Anda di halaman 1dari 5

IV.

7 Pembahasan
IV.7.1 Analisis Univariat
1. Umur
Umur dibagi menjadi dua kategori berdasarkan pembagian masa remaja
menurut Departemen Kesehatan RI. Berdasarkan hasil dari 193 responden,
rentang umur responden adalah termuda 11 tahun hingga tertua 15 tahun.
Rata-rata usia responden adalah 12 tahun.. Responden yang berusia < 12
tahun sebanyak 16,1% masuk dalam kategori remaja awal dan responden yang
berusia 12 tahun sebanyak 83,9% masuk dalam kategori remaja tengah dari
seluruh responden.
2. Menarche
Penelitian Adelia (2009), menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik antara usia menarche dan perilaku menstruasi.
Walaupun secara statistik tidak berhubungan, kita perlu melihat faktor
psikologis yang dapat terjadi ketika seorang remaja mengalami menarche
pada usia yang masih sangat muda. Menarche merupakan peristiwa
dimulainya masa pubertas bagi seorang remaja putrid, yaitu mendapatkan
menstruasi untuk pertama kalinya usia 11-16 tahun. Namun adanya perbaikan
gizi dan status kesehatan umur menarche akan menjadi lebih dini (Kartono,
1992 dalam Arneti 2003).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Adelia. Jadi usia menarche
paling muda <12 tahun sebanyak ( 71,5%) dan dan usia menarche >12 tahun
sebanyak (28,5%). Semakin muda usia menarche pada remaja menimbulkan
pertanyaan kesiapan remaja menghadapi menstruasi.
3. Perilaku Personal Hygiene
Perbandingan proporsi responden yang memiliki perilaku menstruasi baik
lebih besar dibandingkan yang kurang juga ditemukan pada penelitian Adelia
(2009), pada siswi kelas 7 dan 8 SMPN 7 Depok. Melalui penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa sebanyak 81,5 % responden telah memiliki perilaku
menstruasi yang baik dan 18,5% memiliki perilaku menstruasi yang kurang
baik. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2007). Jadi perilaku personal hygiene yang baik sebanyak


(59,6%) dan perilaku kurang baik sebanyak (40,4%).
4. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain adalah pendidikan, informasi, sosial budaya
dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. dapat dilihat nilai tertinggi
pengetahuan terdapat jawaban benar sebanyak 61,1%. Sedangkan nilai
terendah pengetahuan persentase jawaban benar 38,9%.
5. Sikap
Hasil penelitian Adelia (2009) di SMPN 7 Depok yang proporsi sikap
positif lebih besar dibandingkan sikap negative. Menurut Notoatmodjo
(2012) ,sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
teretentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kepercayaan atau
keyakinan ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau
evaluasi orang terhadap objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Berbeda
dengan penelitian saya karena sikap positif lebih banyak (47,2%) dibanding
sikap Negatif (52,8%).
6. Sarana dan Prasarana Sekolah
Menurut penelitian Adelia (2009), ketersediaan sumber air yang kurang
memadai akan menghambat perilaku menstruasi yang baik. Air merupakan hal
penting yang mendukung perilaku menstruasi yang baik. Air digunakan saat
kita mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut, serta untuk
membersihkan alat kelamin. Menurut teori Green (2005) yang menyatakan
bahwa ketersediaan sarana merupakan salah satu faktor yaitu faktor
pemungkin yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Tersedianya sarana
yang memadai akan memungkinkan seseorang melakukan perilaku yang baik.
Masih kurangnya ketersediaan sabun dan sumber air yang lancar perlu
diperhatikan agar mendukung para siswi melakukan perilaku menstruasi yang
baik. Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap berdasarkan 100%
responden adalah ketersediaan pembalut. Responden dapat membeli atau
mendapatkan pembalut di UKS dan Koperasi Sekolah. Sebanyak 5,7%
responden ketika menstruasi di sekolah membeli pembalut di UKS sekolah

ketika menstruasi di Sekolah dan paling banyak membeli pembalut di koperasi


sekolah(94,3%). Sarana dan prasarana sekolah yang masih kurang lengkap
yaitu sumber air yang lancar (83,9%) dan ketersediaan sabun (64,8%).
7. Keterpaparan Informasi
Menurut Widiyanta dalam Adelia (2009) yang mengatakan semakin
bertambahnya usia seseorang, maka diyakini bahwa pengalaman serta
keterpajanan mengenai suatu informasi juga semakin bertambah sehingga
pengetahuannya meningkat. Keterpaparan informasi dikelompokkan menjadi
dua kategori berdasarkan mean. Paparan tinggi apabila mean 1, dan
dikatakan paparan rendah apabila mean < 1. Sebanyak 80,3% responden
memiliki paparan tinggi dan 19,7% responden memiliki paparan rendah. Dua
sumber informasi mengenai menstruasi tertinggi adalah petugas kesehatan
yaitu 115%, dan guru 40,4%. Sumber informasi terendah adalah guru yaitu
40,4%.
IV.7.2 Analisis Bivariat
1. Hubungan Umur dan Menarche terhadap perilaku menstruasi
Hasil analisis univariat menunjukkan proporsi responden yang
berusia < 12

tahun (16,1%) lebih besar daripda responden yang

berusia 12 tahun (83,9%). Sebagian besar responden sudah masuk


pada masa remaja tengah. Hubungan antara usia dan perilaku
menstruasi secara statistik memiliki hubungan yang bermakna ( pvalue=0,016 ). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Anita (2002), yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna
secara statistik antara umur dan perilaku menstruasi.
Hubungan antara usia menarche dan perilaku menstruasi secara
statistic memiliki hubungan yang bermakna ( p-value=0,003). Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Adelia (2009), yang
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara usia menarche dan perilaku menstruasi. Secara statistic
berhubungan, kita perlu melihat faktor psikologis yang dapat terjadi
ketika seorang remaja mengalami menarche pada usia yang masih
sangat muda. Sesuai dengan penelitian Aryanti (2008), semakin muda

usia menarche pada remaja menimbulkan pertanyaan kesiapan remaja


menghadapi menstruasi. ada hubungan yang signifikan antara usia
menarche dengan perilaku menstruasi. Dari nilai OR = 0,359 dapat
disimpulkan bahwa siswi yang menarche pada usia < 12 tahun
berpeluang untuk melakukan perilaku menstruasi yang baik 0,359 kali
lebih besar dibandingkan dengan siswi yang menarche pada usia
12tahun.
2. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Menstruasi
Hubungan antara pengetahuan dan perilaku menstruasi secara
statistic memiliki hubungan yang bermakna ( p-value=0,009). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Anita (2002), yang juga
menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
pengetahuan dan perilaku menstruasi. Secara teoritis hal ini juga sesuai
dengan Teori Green (2005) yang mengatakan bahwa pengetahuan
seseorang terhadap suatu hal akan mempengaruhi perilaku orang
tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain adalah pendidikan,
informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan
usia. Melalui nilai OR = 2,19 dapat disimpulkan responden yang
berpengetahuan

tinggi

berpeluang

untuk

melakukan

perilaku

menstruasi yang 2,19 kali lebih besar dibandingkan dengan responden


yang berpengetahuan rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauziah (2014), yang
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik
antara sikap dan perilaku menstruasi. Melalui hasil uji statistik,
didapatkan nilai p-value = 0,602 yang berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara sikap dengan perilaku menstruasi. Dari nilai OR =
1,17 dapat disimpulkan bahwa siswi yang bersikap positif terhadap
menstruasi berpeluang untuk melakukan perilaku menstruasi yang baik
1,17 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang bersikap negatif
terhadap menstruasi.

3.

Hubungan Keterpaparan Informasi dan Sumber Informasi


terhadap perilaku menstruasi
Menurut Widiyanta (dalam Adelia, 2009) yang mengatakan
semakin bertambahnya usia seseorang, maka diyakini bahwa
pengalaman serta keterpajanan mengenai suatu informasi juga semakin
bertambah sehingga pengetahuannya meningkat. Melalui hasil uji
statistik, didapatkan nilai p-value = 0,000 yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara keterpaparan informasi dengan perilaku
menstruasi. Nilai OR = 5,005 dapat disimpulkan bahwa siswi dengan
paparan informasi tinggi beresiko

untuk melakukan perilaku

menstruasi yang baik 5,005 kali lebih tinggi dibandingkan dengan


siswi dengan paparan informasi rendah. hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Adelia (2009), yang menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna secara statistik antara keterpaparan
informasi dan perilaku menstruasi.
Mengenai sumber informasi Guru (60,3%) dan Petugas Kesehatan
(59,1%). Melalui hasil uji statistic, didapatkan nilai p-value = 0,994
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sumber
informasi dengan perilaku menstruasi. Nilai OR= 0,954 dapat
disimpulkan bahwa siswi dengan sumber informasi tinggi berpeluang
untuk melakukan perilaku menstruasi yang baik 0,954 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan siswi dengan sumber informasi rendah.

Anda mungkin juga menyukai