi Pekerjaan.
6. Persetujuan Peralatan dan Material
Setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan sebelum memulai
pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Pelaksana Pekerjaan
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan,
diajukan kepada direksi pekerjaan untuk mendapat persetujuan, yang
meliputi data-data : nama-nama peralatan dan alamat manufacture, catalog
dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu. Peralatan Dan Material
Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang
dipublikasikan, sesuai dengan spesifikasi yang diuraikan, maupun pada
gambar-gambar rencana kerja.
7. Pengiriman
a. Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan yang syah
berlaku di Republik Indonesia ini harus betul-betul ditaati.
b. Pemborong diharuskan :
1) Mengirimkan contoh bahan yang akan digunakan.
2) Menyerahkan brosur dan Gambar Detail peralatan yang akan
digunakan sebelum dilakukan pemesanan untuk disetujui Pengawas.
3) Apabila Pengawas meragukan kualitas bahan atau alat tertentu,
maka bahan tersebut akan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan
bahan, atas biaya pelaksana pekerjaan dan alat dimaksud harus
segera diganti bila tidak memenuhi syarat.
4) Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh Pemberi Tugas/Pengawas
lapangan maka pelaksana pekerjaan harus menyingkirkan bahan
tersebut keluar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari.
8. Pengetesan Uji-Coba
Pengetesan dan uji-coba dilapangan harus dilakukan pelaksana pekerjaan,
dengan disaksikan oleh Pengawas dan Pemilik. pengetesan sesuai dengan
27

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

yang direkomendasikan oleh pabrikan dan atau yang dipersyaratkan dalam


RKS, dan harus dituangkan dalam berita acara.
9. Training
Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus
menyelenggarakan semacam pendidikan dan latihan serta petunjuk praktis
operasi

kepada

orang yang ditunjuk oleh

Pemberi

Tugas

tentang

pengoperasian, perawatan dan penanganan troubleshooting, seluruh biaya


pelaksanaan training menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

2.3. PERSYARATAN PEMASANGAN


2.3.1

Persyaratan Teknis Khusus


1. Gulungan dan rel/kabel drum (coil dan reel), Semua kabel dan kawat harus
dikirim ke lokasi dengan gulungan standar yang dibubuhi label panjang, ukuran
kawat, tipe isolasi dan pabrik pembuat.
2. Penandaan (marking), nama atau simbol pabrik, bulan dan tahun pembuatan
serta logo pengujian laboratorium (PPMK) harus tercantum pada permukaan
lingkaran luar kabel.
3. Jenis dan ukuran kabel yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.
4. Pemasangan kabel :
a. Kabel harus dipasang didalam pipa konduit, rak kabel, tray kabel atau kabel
pit.
b. Semua sambungan kabel harus dikerjakan di dalam kotak tarik (pull box),
kotak sambung (junction box), manhole atau handhole.
c. Kabel dari sistem yang berbeda harus dipasang sebagai berikut :
1) Pengawatan untuk penerangan harus dipasang di dalam pipa PVC
konduit.
2) Kabel untuk sistem signal atau sistem radio tidak boleh ditampung dalam
satu tempat yang sama dengan penerangan atau sistem daya (power
system).
28

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

3) Semua kabel tegangan menengah harus terpisah dari kabel yang


lainnya.
d. Semua terminal kabel dan sambungan harus dikerjakan sebagai berikut :
1) Harus aman, menggunakan pressure type konektor yang tidak disolder
jika tidak ditentukan lain.
2) Bila ditentukan sambungan yang disolder, sambungan kabel sebelum
disolder harus kuat

secara mekanik : solder harus digunakan secara

hati-hati dan tanpa menggunakan larutan asam (acid) dan dibungkus


dengan pita isolasi plastik dengan cara yang disetujui untuk tegangan
sirkuit.
3) Semua sambungan kabel tegangan menengah, koneksi dan terminal
harus menggunakan sambungan dan termination kit yang disetujui yang
berisi material koneksi dan isolasi yang dibuat oleh pabrik kabel.
5. Penggelaran kabel yang melalui jalur dalam gedung/plafon harus dilengkapi
penggantung (hanger), klem kabel dan penahan (support) yang diperlukan
supaya rapi dan kuat.
6. Identifikasi :
a. Identifikasi nomor kabel harus sesuai dengan skedul kabel yang dipasang.
b. Skedul kabel tersebut harus menunjukkkan nomor kabel, ukuran konduktor,
terminasi dan koneksi pada setiap ujung dan route kabel.
7. Bila kabel melewati dinding luar bangunan dan lubang kabel di bawah lantai
harus terisi penuh dengan material pelapis yang tahan air dan tidak mudah
terbakar.
2.3.2

Pemasangan di dalam pipa conduit :


1. Tidak boleh ada kabel atau kawat yang dipasang di dalam pipa konduit sebelum
konduitnya dibersihkan.
2. Jumlah luas penampang kabel atau kawat yang dipasang di dalam pipa konduit
tidak boleh kurang dari 30% luas penampang konduit.
3. Panjang ujung konduktor sekurang-kurangnya 15 cm harus lebih pada masingmasing titik outlet dan switch untuk penyambungan atau koneksi ke peralatan.

29

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

4. Semua kabel dan kawat harus dipasang dengan baik di dalam kotak tarik (pull
box), kotak sambung (junction box), kabel pit, manhole dan handhole.
5. Kabel untuk sistem power dan penerangan harus di dalam konduit yang terpisah
dari kabel komunikasi dan sistem sinyal.
2.3.3

Pemasangan kabel di dalam saluran di bawah lantai (cable floor duct).


1. Melaksanakan pembuatan cable duct ukuran minimal 40 cm x 50 cm, Dilengkapi
dengan penutupnya dari plat bordez tebal 6 mm dicat warna hitam dan diikat
dengan mur baut,
2. Semua kabel harus di support di dalam floor duct menggunakan kayu atau klem
plastic yang dipasang dengan jarak interval tidak kurang dari 50 cm.
3. Semua kabel harus dipasang berbaris dan rapi.
4. Bila kabel melewati tutup metal cable trench, maka harus ada ruang/jarak
diantara kabel dan tutup cable trench.

2.3.4

Pemasangan diatas kabel tray atau kabel rak.


1

Sambungan kabel dan isolasi dibuat dengan cara yang disetujui dalam kabel
tray atau rak.

Kabel harus dikencangkan dengan aman terutama pada kabel tray yang
melintang.

Bila kabel single konduktor terdiri dari sirkuit phasa atau netral yang
dihubungkan paralel, maka konduktor harus dipasang dalam group yang terdiri
dari satu atau lebih dari satu reaktansi dan single konduktor harus diikat dengan
aman dalam grup sirkuitnya untuk mencegah berlebihnya pergerakan arus
gangguan magnit.

2.3.5

Pemasangan kabel di dalam tanah.


1. Kabel yang ditanam di dalam tanah dengan kedalaman 80 cm 100 cm.
2. Lebar galian/parit disesuaikan dengan rumus {(n-1)10+20}, n = jumlah kabel
yang digelar.
3. Galian/parit harus dipersiapkan dengan membuang semua debu, sisa arang,
sampah, puing, batu atau material lain yang dapat melukai lapisan kabel.
4. Dasar galian/parit harus ditutup dengan pasir setebal 10 cm sebelum peletakan
30

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

kabel, dan ditutup dengan 10 cm pasir setelah peletakan kabel lalu dipadatkan.
5. Setelah pasir dipadatkan, Kabel harus diproteksi dengan batu bata/concrete
block dengan jumlah batu bata 10 buah/meter (diasumsikan ukuran bata 20 cm
x 10 cm x 5 cm).
6. Tanda kabel (cable marker) yang terbuat dari beton harus dipasang diatas tanah
dan diatas kabel yang ditanam.
7. Jarak antar tanda kabel maksimal 50 m, dan setiap belokan kabel dipasang
tanda kabel.
8. Ukuran tanda kabel adalah 10 cm x 10 cm x 60 cm, dan dilengkapi dengan
tulisan TR.
9. Tanda kabel ditanam sedalam 45 cm.
10. Jalur kabel dan peletakan patok kabel agar dibuat pada As built drawing.
Termasuk penggunaan GPS untuk penentuan titik koordinat jalur kabel.
2.3.6

Penarikan dan penyambungan ground cable.


1. Penarikan kabel harus dilaksanakan sewajar mungkin (tidak diperkenankan
terjadi dimana kabel tergelar dalam keadaan menegang).
2. Pada waktu penarikan kabel, harus diusahakan agar kabel jangan sampai knik
atau terpuntir.
3. Pada gelaran kabel yang membelok, maka belokan harus dibuat dengan radius
minimum sebesar 20 x diameter kabel.
4. Pada tempat-tempat dimana terdapat sambungan kabel yaitu sambungan
antara kabel dengan kabel atau kabel dengan panel, maka harus dibuat sling
kabel, minimum sebanyak 2 putaran dengan radius minimum 20 x dameter
kabel.
5. Penanaman kabel lebih dari satu saluran dalam sebuah galian, tidak
diperkenankan memasangnya dengan tumpang tindih. Pemasangan kabel harus
diatur sejajar dengan jarak satu dengan yang lainnya.
6. Semua sambungan ground cable harus menggunakan mof dan bahan resin
sebagai bahan pengecornya. Bahan resin mana harus dipilih yang sesuai dengan
tegangan kerja kabel yang akan disambung dan besarnya mof yang

31

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

dipergunakan disesuaikan dengan besarnya ukuran kabel. Penggunaan bahan


pengecor resin harus dikonsultasikan dengan dan atas persetujuan direksi.
7. Semua sambungan kabel, antara kabel dengan terminal atau antara kabel
dengan peralatannya, harus menggunakan cable schoen yang besarnya sesuai
dengan ukuran kabel
2.4. PENGUJIAN
2.4.1

Pengujian pada kabel


1. Pengukuran tahanan isolasi kabel
2. Tahanan isolasi kabel harus diukur sebelum dan sesudah ditarik/digelar,
pengukuran tahanan isolasi dengan menggunakan Megger 500/1000 Volt.
Besar tahanan isolasi minimum 50 M Ohm.
3. Setelah penarikan kabel selesai, maka sebelum urugan pasir dilaksanakan,
gelaran kabel diatas galian harus diukur kembali besarnya tahanan isolasinya
dengan caracara pengukuran dan besarnya tahanan isolasi yang diperkenan
kan seperti tersebut diatas.

2.4.2

Pengujian pada Panel


1. Melakukan pengujian pisik terhadap kuncian-kuncian pemasangan Breaker, Bush
bar, Terminal dan lain-lain.
2. Melakukan pengujian On - Off Breaker
3. Melakukan pengukuran pada terminal-terminal terhadap Tegangan meliputi :
Panel

Panel.....

Panel.....

Panel.....

Panel.....

dst

R-S

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

R-Tl

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

S-T

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

R-N

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

S-N

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

32

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

2.4.3

T-N

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

....Volt

....Hz

....Hz

....Hz

....Hz

....Hz

R (A)

....A

....A

....A

....A

....A

S (A)

....A

....A

....A

....A

....A

T (A)

....A

....A

....A

....A

....A

Pengujian pada Trafo


1. Pengechekan :
a. Pengechekan pada Transformator :
b. Pengechekan Indikator suhu minyak
c. Pengechekan Indikator permukaan minyak
d. Pengechekan Indikator sistem pendingin
e. Pengechekan Indikator kedudukan tap
f. Pengechekan Dokumen Validasi Pabrik
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

pengujian
pengujian
pengujian
pengujian
pengujian
pengujian
pengujian

tahanan isolasi
tahanan kumparan
perbandingan belitan Pengujian vector group
rugi besi dan arus beban kosong
rugi tembaga dan impedansi
tegangan terapan (Withstand Test)
tegangan induksi (Induce Test)

2. Pengukuran pada Transformator :


a. Pengukuran Tahanan Isolasi
b. Pengukuran kebocoran tangki
c. Pengukuran Kenaikan suhu
d. Pengukuran Voltage
2.4.4

Pengujian Genset
Pengechekan dan pengukuran pada Panel :
1. Pengukuran Voltage
2. Pengukuran Frekwensi
3. Pengechekan indikator - indikator
33

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

4. Pengujian ON/Off Breaker


5. Pengujian Proteksi

34

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

Pasal 3
URAIAN PEKERJAAN
3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN
Persiapan yang meliputi :
3.1.1

Melaksanakan Koordinasi dan inventarisasi seluruh kebutuhan rencana kerja, Jalur


kabel, tata letak panel dan Instalasi serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait
untuk mendukung kelancaran melaksanakan pekerjaan.

3.1.2

Melaksanakan pembuatan shop drawing pelaksanaan pekerjaan sebagai acuan


pembuatan pelaksanaan kerja.

3.1.3

Melaksanakan Factory Acceptence Test Genset, Trafo dan Panel di Pabrikan.

3.2 PEKERJAAN PENGADAAN MATERIAL.


3.2.1

Melaksanakan pengurusan penyambungan Daya baru kapasitas 81,5 kVA, 3 phase,


220/380 Volt, 50 Hz ke Kantor PLN terdekat.

3.2.2

Pengadaan Trafo Step down kapasitas 250 kVA 1 (satu) unit dengan spesifikasi
Sesuai dengan pasal 2.2.1 dan tambahan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Service Condition
Type Of Oil
Capacity
Primary Voltage
Secondary Voltage
Vector Group
Cooling
Temperatur rise
Oil
Winding
No load losses at nominal Voltage
On Load Losses at principal tapping
Impedance Voltage
Off load current at nominal Voltage
Temperatur Insulation class
Noise
Off Circuit Tapping Value

35

:
:
:
:
:
:
:

Out door
Mineral Oil Clas 1 acc. To IEC 296
250 kVA
20 kV
0.4 kV
Dyn5
ONAN

:
:
:
:
:
:
:
:
:

50 C
55 C
600 watt
3000 Watt
4%
2,1 %
A
55 dB
+/-5; +/-10%

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

3.2.3 Melaksanakan pengadaan kelengkapan alat sambung TM pada awal jaringan


SUTM PLN dan pada akhir jaringan dekat Trafo meliputi :
1. Fuse Cut Out 24 kV, 100 A, 10 kA
2. Lighting Arrester 10 kA
3. Travers dudukan Cut Out / Arrester
4. Beugel D114 140 mm
5. Mur baut x 50 mm
6. Tap Conn / Bimetal Paralel Clam 70 sqmm
7. Kabel AAAC 1 x 70 sqmm
8. Sepatu cable tembaga 70 sqmm Cu
3.2.4 Melaksanakan pengadaan pipa galvanis diameter 3 untuk pelindung kabel TR
dari Trafo menuju ground sepanjang 10 (sembilan) meter.
3.2.5 Melaksanakan pengadaan Genset kapasitas 150

kVA 1 (satu) unit

yang di

tempatkan di gedung Power House dengan spesifikasi seperti pasal 2.2.2 dan
seperti berikut :
1. Spesifikasi teknis Generating set yang akan diadakan adalah sebagai berikut :
a. Diesel Engine
1) Kapasitas Output

160 Kw / Prime power 100 % plus 10 %


Overload dalam 5 menit.

2) Injection Tipe

Direct Injection

3) Aspiration Tipe

Turbo Charger Air /Air Charge Cooled

4) Governor

Electronic speed control Governor

5) Starting System

Electric Starter

6) Cooling System

Fan cooling with air to air charge air cooling,

36

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

cooling water pump for engine circuit and


cooling water thermostat.
7) Direction of Rotation

Anti Clockwise viewed on Flywheel

8) Minimal Safety device :

- High Water Temperature


- Low oil Pressure
- Emergency Stop

b. Alternator
1)

Rating

: 150 kVA

2)

Tegangan

: 220 / 380 V

3)

Putaran

: 1500 rpm

4)

Excitation Voltage

: Brushless with Permanen Magnet Exiter

5)

Regulation

: within 0.22% from No. Load to Full Load

6)

Frekwensi

: 50 Hz

7)

Power Factor

: 0.8

8)

Connection

: Star 4 wires

9)

Class Protection

: IP 21

10) Insulation

: Class H

11) Other

: Manual and Automatic Voltage Adjusment

12) Minimal Safety device

: - Under Voltage
- Over Voltage
- Over Current

37

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

3.2.6

Melaksanakan pengadaan exhaust sistem yang terbuat dari pipa hitam (dimensi
ukuran disesuaikan dengan kapasitas dan persyaratan yang dibuatoleh pabrik)
dilengkapi dengan lilitan tali asbes diameter menyesuaikan untuk digunakan sebagai
bahan penahan panas dan selanjutnya dibungkus dengan plat aluminium. Tiangtiang penyangga pipa exhaust sistem dapat terbuat dari konstruksi besi UNP 12
lengkap dengan flens, flexible pipe, boch serta klem, baut dan angker-angkernya.

3.2.7 Melaksanakan pengadaan 1 (satu) unit tangki harian BBM solar kapasitas 300 (tiga
ratus) liter yang digunakan untuk operasional Genset 150 kVA lengkap dengan
konsole yang terbuat dari besi UNP 10 dan besi siku 50x50x5 mm berikut
kelengkapan (pasak kayu, klem dan baut) termasuk fuel sistem yang terdiri dari
pipa-pipa galvaniz diameter , 1 dan 1 dan pipa galvaniz dia untuk fuel
return dari genset 150 kVA ke tanki 300 liter, kelengkapan lain dari fuel system
tersebut adalah sebagai berikut
1. Pengadaan / pemasangan pompa solar manual
2. Pengadaan / pemasangan pompa listrik kapasitas 1 HP 220V, 50 Hz 1 phase.
3.2.8 Melaksanakan pengadaan Panel Incoming PLN kapasitas 250 Amp, type Free
Standing sheet steel ready wired yang digunakan untuk pembagi catu daya listrik
tegangan rendah ke beban-beban terpasang yang ditempatkan di ruang panel
Power house.
Panel terbuat dari bahan plat baja dengan ketebalan 2 mm minimal berangka
siku dengan ketebalan 2 mm. Dimensi panel ; tinggi 210 cm, Panjang minimal
mensesuaikan

lebar 70 cm berpintu yang dapat dikunci. Panel dicat dengan

bahan cat tahan panas dan tahan karat bergaransi dengan warna kelabu.
peletakkan MCCB/NFB/MCB pengaman harus sejajar agar muda penginstalaian
atau membuat terminal untuk incoming kabel beban
Pembuatan panel incoming harus mengacu pada item yang dipersyaratkan pada
pasal 2.2.3
1.

1 (satu) unit MCCB 4 P, kapasitas 300 A


38

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

2.

1 (satu) unit NFB 3P, 100 A,

3.

2 (dua) unit NFB 3P, 75 A,

4.

1 (satu) set Over Voltage Arrester 4P surja rating 100 kAmp per pole, 8/20
msec.

5.

1 (satu) set metering meliputi : Volt meter, Amp meter, Cos meter, Freq
meter dan lampu indikator,

6.

Bush bar untuk 3 (tiga) phase dan 2 bush bar untuk Netral dan Ground

7.

Panel juga diperlengkapi dengan lampu penerangan guna penerangan


saat pemeliharaan, lampu tersebut akan menyala bilamana pintu panel
dibuka.

3.2.9 Melaksanakan pengadaan Panel ACOS Genset 150 kVA, type Free Standing sheet
steel ready wired yang digunakan untuk pembagi catu daya listrik tegangan rendah
ke beban-beban terpasang yang ditempatkan di ruang panel Power house.
Panel terbuat dari bahan plat baja dengan ketebalan 2 mm minimal berangka
siku dengan ketebalan 2 mm. Dimensi panel ; tinggi 210 cm, Panjang minimal
mensesuaikan

lebar 70 cm berpintu yang dapat dikunci. Panel dicat dengan

bahan cat tahan panas dan tahan karat bergaransi dengan warna kelabu.
peletakkan MCCB/NFB/MCB pengaman harus sejajar agar muda penginstalaian
atau membuat terminal untuk incoming kabel beban.
Pembuatan panel Distribusi harus mengacu pada item yang dipersyaratkan pada
pasal 2.2.3
1. 1 Modul AMF/ACOS yang digunakan adalah dari tipe NC.
2. 2 (dua) unit MCCB 4P 250 Amp (adjustable)
3. 2 (dua) unit Magnetik Contactor 4P 250 A
4. 1 (satu) unit MCCB 3P 250 A (adjustable)
5. 1 (satu) set metering meliputi : Volt meter, Amp meter, Cos meter, Freq
meter dan lampu indikator (Red/Yellow/Blue),
6. 1 (satu) unit Battery charger lengkap type,tegangan disesuaikan dengan
tegangan operasi genset.

39

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

7. 1 (satu) set Over Voltage Arrester 4P surja rating 100 kAmp per pole, 8/20
sec.
8. Panel minimal diperlengkapi dengan fungsi proteksi engine dari under voltage,
over voltage, over current, high water temperature, low oil pressure dan
emergency stop,
9. Panel juga diperlengkapi dengan lampu penerangan guna penerangan saat
pemeliharaan, lampu tersebut akan menyala bilamana pintu panel dibuka,

3.2.10 Melaksanakan pengadaan Panel Distribusi kapasitas 250 Amp, type Free Standing
sheet steel ready wired yang digunakan untuk pembagi catu daya listrik tegangan
rendah ke beban-beban terpasang yang ditempatkan di ruang panel Power house.
Panel terbuat dari bahan plat baja dengan ketebalan 2 mm minimal berangka
siku dengan ketebalan 2 mm. Dimensi panel ; tinggi 210 cm, Panjang minimal
mensesuaikan

lebar 70 cm berpintu yang dapat dikunci. Panel dicat dengan

bahan cat tahan panas dan tahan karat bergaransi dengan warna kelabu.
peletakkan MCCB/NFB/MCB pengaman harus sejajar agar muda penginstalaian
atau membuat terminal untuk incoming kabel beban
Pembuatan panel Distribusi harus mengacu pada item yang dipersyaratkan pada
pasal 2.2.3
dengan materi antara lain terdiri dari :
1. 1 (satu) unit Ohm Saklar 4 P, kapasitas 150 Amp.
2. 2 (dua) unit NFB 3P, 50 A,
3. 2 (dua) unit NFB 3P, 32 A),
4. 2 (dua) unit MCB 3P, 16 Amp,
5. 12 (duabelas) unit MCB 1P, 10 Amp,
6. 1 (satu) set Over Voltage Arrester 4P surja rating 100 kAmp per pole, 8/20
msec.

40

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

7. 1 (satu) set metering meliputi : Volt meter, Amp meter, Cos meter, Freq
meter dan lampu indikator,
8. Bush bar untuk 3 (tiga) phase dan 2 bush bar untuk Netral dan Ground
9. Panel juga diperlengkapi dengan lampu penerangan guna penerangan saat
pemeliharaan, lampu tersebut akan menyala bilamana pintu panel dibuka.
3.2.11 Melaksanakan pengadaan Kabel NYY 4 x 95 sqmm/ 1 kV dari Trafo ke Panel
Incoming PLN di Power House dan dari genset ke panel-panel.
3.2.12 Melaksanakan pengadaan Kabel NYY 4 x 16 sqmm/ 1 kV dari Panel distribusi ke
Panel Distribusi gedung Terminal.
3.2.13 Melaksanakan pengadaan Kabel NYY 4 x 6 sqmm/ 1 kV dari Panel distrubusi Power
House ke Panel Distribusi gedung kantor keamanan.
3.2.14 Pengadaan Elektroda tanah tipe Rod Cu penampang minimal

5/8" panjang 3

m/batang. Sebanyak 8 (delapan) batang.


3.2.15 Pengadaan kawat BC 50 mm digunakan sebagai grounding system sepanjang 80
(delapan puluh) meter.
3.2.16 Melaksanakan pengadaan perlengkapan bantu test run dan commissioning Genset
50 kVA, terdiri dari :
1. 100 (seratus) liter BBM solar
2. 20 (dua puluh) liter oli mediteran SAE 40
3. 20 (dua puluh) botol Air Accumulator
3.3 PEKERJAAN SIPIL
3.3.1

Melaksanakan pembuatan pondasi, pemasangan dan leveling tiang Trafo 2 tiang di


dekat power house.

3.3.2

Melaksanakan pembuatan,

pemasangan dan leveling untuk dudukan Trafo dan

kelengkapannya di Tiang beserta pipa pelindung kabel TR.


3.3.3

Melaksanakan pembuatan kisi-kisi untuk lubang saluran udara panas pada dinding
PH, digunakan sebagai pembuangan udara panas dari genset ke luar gedung. Kisikisi lubang saluran udara panas tersebut terbuat dari besi siku, plat dan kain
terpal/kanvas, bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan.
41

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

3.3.4

Pembuatan pondasi genset 150 kVA dengan mempergunakan beton cor 1:2:3
sedemikian sehingga mampu menahan getaran dari operasi mesin, pondasi harus
dibuat terpisah dengan lantai sekitarnya dan celah pemisah diisi dengan pasir halus,
dimensi dan ukuran pondasi disesuaikan dengan dimensi mesin diesel terutama
terhadap ukuran lubang angkernya. Sebelum pembuatan pondasi genset terlebih
dahulu dibuatkan lantai kerja beton cor 1 : 3 : 5.

3.3.5

Pembuatan pondasi dan pemasangan exhaust silencer, sejauh tidak ada ketentuan
khusus dari pabrik pembuat mesin diesel, exhaust silencer dapat dipasang lurus.
Dalam pemasangan pipa exhaust harus mempunyai konsole tersendiri, tidak
bertumpu pada mesin diesel dan tidak membebani exhaust manifold. Pipa exhaust
didalam ruang harus diisolasi terhadap panas dengan kain asbes dan selanjutnya
dibungkus dengan aluminium foil.

3.3.6 Pembuatan pondasi fuel system dengan mempergunakan beton cor


sebelumnya terlebih dahulu dibuatkan lantai kerja dengan beton cor

1:2:3,

1:3:5 dan

diukur posisi lubang angkernya.


3.3.7

Melaksanakan pembuatan Pondasi, dudukan, pemasangan dan leveling

Panel

Incoming PLN type Free Standing di Power House.


3.3.8

Melaksanakan pembuatan Pondasi, dudukan, pemasangan dan leveling Panel ACOS


type Free Standing di Power House.

3.3.9

Melaksanakan pembuatan Pondasi, dudukan, pemasangan dan leveling

Panel

Dsitribusi type Free Standing di Power House.


3.3.10 Melaksanakan pembuatan penutup cable duct di dalam ruangan power house
dengan ukuran 50 x 60 cm yang terbuat dari plat bordez tebal 6 mm dan dicat
warna hitam serta diikat dengan mur baut di gedung Power House.
3.3.11 Melaksanakan pembuatan terminal grounding pada ruang PH serta melaksanakan
pemasangan

sistem

pentanahan/grounding

yaitu

dengan

cara

melakukan

penggalian, penggelaran, penimbunan kembali dan penyambungan kawat BC 50


pada sistem pentanahan baru dan sistem pentanahan existing serta melaksanakan
42

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

penggelaran dan penyambungan dengan sistem pentanahan genset dan panel yang
diadakan melalui terminal grounding yang tersedia.
3.3.12 Melaksanakan Penggalian untuk jalur kabel NYY 4 x 16 sqmm/1 kV dari power
house ke gedung administrasi dan Kabel NYY 4 x 6 sqmm/1 kV dari Power house ke
Kantor keamanan di lanjutkan dengan urug pasir, tanam batu bata sebagai
pelindung kabel, penggelaran kabel power dan pengurugan ulang serta pemadatan
kembali.
3.4 PEMASANGAN DAN INSTALASI
3.4.1

Melaksanakan penyambungan dan instalasi pada Jaringan SUTM ke tiang SUTM


PLN dan Trafo 150 kVA.

3.4.2

Melaksanakan Instalasi kabel NYY 4 x 95 sqmm dari outgoing Trafo 150 kVA dan
Incoming Panel PLN di Gedung Power House.

3.4.3

Melaksanakan Instalasi Kabel NYFGbY 4 x 16 pada panel Distribusi di Power House


ke Panel Distribusi di Gedung Administrasi beserta penyesuaian out goingnya.

3.4.4

Melaksanakan Instalasi Kabel NYY 4 x 6 pada panel Distribusi di Power House dan
Panel Distribusi di Kantor Keamanan beserta penyesuaian out goingnya.

5.

UJI COBA PERALATAN, ACCEPTANCE TEST / COMMISSIONING.


Setelah pekerjaan pemasangan/instalasi peralatan selesai, Penyedia/Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pengukuran dan uji coba peralatan secara menyeluruh dengan
pengamatan atas bekerjanya lampu jalan tersebut sehingga didapatkan hasil yang
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Dalam uji coba peralatan harus disaksikan
oleh Teknisi Pengawas, dan selanjutnya Penyedia/Kontraktor Pelaksana dan Teknisi
Pengawas melakukan pemeriksaan hasil instalasi terhadap kesesuaian dengan spesifikasi
teknis dan bill of quantity.
Hasil pengukuran dan uji coba dituangkan dalam bentuk format uji coba yang telah dibuat
oleh Penyedia/Kontraktor Pelaksana dan disetujui oleh pihak Direksi, dan ditandangani oleh
Pihak Penyedia/Kontraktor Pelaksana dan Teknisi Pengawas.

43

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

Kemudian hasil uji coba peralatan tersebut akan dijadikan lampiran/bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan acceptance test / commissioning

yang dilakukan oleh pihak

Penyedia/Kontraktor Pelaksana dan Direksi. Pihak direksi dapat menunjuk pejabat atau
teknisi senior untuk melakukan kegiatan acceptance test / commissioning. Kegiatan
acceptance test / commissioning meliputi pengecekan ulang secara keseluruhan spesifikasi
teknis peralatan dan volume bill of
dengan

dokumen

kontrak,

quantitynya dan dilakukan on test condition sesuai

selanjutnya

dibuatkan

Berita

Acara

Acceptance

Test/Commissioning yang merupakan pernyataan pekerjaan tersebut telah selesai 100 %.


Apabila dalam pelaksanaan acceptance test / commissioning terjadi kegagalan fungsi atau
kerusakan harus diperbaiki terlebih dahulu dan jika telah dinyatakan benar dan berfungsi
pelaksanaan acceptance test di ulang kembali.
Sebelum penyerahan pekerjaan Penyedia/Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat
standard operating procedure (SOP) dari peralatan tersebut, dan melakukan training
pengoperasian

dan

peralatan

tersebut

mengoperasikan peralatan tersebut.

44

kepada

teknisi

yang

bertanggungjawab

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

Pasal 4
Penutup

4.1 Hal-hal yang belum termasuk dalam persyaratan ini serta hal-hal yang kurang jelas akan
diberikan pada waktu diadakan penjelasan / aanwizjing.

4.2 Didalam melaksanakan pekerjaan pada bangunan-banguanan dimana peralatan-peralatan


penunjang operasi penerbangan ditempatkan atau pekerjaan pada peralatan-peralatannya
sendiri atau pekerjaan pada tempat yang dapat memungkinkan terjadinya gangguan
terhadap operasi penerbangan, maka pekerjaan harus dilaksanakan setelah selesainya Jam
Operasi Penerbangan. Penyimpanan dari ketentuan tersebut diatas, hanya dapat dilakukan
dengan izin khusus dari Direksi.

4.3 Apabila suatu pekerjaan yang dikerjakan pada waktu setelah selesainya Jam Operasi
Penerbangan tidak dapat diselesaikan seketika, maka Penyedia/Kontraktor Pelaksana harus
merapikan segala sesuatunya sehingga pada jam-jam operasi yang telah ditentukan,
operasi penerbangan tidak akan terganggu dengan adanya pekerjaan-pekerjaan tersebut
diatas.

4.4 Kerusakan-kerusakan

yang

ditimbulkan

pada

waktu

instalasi

karena

kelalaian

Penyedia/Kontraktor Pelaksana adalah menjadi tanggung jawab Penyedia/Kontraktor.

4.5 Hal-hal lain yang belum tercantum dalam RKS ini tetapi pekerjaannya mutlak diperlukan
sehubungan dengan RKS, harus tetap dilaksanakan oleh Penyedia/Kontraktor.

4.6 Apabila terdapat gambar-gambar yang kurang jelas atau pekerjaan yang tidak dapat
dilaksanakan

sesuai

dengan

RKS,

maka

pelaksanaannya

terlebih

dahulu

harus

dirundingkan dengan Direksi.

4.7 Penyedia/Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat laporan mingguan pekerjaan yang


telah dilaksanakan serta menyerahkan setiap laporan tersebut kepada Direksi pada
waktunya untuk dapat dipergunakan sebagai dasar pengamatan/pemeriksaan pelaksanaan
pekerjaan yang sedang berjalan.

4.8 Untuk menetapkan setiap kemajuan pekerjaan, Penyedia/Kontraktor Pelaksana harus


membuat foto-foto yang nyata dari bagian-bagian pekerjaan yang ditunjuk oleh Direksi
dengan foto ukuran post card dan atas biaya yang ditanggung Penyedia/Kontraktor.
45

KANTOR UPBU MATHILDA BATLAYERI-SAUMLAKI


PEDOMAN TEKNIS
OPTIMALISASI SISTEM KELISTRIKAN BANDARA

4.9 Penyedia/Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar revisi setelah pekerjaan selesai
dalam rangkap 4 (empat) dan menyerahkan kepada Direksi sebelum dilakukan penyerahan
pekerjaan untuk pertama kalinya (Penyerahan I).

4.10 Perubahan sebagian ataupun keseluruhan isi Pedoman Teknis ini hanya dapat dilakukan
atas persetujuan dari Direktur Faslektrik Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara, dan
jika terdapat perubahan dalam Pedoman Teknis ini harus dituangkan dalam bentuk Berita
Acara Adendum.

46

Anda mungkin juga menyukai