Anda di halaman 1dari 37

1

Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

MODUL 1
UJI TEKUK (BUCKLING)

2
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam

prakteknya,

buckling

(tekuk)

ditandai

oleh

kegagalan tiba-tiba anggota struktural mengalami tegangan


tekan yang tinggi, di mana tegangan tekan aktual pada titik
kegagalan kurang dari tekan utama menekankan bahwa
materi mampu menahan. Analisis matematis dari buckling
(tekuk) sering memanfaatkan eksentrisitas beban aksial yang
memperkenalkan

momen

lentur

sekunder,

yang

bukan

merupakan bagian dari gaya yang diterapkan primer yang


anggota tersebut dikenakan. Sebagai beban yang diterapkan
meningkat pada anggota, seperti kolom, akhirnya akan
menjadi cukup besar untuk menyebabkan anggota untuk
menjadi tidak stabil dan dikatakan telah lemas.
Beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi

yang

signifikan dan agak tak terduga, mungkin mengarah untuk


menyelesaikan

hilangnya

kapasitas

membawa

beban

anggota. Jika deformasi yang mengikuti backling (tekuk) tidak


bencana

anggota

menyebabkannya
adalah

bagian

akan

terus

melengkung.

dari

membawa
Jika

kumpulan

beban

anggota

besar

yang

melengkung

komponen

seperti

bangunan, beban apapun diterapkan pada struktur di luar itu


yang menyebabkan anggota melengkung akan didistribusikan
dalam struktur.
Sebagian besar struktur yang memiliki dimensi langsing atau
tipis

dan

mengalami

tegangan

tekan

akan

mengalami

masalah instabiltas buckling (tekuk). Buckling merupakan


suatu

proses

dimana

suatu

struktur

tidak

mampu

mempertahankan bentuk aslinya, sedemikian rupa berubah

3
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

bentuk

dalam

Konsekuensi

rangka

buckling

menemukan
pada

keseimbangan

dasarnya

adalah

baru.

masalah

geometrik dasar, dimana terjadi lendutan besar sehingga


akan mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk atau
buckling dapat terjadi pada sebuah kolom, lateral buckling
balok, pelat dan cangkang (shell).
Pada praktikum kali ini kita akan mencoba mengetahui gaya
kritis dari beberapa bahan yang akan kita uji melalui uji
buckling. Pengujian ini dibagi atas 3 tahap, yaitu:
1. Pengujian engsel-engsel
2. Pengujian engsel-jepit
3. Pengujian jepit-jepit
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari uji tekuk ini antara lain :
1. Menunjukan peristiwa dan kebenaran rumus tekuk
Euler.
2. Memahami cara menghitung dan menentukan gaya
kritis setiap bahan yang diuji.
3. Mengetahui fenomena-fenomena

dasar

material

dalam buckling.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
cara menguji tekukan pada suatu batang dan mengetauhui cara menganalisanya,
serta memahami perbedaan antara hasil perhitungan dan percobaan.
1.4 Sistematika Penulisan Laporan
Dalam menyusun tugas praktikum ini, kami membagi menjadi 5 bagian.
Secara garis besar penyusunan tersebut ialah sebagai berikut :
1. PENDAHULUAN berisi latar belakang, tujuan praktikum, manfaat
praktikum, dan sistematika penulisan laporan.

4
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

2. TEORI DASAR berisi tentang pengertian, fungsi, dan jenis-jenis dari


beberapa hal yang terkait dengan uji lendut.
3. PROSEDUR PERCOBAAN berisi tentang tujuan praktikum, skematik
pengujian dan langkah kerja yang sesuai.
4. ANALISA DATA berisi data-data yang didapatkan kemudian dianalisis
matematis dan analisis hasil.
5. KESIMPULAN berisi rangkuman mengenai pengujian lendut.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori Dasar


Tekuk dapat terjadi pada batang yang mendapat beban tekan. Pada batang
yang langsing, yaitu batang yang mempunyai perbandingan panjang batang
terhadap jari-jari girasi penampang yang besar, dapat mengalami tekuk sebelum
tegangan normal beban yang diizinkan tercapai. Peristiwa tekuk dapat dianalisa
secara matematis dan menghasilkan rumus euler yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

5
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

6
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

2.2 Teori Penujang


Suatu batang (benda uji) yang dibebani oleh sebuah gaya tertentu sulit
sekalimenjaga agar resultan gaya tepat berada pada sumbu batang. Selain
bahayanya tidak homogen disepanjang batang juga kemungkinan pembagian
muatan yang terbagi rata sangat kecil. Oleh karena itu pada batang selain
timbul tegangan tekanan juga terjadi lengkungan. Pada batang yang lebih
panjang kemungkinan terjadinya tekukan semakin besar, dengan kata lain
apabila perbandingan antara panjang dan luas penampang batang semakin
besar, kemudian tekukannya semakin besar. Pengujian buckling (tekuk)
dilakukan dengan melakukan pembebanan terhadap suatu benda oleh sebuah
gaya terhadap suatu benda oleh suatu gaya pada kondisi benda vertikal
dimana pada ujung (atas - bawah) ditumpu oleh sebuah mekanisme tumpuan.

2.2.1. Tekuk Lokal


Tekuk lokal terjadi diakibatkan oleh adanya rasio kelangsingan yang relatif
sangat besar antara tinggi pelat badan terhadap tebalnya . Tekuk lokal
meninjau kondisi kelangsingan bagian penampang. Akibat adanya gaya yang
terjadi pada penampang maka akan bekerja momen lentur, sebagian
penampang akan mengalami tarik dan sebagian lagi mengalami tekan. Tekuk
lokal meninjau kelangsingan bagian penampang yang mengalami tekan.
Kelangsingan bagian penampang didefinisikan sebagai perbandingan lebartebal pelat bagian penampang.

2.2.2. Tekuk Lateral


Ketika sebuah balok yang menerima beban pada kekakuan lentur terbesarnya,
balok tersebut akan membengkok dan memutar pada saat beban yang
diberikan mencapai nilai kritisnya. Tetapi hal itu biasa tidak terjadi jika pada
balok tersebut diberikan lateral support ( sokongan). Untuk balok dalam

7
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

keadaan geometris yang sempurna, beban kritis ini sesuai dengan titik
bifurkasi

kesetimbangan

ketika

penampang

mengalami

deformasi,

penampang menjadi tidak stabil. Deformasi tersebut mengakibatkan adanya


pembengkokan dan putaran yang kemudian menjadikan penampang tersebut
dalam keadaan stabil kembali. Kasus ini sama seperti pada kasus kolom
dimana untuk mencari beban kritis penampang balok tersebut, pertama sekali
harus ditentukan persamaan kesetimbangan penampang balok dalam keadaan
terdeformasi. Beban tekuk kritis atau beban lateral merupakan nilai yang
diperoleh sebagai nilai eigen terendah yang memenuhi nilai karakteristik
persamaan diferensial dari persamaan tersebut.
Tekuk lateral adalah deformasi yang terjadi pada arah lateral/samping (keluar
bidang pembebanan) yang terjadi pada elemen yang dibebani momen lentur.
Panjang elemen balok tanpa kekangan secara lateral dapat mengalami tekuk
torsi lateral akibat beban lentur yang terjadi.
2.2.3. Perilaku Balok Tanpa Kekangan Lateral
Pada balok yang memikul beban transversal selain melentur terhadap sumbu
kuatnya, juga dapat melentur kearah sumbu lemahnya. Sebagaimana kita
ketahui bahwa bagian sayap tekan balok dihubungkan dengan bagian sayap
tarik melalui badan balok sehingga dapat mencegah terjadinya
ketidakstabilan sayap tekan terhadap tekuk. Komponen tekan dari suatu balok
disokong seluruhnya oleh komponen tarik yangstabil. Jadi, tekuk global dari
komponen tekan tidak terjadi sebelum kapasitas momen batas penampang
belum tercapai. Namun apabila sayap tekan cukup besar, bagian sayap tekan
dapat tertekuk kearah lateral yang dikenal sebagai lateral torsional
buckling.Untuk mencegah terjadinya lateral torsional buckling ini, balok
dapat diberi lateral support pada jarak tertentu, atau dengan memilih balok
yang mempunyai momen inersia terhadap sumbu lemah mendekati sama
besar dengan momen inersia sumbu kuatnya.
2.2.4. Kekuatan Balok Akibat Beban Momen Murni

8
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

Ada empat (5) kategori perilaku balok yang memikul momen lentur:
1.

Kekuatan momen plastis Mp tercapai dengan kapasitas rotasi cukup


besar. Penampang seperti ini diijinkan dalam analisis dengan metoda

2.

plastis.
Kekuatan momen plastis tercapai dengan kapasitas rotasi kecil. Hal ini
disebabkan kekakuan sayap atau badan kurang untuk menahan tekul
lokal atau lateral support tidak memadai untuk menahan tekuk lateral
ketika sayap dalam keadaan kondisi inelastis. Penampang ini tidal

3.

diijinkan pada analisis dengan metoda plastis.


Kekuatan momen tercapai, dimana diatas nilai tersebut tegangan sisa
yang ada akan menyebabkan mulainya perilaku inelastis balok. Adanya
tekuk lokal pada sayap atau badan atau tekuk lateral mencegah

4.

tercapainya kapasitas momen plastis.


Kekuatan momen Mr tercapai, dimana diatas nilai tersebut tegangan
sisa yang ada akan menyebabkan mulainya perilaku inelastis balok.
Adanya tekuk lokal pada sayap atau badan atau tekuk lateral mencegah

5.

tercapainya kapasitas momen plastis Mp.


Kekuatan penampang balok dibatasi oleh tekuk elastis baik akibat local
buckling pada sayap atau badan, atau lateral torsional buckling.

9
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Tujuan Percobaan


Percobaan tekuk ini bertujuan untuk menunjukan peristiwa dan kebenaran rumus
tekuk euler. Dalam percobaan ini, tumpuan ujung batang dapat dibuat engselengsel, jepit-engsel, dan jepit-jepit
3.2 Skematik Pengujian
Mulai

Data beban kritis untuk masing masing tumpuan

L awal untuk masing masing Tumpuan

L efektif untuk masing masing tumpuan

Selesai

10
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

3.3 Langkah Kerja


Posisi selongsong disesuaikan dengan panjang batang uji. Atur supaya batang
pemberat mempunyai posisi horizontal, yang dapat dilihat dengan waterpass
dengan mengatur titik pemberat diberikan 150 gram pada batang uji 500mm dan
600mm, dan sebesar 300 gram pada batang uji 400mm dan 450mm. Beban
dikerjakan melalui roda tangan berulir. Pengukuran lendutan dan besarnya gaya
dicatat setelah posisi batang pemberat dikembalikan ke posisi horizontal dengan
selongsong pengatur. Sesudah pembebanan mendekati kondisi kritis batang uji,
jam ukur atau dial gauge dilepas dari tempatnya. Kondisi ini dapat dilihat dari
pertambahan lendutan yang besar dan beban yang kecil. Tekanan jari pada arah
melintang batang uji dapat mengakibatkan perubahan lendutan batang secara
cepat menjadi arah sebaliknya (bayangan cerminnya).
Percobaan ini dapat dilakukan pada beberapa batang yang panjangnya 400mm,
450mm, 500mm, 600mm, dan 750mm dengan ketiga macam tumpuan. Percobaan
dilakukan dengan mengamati besar lendutan dipusat batang uji pada berbagai
beban. Kemudian dibandingkan besar Pkritis hasil percobaan dan Pkritis euler.
Disamping itu dapat pula digambarkan hubungan antara kritis dan faktor
kelangsingan 1/k (1=panjang batang, k=jari-jari girasi luas penampang).

11
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisa Matematis


Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut :
l Pendek =400 mm=

400
=0,4 m
1000

Pemberat = 300 gr
Jenis
Engsel
Tumpuan
Engsel
Pkr (kg)
3,6
600
l Panjang =600 mm=
=0,6 m
1000

Jepit - Engsel

Jepit - Jepit

14,4

9,6

Pemberat = 180 gr
Jenis
Tumpuan
Pkr (kg)

Engsel - Engsel Jepit - Engsel


5,6

Panjang batang efektif untuk batang pertama (Le) :

Engsel engsel
Le = L awal = 400 mm
Jepit engsel
Le = 0,7 x L awal = 0,7 (400) = 280 mm
Jepit Jepit
Le = 0,5 x L awal = 0,5 (400) = 200 mm

Panjang batang efektif untuk batang kedua (Le) :

2,6

Jepit - Jepit
2,4

12
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

Engsel engsel :
Le = L awal = 600 mm
Jepit Engsel :
Le = 0,7 x L awal = 0,7 (600) = 420 mm
Jepit jepit :
Le = 0,5 x L awal = 0,5 (600) = 300 mm

Perhitungan Beban Kritis Secara Teoritis

Untuk L = 400 mm
3

bh ( 22 ) (3)
=
=49,5 mm 4
12
12

I=

Inersia Penampang

E = 2,06 kN/mm2
1. Engsel Engsel
( 2) .(206). ( 49,5 )
Pkr=

400

2. Jepit Jepit
( 4 ) ( 2 ) .(206). ( 49,5 )
Pkr=

200

3. Jepit engsel
( 2,05 ) ( 2 ) .(206). ( 49,5 )
Pkr=

0,63 kN = 630 N

280

10,06 kN = 10060 N

26,31 kN = 26310 N

Untuk L = 600 mm
I=

Inersia Penampang

bh3 ( 22 ) (3)
=
=49,5 mm 4
12
12

E = 2,06 kN/mm2
1. Engsel Engsel
( 2) .(206). ( 49,5 )
Pkr=

600

2. Jepit Jepit
( 4 ) ( 2 ) .(206). ( 49,5 )
Pkr=

300

3. Jepit engsel

0,27 kN = 270 N

4,47 kN = 4470 N

13
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

Pkr=

( 2,05 ) ( 2 ) .(206) . ( 49,5 )


=1,16 kN =1160 N
4202

4.2 Analisa Hasil


Dari percobaan yang dilakukan pada batang pendek dan panjang
menghasilkan beban kritis yang berbeda-beda. Besarnya beban kritis dipengaruhi
oleh panjang pendeknya dari batang itu sendiri, semakin panjang suatu batang,
maka semakin kecil beban kritis yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya semakin
pendek suatu batang, maka semakin besar beban kritis yang dihasilkan.
Secara teoritis, besarnya beban kritis tergantung pada jenis tumpuan yang
digunakan. Tumpuan jepit-jepit lebih besar beban kritisnya dibanding tumpuan
jepit-engsel, dan tumpuan jepit-engsel beban kritisnya lebih besar dibandingkan
tumpuan engsel-engsel. Pada batang pendek beban kritis tumpuan jepit-engsel
lebih besar dari tumpuan jepit-jepit, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain faktor ketelitian dari orang yang melakukan percobaan, kepresisian
dari alat ukur yang digunakan, dan faktor lingkungan.

14
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

Tugas Setelah Praktikum


1. Tentukan panjang akhir benda uji setelah mengalami beban kritis untuk masingmasing harga awal?
Jawab :
l Pendek I xx =

b h3 0,002 0,23
N
4
=
=0,0000013 m ; E=2060 2
12
12
m
3

l Panjang I xx=

b h 0,002 0,4
N
=
=0,000011 m4 ; E=2060 2
12
12
m

l Pendek
Tumpuan engsel-engsel
2 E . I
2 2060 0,0000013
le=
=
=0,081 m
Pkr
4

Tumpuan jepit-engsel
2,05. 2 E . I
2,05. 2 2060 0,0000013
le=
=
=0,060 m
Pkr
15,2

Tumpuan jepit-jepit
42E. I
4 2 2060 0,0000013
le =
=
=0,092 m
Pkr
12,6

l Panjang
Tumpuan engsel-engsel

2 E . I
2 2060 0,000011
le=
=
=0,24 m
Pkr
3,8
Tumpuan jepit-engsel
2,05. 2 E . I
2,05. 2 2060 0,000011
le=
=
=0,35 m
Pkr
3,8

Tumpuan jepit-jepit

15
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

le=

42E. I
4 2 2060 0,000011
=
=0,41m
Pkr
5,4

2. Adakah perbedaan antara beban kritis teori dan beban kritis uji?
Jawab : Terdapat perbedaan antara beban kritis teori dan beban kritis percobaan,
karena dipengaruhi oleh faktor ketelitian, faktor lingkungan, dan faktor
kepresisian alat ukur yang digunakan.
3. Turunkan cara menghitung momen inersia luas penampang untuk berbagai
penampang!
Jawab :

16
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

17
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan uji tekuk yang dilakukan dapat disimpulkan antara lain :
1. Besarnya beban kritis bergantung pada panjang dan pendeknya batang uji.
2. Jenis tumpuan mempengaruhi harga beban kritis yang dihasilkan.
3. Tumpuan jepit-jepit menghasilkan beban kritis paling besar dibanding
tumpuan jepit-engsel dan engsel-engsel.
4. Momen Inersia dan Modulus elastisitas suatu bahan specimen juga
berpengaruh terhadap beban kritis yang akan di hasilkan

18
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

SARAN
1. Alat uji buckling yang digunakan sangat sensitive akan gerakan dan
getaran hal ini akan mengakibatkan perubahan beban kritis yang
dihasilkan karena dapat berubah.
2. Kalibrasi harus dilakukan agar ketepatan hasil uji dapat di akui dan dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya karena alat uji laik pakai.

19
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

MODUL 2
UJI LENDUT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu material diperlukan sifat kekuatan dari
material itu sendiri. Hal ini bertujuan agar pada saat material itu
digunakan, dapat menahan beban sesuai dengan kekuatan dari
material itu sendiri. Salah satu metoda yang bertujuan untuk

20
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

mengetahui kekuatan dari suatu material adalah uji lendut.


Seberapa besar lendutan yang terjadi ketika benda tersebut
diberi beban.
Untuk praktikum yang telah dilakukan yaitu untuk Percobaan Lendutan
Batang, percobaan ini sangat penting untuk melihat seberapa kuat dan seberapa
besar keuletan material yang di uji pada percobaan yang dilakukan. Batang yang
yang digunakan yaitu batang kontinu yang di tumpu kokoh akan meledut jika
padanya diberkan beban lentur. Lendutan batang di seitiap titik dapat di hitung
dengan metoda luas diagram momen atau cara integrasi ganda.
Kekuatan dari suatu material menentukan keefisienan dan faktor keamanan
yang berkesinambungan dengan faktor-faktor yang lainnya, agar pemilihan
material dapat dilakukan secara tepat pada suatu komponen tertentu. Atas dasar
itulah pengujian lendut dilakukan.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari uji lendut ini antara lain :
1.
2.
3.
4.

Mengetahui fenomena lendutan batang prismatik.


Membandingkan hasil percobaan dengan hasil perhitungan.
Mengetahui cara kalibrasi dari Load Cell.
Mengetahui persentase kesalahan antara percobaan dan

perhitungan.
5. Mengetahui besarnya lendutan saat batang diberi beban.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
cara menguji lendutan pada suatu batang dan mengetauhui cara menganalisanya,
serta memahami perbedaan antara hasil perhitungan dan percobaan.
1.4 Sistematika Penulisan Laporan
Dalam menyusun tugas praktikum ini, kami membagi menjadi 5 bagian.
Secara garis besar penyusunan tersebut ialah sebagai berikut :

21
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

6. PENDAHULUAN berisi latar belakang, tujuan praktikum, manfaat


praktikum, dan sistematika penulisan laporan.
7. TEORI DASAR berisi tentang pengertian, fungsi, dan jenis-jenis dari
beberapa hal yang terkait dengan uji lendut.
8. PROSEDUR PERCOBAAN berisi tentang tujuan praktikum, skematik
pengujian dan langkah kerja yang sesuai.
9. ANALISA DATA berisi data-data yang didapatkan kemudian dianalisis
matematis dan analisis hasil.
10. KESIMPULAN berisi rangkuman mengenai pengujian lendut.

22
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori Dasar


Batang kontinyu yang ditumpu kokoh akan melendut jika
padanya diberikan beban lentur. Lendutan batang disetiap titik
dapat dihitung dengan metoda luas diagram momen atau cara
integrasi ganda.
Untuk mengukur gaya, dipakai load cell. Dan cara kerja
load cell tersebut adalah sebagai berikut :
Jika suatu beban massa x gravitasi (m.g) bekerja pada plunger,
maka plunger tersebut akan melendut kebawah. Kemudian
putarlah ulir mikrometer sampai plunger kembali ke tempatnya
semula. Posisi plunger dapat dilihat dengan bantuan jam ukur.
Pembacaan pada skala mikrometer menunjukan lendutan pegas,
yang juga menunjukan beban pada load cell.
Metode Kalibrasi
Sebuah batang ditumpu sederhana. Salah satu ujungnya
ditumpu oleh tumpuan tetap dan yang lainnya ditumpu oleh load
cell yang akan dikalibrasi. Jam ukur dipasang tepat diatas load
cell. Kebudian pemberat mg digantungkan ditengah-tengah
batang. Dengan demikian beban pada load cell adalah mg. Ulir
mikrometer kemudian diputar sehingga pembacaan pada jam
ukur kembali ke harga semula. Pembacaan pada mikrometer
dicacat, karena inilah yang merupakan lendutan pegas untuk
beban mg. Dalam percobaan ini dapat dilakukan banyak sekali
macam percobaan lendutan batang. Macam dan letak beban
pemberat dapat diubah sesuai keinginan atau kebutuhan.

23
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

Percobaan dengan tumpuan yang terletak tidak sama tinggi pun


dapat pula dilakukan.

Gambar 2.1 Load cell dan bagian-bagiannya


Bagian-bagian load cell antara lain sebagai berikut :
A = Sangkar

E = Ulir mikrometer

B = Plunger

F = Selubung mikrometer

C = Cincin Penjepit

G = Pegas

D = Dasar
2.2 Teori Penunjang
Pengertian Defleksi dan Hal-Hal yang Mempengaruhi

24
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

Defleksi adalah perubahan bentuk pada pada balok dalam


arah y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada
balok atau batang. Deformasi pada balok sangat mudah dapat
dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum
mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral
awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang
diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai
kurva elastis dari balok.

Gambar 2.2 (a) Batang sebelum terjadi deformasi


Gambar 2.2 (b) Batang dalam konfigurasi terdeformasi
Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok.
Dalam penerapan, kadang kita harus menentukan defleksi pada
setiap nilai x disepanjang balok. Hubungan ini dapat ditulis
dalam bentuk persamaan yang sering disebut persamaan
defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok.
Sistem struktur yang di letakkan horizontal dan yang
terutama di peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban
yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang (Binsar Hariandja
1996).Beban semacam ini khususnya muncul sebagai beban
gravitasi,seperti

misalnya

bobot

sendiri,beban

hidup

vertical,beban keran(crane) dan lain-lain.contoh system balok


dapat di kemukakan antara lain,balok lantai gedung,gelagar
jembatan,balok

penyangga

keran,

dan

sebagainya.Sumbu

sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila


benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu

25
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban


terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Unsur-unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah
ketidakbarisan

dan

mempertahankna

ketelitian

terhadap

pengaruh beban dalam gedung-gedung, balok lantai tidak dapat


melentur

secara

berlebihan

untuk

meniadakan

pengaruh

psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan untuk


memperkecil atau mencegah dengan bahan-bahan jadi yang
rapuh. Begitu pun kekuatan mengenai karateristik deformasi dari
bangunan struktur adalah paling penting untuk mempelajari
getaran mesin seperti juga bangunan-bangunan stasioner dan
penerbangan.dalam menjalankan fungsinya, balok meneruskan
pengaruh

beban

gravitasi

keperletakan

terutama

dengan

mengandalakan aksi lentur, yang berkaitan dengan gaya berupa


momen
terutama

lentur
di

dan

geser.kalaupun

timbulkan

oleh

timbul

beban

luar

aksi

normal,itu

yang

relative

kecil,misalnya akibat gaya gesek rem kendaraan pada gelagar


jembatan,atau misalnya akibat perletakan yang di buat miring.
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang
akan terjadi pada batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada

batang

berbanding lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi.


Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbedabeda. Jika karena itu besarnya defleksi pada penggunaan
tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin
banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari

26
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih


besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi
pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya
memiliki kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban
terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian batang
yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena
sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada
beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja.
Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikanbeban
yang cukup besar. Lendutan batang untuk setiap titik dapat dihitungdengan
menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untukmengukur gaya
yang digunakan load cell.Lendutan batang sangat pentingdalam konstruksi
terutama

konstruksi

mesin,dimana

pada

bagian-bagiantertentu

seperti

poros,lendutan sangat tidak diinginkan karena adannyalendutan maka kerja poros


atau operasi mesin akan tidak normal sehinggadapat menimbulkan kerusakan pada
bagian mesin atau pada bagian lainnya.Pada semua konstruksi teknik,bagianbagian pelengkap suatu bangunanharuslah diberi ukuran-ukuran fisik yang
tertentu. Bagian-bagian tersebutharuslah diukur dengan tepat untuk menahan gaya
gaya yang sesungguhnya atau yang mungkin akan dibebankan kepadanya.Jadi
poros sebuah mesin haruslah diperlukan dan menahan gaya-gaya luar dan dalam.
Demikian pula,bagian-bagian suatu struktur komposit harus cukup tegar sehingga
tidak akan melentung melebihi batas yang diizinkan bila bekerja dibawah beban
yang diizinkan
Aplikasi dari analisa lendutan batang dalam bidang keteknikan sangat
luas,mulai dari perancangan poros transmisi sebuah kendaraan bermotor
ini,menujukkan

bahwa

pentingnya

analisa

lendutan

batang

ini

dalam

perancangan. Sebuah konstruksi teknik,berikut adalah beberapa aplikasi dari


lendutan batang :
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang
sangat penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda

27
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

ataukendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis


yang bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya
lendutan batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan
tersebut. Defleksi yang terjadi secara berlebihan tentunya akan
mengakibatkan perpatahan pada Jembatan tersebut dan hal yang tidak
diinginkan dalam membuat jembatan.
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros
secararadial. Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros
transmisi.Defleksi yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak
lurus.Ketidaklurusan sumbu poros akan menimbulkan efek getaran
padapentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain itu,benda dinamis
yangberputar pada sumbunya.
3. Rangka (chasis) kendaraan
Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar,memiliki
kemungkinan

terjadi

defleksi

atau

lendutan

batang-batang

penyusunkonstruksinya.
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan
pesawat tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat
elestitasyang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena
itu,diperlukananalisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang
terjadi pada materialatau batang-batang penyusun pesawat tersebut,untuk
mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan yang menyebabkan
perpatahan atau fatik karenabeban terus-menerus.
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat
dianggapdijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat
materialkemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat
besar karenasalah satu ujungnya bebas tak bertumpuan. Disini analisa
lendutan batang akanmengalami batas tahan maksimum yang boleh
diangkut oleh alat pengangkut tersebut.

28
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

29
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari uji lendut ini antara lain :
6.
7.
8.
9.

Mengetahui fenomena lendutan batang prismatik.


Membandingkan hasil percobaan dengan hasil perhitungan.
Mengetahui cara kalibrasi dari Load Cell.
Mengetahui persentase kesalahan antara percobaan dan

perhitungan.
10.
Mengetahui besarnya lendutan saat batang diberi
beban.

30
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

3.2 Skematik Pengujian

Mulai

Data Skala Load Cell

Total Skala Load Cell

Perbandingan Skala Load Cell per Newton

Ra dan Rc Secara Teoris dan Percobaan

% Kesalahan

Selesai

31
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

3.3 Langkah Kerja


1. usun batang, tumpuan dan beban. Lalu turunkan tumpuan B sehingga lepas
dari batang dan atur tumpuan A dan C sampai posisi paling atas.
Kemudian turunkan tumpuan A dan C kurang lebih 2 putaran mikrometer
sampai masing-masing mikrometer menunjukkan angka nol.
2. Naikkan tumpuan B sampai menyentuh batang dan putar terus
mikrometernya sampai mikrometer tersebut menunjukkan angka nol.
3. Pasang jam ukur diatas masing-masing tumpuan pada angka nol, jaga
supaya mikrometer tetap menunjukkan angka nol. Inilah acuan dari
percobaan ini. Dalam hal ini berat batang dan gantungan dapat diabaikan.
4. Pasangkan beban pada tempat yang dikehendaki dan putar mikrometer
disetiap Load Cell sehingga masing-masing jam ukur kembali ke posisi
nol. Pembacaan pada mikrometer akan menunjukkan beban pada masingmasing tumpuan.

32
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB IV
ANALISIS DATA

4.1 Analisis Matematis


Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data sebagai
berikut :
l 1l 2=500 mm=

500
=0,5 m ; m=2,5 kg=2,5 9,81=24,525 N
1000

No
1
2
3
4
5
6

Massa Pemberat
(kg)
0.5
0,7
1.2
1,7
2.2
2.5

Hasil Peembacaan Mikrometer (Skala)


A
C
Total
3,0
3,0
6,0
4.0
4.0
8.0
7.2
5,9
13,1
10.0
8.1
18.1
12,5
10
22,5
14,0
12,0
26,0

m 2=24,525 2=49,05 N

49,05 N :26,0 Skalaloadcell 1 N=

Jadi,

M B=

3 ( l 12 +l 22) mg
16 ( l 1+ l 2)

26,0 Skala loadcell


=0,53 Skala
49,05 N

3 ( 0,52 +0,52 ) 2,5 9,81


=2,3 Nm
16 (0,5+0,5)

Hasil perhitungan secara teoritis :


RA=

1 mgl 1
1 2,5 9,81 0,5
M B =
2,3 =7,66 N
l1 2
0,5
2

) (

33
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

RC =

1 mg l 2
1 2,5 9,81 0,5
M B =
2,3 =7,66 N
l2 2
0,5
2

) (

Hasil perhitungn secara percobaan :


RA=

14,0
=26,42 N
0,53

RC =

12,0
=22,64 N
0,53

RA
RB

Hasil

Hasil Teoritis

Kesalahan (%)

Percobaan (N)
26,42
22,64

(N)
7,66
7,66

245
196

Kesalahan :
%R A =

7,6626,42
x 100 =245
7,66

%RC =

7,6622.64
x 100 =196
7,66

4.2 Analisis Hasil


Dari hasil perhitngan dan percobaan yang dilakukan
terdapat perbedaan harga yang signifikan, hal ini terjadi karena
adanya faktor dari orang yang melakukan percobaan, faktor
lingkungan, dan faktor kepresisian alat yang digunakan. Sebelum
melakukan percobaan uji lendut, sebaiknya saat memberikan

34
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

beban pada pengait dilakukan secara perlahan-lahan, dan


pastikan alat ukur telah dikalibrasi terlebih dahulu, serta pastikan
bahwa pembacaan alat ukur dilakukan secara teliti. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil percobaan yang maksimal
atau harga yang dihasilkan relatif tidak terlalu jauh antara hasil
perhitungan teoritis dan hasil percobaan.
Tugas Setelah Praktikum
1. Apa fungsi jam ukur dalam percobaan ini?
Jawab: Untuk mengetahui besarnya lendutan yang terjadi pada
suatu batang yang telah diberikan beban secara bertahap.
2. Dengan suatu cara, berat batang dan penggantung beban
dapat diabaikan. Jelaskan cara ini!
Jawab: Berat penggantung beban diabaikan karena berat dari
penggantung

beban

tersebut

tidak

berpengaruh

secara

signifikan.
3. Apa fungsi dari kalibrasi Load Cell?
Jawab: Untuk mengembalikan jarum ukur load cell keposisi nol,
dan agar hasil yang didapatkan presisi sesuai dengan standar
yang berlaku.
4. Terdapat perbedaan antara hasil percobaan dan perhitungan
teori. Jelaskan sumber kesalahan pada masing-masing hasil
keduanya!
Jawab: Pada hasil perhitungan teori, sumber kesalahan terdapat
pada kesalahan dalam menghitung atau penggunaan rumus
yang tidak tepat. Sedangkan pada hasil percobaan terdapat

35
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

kesalahan pada orang itu sendiri, faktor lingkungan, dan


kepresisian alat yang digunakan.

36
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

BAB V
KESIMPULAN

Dari uji lendut yang dilakukan, maka dapat disimpulkan


sebagai berikut :
1. Hasil percobaan dipengruhi oleh faktor kesalahan manusia
itu sendiri, alat ukur, dan faktor lingkungan, jadi hasil tidak
mungkin seakurat yang seharusnya.
2. Pada uji lendut, ketelitian dalam mengkalibrasi jam ukur
mempengaruhi hasil yang didapatkan.
3. Hasil dari percobaan juga dipengaruhi dari kalibrasi mesin
sebelumnya, dan karena saat melakukan kalibrasi selalu
berubah, hasil tidak mungkin dicapai sempurna.
4. Mesin tidak memadai dan kurang terawat.

SARAN
1. Karena Mesin yang digunakan sudah tua, maka dalam hasil perhitungan
kemungkinan terdapat kesalahan, oleh karena itu, Mesin harus diganti.
2. Lebih baik dilakukan praktek di awal perkuliahan karena akan lebih
efisien dan lebih baik.
3. Batang uji sebaiknya diganti yang baru.

37
Praktikum Fenomena dan Pengukuran Dasar Mesin

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Deflection_engineering
Diakses pada tanggal 9 Mei 2016, pukul 20.00 WIB.
http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/KekuatanBahan
Diakses pada tanggal 9 Mei 2016, pukul 20.40 WIB.

Anda mungkin juga menyukai