TORSIO TESTIS
St. Miftahayatun
Ahmad Muaedi
Definisi
Torsio testis merupakan suatu keadaan
dimana
funikulus
spermatikus
yang
terpuntir
mengakibatkan
oklusi
dan
strangulasi dari vaskularisasi vena atau
arteri ke testis dan epididimis. (Siroky,
2004)
Epidemiologi
terjadi pada semua usia
>> usia dewasa muda (usia 10-30 tahun). Puncak insiden terjadi pada usia 13-15
tahun
<< pada neonatus. Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonatus,
70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal.
Lee dkk menemukan 26% pasien dengan torsio testis di atas usia 21
tahun.Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan karena
testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas.
Testis kiri lebih sering terjadi disbanding testis kanan karena secara normal
spermatic cord kiri lebih panjang.
Klasifikasi
1. Ekstravaginalis pada masa neonatus, sebelum testis terfiksasi sempurna
pada masa prenatal
2. Intravaginalis (bell and clapper deformity), pada anak-anak yang lebih tua.
Tipe ini timbul akibat ketegangan yang berlebihan pada testis.
a. Ekstravagina torsio
b. Intravagina torsio
Etiologi
tidak adekuatnya fiksasi dari testis & epididymitis ke skrotum (bell clapper
deformity).
kelainan sistem penyangga testis testis dapat mengalami torsio jika bergerak
secara berlebihan o.k perubahan suhu yang mendadak (seperti pada saat
berenang), latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi,
atau trauma yang mengenai skrotum
Trauma
neonatus masih belum banyak jaringan penyanggah
faktor keturunan
Lainnya : peningkatan vol. testis (sering dihubungkan dengan pubertas), testis
yang terletak horisontal, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal
yang panjang
Manifestasi Klinis
nyeri hebat di daerah skrotum : mendadak dan diikuti
pembengkakan pada testis (akut skrotum).
Nyeri dpt menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah
lain : mual dan muntah. Keadaan ini biasanya tidak disertai
dengan demam.
Hiperemis
Nyeri tekan
Penebalan fenikulus spermatikus
Refleks kremaster (-)
Patofisiologi
otot kremaster menggerakkan testis mendekati & menjauhi rongga abdomen guna
mempertahankan suhu ideal untuk testis (fisiologis ).
Derajat torsi dapat berkisar antara 180-720. Peningkatan kongesti pembuluh darah
memicu torsio yang berlanjut. Testis dapat bertahan dalam waktu 6-8 jam. Bila lebih dari
24 jam, akan terjadi nekrosis dari testis. (Minevich, 2010)
Cont
janin dan neonatus : lapisan parietal menempel pada muskulus dartos masih belum
banyak jaringan penyanggahnya testis, epidimis dan tunika vaginalis mudah
sekali bergerak terpluntir pada sumbu funikulus spermatikus torsio testis
ekstravagina. Torsio ini muncul dengan testis yang keras dan bengkak.
Pemeriksaan
Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
scrotum akan tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas
hingga scrotum sisi kontralateral.
terasa nyeri padapalpasi.
Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta tampak lebih besar dibanding dgn
testis kontralateral ok kongesti vena.
Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum ok pemendekan dari spermatic
cord. pemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan diagnosis.
Biasanya nyeri juga tidakberkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign)
Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks
cremaster sensitivitas 99% pada torsio testis
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya pemeriksaan penunjang hanya diperlukan bila diagnosis torsio testis
masih meragukan atau bila pasien tidak menunjukkan bukti klinis yang nyata
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sedimen urin
Adanya peningkatan acute-fase protein (dikenal sebagai CRP)
Pemeriksaan Radiologis
u/ membedakan torsio testis dengan keadaan akut scrotum yang lain dgn
menggunakan stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis
Color Doppler Ultrasonography u/ melihat aliran darah pada arteri testikularis.
Nuclear Scintigraphy
DD
Epididimitis akut
Hidrokel
Hernia inkarserata
Tumor testis
Penatalaksanaan
Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu (Govindarajan, 2011):
1. Untuk memastikan diagnosis torsio testis
2. Melakukan detorsi testis yang torsio
3. Memeriksa apakah testis masih viable
4. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable
5. Memfiksasi testis kontralateral
NON OPERATIF
Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat
mengembalikan aliran darah (Purnomo, 2003).
Detorsi manual : mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan memutar
testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Hilangnya nyeri setelah detorsi
detorsi telah berhasil, tetapi Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan
(Purnomo, 2003).
OPERATIF
Torsio testis merupakan kasus emergensi
Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia
Prognosis
Bila dilakukan penangan sebelum 6 jam hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih
kembali, 12 jam meragukan, 24 jam dilakukan orkidektomi. Viabilitas testis sangat
berkurang bila dioperasi setelah 6 jam.
KOMPLIKASI
Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas terlihat setelah 2 jam dari torsi.
atrofi testis, kejadianny meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih.
kesuburan yang menurun dan hilangnya testikular
infark gonad
hilangnya testis,
infeksi,
Kesimpulan
Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana funikulus spermatikus yang terpuntir
mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis
dan epididimis. Pada keadaan ini scrotum akan tampak bengkak dan hiperemis.
Penyebabnya bisa karena trauma, pemakaian celana ketat, tumor dan sebagainya.
Keterlambatan dan kegagalan dalam dignosis dan terapi akan menyebabkan proses
torsio yang berlangsung lama, sehingga pada akhirnya menyebabkan kematian
testis dan jaringan disekitarnya. Adapun terapi yang dapat dilakukan secara garis
besar ada dua, yaitu terapi non operatif dan operatif.
Daftar Pustaka
Cuckow, PM. 2001. Torsion of Testis. BJU International (2000). The Hospital for Sick
Children ; Bristol, United Kingdom
Minevich.E. 2007. Testicular Torsion. Department of Surgery, Division of Pediatric
urology, akses di http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm
Purnomo, Basuki P. 2012. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto..
Ringdahl, Erika MD. 2006. Testicular Torsion. American Family Physician. University
of MissouriColumbia School of Medicine: Columbia, Missouri.
Sjamsuhidajat R, Wim De Jong.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : EGC.
2004.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Wilson, Lorraine M. Hillegas, Kathleen B. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi LakiLaki dalam Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.