MODUL 1
UJI TEKUK (BUCKLING)
2
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
prakteknya,
buckling
(tekuk)
ditandai
oleh
momen
lentur
sekunder,
yang
bukan
yang
hilangnya
kapasitas
membawa
beban
anggota
menyebabkannya
adalah
bagian
akan
terus
melengkung.
dari
membawa
Jika
kumpulan
beban
anggota
besar
yang
melengkung
komponen
seperti
dan
mengalami
tegangan
tekan
akan
mengalami
proses
dimana
suatu
struktur
tidak
mampu
3
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
bentuk
dalam
Konsekuensi
rangka
buckling
menemukan
pada
keseimbangan
dasarnya
adalah
baru.
masalah
dasar
material
dalam buckling.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
cara menguji tekukan pada suatu batang dan mengetauhui cara menganalisanya,
serta memahami perbedaan antara hasil perhitungan dan percobaan.
1.4 Sistematika Penulisan Laporan
Dalam menyusun tugas praktikum ini, kami membagi menjadi 5 bagian.
Secara garis besar penyusunan tersebut ialah sebagai berikut :
1. PENDAHULUAN berisi latar belakang, tujuan praktikum, manfaat
praktikum, dan sistematika penulisan laporan.
4
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB II
DASAR TEORI
5
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
6
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
7
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
keadaan geometris yang sempurna, beban kritis ini sesuai dengan titik
bifurkasi
kesetimbangan
ketika
penampang
mengalami
deformasi,
8
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
Ada empat (5) kategori perilaku balok yang memikul momen lentur:
1.
2.
plastis.
Kekuatan momen plastis tercapai dengan kapasitas rotasi kecil. Hal ini
disebabkan kekakuan sayap atau badan kurang untuk menahan tekul
lokal atau lateral support tidak memadai untuk menahan tekuk lateral
ketika sayap dalam keadaan kondisi inelastis. Penampang ini tidal
3.
4.
5.
9
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
Selesai
10
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
11
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB IV
ANALISIS DATA
400
=0,4 m
1000
Pemberat = 300 gr
Jenis
Engsel
Tumpuan
Engsel
Pkr (kg)
3,6
600
l Panjang =600 mm=
=0,6 m
1000
Jepit - Engsel
Jepit - Jepit
14,4
9,6
Pemberat = 180 gr
Jenis
Tumpuan
Pkr (kg)
Engsel engsel
Le = L awal = 400 mm
Jepit engsel
Le = 0,7 x L awal = 0,7 (400) = 280 mm
Jepit Jepit
Le = 0,5 x L awal = 0,5 (400) = 200 mm
2,6
Jepit - Jepit
2,4
12
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
Engsel engsel :
Le = L awal = 600 mm
Jepit Engsel :
Le = 0,7 x L awal = 0,7 (600) = 420 mm
Jepit jepit :
Le = 0,5 x L awal = 0,5 (600) = 300 mm
Untuk L = 400 mm
3
bh ( 22 ) (3)
=
=49,5 mm 4
12
12
I=
Inersia Penampang
E = 2,06 kN/mm2
1. Engsel Engsel
( 2) .(206). ( 49,5 )
Pkr=
400
2. Jepit Jepit
( 4 ) ( 2 ) .(206). ( 49,5 )
Pkr=
200
3. Jepit engsel
( 2,05 ) ( 2 ) .(206). ( 49,5 )
Pkr=
0,63 kN = 630 N
280
10,06 kN = 10060 N
26,31 kN = 26310 N
Untuk L = 600 mm
I=
Inersia Penampang
bh3 ( 22 ) (3)
=
=49,5 mm 4
12
12
E = 2,06 kN/mm2
1. Engsel Engsel
( 2) .(206). ( 49,5 )
Pkr=
600
2. Jepit Jepit
( 4 ) ( 2 ) .(206). ( 49,5 )
Pkr=
300
3. Jepit engsel
0,27 kN = 270 N
4,47 kN = 4470 N
13
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
Pkr=
14
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
b h3 0,002 0,23
N
4
=
=0,0000013 m ; E=2060 2
12
12
m
3
l Panjang I xx=
b h 0,002 0,4
N
=
=0,000011 m4 ; E=2060 2
12
12
m
l Pendek
Tumpuan engsel-engsel
2 E . I
2 2060 0,0000013
le=
=
=0,081 m
Pkr
4
Tumpuan jepit-engsel
2,05. 2 E . I
2,05. 2 2060 0,0000013
le=
=
=0,060 m
Pkr
15,2
Tumpuan jepit-jepit
42E. I
4 2 2060 0,0000013
le =
=
=0,092 m
Pkr
12,6
l Panjang
Tumpuan engsel-engsel
2 E . I
2 2060 0,000011
le=
=
=0,24 m
Pkr
3,8
Tumpuan jepit-engsel
2,05. 2 E . I
2,05. 2 2060 0,000011
le=
=
=0,35 m
Pkr
3,8
Tumpuan jepit-jepit
15
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
le=
42E. I
4 2 2060 0,000011
=
=0,41m
Pkr
5,4
2. Adakah perbedaan antara beban kritis teori dan beban kritis uji?
Jawab : Terdapat perbedaan antara beban kritis teori dan beban kritis percobaan,
karena dipengaruhi oleh faktor ketelitian, faktor lingkungan, dan faktor
kepresisian alat ukur yang digunakan.
3. Turunkan cara menghitung momen inersia luas penampang untuk berbagai
penampang!
Jawab :
16
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
17
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan uji tekuk yang dilakukan dapat disimpulkan antara lain :
1. Besarnya beban kritis bergantung pada panjang dan pendeknya batang uji.
2. Jenis tumpuan mempengaruhi harga beban kritis yang dihasilkan.
3. Tumpuan jepit-jepit menghasilkan beban kritis paling besar dibanding
tumpuan jepit-engsel dan engsel-engsel.
4. Momen Inersia dan Modulus elastisitas suatu bahan specimen juga
berpengaruh terhadap beban kritis yang akan di hasilkan
18
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
SARAN
1. Alat uji buckling yang digunakan sangat sensitive akan gerakan dan
getaran hal ini akan mengakibatkan perubahan beban kritis yang
dihasilkan karena dapat berubah.
2. Kalibrasi harus dilakukan agar ketepatan hasil uji dapat di akui dan dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya karena alat uji laik pakai.
19
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
MODUL 2
UJI LENDUT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu material diperlukan sifat kekuatan dari
material itu sendiri. Hal ini bertujuan agar pada saat material itu
digunakan, dapat menahan beban sesuai dengan kekuatan dari
material itu sendiri. Salah satu metoda yang bertujuan untuk
20
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
perhitungan.
5. Mengetahui besarnya lendutan saat batang diberi beban.
21
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
22
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB II
DASAR TEORI
23
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
E = Ulir mikrometer
B = Plunger
F = Selubung mikrometer
C = Cincin Penjepit
G = Pegas
D = Dasar
2.2 Teori Penunjang
Pengertian Defleksi dan Hal-Hal yang Mempengaruhi
24
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
misalnya
bobot
sendiri,beban
hidup
penyangga
keran,
dan
sebagainya.Sumbu
25
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
dan
mempertahankna
ketelitian
terhadap
secara
berlebihan
untuk
meniadakan
pengaruh
beban
gravitasi
keperletakan
terutama
dengan
lentur
di
dan
geser.kalaupun
timbulkan
oleh
timbul
beban
luar
aksi
normal,itu
yang
relative
batang
26
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
konstruksi
mesin,dimana
pada
bagian-bagiantertentu
seperti
bahwa
pentingnya
analisa
lendutan
batang
ini
dalam
27
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
terjadi
defleksi
atau
lendutan
batang-batang
penyusunkonstruksinya.
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan
pesawat tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat
elestitasyang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena
itu,diperlukananalisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang
terjadi pada materialatau batang-batang penyusun pesawat tersebut,untuk
mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan yang menyebabkan
perpatahan atau fatik karenabeban terus-menerus.
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat
dianggapdijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat
materialkemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat
besar karenasalah satu ujungnya bebas tak bertumpuan. Disini analisa
lendutan batang akanmengalami batas tahan maksimum yang boleh
diangkut oleh alat pengangkut tersebut.
28
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
29
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
perhitungan.
10.
Mengetahui besarnya lendutan saat batang diberi
beban.
30
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
Mulai
% Kesalahan
Selesai
31
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
32
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB IV
ANALISIS DATA
500
=0,5 m ; m=2,5 kg=2,5 9,81=24,525 N
1000
No
1
2
3
4
5
6
Massa Pemberat
(kg)
0.5
0,7
1.2
1,7
2.2
2.5
m 2=24,525 2=49,05 N
Jadi,
M B=
3 ( l 12 +l 22) mg
16 ( l 1+ l 2)
1 mgl 1
1 2,5 9,81 0,5
M B =
2,3 =7,66 N
l1 2
0,5
2
) (
33
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
RC =
1 mg l 2
1 2,5 9,81 0,5
M B =
2,3 =7,66 N
l2 2
0,5
2
) (
14,0
=26,42 N
0,53
RC =
12,0
=22,64 N
0,53
RA
RB
Hasil
Hasil Teoritis
Kesalahan (%)
Percobaan (N)
26,42
22,64
(N)
7,66
7,66
245
196
Kesalahan :
%R A =
7,6626,42
x 100 =245
7,66
%RC =
7,6622.64
x 100 =196
7,66
34
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
beban
tersebut
tidak
berpengaruh
secara
signifikan.
3. Apa fungsi dari kalibrasi Load Cell?
Jawab: Untuk mengembalikan jarum ukur load cell keposisi nol,
dan agar hasil yang didapatkan presisi sesuai dengan standar
yang berlaku.
4. Terdapat perbedaan antara hasil percobaan dan perhitungan
teori. Jelaskan sumber kesalahan pada masing-masing hasil
keduanya!
Jawab: Pada hasil perhitungan teori, sumber kesalahan terdapat
pada kesalahan dalam menghitung atau penggunaan rumus
yang tidak tepat. Sedangkan pada hasil percobaan terdapat
35
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
36
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
BAB V
KESIMPULAN
SARAN
1. Karena Mesin yang digunakan sudah tua, maka dalam hasil perhitungan
kemungkinan terdapat kesalahan, oleh karena itu, Mesin harus diganti.
2. Lebih baik dilakukan praktek di awal perkuliahan karena akan lebih
efisien dan lebih baik.
3. Batang uji sebaiknya diganti yang baru.
37
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Deflection_engineering
Diakses pada tanggal 9 Mei 2016, pukul 20.00 WIB.
http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/KekuatanBahan
Diakses pada tanggal 9 Mei 2016, pukul 20.40 WIB.