Bab I..1
Bab II 10
Bab III... 21
Daftar Pustaka...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Airnav Indonesia adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dibidang penerbangan dan memiliki tujuan memberikan pelayanan
navigasi penerbangan. Pemanduan tersebut diberikan kepada semua pesawat
udara yang berada di ruang udara Indosesia mulai dari pertama masuk hingga
keluar, baik itu pesawat Internasional maupun pesawat domestik.
Airnav Indonesia memiliki banyak kantor cabang yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Salah satu kantor cabang tersebut adalah Makassar Air Traffic
Service Centre (MATSC). MATSC merupakan kantor cabang Airnav yang
memiliki wilayah tanggung jawab dalam pemberian layanan penerbangan yang
terbesar, yakni mencangkup 2/3 dari luar wilayah Indonesia (setengah pulau Jawa,
pulau kalimantan kearah timur sampai papua). Airnav Indonesia Cabang
MATSC memiliki 267 pegawai, baik itu pegawai tetap maupun pegawai maupun
pegawai kontrak. 152 dari jumlah pejawai tersebut bertugas atau berprofesi
sebagai Air Traffic Controller (ATC). ATC bertugas dalam pemberian jasa
penerbangan, mulai dari pengaturan ketinggian, kecepatan, arah terbang, dan
semuanya itu bertujuan untuk memperlancar arus lalu lintas penerbangan,
mengefesiensikan pengaturan penerbangan, serta keselamatan penerbangan.
Profesi sebagai ATC tentunya tidaklah mudah, hal ini dikarenakan tingginya
kulifikasi untuk menjadi seorang ATC, serta banyaknya persyaratan yang harus
dipenuhi sebelum menjadi ATC. Seperti memiliki sertifikasi menjadi ATC yang
dikeluarkan oleh lembaga pendidikan resmi (STPI Curug, ATKP Makassar, ATKP
Medan, dan ATKP Surabaya), kecakapan berbahasa Inggris penerbagan (Minimal
level 4 English Proficiency), dan kesehatan yang selalu di cek secara rutin setiap 6
bulan.
Tingkatan ATC itu sendiri dibagi menjadi beberapa sektor dilihat dari segi
pemberian layanan peerbangan. Ada yang mengatur pergerakkan pesawat di
sekitar bandara baik yang akan berangkat atau mendarat (Aerodrome Control
Tower atau TOWER), ada yang mengatur pesawat yang akan melakukan
pendekatan kebandara untuk mendarat (Approach Control Unit atau APP), dan
terakhir yaitu ATC yang mengatur pesawat pada posisi telah mencapai ketinggian
jelajah 24.000-46.000 kaki (Area Control Center atau ACC). Sementara itu untuk
sektor ACC hanya ada 2 di indonesia yaitu di Jakarta dan Makassar.
Di MATSC, pelayanan yang diberikan pada sektor APP dan ACC adalah
pelayanan dengan menggunakan radar serta pemisahan pesawatnya menggunakan
radar. Dengan adanya radar, sangat membantu ATC dalam pemberian pelayanan
mengingat semakin hari semakin meningkatnya jumlah pergerakan pesawat di
ruang udara Indonesia, baik itu yang mendarat dan berangkat ataupun yang hanya
melintas wilayah Indonesia.
Untuk memberikan pelayanan pada sektor APP dan ACC juga
membutuhkan spekualifikasi khusus yaitu sertifikasi radar. Pendidikan untuk
mendapatkan sertifikasi radar sendiri merupakan pendidikan tambahan yang
dilakukan selama 3 bulan. Pendidikan radar diberikan kepada ATC yang telah
memiliki pendidikan minimal D.III Pemanduan Lalu Lintas Udara. Ada pun
program pemdidikan radar hanya dilakukan sekali setahun dan orangnya pun
hanya berdasarkan rekomendasi pimpinan.
ada ATC yang sakit, ijin tugas luar daerah, atau melakukan cuti, tentu semakin
menambah jam kerja dinas personil ATC yang ada.
Apabila ditinjau dari segi deskripsi tugasnya, ATC memiliki tanggung jawab
yang sangat besar. Pada melaksanakan tugas, ATC berkomunikasi dengan
beberapa pilot, memberikan pelayanan penerbangan yang tentuanya semua yang
keluar dari mulutnya harus mengandung Safety. Memiliki tuntutan kerja yang
tinggi, penempatan pegawai yang belum sesuai kualifikasi, sampai pola
pembagian waktu kerja yang padat. Semua ini dikarenakan kekurangnya tenaga
ATC yang tentunya semakin menambah beban kerja sampai tingkat stress personil
ATC itu sendiri.
Dalam meningkatkan kualitas dan efesisnsi pelayanan penerbangan di
MATSC banyak cara yang sudah dilakakan tetapi masih belum terlalu efektif.
Mulai dari pengaturan pola dinas, pembagian sektor, sampai mutasi personil.
Semua usaha tersebut tentunya tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
didukung dengan pemampuan dari para personil ATC itu sendiri.
Untuk dari pada itu, salah satu langkah awal yang dirasa harus dilakukan
oleh para pemegang jabatan tidak lain dan tidak bukan yaitu dengan
mengembangkan kemampuan dari personil ATC itu sendiri. Memang sejauh ini
sudah ada beberapa program pengembangan kemapuan personil ATC, tetapi masih
tidak maksimal dengan berbagai kendala. Menurut Jons (1928, dalam sarwono
1993) mengatan dalam usaha pengembangan sumber daya manusia ada 5 hal
dasar yang umum direkomdasikan seperti pelatihan, pendidikan, pembinaan,
recruitment, dan perubahan sistem.
prosedur yang baru. Akan tetapi pada proses maintain rating ini masih belum
dapat mengembangkan karir dari personil ATC itu sendiri. Masih adanya personil
ATC yang hanya mempunyai 1 rating dan tidak berniat mengambil rating
tambahan.
Program lain dalam membina para pesonil ATC adalah dengan mengadakan
diskusi dengan pilot-pilot, ATC negara tetangga, melakukan kunjungan ke cokpit
pesawat. bahkan baru ini diadakan kunjungan kenegara tetangga dalam program
ATC exchanges.
Apabila dilihat dari segi perkrutan, MATSC termasuk jarang mendapatkan
personil ATC yang baru. Untuk perekrutan ATC itu sendiri hanya dilakukan 1 kali
dalam setahun yang diserap dari lulusan STPI dan ATKP. Lulusan pertahunnya
sendiri masih sangat sedikit apabila dilihat dari jumlah ATC yang dibutuhkan.
Untuk setahunnya itu sendiri hanya ada kurang lebih 150 lulusan ATC yang masih
harus diseleksi lagi. Jika ATC yang baru lulus tersebut ditempatkan di bandara
besar tentu belum dapat dimasimalkan dengan baik dikarenakan stadarisasi
dibandara-bandara tertentu. Seperti di MATSC, dibutuhkan banyak ATC
bersertifikasi radar dan ATC yang baru lulus tersebut belum memiliki radar
sehingga memang menutupi kekurangan personil tetapi tidak sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
Adapun cara lain yang kini sedang dilakukan di MATSC guna
mengembangkan personil ATC yaitu dengan melakukan perubahan sistem berupa
restrukturisasi
airspace.
Rekstrukturisasi
airspace
ini
diharapkan
dapat
10
11
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno mnagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Selain itu juga,
manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu management berasal dari
kata manage menurut kamus oxford yang artinya memimpin atau
membuat keputusan di dalam suatu organisasi. Istilah manajemen yang
diterjemahkan dari kata manage memang biasanya dikaitkan dengan
suatu tindakan yang mengatur sekelompok orang di dalam organisasi
atau lembaga tertentu demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pada
penelitian ini, peneliti mengutip definisi manajemen menurut beberapa
ahli.
Menurut Manulang (Atik & Ratminto, 2012: 1) mendefinisikan
manajemen
12
sebagai
suatu
seni
dan
ilmu
perencanaan,
12
pengertian-pengertian
manajemen
yang
telah
13
14
15
daya
manusia
(human
resources
management)
adalah
hanya
menyangkut
hal
16
mengenai
ketenagakerjaan
tetapi
17
ahli,
penulis
18
McLagan
dan
Suhadolnik
(Wilson,
1999:10)
mengatakan:
pendapat
para
ahli
tersebut
maka
penulis
19
seperti,
training
CPDLC
(Controller
Pilot
Data
Link
SDM
melalui
pendidikan
bertujuan
untuk
21
sistem,
Restrukturisasi
peneliti
adalah
menggunakan
pembagian
ulang
indikator
ruang
restrukturisasi.
udara
dengan
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir peneliti dapat digambarkannya dengan bentuk seperti
dibawah ini.
Pelatihan
Pelatihan Teknis
Pelatihan Non Teknis
Pembinaan
Pendidikan
Formal
Maintain
Rating
Recruitment
Penerimaan
Pendidikan
Pengembangan
Sumber daya
manusia
Perubahan
Sistem
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
22
Mutasi
Restrukturisasi
23
memperoleh
keterangan dan informasi sebagai data yang akurat tentang hal-hal yang
24
25
26
Daftar Pustaka
Buku
Handoko, T.H. (1994). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta : BPFE
Hariandja, M.T.E.(2009). Manajemen Sumber Daya Manusia: pengadaan,
pengembangan,
pengkompensasian,
dan
peningkatan
produktivitas
Bandung:
Penerbit,CV.Alfabeta.
Wexley, K.N., and Yuki, G.A., 1977. Manajemen sumber daya manusia, Jakarta:
Penerbit, Irwin, Inc.
Zainun, B. (1981). Manajemen Personalia. Jakarta : Balai Aksara
27